Arc 16 : Belover Anggita
W Author POV W
Slash.. Slash!
"Kuurgh!"
Via menumbangkan banyak satpam yang menjaga distrik tahanan. Via juga tidak lupa membebaskan mereka yang terkurung di balik sel.
"Siapa gadis hebat itu?" penasaran Ride.
"Id Wattpad Vialvia, dulu dia dicalonkan sebagai salah satu Batu Besar tetapi dia menolaknya dan menjadi beberapa penjaga khusus OMEGA.."
"Dia kuat?" tanya Blaze. Trash mengangguk. "Sangat!"
"Kalian bisa berhenti ngobrol. Sangat sulit bertarung sendirian di sini, dasar tak peka.."
""!!"" petir menyambar ketiganya.
"Itu mereka tahanan yang kabur!" teriak satu satpam.
Sedetik ke depan segerombolan orang berpakaian satpam muncul ditempat.
"Ck. Sekarang jadi menyebalkan.." kesal Via. Ia membuka telapaknya disaat sama lingkaran dimensi kecil ada disetiap kunci sel para tahanan. Semua satpam itu berlarian ke Via, Via memutar semua kunci sel lewat lingkaran itu seketika semua tahanan dapat keluar dari sel mereka dan menyergap langsung para satpam.
"Kode Nama miliknya adalah Hacker. Kekuatan yang dapat membobol apapun termasuk ruang dan waktu sekaligus.." tambah Trash.
"Tunggu.? Itu artinya dia adalah lawan alami Allyn!?" pikir Ride.
W Anggita & Riza POV W
"HELL dibobol? Bukankah itu tempat yang seharusnya tidak dapat dibobol??"
"Seharusnya begitu, tetapi kenyataannya HELL tengah kacau saat ini.." jawab Anggita sembari menuruni anak tangga setelah lift terbuka. "Gaun ini menyusahkanku bergerak,"
"H-hei! Tunggu.." Riza mengikuti Anggita sampai masuk mobil. Riza duduk di kemudi karena didorong Anggita sementara gadis rambut hijau ini mengganti pakaian di belakang.
"A-Anggita.?"
"Jalankan mobilnya sementara aku ganti pakaian.."
"Kau enak bicaranya.!"
Brum.!
Mobil bergerak maju, memutar ke arah HELL. Riza yang mengemudi sesekali melirik ke kaca dekat kemudi melihat aktivitas Anggita.
"Kenapa kau harus mengganti pakaianmu? Aku mengerti bertarung dengan gaun itu susah.."
"Pakaianku dibuat khusus di HELL, di sana ada alat yang memperbolehkanku keluar masuk tempat itu.."
"Itulah kenapa kau membawa sweater itu? Ribet amat.."
"Setuju. Tapi mau bagaimana lagi. Aku cuma karyawan di sana, bukannya bos.." Anggita selesai menutup bagian atasnya.
"Cepatlah. Karena mobil ini lumayan membuat kita cepat ke HELL.."
W Another POV W
Pasak merah mencuat dari tanah, jalan yang pasak itu lewati dengan cepat tertutupi darah. Salsa menyerang HELL dari depan gerbang masuk.
"Via mungkin telah membebaskan Trash, tugasku sekarang membuat jalan keluar untuk mereka.."
"!"
"Ini sudah malam dan ada saja orang bodoh yang membuat keributan.." Salsa sontak berhenti di depan pria berseragam koki itu.
"Tukang masak? Akan kulumpuhkan.."
Darah melesat cepat lalu menerjang si koki. Sesuatu yang berwarna putih bertabrakan dengan darah Salsa, benda itu mencair, merubah lantai merah menjadi putih.
"Kode Nama itu?!"
"Nona muda, kau bukan dari sini. Apa kau dari luar??"
Salsa mengayunkan aliran darah ke koki itu, garis vertikal putih menangkis darah di kanannya. Cairan putih menetas di kakinya. Koki itu menendang batu ke arah Salsa, Salsa terhenyak ke belakang dengan tanda putih membentuk V di samping kiri serta kanan.
"Nona muda, kembalilah sebelum ada yang terluka.."
"Kau pasti koki dari Spanyol itu.?"
"Kau mengenalku?"
"Siapa yang tidak mengenal orang yang dapat mengalahkan Si Pembuat Onar.." maksud Salsa adalah Riisycho.
"Bocah itu masih sangat muda, aku tidak purun memenjarakannya. Dan juga saat itu kami tidak berada di HELL.."
Pedang Darah : Aliran Pembunuh
Dari ujung pedang terhasilkan banyak darah berkumpul.
"Aku tidak memiliki banyak waktu. Aku harus secepatnya membuat jalan agar Trash dapat bebas.."
"Nona muda ini..dia serius!?"
