ARC 31
[ Classer Ikut Berjuang ]
W Holly & Kathy POV W
Shot. Shot.. Shot.!
"Aku dan kakak sudah menembaknya beberapa kali, selalu mengenai titik mematikan. Tapi kenapa??! "
Slash!?
"Kenapa robot itu tidak hancur!? "
Holly beruntung dapat menghindari tebasan yang ingin memotong badannya itu. Mengambil kesempatan yang ada Holly membidik di dekat, sangat dekat dan menembak A-Blade dengan telak.
"Yang benar saja? Sekuat apa tubuhmu itu? " berkeringat Holly melihat langsung ketahanan A-Blade.
Pergerakan cepat tangan kiri robot Weacore menancapkan pedang bajanya ke lengan sebelah kanan Holly.
"Kakak?! " teriak Kathy panik. Tenaga besar berkumpul di selongsong sniper nya, tembakan besar berbentuk tombak jatuh itu menabrak A-Blade dan membenamkan nya ke dalam.
Tidak lama kemudian ada cahaya yang mengkilat di dalam kabur tempat A-Blade, sebuah pedang baja melayang dari sana menyerempet pundak kiri Kathy dan membuatnya hampir jatuh.
"! Kau!? " marah besar Holly. Emosinya bergabung dengan kekuatan Kode Nama, mengandalkan bagian kirinya Holly menembakkan tenaga pada peluru sekuat tenaga.
Kilatan bulat sabit membekas dibadan A-Blade dan menjatuhkan nya. Lampu yang ada di kabel penghubung di badan A-Blade berhenti.
"Hah, hah. Mati juga, robot sialan. Bilang dong kau lemah dengan kekuatan auracome. Buat susah saja. K-Kathy, aku datan---"
Daer!
Tanah bergetar di depan Holly, memunculkan A-Blade... Yang lain.
"Tcih."
"Kyaaa!? " jerit Kathy.
Holly melihat adik nya ditarik naik ke jalan semen oleh A-Blade tipe sama.
"Singkirkan tangan minyak itu dari adikku!? "
Holly berhasil mematikan robot itu dengan serangan yang sama, tetapi A-Blade yang ada di dekatnya menyerang Holly disaat ia lengah. Menggunakan teknik berpedang yang sudah di akses membuat Holly lumpuh.
Shoot!
Kathy membantu sebisanya. Walau berhasil mematikan A-Blade itu tapi tipe yang sama datang satu persatu. Hingga menjadi banyak.
"Sial. Seandainya kita diperbolehkan menggunakan kekuatan penuh. Komandan, aku minta maaf. Aku bakal menggunakan Awakening ku---? Hah? Mana alat komunikasi ku?? "
"Kau mencari ini? " tanya Dhanana menggantungkan headset kecil yang tadi ada di saku dada Holly. Seekor ular putih kecil mencuri darinya.
"Siapa kau? "
"Seorang pemberontak~~"
"Jangan bercanda denganku. Aku tembak kau! "
"Sadar diri dong. Hahaha! "
"Dhanana, kita tidak boleh membunuh mereka sekarang. Tunggu sampai Weacore berkumpul biar mereka bisa kita manfaatkan. Dengan itu pemberontak yang disalahkan.. " datang Arufi.
"Aku hampir lupa. Tapi aku lukai dia tidak masalah'kan? "
"Sedikit saja tak apa. Mungkin.? "
"Baiklah.. "
Jeritan Ular Kuil
Seekor ular putih panjang keluar tiba-tiba dari belakang Dhanana, menerjang Holly yang tak bisa bergerak lagi.
"Siiaaaaalll--"
Crash!!
""!?? ""
Pilar cahaya melenyapkan ular Dhanana didalam lingkaran yang dapat mengeluarkan bintang-bintang itu.
Arufai melompat ke belakang menjauh dari tangkapan tangan naga yang keluar dari lubang hitam. Tangan monster itu berlanjut dan menghantam Dhanana sampai terlempar jauh.
Seorang penyihir dengan dress dan topi sihir lavender turun di dekat Kathy kemudian menyembuhkan nya.
"S-siapa? "
"Kalian akan baik-baik saja.. " kata penyihir itu seraya tersenyum.
Dua penyihir yang lainnya datang untuk membantu Holly.
"Kalian sesuai kriteria penjahat yang cocok untuk tugas kami.. " penyihir rubah ini memiliki ekspresi semangat yang tidak kalah dengan kaum adam, warna hijau di dress jubahnya menandakan kehidupan di penyihir.
Sedangkan itu temannya memiliki penampilan yang lebih feminim dan elegan, tampang tenang dan menenangkan siapapun yang melihat nya. Walau sebenarnya orang nya adalah pemalu akut.
"Kalian siapa? Dan kenapa kau tidak memberitahuku, Arufai!? " marah Dhanana.
"Aku tahu kalau kau akan baik-baik saja, Dhanana.. "
"Tapi tetap saja sakit, tahu! "
"Hm. Kau lumayan terlatih juga padahal tadi terkena jitakan dari seekor naga. Apa ular memiliki nyawa 9 seperti kucing?" gumam penyihir rubah---Hoii.
