Arc Fluz Hori : Renungan
W Author POV W
"Shaker. Seorang Ultimatum. Seorang Pengguna Kekuatan Terkuat di Wattpad Pararel, dan seorang raja di suatu benua. Tujuannya datang ke sini untuk menangkap dua anak kembar Hiroki disana yang menyebabkan semua ini dan itu pasti. Kode Nama yang ia miliki berada di level sangat berbeda dari kita semua... Almighty, kekuatan supernatural yang dapat mengendalikan semua unsur Kode Nama sekaligus menggunakannya sebagai kekuatan sendiri. Ditambah Shaker memiliki prajurit-prajurit kuat lebih dari ratusan di benua yang ia pimpin. Itu termasuk para Pengguna Kekuatan.." beritahukan Cry.
"Tidak aneh kalau orang itu adalah yang 'terkuat'.. " bisik Hikari.
''Cry, kau temannya'kan? Tidak bisakah? "
"Bukan lagi. Aku... Memiliki masalah pribadi dengannya. Masing-masing dari kami tidak bisa memaafkan satu sama lain."
"Kau pasti bercanda!? " kesal Riza mendengar jawaban Cry. "Itu yang kau sebut teman? Hah! "
"Riza, sudah.. " tenangkan Nauta melihat Riza mulai marah-marah ke Cry, pembimbing tim itu hanya diam menatap datar tanpa rasa beban sama sekali.
"Hanase.. " cemas Rena di dekat kembaran nya.
Hanase menghela berat. "Jika diizinkan aku bisa pergi sendirian dan Rena berada di kelompok kalian. Maka si Shaker ini tidak dapat mendapatkan kami sekali berdua.. "
"Hanase, jangan mengatakan hal yang menyedihkan seperti itu. Rena tidak mau itu.."
"Aku tidak perduli dengan perasaanmu, Rena. Semua ini terjadi karena ambisiku dan kau hanya aku manfaatkan untuk dapat mewujudkannya. Aku ini bukanlah saudari yang baik untukmu.. "
"Tapi tetap saja. Hanya Hanase yang Rena punya.. "
"Rena.. " lihat Riza.
"Al. Riza, kalian tahu'kan tidak ada pilihan lain dan ini adalah pilihan terbaiknya..!" seru Hanase.
"Nii-san!? "
"Kau benar, Hanase. Tapi aku tidak akan memilih. Riza, aku akan ikut denganmu dan menanggungnya bersama-sama. Kita berdualah yang membantu---yang menciptakan kekacauan yang ada di Indonesia saat ini.. "
"Al.. " Riza.
"Jangan bertindak seolah kalian berdua saja yang ada. Aku--"
"--aku juga.! "
"Kami juga ada.. " seru Rey dan Yuki.
"N-nii-san. Rena tidak mau merepotkan nii-san dan yang lainnya. R-Rena dan Hanase bisa pergi, k-kami tidak mau membuat keadaan kalian lebih bermasalah dari ini.. "
"Tapi Rena..!? "
"Tidak apa. Kami... Memang bersalah. Jadi tidak usah memperdulikan kami. "
"Semudah itu kau berucap, Rena?? "
"...... " Rena terdiam.
"Rena benar, Riza. Tidak usah memperdulikan kami berdua. Aku bisa saja kabur seorang diri tapi jika Rena meminta untuk ikut maka aku akan membawanya.. "
"Kenapa kau sangat yakin Rena akan ikut bersamamu? " tanya Hikari agak kasar.
"Karena Rena juga bersalah. Dia tahu seperti apa aku, dan dia cuma membiarkan aku bertindak. Keputusan diam dia lah yang menjadi fase terwujudnya tujuanku. Kalian tidak bisa membela Rena karena semuanya telah terjadi sekarang.. " jawab Hanase.
"Hanase benar.. "
"Riza, ini mungkin yang terbaik untuk semuanya.. " cetus Cry.
"Cry?? "
"Pikirkan yang lainnya. Kau masih memiliki ibumu, begitu juga dengan yang lain. Terkadang situasi seperti ini mesti diselesaikan dengan pengorbanan.. "
"Aku... Tahu itu. Tapi!"
