Arc 16 : Pesan Itu.!
W Author POV W
Diga menutup pintu terbuat dari besi itu, ketebalannya bertambah setelah aura biru keluar dari telapak Diga hingga menjadi baja. Allyn terlihat di meja kerja Diga tengah memainkan alat penghitungan waktu bola benang.
"Tawaranmu sangat menyulitkan, Allyn. Jika Riza mati? Tidak ada yang dapat mengalahkan Shakker.." cetus Diga.
"Aku bisa!"
"Dia percaya diri sekali.."
Allyn menaruh Buku Kosong di atas meja dan menyerukan 'Time On', jam hologram tercipta dibuku tersebut.
"Aku telah menanamkan bom waktu. Buku itu akan musnah jika kau mengingkari janji kita.."
"Kau cuma menggertak.."
"Mau coba?" tantang Allyn, jam hologram membesar di Buku Kosong. Diga terdiam.
".........."
".........."
Allyn menerima hawa permusuhan dua orang sekaligus dari arah belakangnya. Aroki serta Aoyuki sudah berjaga.
"Kau memiliki dua anak buah yang lumayan, Diga.."
"Bicaralah saat kau menatap wajah seseorang.." seru Aroki melirik tepat ke belakang, di mana bayangan Allyn muncul.
"Tidak masalah. Di sana ada jebakanku juga.." tambah Aoyuki. Allyn menginjak satu lingkaran seketika pasak es membekukan bayangan Allyn.
"Eeh~~" senyum tertarik Allyn.
"Hentikan! Kita ada di tengah-tengah kota Nightstay, ada Penjaga HELL yang tinggal di sini.!"
""........."" Aoyuki dan Aroki menurunkan aura mereka, Allyn juga sama. Diga berdehem sesudah membentak. "Allyn, aku akan memikirkan tawaranmu. Sementara ini cobalah untuk tidak mencolok."
"Itu yang aku suka darimu, Diga.." Allyn membuat dimensi ruang dan masuk ke dalam sana.
Diga mendesah lelah.
"Diga.."
"Jangan salah paham. Aku juga tidak ingin menuruti Allyn, seharusnya tidak jadi seperti ini.."
"Nona, Buku Kosong sangatlah penting bagi Shaker dan juga kita.."
"Terimakasih mengingatkanku, Aroki.." Aroki cuma menatap datar. "Aku juga punya tugas yang cocok untukmu,"
Diga kembali mendesah, dan sementara itu Allyn berjalan di kerumunan kota.
W Another POV W
"Apa maksudnya ini, Anggita?" tanya laki-laki berambut coklat dengan kacamata, yang mana tanda Belover tergambar pada dirinya dan para penjaga yang seharusnya menjaga perempuan berambut putih panjang. Mereka menghilang berkat kekuatan HOPE.
Belover : Lock On
HARAPAN : 'Hilangkan orang yang tidak penting'
"Riza tidak ingin ada kebohongan lagi.." jawab Anggita. "Itulah kenapa kau melakukan ini?"
"Hm.."
"Yang benar saja.!" kesalnya tertahan.
"Aku menyetujuinya.."
"Nona?!"
"Luukie, aku rasa Riza sudah menahan rasa sakit yang tidak kita ketahui.."
"Bisa kita ke topik utamanya.?" kata suara hati Riza.
"Hm. Kau terlihat sangat berbeda saat kehilangan ingatan, Riza.."
"Kau mengenalku?"
"Kita pernah bertarung bersama.."
"Seperti yang kubilang 'kau terlihat sangat berbeda'.."
"........"
"Riza.." panggil Anggita menyadarkannya dari kebisuan.
"......"
"Riza.!" panggil Anggita kepada Riza yang diam.
"Kalian ingin mendengar tentang kak Cry, bukan.?"
"?!" Riza refleks menatap perempuan di samping Luukie. "Memang itu tujuanku memanggilku ke sini." Luukie meminta keduanya untuk duduk tenang.
Saat Anggita dan Riza ingin duduk, perempuan itu berkata. "Aku pemilik hotel ini dan kak Cry pernah menyelamatkanku saat kecil,"
".........."
"Aku Reiska Audliya.."
W Other POV W
"Kalian yakin dengan semua ini?" And diam melihat Hikari serta Mizu berpindah ke kapal yang lebih kecil. "Riza ada di luar sana. Tidak akan kubiarkan dia sendirian." sahutnya.
"Dasar tsundere.."
"Tugas kami adalah melindungi kak Riza.." sambung Mizu, membantu menyusun barang-barang yang dibutuhkan.
"Kau tenang saja, And. Aku ikut bersama mereka juga.."
