Arc Secret War : Pertarungan Berakhir
W Author POV W
Kelompok ninja melesat melewati tempat Rika, mereka pergi menargetkan Alfred yang bertugas menjaga jalanan depan komplek. Beberapa saat lalu Zerfana telah memberi perintah untuk membakar rumah-rumah warga sebagai tanda bila kelompok mereka tidaklah main-main.
"Alfred!" seru Hyakuya.
Pemuda berambut abu-abu ini menyentuh jalanan menggunakan telapak tangan, merubah partikel elemen yang ada di dalam tanah menjadi kristal sehingga bisa ia kendalikan/gerakkan.
Dua ninja yang mencoba menyerang disaat bersamaan, dikejutkan dengan hantaman pilar putih yang muncul di hadapan mereka. Kristal itu menusuk kasar mementalkan keduanya kembali ke belakang.
"Jika kalian ingin melawanku jadilah Pengguna Kekuatan terlebih dulu.."
Shadow Step
Salah satu musuh masuk ke dalam bayangannya sendiri kemudian menghilangkan keberadaan. "......"
Orang itu kemudian keluar dari bayangan Alfred, tepat dibelakang pemuda itu dan menusuk punggungnya dengan pedang pendek....trang??
"Ha!?" tusukan itu tertahan oleh badan kerasnya Alfred.
Pemuda berambut abu-abu itu seketika berbalik serta mendaratkan tinju sekeras berlian ke wajah ninja dibelakangnya.
"Senjata biasa seperti itu tidak akan bisa menembus pertahanan kristal ku. Kalian sudah salah memilih lawan.."
"Aku gak kebagian peran.." gumam Rika.
Berpindah ke Hyaku..
Salah satu dari tiga ketua ROAR itu tengah berhadapan dengan anggota pangkat tinggi Setia Budi yang merupakan seorang pria tua. Zerfana menghabiskan rokoknya karena harus bertarung setelah ini.
"Terimakasih atas kesabarannya. Aku sudah siap.."
Hyaku memposisikannya pedangnya arah belakang sembari mulai berlari. Kecepatannya lumayan sangat cepat hingga bisa mencapai depan Zerfana hanya dalam hitungan 1-3 detik saja. Zerfana masih diam.
Pada saat Hyaku mulai mengayunkan pedangnya, jari telunjuk musuh membuat garis lurus vertikal ke bawah dengan sangat cepat Hyaku bisa melihat ada aura disana karena ia Pengguna Kekuatan juga.
Smokescreen
Dari garis aura lurus itu menyembur asap putih. Otomatis Hyaku menutup kedua mata--- cut!
Zerfana memanfaatkan hal itu untuk menyayat lawannya sebanyak dia bisa sebelum Hyaku melompat mundur menjaga jarak.
"Uuughhh--- deg!?"
"Kepalaku mendadak jadi pusing..?" diliriknya ke ujung pisau lawan terlihat ada cairan yang membuat ujung senjata Zerfana menjadi hijau kekuningan.
"Racun?"
"Segitu percaya dirinya kau maju untuk menyerang. Kau saja tidak tahu aku ini seorang Pengguna Kekuatan atau bukan, entah itu karena kepercayaan dirimu atau kau hanyalah orang yang bodoh.."
Hyakuya menahan efek pusing dan yang mana mulai terasa ada rasa sakit ketika pikirannya mencoba tetap sadar.
"Aku dulunya seorang ninja sama seperti anak buahku dan pisau beracun ini adalah senjataku. Aku bukanlah anggota Setia Budi melainkan pembunuh bayaran yang disewa. Aku bahkan baru tahu bila ada kekuatan supernatural di dunia ini beberapa bulan yang lalu.."
"Bertahanlah..."
"Percuma. Semakin lama kau menahannya maka akan semakin kuat efek itu. Racun yang aku pakai berasal dari seekor laba-laba yang tinggal di hutan Kalimantan. Memang favoritku adalah ular tapi laba-laba juga memiliki racun yang dibutuhkan..."
Zerfana kembali mengeluarkan semburan asap yang menutup sekitarnya. Kemudian ia memakai jurus shadow step untuk masuk ke dalam bayangan sendiri..membuat nya lebih susah untuk dicari saat ini.
Suara langkah kaki terdengar dari segala arah secara bergantian dalam kurung waktu cuma 4-5 detik. Hyakuya mencoba menyerang ke asal suara disaat bersamaan dirinya mendapat sayatan dari arah yang berbeda.
"Ugh!"
Percuma, anak muda. Kau tidak akan bisa menemukanku di dalam sini.
"I-ini memang menyakitkan t-tapi apa boleh buat.." Hyakuya. Laki-laki ini bersusah payah untuk tetap berdiri melawan rasa sakit di kepala.
"Aku pikir sudah waktunya untuk mengakhiri ini..!" Zerfana yang bergerak dalam bayangan muncul di samping kiri dari Hyakuya, pisaunya terangkat dengan cepat mengarah ke bagian jantung---
---CUT!?