"Aku tidak tahu harus apa!!? " teriak Riza frustasi. "Hanase dan Rena memang salah, tapi aku juga bersalah karena membiarkan keduanya. Tanggungjawab ini tidak bisa aku beban. Ini terlalu besar untukku, "
"Riza.. "
Semuanya menatap kasihan ke tempat Riza. Tidak ada satu pun dari mereka mengira jika semuanya akan seperti saat ini. Masa depan itu memang tidak dapat ditebak, dan terkadang yang datang adalah hal yang buruk. Seorang pemuda yang baru saja mengetahui jika ada kehidupan lain di dunia berbeda, mendapatkan kekuatan, mendapat ambil bagian di dalam suatu tim untuk turnamen supernatural. Kemudian menerima tanggungjawab besar yang ia sekali pun tidak menduganya.
"........ " Rena mendekat ke tempat Riza, memegang kedua tangan Riza yang gemeteran kemudian tersenyum ke pemuda itu.
"Tidak perlu merasa takut kehilangan seseorang, karena masih ada banyak orang di sekililingmu yang takut kehilanganmu. Apapun keputusan nii-san Rena tidak akan benci. Rena akan senang karena Rena tahu jika semua itu untuk kebaikan.. "
"Aku. Aku... Hanya tidak ingin mengorbankanmu saat itu. Aku--"
"--Rena tahu kok. Kan Rena imouto nya nii-san.. "
"Maaf. Maaf. Maaf! Maaf!"
Entah kenapa Nauta tiba-tiba saja menangis, ia langsung saja memeluk Alfharizy. Di dekat keduanya ada Hikari yang mencoba menenangkan Mizu yang juga ikutan menangis.
Malam itu yang seharusnya menjadi malam yang tenang untuk makan bersama mendadak berubah jadi keadaan duka. Walau belum ada keputusan yang terucap.
"Riza.. " panggil Liza, ibunya Riza. Wanita muda itu meminta kepada Riza untuk mendekat dengan melambaikan tangannya.
"....... " Riza mendekat ke ibunya dengan ekspresi menahan tangis.
"Apa ibu boleh menayangkan sesuatu? "
"H-mm.. "
"Riza, apa kau menyesal? Apa kau merasa menyesal karena telah membuat keputusan?"
"A-aku... "
"Kau menyesal karena menyelamatkan Rena? "
"Itu aku... " suara Riza tertahan oleh kehendaknya sendiri, ia bimbing harus menjawab apa.
"Riza... " Liza mengelus rambut anaknya itu. "Baik atau buruk itu bukan apa yang kau lihat melainkan yang orang-orang tentukan. Jangan salahkan dirimu atas keputusan yang salah. Setiap orang membuatnya. Jadikan mereka pelajaran untuk keputusanmu selanjutnya, "
"Ibu..? "
"Hanase dan Rena adalah gadis yang baik di mata ibu. Jadi kurasa itu bukanlah keputusan yang buruk untuk menyelamatkan mereka, karena tidak ada yang mengatakan di dunia ini jika menyelamatkan itu adalah hal yang buruk.. "
"Sekarang ibu tanya. Apa kau menyesal karena menyelamatkan mereka, Riza? "
"... Tidak kok, bu."
"Kalau begitu tunggu apa lagi? Kau sudah tahu harus melakukan apa.."
"Ibu. Terimakasih banyak.. " Riza memeluk ibunya terlebih dulu sebelum berbalik dan berkumpul dengan semuanya.
"Aku... Akan tetap menjaga Hanase maupun Rena. "
""........... ""
"Aku melakukannya karena menurutku itu benar, walau di mata orang salah. Aku tetap akan menjaga mereka berdua. Kalian boleh pergi karena semua ini adalah masalahku yang membuatnya jadi begini.. "
"Kau lupa apa yang aku katakan tadi? " tanya Alfharizy sambil tersenyum.
"Thanks, Al.. "
"Aku juga akan ikut denganmu.. "
"Rey.. "
"Mungkin suatu hari nanti aku bakal menyesal, tapi tidak sekarang. Dan akan kupastikan sendiri jika aku tidak AKAN PERNAH menyesal karena membantumu. Kau adalah teman yang telah membantuku di waktu susah, Rizani.. "
"Menyesal itu di akhir. Kalau di awal namanya pendaftaran.." kata Alfharizy tertawa sendiri.
"Bagaimana denganmu, Yuki? " tanya Rey.
"Aku bakalan ikut juga kok. Dari awal memang itu niat Yuki ikut serta, kak.. "
"Rey. Yuki.. "
Hikari dan Mizu tersenyum disaat bersamaan dan mengangguk setuju. "Kami memutuskan untuk bergabung.. "
"Kalian berdua? " kaget Riza.
