Arc 22 : Pertempuran HELL 2

W Author POV W

Divisi 0 yang membawa Riza telah sampai di Menara Jam Lockhead yang berada di barat wilayah HELL. Merekka memilih bagian itu karena saran Anifa, yang seharusnya disambut oleh OMEGA sebagai bala bantuan untuk Tomas.

"Sekarang apa? Tidak mungkin kau membawa Riza langsung, bukan?" tanya AI.

"Mizu juga tidak ada disini yang bisa membuat hujan yang lebat untuk mengalihkan perhatian. Tesisa.." jeda Hikari menatap Hyu.

"Kenapa Hikari-chan.? Apa kau ingin aku menghilangkan kesadaran para penjaga.? Boleh kok asal kau memintanya langsung lewat mulut.."

"Tcih!"

"Memang itu rencananya, Hyu.." sela Anifa mengingatkan. "Ow~~sekarang aku mendapat perintah~"

Hyu sedikit berjalan keluar dari gang, ia melihat ada banyak penjaga yang berjaga diluar menara jam. Namun dalam sekali jentikkan jarinya semua penjaga yang menjaga pintu masuk langsung pingsan tak sadarkan diri. Mereka segera mengarah ke pintu dengan Sky yang memimpin, Hikari bertugas menjaga bagian belakang bersama Hyu dan AI serta Oshima masih mendapat tugas membopong Riza.

"Bagaimana dengan bagian dalam? Pasti ada penjagaannya juga.."

"Soal itu ada dua orang kenalanku yang mengatasinya. Mungkin sebentar lagi mereka keluar.."

Tap, tap..

Dua Pengguna Kekuatan yang membawa pedang keluar lewat pintu masuk.

"Dia'kan.."

"Aku heran kenapa tuan Sota tiba-tiba memberi kita tugas menyerang OMEGA di HELL..." kata Rychy yang keluar dengan wajah kesal.

"......" sedangkan gadis kimono disampingnya cuma diam dengan mimik kesal.

"Kalian sudah membereskan semua yang ada di dalam?" tanya Anifa sembari tersenyum. "Sudah semuanya!"

"Bagus. Sekarang aku ingin kalian menyerang penjaga yang ada diluar sini. Biar OMEGA berpikir jika mereka diserang dan aku datang setelahnya.." perintah Anifa.

"Aku mengerti. Ayo Huda!" Rychy berjalan melewati Divisi 0 dan Riza, gadis kimono bunga mengikuti disampingnya.

"Mereka siapa?" tanya Oshima tak tahu.

"Yang pria bernama Rychy, Pemenang Kursi ke-24 menggantikan Rey Si Ahli Pedang yang menghilang sedangkan rekannya bernama Huda. Seperti yang kalian lihat dia memiliki kebencian yang kuat pada OMEGA, dan Pemegang Kata Buruk 'Benci'.." jelaskan Hyu.

"Cukup bicaranya.." tegur Novy masuk duluan, Oshima yang terkejut sontak saja mengikuti bersama AI.

"Aku... Mau berjaga diluar!" seru Hikari berhenti. "Mizu masih ada diluar sana dan juga," Hikari kembali menjeda kalimatnya dan menatap Anifa serta Hyu.

"Berhati-hatilah. Biar aku yang menjaga Riza.." sahut Sky. Kelompok Riza masuk ke dalam lift.

"Hyu, temanilah Rantai Iblis disini. Aku mesti menyusul tuanku.."

"Pergi saja. Kami pasti baik-baik saja. Benar'kan, Hikari-chan~?"

"Hu..."

Anifa menyusul kelompok Riza masuk ke dalam lift.

"Kau masih belum mempercayai kami walau sudah membunuh Anifa-chan sekali.?"

"........."

"Hmp. Kau bebas melakukan itu tapi jangan membuat hal itu jadi beban untuk semuanya. Aku tahu kau adalah anak yang baik, Hikari-chan, tapi kadang anak baik itu lumayan merepotkan.."

"Berisik.!"