"Hoii, kau terlalu banyak bicara. Nanti musuhmu kabur lagi.. " ingatkan penyihir pemalu ini---Safitri.
"Kabur? Maaf saja. Tapi hari ini kalian yang akan kabur dari kami.. "
Nanaisme menyimpan lembaran dokumen yang diserahkan Mightus untuk dijadikan bukti kepada Riza. Sesaat ia menyelesaikan tugas nya dalam menempelkan kertas Riza. Kehadiran Pengguna Kekuatan dapat Nanaisme rasakan mendekat ke dia.
"Saya Duhuin yang dikirim oleh ketua.. " kata pria dari ras dullahan. Ras undead yang bisa hidup walau kepalanya terpenggal sekali pun. Dan ada Ksatria penguin bersamanya.
"Apa jalan keluar nya sudah siap? "
"Ya. Anda hanya perlu pergi ke belakang bukit barat dari kantor ketua.. "
"Hmm. Jelas sekali~~"
"........ -"
Dor! Crush!?
Nanaisme menembak tebasan aura yang mengincarnya.
"Apa yang dilakukan utusan Weacore dengan menyerangku, yang seharusnya kau bantu? "
"Saya memang bawahannya ketua Mightus tapi saya setia dengan OMEGA! "
"Aaah. Dia memiliki bawahan yang sangat menyusahkan?! " Nanaisme menggerutu, ia pikir dapat lega setelah tugasnya selesai.
"Yang lainnya? "
"Cuma saya dan dia. Saya tidak akan melaporkan pengkhianatan ketua dengan balasannya saya akan menyerang anda sekuat tenaga! "
"Itulah yang aku sebut dengan menyusahkan. Cry, sekarang kita memiliki nasib yang sama. Sayangnya menyusahkanmu itu bisa membuatmu senang.. "
Nanaisme mengeluarkan kedua senjata apinya siap bertarung.
[ Pertempuran Menembak ]
W Author POV W
"Saya bersumpah akan menangkap pemberontak yang berani menyerang anda, ketua.. " ucap Murasato kemudian keluar ruangan.
Merasa tidak ada yang akan datang lagi, Mighthus menggunakan kekuatan nya untuk menghilangkan luka tembak yang diberi Nanaisme. Meja kerjanya mendadak berubah jadi peta hologram setelah bagian yang ada dibalik itu terputar ke atas, disana menunjukkan banyak titik yang menyala dan mati. Menyala dan beda warna berarti Pengguna Kekuatan serta pekerja yang ada disana, untuk yang titiknya mati berarti nyawa seseorang telah tiada.
Mighthus berdecik kecil. "Apa yang dilakukan sebuah Bencana disini? Dan ada Riska juga. Haaa. Aku tidak menduga bila tempatku akan menjadi medan perang.. "
Mighthus mengatur semua fasilitas yang ada di Weacore lewat kantor kerjanya, membuat otomatis perbaikan di beberapa bagian yang dirusak Arufai dan Dhanana. Bencana ada yang bekerja sendiri dan bersama anak buah mereka, jika Pengguna Kekuatan memiliki Kode Nama yang membuat dirinya dijuluki sebagai Bencana, maka anak buah Bencana ini sering dikatakan sebagai Musibah atau Bencana Kecil.
Mighthus terhenti di tempat Nanaisme bertarung. "Apa maksud nya ini, Duhuin?? "
Kelompok AZ dan Rana terpaksa bertarung di medan terbuka. Mereka berdua beruntung tidak ada Weacore disekitar, itu sedikit membuat mereka sedikit leluasa dalam mengeluarkan kekuatan. Akan tetapi tetap saja, yang mereka lawan termasuk ke dalam Chaos Army. Cyborg perempuan yang dihack Pengacau berambut twintail pink itu nampak tak bisa dibantu lagi, atau lebih tepat nya ia dipaksa hingga menghancurkan tubuhnya sendiri.
"Aku kasihan padahal dia robot. " gumam AZ.
"J-jangan berhenti menembak dong. Keselamatan kita gimana nanti? "
"Rana, apa kau dapat mengendalikan peluru yang ditembakkan cyborg itu? "
"A-aku tidak tahu. Apa tembakannya mempunyai peluru? "
"Yang namanya senapan pasti ada.. "
"Eh? " pekik Rana saat AZ mendorong nya ke depan, disaat bersama Sanall membidik Rana.
"Apa yang kau lakukan!??"
Blast!!
Tembakan laser tertembak. AZ maupun Rana melompat ke samping kiri dan kanan. Bekas tembakan menghanguskan jalanan.
"Kenapa kau tidak menghentikan tembakannya? "
"Aku yang mati! " marah Rana setengah menangis.
"Kau belum mencoba nya. Lakukan sekali lagi.. "
"Eh--? " AZ mengangkat badan Rana ke depan dan menahan gadis itu.
"Kau mau menjadikanku perisai!? "
"Perisai Rana! "
"Woi! "
"Lelucon macam apa ini? Sanall, bunuh keduanya! "
"B..aik."
