Arc 16 : HOPE Awakening Form
W Author POV W
"Kau ingin menggunakan Awakening Form?"
"Ya.." Riza terdiam sejenak, cukup lama. "Baiklah. Denga--"
"--Riza!" teriak Anggita tiba-tiba. Tembakan darah melesat menembak ke kepala Riza, HOPE terbuka sebuah greatsword terbang keluar sangat cepat dari sana, menangkis tembakan darah Salsa.
"Pertama, kau harus beradaptasi dengan HOPE. Kedua... Kau harus menunggu, Riza."
"Aku tidak tahu apa yang harus kutunggu tapi, tidak ada pilihan lain?"
"Ya.."
Riza menghela dan mengambil pedang bermata putih susu dengan garis merah di tengah itu.
HARAPAN "Buat Pedang Penghilang Kata melindungi Riza"
HUKUMAN : "Hilangkan salah satu dari musuh"
HOPE memperlihatkan kemampuannya dan bersamaan dengan itu Trash menghilang dari TKP.
"Di mana kau, Trash?!" teriak Salsa mencari.
"Akan sulit jika kau mesti melawan dua musuh'kan?"
"Trims, Rosa--guru."
"Guru??"
"Mulai saat ini aku akan memanggilmu guru, maka dari itu ajari aku semua yang kau ketahui tentang HOPE dan Author... Guru."
"Kau tidak tahu cara menggoda yang benar ya.? Mungkin aku harus melajari hal itu juga.."
"Riza!" aura Salsa meningkat. "Kembalikan Trash!" lanjutnya dingin.
"Bertahanlah selama 10 menit.."
"Haha, itu..susah."
Salsa melesat cepat. HOPE menyingkir saat Riza melayani aduan pedang Salsa, tebasan menyilang cepat dihujamkan oleh Salsa dan percikan api tercipta setiap kali Riza berhasil menangkisnya.
"Kenapa? Kenapa dia dapat menangkis seranganku? Bukankah dia tidak memiliki kemampuan berpedang??"
HOPE membuka halaman 'Pengabul Perkataan' di kata 'HARAPAN.' tertulis 'Berikan Riza keahlian berpedang' dan di 'HUKUMAN' yaitu 'Kelelahan lebih awal bagi musuh'.
Trang?!
Salsa sedikit tersentak ke belakang pada saat dirinya melalukan ayunan.
"Apa yang terjadi? Kekuatanku.?"
Di saat bersamaan tubuh Salsa semakin berat. Riza menyeringai seketika.
"Bekerja dengan cepat.." bisik Riza terdengar.
"!"
Slash!
Tebasan greatsword memukul Salsa mundur, bahu kirinya mengalir darah segar.
"Urgh!?"
"Sakit? Begitu juga yang dirasakan yang lainnya.."
"Aku tahu! Luka itu sakit tapi kau tahu yang lebih menyakitkan.? Yaitu saat dimana kerja kerasmu dianggap sia-sia.." Salsa mengangkat Pedang Darah-nya. "Dan aku akan melakukan apapun untuk melindungi orang yang menyembuhkan rasa sakit itu,"
Riza menjadi diam setelah mendengar perkataan Salsa.
"Ya, aku juga akan melakukan apapun demi mengisi kekosongan hati ini.." batin Riza.
"Riza, aku sudah selesai. Bersiaplah untuk 'terbangun'.." cetus Rosa mendadak.
Riza sempat melihat ke tempat Anggita.
"Lakukanlah, guru. Aku ingin ini cepat berakhir.." jawab Riza.
"Saat kau 'terbangun' maka beberapa ingatan tentang masa lalumu akan terkuak.."
"Heh?"
"Penyesuaian untuk mengaktifkan Awakening Form. HOPE menyusun sistem kendali perubahan, tahap kedua HOPE telah terbuka.." di buku HOPE keluar suara asli Rosa. Kartu yang tersimpan di jaket Riza keluar dengan sendirinya, bagian depan cover terbelah memasukkan kartu tersebut.
"Hari Akhir dari Kalimat berhasil dikonfirmasi. Penyesuaian telah selesai!"
Bersamaan dengan itu cahaya yang sangat menyilaukan tersebar dari HOPE.
W SKIP POV W
Jadi... Ada yang mau mengasuh anak ini?
Pria berjas rapi itu mengajukan pertanyaannya, tapi tidak ada yang menjawab pertanyaan tersebut. Pria tua itu akhirnya mendesah.