"Ara~~"

W Dinan & Kawaii POV W

Sihir Hitam : Tombak Kematian

Sihir Putih : Tombak Pensucian

Dua tombak spiral topan melesat di atas kepala keduanya, sedangkan Farmuhan cuma menyerahkan serangan Dinan dan Kawaii ke Peri Hijau Kemusiaan yang bernama Hulo.

Sihir Peri Perlindungan : Tiupan Damai

Fush...

Hulo menghembuskan nafas angin yang melemahkan serangan hingga sampai ke bentuk hembusan angin saja.

"Lorua.." panggil Farmuhan ke Peri Hijau Kesesatan yang ada disamping kiri.

Sihir Peri Kemaksiatan : Kabut Hilang

Lorua menebarkan serbu sihir menjadi kabut tebal yang penuh bintik-bintik merah kehijauan. Kabut itu menyerang Dinan yang mengayunkan pedang. "..?" aura pada pedang lenyap jadi pecahan cahaya.

"Tidak seperti tahun dulu, aku banyak menciptakan sihir baru tahun ini, kawan.." beritahu Farmuhan. Dinan mematahkan pedang itu saat kabut mencoba mendekati tangannya, sekarang cuma ganggang yang tersisa dari milik Dinan.

"Hati-hati.." bisik Dinan ke Kawaii sebelum nun itu maju.

"Apa kau rekan barunya Dinan, nona?"

"Saya bukan!" tusuk Kawaii menggunakan pedang satu tangan itu, tusukannya cuma ditangkis oleh tongkat pendeta milik musuhnya.

Disaat bersamaan kabut peri berkumpul di atas dan menelan Kawaii tanpa Farmuhan yang terlebih dulu menjauh.

"Sangat disayangkan kau kehilangan rekan lagi.."

"Aku tidak punya rekan. Buonaah dia sudah bilang?"

"...?"

Light?!

Sinar putih menembus kabut milik Luroa. Ditempat itu berdiri Kawaii yang kini mengenakan seragam putih polos dengan lambang perempatan emas dibelakang punggung.

Awakening Mode : Appreance the Saver

Gerbang Malaikat Surga, Tingkat Pertama : Prajurit Cahaya

Gerbang putih dengan motif sayap emas muncul dibelakang Kawaii, gerbang terbuka mengeluarkan lima ksatria malaikat dengan zirah putih bergaris emas murni. Kelimanya menggunakan pedang, busur, tombak, perisai dan tongkat sihir.

"Itu bukannya kebalikan dengan kekuatanmu, Dinan. Dan kalian bekerja sama?"

"......."

Farmuhan beralih ke Kawaii yang membungkus pedangnya dengan cahaya. Ksatria malaikat busur dan pedang bergerak menyerang kompak, Hulo dan Luroa bergerak melawan keduanya disambung Farmuhan yang menembakkan bola sihir kepada Kawaii tetapi dihalau oleh pengguna perisai.

Pedang Cahaya Keselamatan

Ledakan cahaya putih menutup seluruh ruangan dan membutakan setiap pandangan.

"........"

"Kenapa dia tidak menyerang??"

Wush!

"?!"

Dinan tiba-tiba hadir dihadapan Farmuhan dengan seluruh badan tertutup api ungu.

Api Neraka Pendusta

Dinan menebas Farmuhan dengan api itu, musuh itu terpental ke belakang oleh dorongan dari ledakan api ungu yang menyakitkan. Tidak sampai disitu malaikat pengguna tongkat merapalkan sihir pengikat, kain cahaya membungkus badan Farmuhan.

THURST!

Ksatria malaikat pengguna tombak terbang dengan sangat cepat, dan menusuk dengan sangat kasar.

"Urgh?!!" Farmuhan melepas paksa kain yang dikeluarkan, dirobek. Tongkat pendeta ia hantamkan ke dada malaikat tombak hingga jadi abu asap.

"H-haha. Kerja sama yang l-lumayan, Dinan.."

"......" Dinan melompat jauh mundur ke Kawaii lalu memintanya untuk mempertahankan perisai.