"Hiiih??! "
"Tenang, Rana.. "
"Bagaimana bisa!? "
"Tenang. Aku ada dibelakangmu, jika gagal kita berdua akan terbakar.. "
"Tak bisa dipercaya! "
"Meningkatkan daya tembakan ke 50,60,80%. Pengeluaran meriam laser disiapkan.."
"Meriam? Dia baru saja bilang meriam, AZ??" teriak Rana panik.
"Meriam juga ada peluru.. "
"Tidak. Tidak. Tidak! Itu terlalu besar untukku!! "
"Tembak!"
BLAST!!!
Aaaaaaaaaaaaa!
"............. "
Aaaaaaaaaaaaa!
"!? " Pengacau itu terbebelak melihat tembakan Sanall mengarah tinggi ke langit.
"Hmm? " Rana membuka matanya perlahan dan menatap ke langit juga.
BLLAAAAAAARRR!!!
Bagaikan selimut cahaya yang turun, tembakan meriam Sanall menyingkirkan awan mendung yang ingin datang tadi. Rana melongo tidak percaya bila Kode Nama nya berfungsi menghadapi peluru sebesar dan sekuat senjata api Sanall.
"Sepertinya bekerja.. " AZ berhenti berlindung dibelakang Rana dan beralih ke samping.
"A-aku yang melakukan itu? " tanya Rana.
"Ya. Karena aku cuma berlindung dibelakang mu tadi.. "
Bullet Control. Kode Nama yang menyakinkan Rana dapat mengendalikan setiap peluru yang tertembak kepadanya. Ada syarat khusus untuk Kode Nama Rana dapat digunakan, yaitu mengendalikan peluru itu sebelum mengenai. Jika seperti peluru yang dapat meledak sesaat bersentuhan dengan objek maka Rana tidak dapat menggunakan Kode Nama nya ini. Dalam kasus barusan Rana mengendalikan tembakan Sanall atau peluru meriam sebelum tembakan itu menciptakan ledakan besar.
"Hmphmp. Ternyata aku kuat.. " tersenyum sombong Rana.
"Ya.. "
"Woi. Aku tidak akan lupa karena kau baru saja menganggapku sebagai perisai tadi?! "
"Aku minta maaf.. "
"Tidak semudah itu, AZ. Kau harus mentraktir nona Rana yang hebat ini nanti.. "
"Ya-ya. Itu jika kita bisa selamat.. "
"Jangan buat dead flag gitu, bisa tidak? " sweatdrop Rana.
Massd yang bersiap menghadapi AZ dan Rana tiba-tiba pergi dari sana setelah merasakan sesuatu yang dapat membuat nya pergi.
"Dia pergi.. " tatap Rana.
"Tapi cyborg itu tinggal.. " AZ berdiri menghadapi Sanall.
".......... "
"......... "
Rana yang merasa ini bukan pertarungan nya, memilih untuk mencari tempat bersembunyi melihat AZ menghadapi Sanall. Jari AZ bergerak alus beberapa kali, Sanall juga menatap AZ tanpa menyerang selama beberapa detik. Saat dentuman jarum jam terdengar mereka sama-sama menembak sehingga peluru yang melesat itu mengenai satu sama lain. AZ tetap ditempat nya sama seperti Sanall, mereka menembaki sesama sampai beberapa peluru bertabrakan beberapa kali dan tak dapat menyentuh mereka.
Ctek!?
AZ kehabisan peluru, Sanall langsung saja menembak pistol AZ dan membuatnya terpental dari tangan. Sekarang anggota divisi 3 itu tidak memiliki senjata apapun.
Melihat keuntungan ada di pihak nya, Sanall membidik AZ tepat di dahi. Dan suara tembakan pun terdengar, tapi berasal dari AZ. Jari AZ membentuk isyarat menembak. Sanall yang kebingungan karena beberapa data tiba-tiba masuk ke kepalanya terhenti sejenak, itu membuat AZ dapat membuat atau menciptakan senjata railgun versi kecil yang dimasukkan nya ke dalam sniper laras panjang. Creates Fires, Kode Nama milik AZ yang telah berkembang setelah melakukan pelatihan bersama Divisi 0. Yang awalnya AZ cuma dapat membuat senjata api, sekarang dia bisa menembak tanpa senjata api walau daya serangnya menurun. Tetapi jika Kode Nama ini digunakan dengan potensi penuh akan menghasilkan serangan yang melebihi kuat dari Kode Nama biasa.
"Guk. Guk! " robot anjing yang sedari tadi berada dibelakang Sanall bekerja sebagai amunisi tiba-tiba maju setelah menjatuhkan amunisinya.
Rana keluar dari tempat nya berlindung, ia mengangkat pistol Glock 20 dan menembak jatuh anjing robot. Hingga korslet.
"Aku kira dia tidak bisa menyerang.. " kejut Rana.
"Namanya juga anjing.. " tambah AZ.
"Komposisi tenaga penuh. Membersihkan jalur tembakan.. " angin membelah di depan AZ dan memerangkap Sanall di dalam sana, membuat cyborg itu kesusahan untuk bergerak.
"Maaf bila ini sakit.. " bisik AZ.
Tembakan Berkekuatan Rail : Peluru Bercahaya
Blast...