"Kak Riza tidak perlu memikirkan masalah yang akan kami hadapi nanti. Aku dan Hikari-nii tidak akan menyesal. Ini sudah menjadi keputusan kami berdua.. " cetus Mizu.
"Apalagi kau sudah membebaskan kami dari ROAR. Itu sudah cukup menjadi alasan untuk membantumu kali ini.. " seru Hikari.
"Terimakasih, semuanya.. "
Riza sekarang menghadap ke dua anak kembar Hiroki. Mereka membuat ekspresi tak enak dan juga sebal dari Hanase.
"Aku memilih untuk menjaga kalian jadi aku harap kalian mengerti.. " ucap Riza.
"Kau pasti menyesal.. " sebal Hanase.
"Akan kupastikan aku tidak menyesal nanti. Karena kalian berdua lah yang membuatku berpikir seperti itu.. "
"Nii-san.. "
Cry menggeleng-geleng kepala tidak habis pikir tapi tetap mempertahankan senyumannya.
"Cry..! "
"Aku ngerti kok. Dan aku menghormati keputusanmu, Riza. Aku juga bergabung denganmu soalnya aku ini pembimbing kalian.."
"Haha. Sekarang anda terdengar seperti pembimbing beneran.. " terkekeh Rey.
"Bener'kan~? "
"" Hahahahahha! "" semuanya tertawa mendengar balasan dari Cry.
"Jadi Riza, apa rencanamu dalam menghadapi Shaker? "
"Jika benar Kode Nama nya adalah yang harus kita takuti, maka ayo kita berpikir begitu. Walau terdengar mustahil untuk menang tapi aku mau mencobanya. Bagiku, kegagalan yang sesungguhnya adalah pada saat kita berhenti mencoba.! "
"Aku tidak peduli seperti apa kekuatan nya atau siapa dia sebenarnya. Dia tidak pernah melawan kita..! "
W SKIP POV W
Semua berpisah, beberapa dari mereka menyusun rencana untuk menghadapi Shaker dibantu Cry yang lumayan mengetahui akan Kode Nama Almighty. Sesusah menyampaikan semua yang dia ketahui Cry datang ke tempat Hanase dan Rena yang sedang istirahat.
"Kenapa kau membiarkan Riza bertindak sesukanya? Seharusnya kau tidak mendukungnya?? " tanya Hanase kesal.
"Dan itu berasal dari seseorang yang memiliki niat buruk dari awal.. "
"Tck! "
"Pembimbing Cry.. " panggil Rena.
"Kalian akan tetap di sini selama pertarungan terjadi. Riza tidak mau ada yang tidak-tidak terjadi nantinya.. " cetus Cry.
"Terserah.. " Hanase.
"Pembimbing, gomen.. " menunduk Rena.
"Apa yang kalian lakukan disini? Tidak mau mengucapkan terimakasih pada yang lain, hm? "
"Ha. Siapa juga yang mau mendengarku mengucapkan itu? "
"Riza mau, kurasa. Dia bakal senang.. "
"Ada-ada saja. Riza itu orangnya bodoh. Bertindak karena perasaan. Dia akan menyebabkan orang-orang terdekatnya dalam masalah.. "
"Kau juga sama, Hanase. Kau menyeret Rena bersamamu.. "
"Kalau Rena tidak apa. Dia saja tidak memperdulikan itu. Sifat polosnya lebih tepat.. "
"Apa kau pernah memikirkan sedikit pun perasaan Rena setiap kali ada tindakanmu yang membuat situasi menjadi buruk? "
"Tidak apa kok, pembimbing. Rena tidak apa.. "
"Tentu saja tidak apa, Rena. Teruslah seperti itu. Kau tidak bisa berubah jika terus begitu, tidak ada yang dapat kau rubah dan bantu. Dan orang-orang akan terus membantumu.. "
"......... " Rena jadi diam.
"Manusia itu haruslah berubah. Jika kau tidak bisa maka masyarakat, dunia dan orang-orang akan tetap melihatmu dengan sama. Seringkali keadaan memperkeruh suasana, salah paham menjadi awal retaknya hubungan dan ego memicu tumbuhnya dendam. Namun maaf selalu menjadi yang terbelakang.."
"M-maaf.." Rena.