Tempat ini telah penuh, salah satu dari anak-anak harus dikeluarkan dan kita sepakat bahwa dia adalah anak ini... Yang harus keluar. Bila tidak ada yang mau menerimanya kita terpaksa membuat anak ini menjalani kehidupan dewasa.
A-apa maksud anda?!
Kita akan membekalkannya tapi dia harus tinggal di luar tempat ini!
B-bukankah itu--!
--Lalu? Apa kau akan mengasuh anak ini?
Pengasuh wanita itu terdiam. Kembali pria tua itu mendesah, maniknya tanpa sengaja melihat tangan tergenggam dan gigi kecil menutup rapat pada si anak.
Ini sudah menjadi takdir untukmu, nak. Kau hanya bisa menjalaninya.
Anak itu sedikit menggeram sampai bibirnya berdarah.
"........"
Setetes airmata mengalir membasahi pipi Anggita.
"Ah, aku hampir lupa dengan semua ini.." cetus Riza berdiri disamping Anggita.
"Itu... Kau?"
"Jika bisa aku ingin kau tidak melihat ini.." pinta Riza sembari tersenyum.
"Apa yang terjadi setelah itu??" Riza tersenyum masam mendapati pertanyaan Anggita.
Riza berjalan ke depan melenyapkan ingatan.
"Aku kabur dari sana dan mengutuk takdir, kehidupan itu! Aku sempat berpikir untuk menghancurkan dunia dengan kekuatan yang dapat memotong tali takdir. Saat kalian semua memintaku untuk mengalahkan Shaker serta menyelamatkan dunia, aku menolak! MEMANGNYA apa yang dunia berikan kepadaku?! AKU BENCI KEHIDUPAN INI!!"
"Riza.."
"Tapi.."
"!?" di depan mereka tercipta pemandangan hujan, seorang perempuan duduk berjongkok di depan tempat sampah tempat si anak bersembunyi.
Adik kecil, mau ikut bersama kakak?
Perempuan itu tersenyum.
"Mengingat senyuman itu membuat hatiku bergetar. Tanpa kusadari aku menyukai senyuman itu.."
Jaket merah Riza berapi-api dan pemandangan mulai kembali ke HELL.
"Aku akan melindungi senyuman itu... Karena aku menyayangi ibuku!"
Awakening Form : The End of Worday
Lengan kanan jaket jadi abu hingga siku, abu itu berkumpul membentuk boardsword mata putih dengan garis merah disekitar mata pedangnya, lengan kiri dilindungi sarung tangan besi, jaket putih menutup dan jubah merah dikenakan Riza.
Awakening Blood Sword : Crimson Tears of Scream
Aura merah menyengat keluar dari Pedang Darah, meluas layaknya akar pohon.
Salsa mengayunkan aura itu dan menghujamkannya ke Riza.
"........"
"?" serangan Salsa terdiam di hadapan kata 'Netralkan'. "!" Riza menusuk pedang ke depan seketika aura menyengat tadi lenyap tanpa bekas.
"Sarung tangan ini bernama 'Tangan Pencipta'. Kau dapat menulis semua kata dengan sarung ini. Contohnya.."
Tsss. !
Bagian jarinya terbuka, banyak huruf keluar satu persatu.
"Ini adalah Awakwning Form milikmu, Riza.! Akhir dari Hari Kalimat!"
" ...... "
"Kenapa kau cuma diam saja??"
"Kepalaku... Penuh akan kata-kata!"
Rosa membuka sedikit mulutnya, karena kaget.
"Dengan kekuatan ini aku dapat melindungi ibu.." kobaran semangat membuat Riza tersenyum lebar, sedangkan Anggita terpaku sedari tadi dengan penampakannya.
"Selamat---aku mohon, selamatkan dunia!"
"Tanpa kau minta pun aku akan melakukannya!"
Huruf-huruf terbang di belakang Riza bersama kata 'Dorongan'. Riza tersentak sangat cepat mengarah ke depan, Salsa menciptakan tembok darah.
"Oh Riza, aku lupa mengatakannya.."
Slash!
"?!" tembok darah buatan Salsa dipotong oleh boardsword. "Efek kata sihir akan aktif selama 2 menit."
"Terimakasih, guru.." Riza menarik tinju kirinya, menuliskannya dengan kata 'Lumpuh', Riza memukul Salsa kuat tepat di perutnya.
"Uhuk! Argh--?"
Boardsword memanjang dan terangkat ke langit, kata 'Membesar' melayang di atas Salsa.