Tembakan dilepaskan, slow motion dari sudut pandang depan memperlihatkan peluru AZ yang bersinar lalu menancap di pundak Sanall. Setruman listrik menjerit ditubuh besi Sanall kemudian keluar merusak bagian atas dan samping kiri. Hampir seluruh bagian kiri Sanall hancur semua menyisakan lapisan yang melindungi jantung Sanall.
Rana ingin muntah melihat jantung itu berdetak. Rana menembak pingsan Sanall tanpa melihat.
"Huek.. " muntah Rana.
"Terimakasih sudah membantuku. Nanti aku traktir.. "
"Sama-sama---huek!! "
[ 2 Penyihir. 2 Ular ]
W Author POV W
Udara bergetar oleh tekanan aura milik Dhanana, tatapan marah itu terarah kan kepada Hoii--Penyihir Spatial Naga. Orang nya hanya tersenyum dengan penuh kepercayaan.
"Mau tanding kekuatan? Boleh! "
Drt!!
Holly hampir batuk merasakan dua tekanan aura menghimpit nya. Beruntung Safitri membawa anggota Divisi 3 ini menjauh.
"K-kau tidak apa? " tanya Safitri ramah.
"T-thanks. Tapi bisakah kau menyembuhkanku? Biar aku bantu melawan mereka.. "
"B-baiklah.. "
"Maaf, Kathy. Nanti kakakmu datang untuk menolongmu juga.. " ucapnya melihat Kathy di atas sana.
"A-aku baik saja, kak.. "
Safitri merentangkan tangannya ke Holly namun terhenti oleh terjangan ular hijau yang sangat besar. Ular itu menghancurkan bawah kedua nya dan keluar dari sana. Safitri--Penyihir Malam membuat pelindung sihir di waktu yang tepat.
"Aku tidak akan diam saja, tahu.. " cetus Arufai.
"Maaf.. " Safitri menggunakan sihirnya untuk menjauhkan Holly dari medan pertarungan, lelaki itu berdecak kesal. Saat ini hanya ada mereka berempat yang siap mengeluarkan kekuatan penuh mereka.
""......... ""
"........ "
"....... "
"... Aku duluan! " bersuara Hoii.
Arufai refleks menyerang Hoii tapi ditangkis oleh pelindung sihir buatan Safitri. Dhanana memarahi Arufai karena berniat menyerang mangsanya, lalu berlari maju menghadapi Hoii.
Sihir spatial muncul di jalur lari Dhanana, 'musibah' ini melompat cepat melewati sihir Hoii.
"Hahaha. Aku tidak akan terkena cara yang sama lagi.. "
"Aku tak yakin.. "
"? "
Bayangan besar keluar dari sihir spatial Hoii, lingkaran dimensi nya melebar mengeluarkan sayap seekor naga yang menabrak Dhanana disaat dirinya di udara. Lebaran sayap itu memperkuat daya terlempar Dhanana sehingga terlihat sangat jauh.
"Sial.. " keluh Dhanana bangkit kembali. Ia baru menyadari bila ada dua sihir spatial hadir disamping nya, semburan nafas api tertembak disana membakar sosok Dhanana.
"...... " Arufai hanya diam dan melihat sebentar.
Dhanana keluar dari kobaran api serta melesat sangat cepat ke tempat Hoii bersama setengah badannya yang sudah menjadi ular.
"Hm. Jadi kau juga bisa melakukan itu? "
Hoii memunculkan beberapa sihir spatial dan lingkaran dimensi di depan jalur, Dhanana bergerak zig-zag cepat menghindari setiap cengkeraman dari tangan naga yang keluar beberapa kali mengincar dirinya. Melihat targetnya sudah sangat dekat, leher Dhanana berubah mirip ular, memanjang begitu saja mengigit Hoii.
Sontak saja Hoii menggunakan tongkat sihirnya sebagai perisai dadakan menghindari gigitan mematikan Dhanana.
"Jangan meremehkanku?! " marah Dhanana melapisi tinju nya dengan auracome dan menghajar muka Hoii, penyihir ini terdorong mundur dengan bekas lebam di muka.
"Hahaha! "
Hoii mengusap mukanya yang di hujar, rasa sakit dan ada yang patah disana. Walaupun begitu Hoii masih sanggup untuk tersenyum. Mengacuhkan sifatnya yang penuh semangat, ia juga maniak pertarungan. Terluka ditengah-tengah itu termasuk ritual untuk menang.
Suasana pertarungan berubah berfokus ke Hoii yang menguatkan tekanan auranya, yang mana seluruh medan disana dikuasai oleh dirinya. Sihir spatial yang sangat besar terasa dibelakang punggung penyihir bertelinga rubah itu, seekor naga hijau penuh menampakkan bentuknya.
Dhanana menjatuhkan keringat karena terkejut dengan kekuatan Hoii yang sebenarnya, tapi kemudian ia tersenyum. Senyum kemenangan.
Uargh!!?
Hoii batuk darah.
"Eh? " kebingungan orang nya, ada bau aneh di bekas tinju Dhanana.
"Itu adalah racun tubuh ularku. Menghirupnya sedikit saja bisa membuatmu keracunan dosis racun ular, walau tidak terlalu banyak tapi kurasa itu cukup untuk membunuh seekor rubah sombong sepertimu.. "
"H-Hoii!? " panggil Safitri.