"!" terkejut sekaligus bingung Zerfana seketika mundur pada saat lawannya berhasil mengetahui tujuannya, tidak hanya itu Hyakuya juga berhasil melukai nya. Alhasil pergelangan yang memegangi pisau itu robek memuncratkan banyak darah.
"?" masih dalam kebingungan Zerfana bertanya.
"Bagaimana?"
"Hah, hah.." Hyakuya menancapkan pedangnya ke jalan sebagai penopang.
"Aku menipumu.."
"Bagaimana bisa? Dengan kondisi seperti itu kau hanya akan tambah sakit kepala..?"
"Apa kakek lupa?"
"...."
"Aku juga seorang Pengguna Kekuatan. Kode Nama ku yang melemahkan efek racun yang kau berikan. Jadi aku pura-pura kesakitan (tidak juga sih) untuk menarikmu keluar dari persembunyian.."
"Begitu ya. Aku ceroboh ternyata.."
"Zer-san!"
"Zer-ojisan!?"
"..kalian mundur lah!" bentak kakek tua ini kepada anak buahnya yang ingin membantu.
"Bukannya sudah aku beri perintah untuk mengacaukan komplek warga? Tuntaskan yang itu..!
Aku akan baik-baik saja terlebih lawanku hanyalah seorang bocah.."
"Kau kuat sekali, ji.."
"Haha. Begini-begini aku dulunya terkenal akan kesadisan ku menghabisi target.."
Zerfana merobek kain jubahnya sendiri untuk digunakannya sebagai balutan pada pergelangan yang terluka parah itu.
"Ha, ha.." keadaan Hyaku juga tidak bisa dikatakan baik. Kepalanya masih sakit, pernafasannya juga agak sesak karena racun laba-laba pemberian musuh. "Aku mesti mengakhiri ini dengan cepat jika tidak maka aku tidak akan bisa lanjut ke depannya!"
"Racunnya masih bekerja dengan baik. Dia memang kuat tapi tetaplah manusia. Ada batasnya seseorang dapat menahan racun walau orang itu adalah Pengguna Kekuatan. Selanjutnya... Akan kuakhiri!" pikir Zerfana.
Hyaku mencabut pedangnya dan Zerfana menggunakan pisau simpanannya yang memiliki kadar racun yang sama. Mereka diam diseberang sama-sama menatap, di dalam pikiran lagi membayangkan gerakan apa atau mana yang harus mereka ambil agar mampu mengakhiri pertarungan.
1 menit kemudian---tidak sampai segitu cuma beberapa puluh detik kemudian..keduanya menerjang ke depan.
Perbandingan 1:1
Kode Nama Hyaku aktif disaat ujung mata pedangnya mengetuk aspal bersamaan dengan itu juga kecepatan lari laki-laki ini bertambah seolah dia sudah sembuh. Zerfana masih sama hanya saja tersisa satu tangan saja.
"Perbandingan ini membuatku memiliki kemampuan yang seimbang dengan nya. Aku tidak bisa menguntungkan diriku karena aku tidak tahu kartu apa lagi yang disimpannya. Maka dari itu akan menyerangnya dengan 'normal' saja?!"
Teknik Berpedang Jiwa : Setengah Bulan
Hyaku menebaskan pedangnya cepat vertikal ke bawah, lebih cepat dari seharusnya itu membuat Zerfana memperlambat larinya menentukan momentum agar ujung mata pedang dari lawan ia hindari. Namun tiba-tiba saja Hyaku melompat ke depan membuat tebasan menjadi tusukan cepat ke wajah. "!!"
Jump....throw!
Zerfana menghentikan momentum nya untuk melompat ke belakang serta tangan kiri melempar pisau. Tusukan Hyaku dihindari oleh kakek tua itu dan hanya berjarak 50cm saja dari jalur awal.
"........"
"......."
Mata mereka sempat bertemu. Dan entah mengapa Zerfana tersenyum lemah.
"... Aku kalah ya?"
Cut!!
Hyaku menggunakan satu kakinya lagi untuk melompat ke depan, pedangnya merobek sisi samping dari perut Zerfana. Laki-laki ini masih berdiri di depannya dengan bahu kanan tertancap pisau.
"Aku dulu pernah melawan seorang samurai dari Jepang. Melihatmu bertarung menggunakan pedang membuatku berpikir kalau gaya bertarungmu hampir sama kayak dia... Tetapi aku salah.
Kau cuma lah seorang boca--- brukk??!"
Hyaku seketika jatuh berlutut karena rasa sakit yang mendadak datang di kepalanya. Zerfana telah dikalahkan dan dilihat oleh semua anggota Setia Budi yang menyaksikan lewat cctv komplek rumah warga.
"K-ketua, kau baik saj---?"
DHUUUAAAR!!?
"Apa itu!?" kaget Alfred mendengar suara ledakan tepat dibelakang dinding kristal nya.
"R-rumah warga terbakar!? Alfred, kau membuat musuh melewatimu!" histeris Rika.
"Hah!?!"
Tidak lama kemudian ada pusaran hitam di dalam dinding kristal itu yang memunculkan kepala anak buah Zerfana.