Sihir Hitam : Benang Penghasut Iblis

Empat benang ungu lavender terlihat ke belakang leher para ksatria malaikat. Itu adalah kekuatan Dinan untuk mengontrol objek ataupun makhluk hidup. Dinan menggerakkan mereka untuk menyerang secara bersamaan.

"Apa yang kau lakukan?"

"Lakukan saja. Perkuat pertahanannya. Dia sudah mulai serius.!"

Farmuhan menyeringai. Peri terakhir, Peri Hijau Ketaklukan terbang di atas kepalanya.

Sihir Peri Kesusahan : Dialog Terbalik

Background seakan terbalik, Farmuhan ditempat lawannya, Dinan dan Kawaii ke tempat Farmuhan.

"Cepat!" teriak Dinan, Kawaii segera memberi kekuatannya ke ksatria malaikat pengguna perisai.

Sihir Pemusnahan : Penjara Bola Penghapus Keberadaan

Dinan, Kawaii dan keempat malaikat yang telah ditukar posisinya terpenjara ke dalam bola hijau tipis yang sangat besar. Bola itu mengecil dan semuanya langsung meledak seperti getaran yang tak terhingga. Ksatria malaikat perisai yang melindungi Dinan dan Kawaii bahkan mati juga demi melindungi keduanya. Dinan sontak saja segera mengeluarkan perlindungan gelapnya.

"Kenapa bisa sekuat ini?!" panik Kawaii bercampur gugup.

"Ini m-menyebalkan sekali!" Dinan dengan terpaksa menggunakan kekuatan Bencana..yang malas ia pakai.

Aura dosa dan pemusnah saling beradu kuat saling mengalahkan.

Awakening Mode : Solides's Sin's

Muka Dinan seperti retak padahal itu cuma tato yang menjalar disana, pedang baru dipegang tangan kirinya yaitu sebuah longsword putih lavender yang mana bagian ujungnya berbentuk hati yang hancur.

"Sungguh kekuatan terkutuk yang hebat tapi... Aku juga belum serius!"

"Maaf saja, Dinan, tapi... Aku tidak akan mundur dari sini. Kau ingin menanyakan itu'kan?"

"Ya, tapi tidak jadi. Lindungi dirimu sendiri dari sekarang.."

Awakening Mode : Despair le Arc

W Normal POV W

Di bagian barat HELL bersama Mizu..

"Hya!" Mizu mengalahkan anggota OMEGA terakhir yang berjaga di dalam mini market. Setelah selesai memeriksa bagian Mizu memutuskan untuk mencari perbekalan dan kebetulan ada mini market terdekat. Tinggal kembali dan memberikannya ke Divisi 0.

"Huu, lelah juga bekerja sendiri. Good job, watashi!"

Tepat saat diri Mizu berbalik badan ada satu anggota musuh yang memiliki kekuatan pengekang lalu menangkapnya.

"Akhirnya setelah lama bersembunyi aku bisa juga menangkapmu, gadis pemberontak. Disini anggota regu barat 2 , aku menemukan--"

"Gawat. Aku harus kabur darinya--"

"Gargh!?" musuh Mizu mendadak tersentak oksigen kemudian langsung tepar tak sadarkan diri. Tidak berselang lama Dwi muncul.

"Apa yang kau lakukan di mini market sampai ketahuan.? Aku tahu, kau pasti lapar.."

"......."

"Jangan jawab. Aku mengerti kok.."

"Nih orang buat kesal ya.?" pikir Mizu.

Singkatnya Dwi membantu Mizu membawakan semua bekal. Mereka mencuri di mini market.

"Kita melompat lewat atap saja. Selama perjalanan menelusuri wilayah ini aku bertemu banyak anggota sesama organisasi. Benar mereka tidak kuat tapi semuanya merepotkan.."

"B-baiklah.." Mizu menyetujui usulan Dwi. Ia menciptakan hujan yang sangat deras tapi tidak membasahi keduanya, cuma disekitar sampai membuat mereka susah dilihat.

"H-hei.."

"Hm?"