Hoii terkapar disana dengan batuk darah tak bisa berhenti. Penyihir itu tidak dapat mengendalikan batuknya, Safitri yang mau membantu dihadang Arufai agar tidak mencampuri pertarungan.
"Lihat dirimu. Sombong itu ada batasnya, hahahha! " ejek Dhanana puas tertawa.
"Kau itu cuma rubah yan---? "
Burn!!! Aaaahhh??!
Sebuah bola api membakar tempat Dhanana sehingga membuat orang nya melompat jatuh agar bisa keluar dari itu.
"Ha, ah. S-siapa? "
Luna menghampiri Hoii yang sekarat dan memberikan sihir penyembuhan.
"Tahan sebentar, kak Hoii.. "
"Luna.. " lega Safitri melihat. Penyihir ini terkaget-kaget melihat Arufai berlari sangat cepat dengan niat membunuh mereka berdua.
Sihir Malam Tingkat II : Sapaan Tidur
Arufai menerima gelombang sinyal yang masuk ke dalam otaknya. Seketika perempuan ular ini jatuh dan dalam kondisi tidur. Safitri sekali lagi bisa melihat dengan lega.
"L-Luna.. "
"Istirahat, kak. Sisanya serahkan kepadaku.. " ucap Luna.
Ssssttt!
"! " Luna berbalik dengan cepat menghadap Dhanana, dua ekor ular mengigit tubuhnya dan racun dengan cepat masuk ke dalam Luna.
"Hahaha. Kau membuat dirimu mudah diserang. Bodoh sekali.. " ejek Dhanana.
"R-racunmu tidak kuat.. " balas Luna.
"Heee~~? "
Cruak!?
"Luna!! " panggil Safitri panik, pasalnya ada ular hijau besar yang tiba-tiba keluar dari dalam tanah dan mengigit bagian punggung Luna.
"Bagus, Arufai.. "
"Aku... Mengantuk sekali---zzzz. "
"Dia kembali tidur? Tidak masalah. Kau akan mati juga.. "
"Ha, ah, ah.. "
"? "
"Ha, ah, ah.. "
"Luna.. "
"K-kenapa kau masih hidup? "
"A-aku belum b-boleh mati. Kalau aku mati s-siapa yang akan membantu Kak Raka dan ketua! "
"! "
Pancaran cahaya yang sangat kuat keluar dari tubuh Luna mementalkan para ular dan menyembuhkan semua lukanya.
"M-mustahil.. " terkejut Dhanana.
Safitri terpana dengan apa yang dia lihat. Penyihir Classer ini ingat apa yang dikatakan ketua mereka, yaitu Riska. Jika Luna memiliki potensi untuk menjadi [Mage] selanjutnya. Kenapa begitu? Karena dari awal Kode Nama yang Luna punya adalah Mage. Inti kekuatan dari Solcode Classer sekarang.
Kemudian kekuatan [Mage] ini bertambah kuat setelah Luna terpilih sebagai Pemilik Kebajikan Kasih Sayang. Dan kekuatan ini berasal dari rasa cintanya kepada tiap-tiap orang dan tentunya, orang spesial baginya.
"Aku akan terus hidup. Lalu aku akan mengungkapkan perasaanku.! "
"Kenapa sihirnya bisa sekuat ini!? "
"Hidup itu datangnya dari cinta, dan tidak ada sihir yang bisa mengubahnya.! " Luna mengaktifkan Kebajikan Kasih Sayang nya.
Sihir Api Tingkat Spesial : Meteor Bumi Pembakar
"Terbakar lah!! "
".....!? "
BUUUUUURRRNNNN!!
Background MCF dipenuhi oleh warna merah api. Riska yang ada disana tersenyum melihat itu.
"Luna. Aku bangga kepadamu.." ucap Riska.
"Hei. Jika kau tidak fokus. Kau akan mati lo! "
"!? "
Aura hitam mengelilingi Riska.
Auroboros Circle
Lingkaran kuno tembus pandang dilihat oleh MCF, beberapa ular tiba-tiba muncul dari ketiadaan mengigit Riska hingga tak dapat dilihat lagi. Banyak darah bercucuran disana menandakan bila Riska terkena serangan MCF secara telak.
"Hmm?? "
Sihir Kehidupan Tingkat IV : Selimut Malaikat
Ular-ular yang mengerumbungi Riska secara perlahan terhempas darinya, luka gigitan yang ada tadi sembuh seakan waktu dibuat mundur dan ada perisai cahaya yang melindungi ketua Solcode Classer ini.
"Ternyata kau bisa menyenangkan juga ya... "
".....? "
MCF berbalik sedikit disaat bersamaan Dhanana datang dengan luka bakar dan Arufai yang dalam keadaan tidur tak sadarkan diri.
"T-tuan. Saya... Minta maaf! "
MCF menggendong mereka berdua sebelum jatuh.
"Kita bertemu lagi lain kali. Mungkin di perang.. "
MCF dan anak buahnya pergi dari wilayah Solcode Weacore. Riska memastikan bila tugasnya sudah selesai disini lalu datang ke ruangan dimana ada Mighthus.