Hush..
Pedang itu menjadi raksasa, menebas Salsa.
"!!"
"........"
Ssss....
Setengah pedang Riza lenyap, kabut kegelapan menahan ayunan Riza. Satu sentuhan kecil di bahu Salsa melenyapkan efek lumpuh di dalam tubuh Salsa.
"Trash!?!"
" [ Ultimate Form ].."
"Kau menggunakannya..?"
"Apapun untuk calon isteriku.." Salsa sontak merona, Trash juga tersenyum.
"........"
"Aku akan keluar dari tempat ini. Jika kau ingin menghalangiku aku akan jadi lawanmu!"
"Tentukan pilihanmu, Riza. HOPE siap mengaktifkan tahap ketiga [ Ultimate Form ].." lepor Rosa.
"Hah..itu tidak perlu. Ini akan selesai... Saat ini juga!"
W SKIP POV W
Drap.. Drap.. Tap!
"Cepat cari penyusup serta para tahanan! Mereka pasti belum jauh dari HELL.."
"Baik, Penjaga..!"
Para satpam menelusuri di luar gerbang, satu dari lima Penjaga HELL memberi arahan sambil mengawasi mereka. Sementara itu Riza memperhatikan Penjaga itu dari kejauhan.
"Dia adalah senior sekaligus orang yang merekomendasikan diriku untuk dijadikan salah satu Penjaga di HELL.." beritahu Anggita.
"Dia kuat.." komen Rosa.
"Aku dapat merasakan auranya walau dari jarak sejauh ini.." tambah Riza berbisik. Riza berbalik, mengambil HOPE yang ada di atas meja tidur.
"Kau ingin pergi?" tanya Anggita, dan Riza mengangguk. "Aku harus ke menara." ucap Riza yakin. Sontak Anggita menunjukkan ekspresi sedihnya.
"Cuma sampai di sini ya?"
"Apa Belover memerlukan waktu yang lama?" penasaran Riza mendengar keluhan perempuan di depannya.
"Ya, selain kedua anak kembar, hanya kau yang dapat aku ajak bicara tanpa harus formal, Riza... Aku...."
"Kalau begitu kenapa tidak kita bertukar email di Wattpad.?"
"Eh?"
"Kata ibuku, 'hati akan selalu di tempat tetapi perasaan dapat bergerak, mencapai hati seseorang yang diinginkannya'.."
"Ibumu mengatakannya?"
"Dulu ibuku suka menulis puisi."
""..........""
"Ppfffft. "
"Hah? Kenapa kau tertawa??"
"Maaf-maaf. Ah, Riza, aku tidak menyangka kau orang yang seperti ini.."
"Seperti apa.?" Riza membuat ekspresi tak suka.
Anggita tersenyum puas(?), ia mengangkat kedua tinjunya. "Aku akan membantumu... Sampai ke Menara Kebenaran."
"?"
"Aku kenal seseorang yang tinggal di dunia bawah, mungkin dia tahu cara tercepat ke menara.."
"C-cara tercepat?!"
"Aku mendapatkan cuti selama 10 bulan setelah jatuh waktu kerjaku selesai, kita akan ke orang itu. Dia seorang pemimpin suatu organisasi.."
"Dia pasti terkenal.." celutuk Riza.
"Ya. Dan asal kau tahu saja, Riza... Dia itu penggemar Author."
"Haha, itu memudahkan langkah ke depan nantinya.." senang Riza.
"Siapa namanya?"
"Diga.."
"Hmmm...."
"...baru dengar!"
Preview Next Arc
A : Malam lagi all, bertemu lagi dgn ane *haha*
A : Dgn ini Arc 16 is done (he? Pendek amat '-')
A : Pasti berpikir kayak gitu, haha. DAN Arc 17 akan jadi awal pertemuan Riza sama Allyn kembali. Kenapa bisa begitu?
Diga : Pasti karena aku
A : Benar. Karena si pelakor!
Diga : Hah!!!!!!!
Allyn : *buruan balik ke tempat Diga*
Aoyuki : He~~akhirnya dpt Arc juga. Ya'kan Aroki.?
Aroki : *diam*
A : Di Arc 17 nanti juga ada orang ketiga yg pastinya dari OMEGA. Ane harap info ini udah cukup buat kalian semua pd kepo xD
Cry : So bye ^~^
A : Belum woi!
Riza : Sampai jumpa di Arc 17
Anggita : Bye~bye~
A : Woi!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top