Darah menyambar seperti ular, koki itu mengelak ke kanan lalu backflip ke belakang menghindari serangan lanjutan. Si koki menepuk kedua telapaknya serta merentangkan kedua tangan yang diselimuti aura putih cat. Darah panjang Salsa terpotong terkena tebasan gelombang warna putih.
"Bleach!" si koki membisikkan kata saat ia mendarat, cat putih menyebar ke sekitar. Salsa menancapkan pedangnya walaupun begitu Salsa terkena sentakkan kecil di dirinya. "Haaa!" Salsa mencabut sembari menebas ke depan, tebasan merah yang menciptakan dinding menghentikan serangan lawannya. Koki tadi sempat tergores di bahu walau sudah menghindar.
"Gawat.!"
"Kena kau!" Salsa membuat segel jari layaknya seorang ninja.
Seni Berdarah : Kejutan Tak Berasa
"!!"
Darah mencuat dari bahu si koki, merusak lengannya.
"Hah, hah--aku terlalu meremehkan lawanku.." katanya pelan.
"Waktu akan terus berjalan tapi OMEGA tetap jaya selamanya.."
"OMEGA? Nona muda, jangan bilang kau dari organisasi itu.?"
"........"
"Begitu ya.." si koki jatuh setelah melihat muka Salsa.
Salsa berjalan pergi melewati si koki.
"Tunggu aku, Trash.."
W SKIP POV W
Air Sound Effect : Shockwave
Tap!
Ride menepuk kedua tangan ke depan menyebarkan gelombang suara, para satpam banyak terpukul mundur.
"Trash.." isyarat Ride. Trash menaruh tangannya ke lantai, semen menjadi cair kemudian para satpam banyak yang sulit bergerak. "Sekarang mereka akan kesulitan untuk bebas dari itu."
"Tapi masalahnya.." Blaze.
"........" Via berdiri di jalur satpam, yang menjaga pintu dapur serta istirahat siang tadi.
"Seranganmu terlihat berbeda dari mereka semua. Siapa Kau?"
"Aku baru saja mendapat promosi. Sekarang aku adalah ketua mereka.."
"Ketua satpam.?"
Ketua satpam itu meletakkan satu tangan ke arah dinding. "Kau sudah membuat kacau tempat ini, kau akan langsung dieksekusi!"
Jush.!
Ruang angkasa penuh bintang melingkup melewati Via. Dan mengurungnya.
"........."
"Mereka pergi ke mana?"
"Kemungkinan satpam itu ingin bertarung satu lawan satu.."
"Benar, tapi bukan itu saja.."
"Hm?" Ride menatap Blaze. "Dengan perginya Via--"
"--Tidak ada yang membukakan pintu untuk kita!"
"Ouch... Itu maksudnya."
W Riza POV W
"............"
Dag! Dag!
"Hah, ini percuma. Aku tidak dapat keluar dari sini.."
Aku berada di dalam mobil yang terperangkap oleh balok-balok es yang besar.
Kalian pasti heran, apa yang terjadi padaku? Itu KARENA Anggita mengurungku di sini. Dia keluar dari mobil dan tanpa bicara langsung membekukan mobil ini. Ditambah dia sempat mengambil HOPE.
Kini aku duduk di kemudi, memandang HOPE yang ada tepat di luar balok es.
Tetaplah di dalam. Aku tidak ingin kau dalam bahaya, Riza.
"Aku tidak membutuhkan itu! Apanya yang menyelamatkan? Seingatku selama ini aku cuma 'diselamatkan', pahlawan macam apa aku ini?! Jika kalian ingin aku menyelamatkan dunia ini setidaknya percayalah padaku! Bukankah yang kalian butuhkan adalah aku, BUKAN INGATANKU?! "
" .......... "
"Aku bicara sama siapa sih!?"
Wajahku menyentuh jendela mobil.
Apa ada orang yang lewat ya?
W Normal POV W
Eraser Palm : Trash Construction
Hzzz!!
Lubang besar tercipta di dinding baja, debu-debu hitam beterbangan disepanjang jalan.
"Saat melihat Via aku lupa dengan kekuatanmu, Trash.." celetuk Ride.
"Kau memang bodoh dari awal.." cibir Blaze. "Tidak-tidak. Aku cuma suka bercanda~"
Trash berjalan melewatinya dan memasuki sebuah ruangan yang luas, aula masuk HELL.
"Para satpam akan tetap mengejar, saat di luar ada Salsa yang sudah membukakan jalan untuk kita, seperti kata Via.."
"Masalahnya ada para Penjaga.." bisik Ride, Blaze mengangguk.
"Kita tidak punya banyak waktu lagi. Ayo--"
Crashing!
Pasak duri-duri es tercipta di arah pintu masuk. Trash refleks membuka telapaknya, menahan serangan dadakan itu.