"Lama tak berjumpa denganmu, kak Mighthus.. " sapa Riska.
Mighthus menonaktifkan peta nya dan mengembalikan tempat kerjanya seperti semula. Riska duduk di kursi tamu dan ia duduk di kursi nya.
"Apa tujuanmu datang kemari. Apa membujukku mendukung pemberontak sama seperti Ayaka? "
"Iya.. "
"Percuma saja, Riska. Memang Pasukan Pemberontak dan Riza memiliki kesempatan menang tetapi itu tidak 'pasti'.. "
"Haaa. Kak Mighthus memang suka memperhitungkan segalanya ya? Lantas kenapa kakak membantu Pasukan Pemberontak untuk perang? Bukankah itu sama saja dengan berharap kepada mereka juga? "
"Aku juga bisa bimbang, Riska. Aku tidak sama sepertimu, aku tidak berani menyeret anggotaku. Mereka sangat berharga bagiku.. "
"Aku juga sama, kak. Kami semua juga khawatir akan tetapi kami memutuskan untuk melawan dan menghadapi kenyataan. Tujuan Raja Shaker itu sangat berbahaya. Tidak ada yang bisa diharapkan disana.. "
"Kau salah, Riska.. "
"Eh? "
"Mungkin ada harapan menurut Raja. Selama ada kehidupan, maka akan ada masa depan. Apa itu salah? "
"Kak... "
[ Tugas Dituntaskan]
W Duhuin & Nanaisme POV W
Run. Run...
Nanaisme memutuskan untuk menghindari pertarungan ketimbang harus melawan musuhnya. Namun dari pihak lawan nampaknya tidak ada niatan untuk melepaskan Nanaisme begitu saja. Sesaat Nanaisme melewati tabung gas yang ada tiang nya, ksatria penguin disamping Duhuin menancapkan pedangnya ke tanah mengeluarkan pasak-pasak es panjang sampai menabrak ke Nanaisme.
Komandan Divisi 3 ini mengetahui serangan Duhuin dari auracome yang ia rasakan. Perempuan bersurai pirang ini melompat akrobatik melewati atas pasak es musuh.
Jrek!
"? "
Nanaisme menembaki tombak es yang tiba-tiba saja menyerang, mengangkat revolver kiri ke belakang menghancurkan pasak es yang lain.
"Dia membuat pelarian ini lebih sulit.. " batin Nanaisme menerka. Revolver kanan diarahkan komandan ini ke Duhuin. "Kau yang memaksaku bertarung! "
Dhuar?!
Tembakan besar tercipta dari selongsong kecil sebuah revolver, seperti bola api yang ditinju dengan sangat keras. Duhuin membungkus dinding esnya dengan auracome agar bisa bertahan dari tembakan. Asap dingin menutupi pandangan keduanya saat tembakan tertahan dinding es, Duhuin memasang kepala nya dan kesatria penguin menjauh, pedang yang tercipta dari bekuan es murni Duhuin ambil dan menghancurkan jarum cahaya yang terpantul ke tempatnya.
Nanaisme hadir dibelakangnya secara tiba-tiba, bukannya terkejut malahan hal itu sudah di antisipasi oleh Duhuin dengan memasang kepala nya secara terbalik. Nanaisme yang melihat posisi kepala aneh itu dibuat bingung.
El Directo Ice Stream
Jrak!
"! "
Duhuin menancapkan pedang nya sama seperti Ksatria penguin, bedanya pasak kali ini keluar dari belakang karena targetnya ada disana. Nanaisme menembaki pasak es secepat dia bisa sampai tak tersisa atau setidaknya tidak dapat mencapai ke tempat nya. Pasak es tidak dapat menjangkau Nanaisme dengan jumlah sedikit akan tetapi itu tetap membuat Nanaisme melangkah mundur ketika es mendadak menyusut lalu memanjang dengan sendirinya.
"Itu mengejutka---!? " Nanaisme kaget merasakan kehadiran ksatria penguin tepat dibelakang. "Sejak kapan----! "
Thurst!!
Sabetan pedang itu memuncratkan darah di punggung Nanaisme kemudian membeku, membuat rasa sakit bertambah. Perempuan ini berteriak keras sebelum menembak ksatria penguin.
"Dia robot'ka?! "
"?? "
DOR!
Revolver Nanaisme menghancurkan kepala ksatria penguin dan memperlihatkan suku cadang macam-macam besi. Disaat bersamaan Nanaisme memekik sakit karena lukanya terasa sesaat ia bergerak juga.
"Pedang yang digunakan nya tadi mengandung oli lama dan sudah berkarat. Aku berpikir apa yang terjadi bila darahmu bergabung dengan oli... "
"H-ahaha. Biasanya racun, sekarang tubuhku tercemar dengan oli b-bekas.. " tawa Nanaisme.
Komandan Divisi 3 ini menggertak giginya sendiri sampai terdengar suara patah dan tersenyum gila ke Duhuin.
"Apa dia tidak peduli dengan menerima luka lagi? Walau sebentar lagi mereka perang?? Mungkin dia cuma berpikir bisa sembuh, itu bila dia bisa kembali..! " batin Duhuin.