"Ketika kau mengucapkan kata 'maaf', itu tidak harus membuatmu merasa baik, tapi kau harus membuat mereka yang merasa baik. Pastikan kalian mengucapkannya kembali pada waktu selanjutnya, mungkin itu akan memperbaiki keadaan yang ada. Walau cuma sedikit.. "
Hanase duduk di atas batu besar sambil melipat kedua kaki dan tangannya, menatap ke depan ke kehampaan malam.
"Aku memiliki banyak masalah di dalam hidupku. Tapi bibirku tidak mengetahuinya. Mereka selalu saja tersenyum. Mana mungkin aku dapat mengucapkan terimakasih dan maaf kepada orang-orang yang membantuku setelah aku membuat masalah besar kepada mereka.. " batin Hanase sedih.
Rey terlihat berlatih mengayunkan pedang ditemani Yuki yang duduk seraya makan cemilan berian Liza, Hikari dan Mizu mengambil peran berjaga sambil ngobrol. Alfharizy dan Nauta ada di dekat api unggun menunggu giliran mereka, semuanya setuju membiarkan Riza yang mengatur rencana seorang diri. Mereka percaya ke pemuda satu itu.
Nauta menciptakan uap lewat hembusan nafas. Angin malam menghampiri mereka, Alfharizy membakar beberapa batang kayu dan ranting pohon mempertahankan api agar tetap menyala menghangatkan sekitar.
"Siapa kira jika bakal jadi seperti ini? Seorang laki-laki yang membantu kita waktu itu mendapat peran besar seperti sekarang. Apa kau bisa mempercayai itu, Rizy? "
"Aku bisa. Nyatanya terjadi saat ini. Tapi itulah yang membuat hubungan kami semakin dekat. Aku sama seperti Riza, walau Pengguna Kekuatan lain memandangku sebagai seseorang yang kejam namun aku tidak bisa membunuh seseorang semudah itu.. "
"Waktu itu. Kenapa kau bertindak, Rizy? "
"Aku tidak tahu. Badanku tiba-tiba bergerak sendiri dan tanpa sadar keinginanku menjadi tindakanku untuk menyelamatkan Hanase. Aku menyesal? Mungkin. Tapi seperti kata Rey, aku TIDAK AKAN membiarkan diriku menyesal. Aku masih bisa bergerak maka aku akan membuat keputusan agar semuanya kembali jadi seperti semula. Tidak perduli apa kata orang karena disini ada mereka yang percaya denganku.. "
"Rizy, kau akhirnya menemukan teman-temanmu.. " senang Rizy.
"Ya. Teman itu seperti halnya mata dan tangan. Saat mata menangis tangan mengusap, saat tangan terluka mata menangis... "
"Aku tidak akan membiarkan mereka menyesal karena telah memilihku.. "
W Other POV W
Riza terlihat berada di meja belajarnya, menyiapkan satu buah buku dan alat tulis yang dibutuhkan. Tidak lama kemudian Liza datang meletakkan minuman untuk anaknya.
"Ibu, yang benar saja. Susu? "
"Bukannya kau suka susu? "
"Aku menyukainya.. "
Riza kembali fokus ke buku dan pulpennya. "Kode Nama ku adalah Author. Mungkin cara ini juga bisa dilakukan. Aku tidak tahu ini berfungsi atau tidak nanti tapi aku tidak memiliki pilihan lain, sudah tugas seorang penulis untuk menciptakan alur cerita.. "
Awakening Mode : The Creators
Preview Next Arc
A : Halo2 semuanya. Akhirnya pertarungan yg ditunggu-tunggu akan datang di arc selanjutnya. Riza dan Shaker akan bertemu untuk pertama kalinya.
Riza : Tidak ada dead flag'kan?
A : Ente mau mati?
Riza : Heh?
A : Tunggu aja up Arc Fluz Hori selanjutnya, dan bakal ada plot twist yg good nanti, hehe
Alfharizy : Ngomong2 Fluz Hori itu artinya apa?
Rey : Iya, A. Aku juga jadi penasaran.
A : Nanti tau kok... Di ending ??
Yuki : A, buat kepo ??
A : Kalian boleh menebak nya. Kalau ada yg benar ane beri spoiler??
Cry : Ada-ada aja
Hikari : Sekian untuk Arc kali ini. Bye ??
Mizu : Bumbye ??
Cry : Itu bagianku!?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top