"Bukan itu yang aku khawatirkan.." And memasang muka masam saat Rei ikutan. And berkacak pinggang. "Andai saja Komandan Nanaisme tidak ada di sini aku juga ingin ikut tetapi kami punya tugas penting lainnya,"
"Titanic akan kembali ke markas.!"
Tap. Tap... Tap..
"?" And mengintip ke belakang di mana rombongan Harazuo datang. "??"
"Reguku akan membantu Hikari.!"
"Kau.?!"
"Perintah dari komandan.."
"Orang itu.!" decih Hikari. Berbeda dengan Mizu yang menerima senang hati.
"Kapal ini kecil.!"
"Kau banyak mengeluh selama 2 tahun ini, Hikari. Aku jadi khawatir dengan pahlawan kita.."
"Bukan urusanmu!" Hikari pergi ke kemudi kapal sambil kesal. And menggeleng seraya tersenyum.
"Aku serahkan padamu."
"Baik."
W Back POV W
"Kak Cry menyelamatkanku dari rencana orang itu, rumah dan kota tempatku tinggal hancur, beruntung kak Cry tidak mudah menyerah dan di tengah keputusasaan kami dapat membalikkan keadaan.." cerita Reiska.
"Cry juga membantu kita saat ROAR mendesak waktu itu, dengan membiarkan keponakannya?"
"Kalian membuang waktu dengan menceritakan sesuatu yang tidak ada hubungannya denganku.." ucap Riza agak dingin.
"Ini penting, Riza. Karena kak Cry bertemu denganku maka dia dapat menitipkan pesannya.."
"?"
Reiska mengeluarkan kartu Id Card warna dengan oval di ujung samping.
"Pantas saja tidak ada ternyata di sana.!" seru Rosa tiba-tiba bicara.
"Apa itu, bibi?"
"Awakening HOPE. Dan di sini aku masih muda!"
"Kak Cry menitipkan kartu ini untuk diserahkannya padamu. Ambillah ini punyamu.." Reiska mendorong kartu itu hingga ke dekat tangan Riza.
"Ini benda yang sangat penting.."
"Aku tahu..!"
Riza mengambilnya, benda itu tiba-tiba bercahaya dan masuk ke HOPE sebagai cahaya.
"Apa itu tadi?" batin Riza kaget.
"HOPE telah mengambil apa yang jadi miliknya.."
"Dengarkan Riza, kak Cry telah mencoba memperingatimu tapi dia tidak memiliki keberanian untuk melakukannya.."
"Kenapa dia membutuhkan keberanian? Apa yang dia takutkan?!"
"Kau! Dia takut pada tindakanmu setelah mendengar kenyataannya, Riza.."
"....."
"Ini adalah keputusanmu. Semuanya tergantung pada apa yang kau percayai.." Riza berekspresi mantap. "Akan kudengarkan!"
"Kak Cry membuat teka-teki, 'Temanmu berkata cuma fatamorgana tapi yang lain katakan itulah kenyataannya'!"
"........."Anggita melirik telapak Riza yang tergenggam kuat.
"Kak Cry juga membuat pilihan. Pergi ke OMEGA atau Menara Kebenaran.."
Trek...
Tangan Riza menghasilkan suara patah.
"Tentu... Aku akan menemuinya di Menara Kebenaran!"
W SKIP POV W
Tap.. Tap!
Riza berjalan sangat cepat di lorong hotel, Anggita mengikutinya mulai dari ruangan Reiska.
"Jika kau memikirkan cara tercepat ke tempat itu, HOPE bukanlah jawaban.." ingatkan Rosa.
"Tidak bisa ya.."
"Kau sedang memikirkan apa, Riza?" tanya Anggita penasaran, Belover pada Riza sudah hilang. Riza mendadak berbalik badan. "Anggita, terimakasih. Kau sangat membantu walau aku tidak mengerti tujuanmu." Anggita mengulas senyum ke Riza. "Kau tamuku,"
"Itu saja?"
"Ya~~"
Riza tersenyum. "Kau aneh.."
Ponsel Anggita mengeluarkan suara dering.
"Halo senior.."
"Pergilah ke HELL, Anggita. Penjara dibobol!"
Preview Next Arc
A : Pagi semuanya, ane up subuh senin :#
A : Akhirnya akan ada fight di arc ini
Salsa : Yosh, aku siap kembali
Trash : *menunggu*
Via : *isi kuota*
Allyn : *jalan-jalan di komplek petugas HELL*
A : Bagaimana arc ini? Ane sengaja gk buat fight karena mau fokus ke pembahasan misteri tentang Cry dan Riza. Ane harap para R peka xD
Anggita : Sekian untuk interview kali ini. Sampai jumpa semuanya^
Alfharizy : Bye '-'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top