Duhuin memalingkan kepalanya ke posisi yang benar, mengambil satu pedang es murni lagi sebelum menghadap ke Nanaisme.
"Aku akan menangkap dan mengirimmu ke OMEGA! "
"Hahahaha. Itu lelucon yang bagus. Humph!! "
Nanaisme mengangkat revolver kanan ke depan dan menghancurkan revolver kiri bersama auracome yang sudah disiapkan, aura emas bergabung dengan jubah komandannya merubah warna disana menjadi kuning dengan memindahkan motif pada revolver ke kain jubah itu.
"Stand Form : Valkyrie Rishoot"
Revolver kanan Nanaisme menyatu dengan partikel besi bekas kehancuran revolver kiri merubah bentuk senjata api ini mirip layaknya fan gun sepanjang 50cm.
"Aku tidak ada alasan untuk berlama-lama disini. Jadi aku akan pergi setelah menembakmu..."
"Dengan kondisimu saat ini? Mustahil. Kau mungkin bisa kembali tapi tidak dapat mengikuti perang. Mengurangi kualitas musuh salah kewajibanku yang setia kepada Raja.. "
Nanaisme tiba-tiba tertawa dan mengeluarkan airmata. "Aku tidak ikut perang nanti? Itu sangat lucu. Ada satu hal yang lupa aku beritahukan kepadamu, anjing OMEGA. Kau tahu kenapa kami bisa bertahan selama beberapa tahun ini padahal OMEGA selalu memojokan kami? "
"Apa itu? "
"Itu karena kami ini kuat! "
Shine...!
Lingkaran pembidik muncul di depan fan gun Nanaisme, bercahaya sangat terang.
Duhuin menebas menyilang ke depan memunculkan dinding es berbentuk silangan, ia juga menancapkan kedua pedang esnya ke dalam tanah mengeluarkan pasak-pasak es.
[ Risesa Shooting Lighde ; Shining Valkyrie ]
Percikan kecil di depan pembidik menghasilkan tembakan laser listrik emas yang menghantam tempat Duhuin sampai disana sangat sulit untuk dilihat. Tembakan Nanaisme mengarah ke langit-langit awan dan membuat jalur asap dan membagi awan jadi dua bagian.
"Mencoba menahan kekuatanku dalam bentuk biasa adalah hal terbodoh yang pernah aku lihat. Kau bukanlah Alfharizy atau Rey.. " Nanaisme memperhatikan sebuah kepala yang berguling menjauh. "Mungkin kau melakukannya karena tidak bisa mati, "
Nanaisme tidak jadi menembak Duhuin karena teringat kata-kata Riza untuk jangan membunuh siapapun. Perempuan ini menggerutu kesal dan pergi dari sana.
Mighthus dan Riska yang menonton pertarungan Nanaisme dari ruangan kerja mematikan tayangan itu. Riska berdiri dari duduknya dan menunduk memberikan hormat.
"Sampai bertemu kembali, kak Mighthus. Di medan perang.. "
Pasukan Pemberontak angkat kaki dari EMixico setelah tugas mereka selesai, Solcode Weacore yang mengalami kerusakan kedatangan tamu mereka, siapa lagi kalau bukan OMEGA. Mighthus bertemh perwakilan dari OMEGA dan menjelaskan semua yang terjadi kecuali tindakan pengkhianatan nya. Sedangkan itu di markas pemberontakan...
"Cepat bawa komandan ke ruangan medis dan panggil Pengguna Kekuatan yang memiliki kekuatan penyembuh. Cepat! " perintahkan Harazuo.
Kegaduhan ini membuat banyak anggota Divisi yang berbeda berkumpul untuk melihat keadaan. Mereka khawatir dengan keadaan Nanaisme.
"Bagaimana? " tanya Eraser.
"K-kita sedikit terlambat. Oli yang diberikan Weacore sudah menyatu dengan pembuluh darah komandan Nanaisme, untuk menghilangkan oli ini mungkin kita harus mengeluarkan darah komandan. T-tapi itu bisa membuat komandan lumpuh. Walau tidak permanen tapi membutuhkan waktu yang sangat lama untuk sembuh.. "
Eraser melihat ekspresi dari Nanaisme yang menahan rasa sakit di ruang operasi, nafasnya naik dan turun secara cepat tanpa ada tanda tenangnya.
"Keluarkan darahnya. Dengan itu dia bisa selamat.. " perintah Komandan Besar Pasukan Pemberontakan ini.
"B-ba---! "
"---Tunggu, Eraser! " bersuara Nanaisme. "Berikan aku obat penahan rasa sakit. B-biarkan aku ikut dalam perang. "
"Aku tidak bisa membahayakan nyawamu nanti di medan perang, Nana.. "
"Jangan bercanda!! "
""! "" semua orang terdiam saat suara Nanaisme membentak.
"Dari awal aku tidak perduli dengan nyawaku asalkan keinginan Cry terkabulkan. Sampai keinginan itu belum terkabul aku akan terus berjuang. Walau harus mempertaruhkan semuanya! Aku mohon padamu. Ini kesempatan terakhirku bisa bertemu dengan Cry tanpa rasa bimbang.. "
"Nanaisme.. "
Drap, tap. Tap...