"Sensei, saya telah berhasil menuntaskan tugas yang sensei berikan---!"
Haaaaa! Punch!!
Alfred tidak ingin disalahkan lebih dari itu, ia menyerang langsung ninja yang keluar dari dindingnya.
"Sial. Aku terlalu asik nonton pertarungan ketua..!" kesalnya pada diri sendiri.
Yuuto yang baru bangun dari tidur singkatnya mengira kalau kelompoknya telah gagal, ditambah orang yang pertama dilihatnya adalah Hyakuya.
"Jadi, kita kalah ya? Heh.."
Sementara itu..letnan yang memimpin regu 1 di jalan utama bagian muka Kampung Melayu Jatinegara terkejut mendengar suara ledakan itu juga dan melihat ada asap hitam.
"Apa itu? Hyakuya, jawab aku. Hyakuya!"
"Apa organisasi itu gagal??"
Berpindah ke markas sekarang milik Setia Budi, anggota nya masih sempat tersenyum bahkan setelah kekalahan Zerfana.
"Ee~. Siapa sangka pak tua itu dikalahkan.." kata seorang wanita berambut hitam mengenakan bando putih dan jubah ungu tua, ada seekor ular sepanjang 3 meter tertidur seolah memeluk wanita ini.
"Haha. Hormatilah sedikit kakek Zerfana... Walau kau adalah mantan muridnya, kak." tegur lelaki berambut putih salju yang membawa sniper.
"Dari awal aku tidak menyukainya karena terlalu malas menurutku. Jika saja dia lebih serius maka hasilnya mungkin berbeda.."
"... Sudah hentikan percakapan tak berguna itu!" potong Dian, pria dengan jubah hitam.
Keduanya langsung diam.
"Kita dalam keadaan kurang baik-baik saja. Tidak hanya kakek Zerfana tapi ular besar itu juga telah kalah. Organisasi ROAR tidak akan bisa dikalahkan hanya dengan kumpulan teroris bersenjata api.."
"Jadi bos kami ingin melakukan apa?"
"Awalnya aku hanya ingin bermain diam-diam saja tapi setelah ROAR datang maka rencananya berubah.."
"Kita akan menangkap letnan yang memimpin regu polisi lalu mengeksekusinya di depan publik. Persiapkan kameranya untuk siaran langsung.."
""Siap..""
"Tuan.." datang satu anggota teroris.
"Ada apa?"
"Lapor, tuan. Kami melihat ada kelompok di dekat perairan dekat pantai. Mereka seperti cuma orang-orang biasa karena cuma memakai pakaian normal.."
"? Ada berapa jumlah mereka?"
"Heh? Kira-kira lebih dari 5.."
"Daerah pantai.. bukannya disana kita menyimpan kapal untu---!?" lelaki berambut putih terdiam entah kenapa.
Dian dengan terburu-buru ke meja kerjanya, mengambil robot drone untuk diterbangkannya ke arah pantai. Pertama kamera drone memeriksa kapal pribadi Setia Budi yang disembunyikan secara rahasia. Tidak ada siapapun berada di dekat kapal tersebut lalu kamera drone berpindah mengintai kelompok orang-orang yang dilaporkan.
"!"
Kelompok itu adalah Fraksi Riisycho.
Agak terkejut Dian sadar sekaligus mengetahui tujuan mereka.
"Mereka berniat mengepung kita ketika kabur.."
"Ha? Tapi bagaimana dengan keadaan disini, siapa yang melawan kita?"
"Aku juga bingung, kak. Itu seolah mereka mengharapkan kekacauan di Kampung Melayu..."
"Ini yang kita bicarakan adalah ROAR dan juga bocah kurang ajar itu. Dia tidak peduli dengan kondisi di tempat ini malah dia akan senang ke depannya dimana Kode Nama diketahui.
Dia hanya tidak suka kalau disalahkan. Bocah kurang ajar!"
Kedua anggota Setia Budi didalam sana menatap satu sama lain. Mereka hanya bisa mengikuti arahan dari bos mereka.
"Aku akan pergi menghabisi dia dulu..!"
""!?""
"Rencana tetap berjalan. Zura, kau tetap di sini. Mayu, tugasmu untuk menangkap letnan.."
"Akhirnya~~" wanita dengan ular itu berdiri dengan semangat. Mungkin bokong nya sakit karena duduk terus.
"Aku mau pergi ke atap dulu.." pesan lelaki berambut putih sambil membawa sniper nya.
"ROAR. Tidak akan kubiarkan semuanya berjalan sesuai dengan kehendakmu!"
Preview Next Arc
A : Sore, semua. Ane up SPW lagi... Tapi cuma Arc Spesial aja, ehe 🙃
Riza : 😑
A : Ok. Arc selanjutnya datang Fraksi Riisycho melawan Dian yg merupakan one-man army. Apakah Kode Nama nya? Kita lihat aja
Rey : Fraksi Rubah kapan?
A : Sabar :°^
A : Itu aja review kali ini. Sampai ketemu lagi di Arc selanjutnya. Entah kapan
Rey & Riza : 😶😑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top