"K-kau anggota OMEGA... Yang asli, bukan? Kenapa kau mengkhianati kubumu?? B-bukan berarti aku menentang keputusanmu, aku cukup senang kau mau membantu kami.." Mizu jadi tsundere.

"Kenapa ya. Asal kau tahu saja impianku adalah menjadi pelawak terkenal. Di kubuku banyak orang yang tertawa dan tersenyum karena candaanku. Aku sempat berhenti jadi peladak karena sesuatu tapi OMEGA, organisasi itu menghidupkan kembali sisi diriku ini. Walau bukan lagi menjadi impian, setidaknya pelawak adalah hobi untuk menghibur rekan-rekanku dan juga diriku.."

"........."

"Aku akan sangat senang andai kalian para pemberontak tidak selalu menganggap kami sebagai 'sesuatu' yang jahat karena banyak diluar sana tujuan hidup mereka terselamatkan berkat OMEGA. Termasuk aku.."

"Tapi yang rajamu lakukan adalah hal yang salah. Membuat negara sempurna dengan pengorbanan... Itu akan menciptakan kebencian!"

"Kami juga tahu itu.."

"He??"

"Bahkan ada beberapa anggota penting yang tidak setuju dengan raja di OMEGA. Kami tidak butuh negara seperti itu, yang kami butuhkan adalah kepercayaan untuk hidup bersama. Tapi entah apa yang raja capai itu, selalu ia tolak semua yang kami tidak setujui. Aku menjadi salah satu Tombak Kemenangan untuk mendukung orang-orang penting itu..." Dwi menatap Mizu dengan tatapan yang tak bisa diartikan namun masih dapat dipahami.

"Kami sama seperti kalian yang menginginkan kedamaian Wattpad Paralel. Tapi... Adakah cara lain selain melakukan pengorbanan?"

"Itu... Aku tidak tahu."

Mizu merenung dan entah kenapa teringat Riza.

Masalah selalu membawa kesulitan tapi bukan berarti tidak ada cara untuk menyelesaikannya. Coba pikirkan, apa yang seorang bayi lakukan jika dia lapar? Ya, dia akan menangis.

Lalu apa yang harus aku lakukan untuk menghadapi Shaker yang notabene Orang Terkuat di dimensi ini? Ada dua jawaban.

Aku tidak bisa mengalahkannya dan aku bisa mencuranginya.

Tapi walaupun aku bisa menang, penduduk dunia ini sangat mempercayai Shaker. Ketimbang bertarung dengannya aku lebih suka berbicara dengannya.

Mustahil? Kenapa tidak. Tapi aku percaya ada jalan penyelesainnya!














"Kak Riza..."

"Ada. Jika tidak ada cara, masih ada jalan. Dan aku sangat yakin jika Kak Riza bisa---?"

"!?"

Daer!

Sebuah sambaran petir memisahkan Dwi dan Mizu yang tengah berdiskusi.

"Id Wattpad Mizu_Hikari... Kau akan mengatakan dimana Riza Si Author berada kepadaku!" muncul seorang gadis berambut pirang yang mengenakan armor putih berberlian merah keunguan. Dapat dilihat percikan petir warna yang menyetrum disekitar gadis ini.

"Siapa kau?" tanya Dwi memberi tekanan kekuatan. "Aku tidak bertanya padamu dan kenapa kau yang bertanya.? Aku menanyakan Pengguna Kekuatan bernama Mizu disana!"

"........"

"Katakan Mizu Payung Kehujanan, dimana Riza Si Author berada sekarang?!"

W Riza POV W

Letakkan tuan disana!

Ugh Riza berat juga.

Komandan Novy, ada yang mesti kita bicarakan!

Tunggu, Sky. Tidak ada waktu untuk itu. Aku harus memeriksa tuan Riza.

Serahkan saja Riza padaku. Komandan? Kau berhutang penjelasan kepada kami.

Kuserahkan Riza padamu, AI. Oshima, kau ikut aku.

Eh?













"S-siapa.?"

Aku merasakan seluruh tubuhku sangat... SANGAT sakit. Tomas benar-benar marah padaku. Semoga saja Anggita tidak terganggu dengan itu.