Riza dan Sister masuk ke dalam ruang operasi.
"Riza.. " Eraser.
Riza sejenak melihat keadaan Nanaisme sebelum ke Sister.
"Sembuhkan Nanaisme dan hilangkan oli ini. Tapi... Jangan sampai seluruh tenaganya kembali. "
"Baik, komandan.. "
"Haaa!? " memekik Nanaisme. "Jika kau bisa memulihkanku, PULIHKAN aku seluruhnya. Jangan setengah-setengah.!!!? " teriak Nanaisme emosi.
"??! " Nanaisme membelelakkan kedua matanya melihat Riza berbalik kemudian pergi dari ruang operasi dan Sister maju.
"R-Riza? Kembali. Hei. Aku masih bisa ikut berperang. Sembuhkan aku sepenuhnya.. "
"Maaf, nona Nanaisme. Tapi komandan sudah memberi saya perintah dan sudah jadi tugas saya untuk mengerjakan nya.. "
"Kalian pasti bohong. Eraser?! "
"Nanaisme. Kau sudah berada dalam batasanmu. Jika kau ingin menjadi beban, kau pasti membunuh anggota Divisi mu sendiri. "
"Padahal sedikit lagi aku bisa! Kenapa? KENAPA kalian tidak mengizinkanku untuk ikut perang!? Aku juga punya alasanku. Eraser! Riza! Jangan pergi!! "
"Aku mohon... "
Eraser menemui Riza yang menunggunya di luar ruangan operasi.
"Saya terkejut anda membiarkan saya, komandan.. " cetus Riza.
"Nanaisme sudah cukup menderita dengan kehilangan Cry. Tapi aku tidak suka caramu memperlakukan nya.. "
"Heh?"
"Jangan bertingkah bodoh. Semuanya sesuai rencanamu, bukan. Riza? "
".........Mungkin."
Eraser menghela nafasnya, menahan emosinya. "Kau sengaja memberikan tugas beresiko seperti ini agar membuat Nanaisme cedera dan tidak dapat mengikuti perang.. " tebak Eraser.
"Hanya itu yang bisa saya lakukan untuk Cry. Pembimbing Cry pernah berkata bila dia tidak menginginkan Nanaisme untuk ikut perang, jadi saya menyusun siasat untuk Nanaisme sambil menjalankan rencana. Apalagi Nanaisme adalah kekasih Cry, mungkin dia berpikir untuk mencari mati dengan mewujudkan keinginan Cry menghentikan Shaker. Itu alasan Nanaisme mengikuti perang ini.."
"Dia baik saja'kan nanti? "
"Ya. Sister cuma akan menyembuhkan nya dengan aura Nanaisme sendiri, jadi dia akan kelelahan akibat kehabisan tenaga.. "
"Gadis itu bisa melakukannya? Ultimatum memang hebat.. "
Sesi tanya jawab sudah selesai. Riza memandang Eraser dengan ekspresi... Sulit untuk mengungkapkannya.
"Ada yang kau inginkan dariku? " Eraser mengambil langkah pertama karena Riza tidak berkata sedikitpun.
"T-tidak ada.. "
"Yang benar saja. Setelah semuanya kau memutuskan untuk berhenti? "
Riza terkejut. Ia menggenggam telapak nya sangat kuat. "Saya... Ada tugas untuk anda. "
"Hahahahha. Itu lucu.. " tawa Eraser terbahak-bahak. "Sekarang giliranku untuk dikorbankan ya? "
"I-ini akan berjalan baik-baik saja jika kit---"
"---Kita melakukannya dengan benar? " potong Eraser.
Riza terdiam.
"Kau bisa melihat faktanya, Riza. Para komandan sudah melakukan nya dengan 'benar' dan kita bisa melihat hasilnya. Melihat dari ekpresimu aku menebak bila tugas ini sangat berbahaya. Katakan Riza. Apa aku... Akan mati nanti? "
"......... "
"Begitu.. "
Riza menutup matanya, ia sudah siap untuk dipukuli oleh Eraser. Tapi yang dilakukan Komandan Besar ini membuat Riza 'menangis' dalam diam.
"Kau bekerja sangat keras sekali ya, hahaha.. " Eraser mengacak-acak rambut Riza kemudian berjalan kembali ke kantor nya.
"Riza, temui aku di ruanganku. Kita bicarakan disana.. "
"Baik... Komandan! "
Preview Next Arc
A : Halo, para R. Bagaimana Arc 31 satu ini?
A : Ada yang kesal? 😂
Riza : *duduk dipojokan*
Nanaisme : R-Riza?
Riza : Aku minta maaf T~T
Nanaisme : 💧
Eraser : A
A : Hahahahahaha! Ane cuma mau buat cerita yg menarik dan penuh emosi. Walau harus mengorbankan MC sekali pun.
Rey : Nih orang sudah gila
Alfharizy : *download foto LOLI*
A : Ok. Untuk Arc selanjutnya akan memperlihatkan persiapan dilakukan oleh OMEGA. So nantikan saja. Bye👋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top