"Umm..." mataku terbuka perlahan dan aku berada di atas semacam panjang yang lembut... Andai aku tidak memiliki patah tulang disetiap sendi gerakku.

"Aku kira ada AI t-ternyata cuma aku s-sendirian disini--ouch!"

"SAKIT!!"

Tomas... Kau tidak tahu apa namanya menahan diri.

"Jika dipaksakan luka anda pasti bertambah parah, tuanku.."

"Argh! A-Anifa s-sejak kapan??"

"Baru saja.."

Anifa mendekat dari samping lalu.menyentuh perutk--

"Sakit--he? Kok tidak??"

"Kekuatan saya adalah menghilangkan 'keberadaan'. Menghilangkan luka sama saja dengan keberadaan atau wujud luka tersebut..."

"Jadi begitu caramu meyakinkan Hikari dan semuanya. Hebat juga.."

"Bagaimana anda bisa tahu?"

"Entah? Aku juga sering melakukan kebohongan. Maksudku kita ini adalah mahkluk terpintar yang tak sempurna.?"

"...??"

"Kau tidak mengerti?"

"Terkadang perkataan anda lumayan membingungkan seperti pemimpin, tuanku.."

"Beneran sama seperti... Ayah kandungku? Hei Anifa, bisakah kau berhenti menyamakan aku dengannya. Aku bukan dia karena aku adalah cuma diriku seorang.. Dan bisakah kau cepat menghilangkan patah tulang ini? Rasanya sangat sakit jika sembari bicara.."

"Owh~maaf atas ketidakpekaannya saya.."

"Ugh..!"

Aku dapat merasa rasa sakit sebentar bersamaan saat Anifa menyentuh bagian yang patah. Rasa kayak makan buah yang penuh ulat. Ugh!

Touch...

"Hm? Kenapa kau memegangi wajahku? Ada yang aneh?"

"Anda tampan juga tanpa kacamata, tuanku.."

"H-aah?! B-berhenti memeganginya.." sembrutku merona. Anifa baru saja menggodaku.

"Maafkan saya.."

Anifa beranjak turun dari depanku. Apa pelayanannya sampai segitunya? Bagaimana jika ada yang... Melihat..?

"............"

"..........."

"Owh~~?"

Anggita berdiri di sana, bersama AI di pintu kamar.

"Ini diluar dugaanku.." gumam AI bisa aku dengar. "A-Anggita, k-kau tidak berpikir yang m-macam-macam'kan? Aku yang tidak bisa bergerak dan s-susah bicara ini. K-kan.?"

" ....... " Anggita cukup lama terpana lalu satu tangannya menutup mulutnya.

"Apa yang kau gumamkan disana? Anggita!?"

"Bukan apa. Hanya aka aku merasa semua kata-katamu di pelaminan itu seperti mimpi saja.."

"Hoi! Aku sungguhan mengatakannya dari lubuk hatiku. Itu bukan mimpi! Dan jangan biarkan kesalahpahaman ini membuatmu berpaling dari kenyata--"

"--RIZA... BODOH!!"

"A-aku... Minta maaf."

"Hihihi..."

"Dan berhenti tertawa, Anifa. Aku tahu kau menggunakan kekuatanmu agar mereka tidak bisa melihatnya..."

Apa kemarahan Anggita adalah hadiah kesembuhanku? Ini terlalu kejam T~T




























































































Preview Next Arc

A : Malam all, ane up dan Riza ane sembuhkan + mendapat amarah dari Anggita

A : Sesuai janji Arc depan aakn jdi peraturan Dinan dan Kawaii vs Farmuhan FULL.

Mizu : Ada juga pertarunganku lo^

Dwi : Nantikan saja. Dinanti saja up next Arc. Di minggu depan para R

Anifa : Sampai ketemu lagi. Bye^^

RychyAlhuda, 0shima24, DwiHitoshi, 121_hyu, AI_BlackWhite, mizu_hikari, HikariKawaii9, anggita157

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top