"Kekuatan es ini?!" pikir Ride menyembunyikan mukanya dari serpihan es.
"Tiga adalah jumlah yang sedikit tapi itu bisa menjadi masalah.."
"Anggita.." sontak Ride. Anggita berdiri di pintu masuk.
"Perempuan ini.!" geram Blaze.
"Kau akan kesulitan jika harus melawan keduanya... Bukan begitu, Ride?"
"Ap--?"
Trik!?
Benang tipis melilit leher Blaze.
"Kau ikut denganku.." bisik Ride dengan tatapan kosong. "?!"
Es Anggita membekukan lantai serta pintu masuk, Blaze dan Ride mereka pergi kembali ke distrik tahanan. Anggita membuat esnya mengejar Trash yang mencoba kabur sembari menangkis, es itu lenyap saat bersentuhan langsung dengan telapak Trash.
Belover : Lock On
"Finger Control" tato hijau es menutup jari-jari Anggita, bersamaan dengan itu es bergerak sesuai jari-jari. Es Anggita membentuk seperti gua dengan duri-duri tajam mengelilinginya.
Trash menghentakkan kaki kanannya, angin hitam menghantam es, serpihannya melukai Trash
"Urgh. Kenapa tidak lenyap seutuhnya.?"
"Frost... IMPCAT"
Prank!
Es hijau memukul kuat Trash di bagian depannya, Trash terlempar jauh ke belakang.
Belover : Drive On
"Power of Bond" tato hati dan anak panah menyala di dada kanannya Anggita.
"K-kenapa?" kata Trash lemah. Es Anggita menangkap Trash dan membekukan bagian bawah.
"Aku senang Riza tengah 'memikirkan' tentangku jika tidak maka pertarungan ini bakal sangat sulit.."
"K-kenapa esmu tidak l-lenyap saat bersentuhan denganku.."
"Jawabannya mudah. Itu karena kekuatanku lebih kuat darimu, Trash Si Pelenyap!"
"A-aku tidak boleh berhenti..disini."
Trash mengeluarkan debu-debu hitam dari telapak tangan. Anggita sontak saja mencengkram kelima jarinya, es membekukan hampir seluruh Trash. Tersisa pundak dan kepala saja untuk Trash.
"Ride akan menyelesaikan urusannya, begitu juga aku." es Anggita membekukan leher. "Kau akan tetap di sini,"
"!"
Sring!
Pedang merah mengarah ke kepala Anggita, balok es muncul di sana, sosok Salsa berhasil melewati pandangan Anggita, ia menebas es yang hampir membekukan Trash dan menyelamatkannya.
"S-Salsa."
"Tubuhmu dingin sekali. Diamlah seb--!"
"---Grr!!"
Es beterbangan ke belakang gadis berambut hijau ini membentuk sosok serigala setinggi 4 meter.
"Ini adalah serangan yang tidak sempurna. Jangan salahkan aku jika ini membunuh kalian.." kata Anggita datar.
"Aku juga.."
Frost Impact : Ice Wolf of Rage
Serigala itu melompat dari depan Anggita dan membuka mulut menggigit Salsa dan Trash.
"........"
Cras...
Bayangan serigala melindungi Anggita.
Slash!!
Kilatan darah menebas si serigala dan menciptakan garis merah di dada kanannya Anggita, sedetik kemudian darah segar keluar di tubuhnya.
Duk. ?
Anggita jatuh lemas, darah keluar sangat banyak di kanan dirinya dengan sedikit darah di mulut.
Awakening Blood Sword : The Redline Slaing of Doom
Darah menyembur dari garis merah menghujani Anggita dengan pasak darah. Banyak lubang di tubuh Anggita akibat serangan hujan barusan.
"Aku mati..di sini?" Anggita terjebak dalam pikirannya.
Riza.
" ...... "
Ketemu kau!
"Apa yang--??"
Tato bersinar di dada kanan Anggita, tato itu menyebar hingga ke lengan kanan sampai lehernya.
Dengan Belover perasaanku kita jadi satu, walau bukan sepasang kekasih tapi menurutku kita salah satu diantaranya.
Itu tidak masuk akal!
Itulah kenapa disebut Cinta. Tidak logika tapi nyata.
Anggita... Kau orang aneh sekaligus unik.
"......." Anggita menunduk seraya tersenyum(?). "Aaah~~apa sih yang kupikirkan?!"
"Aku ini memang orang yang aneh.."
"Sangat aneh tepatnya.."
"?!"
Anggita menerbitkan mukanya, jaket merah terkibar di hadapannya, Salsa menatap kaget juga kepada Riza yang tiba-tiba hadir.
"Sepertinya eksperimen kita berhasil.."
"Baguslah.." batinnya bicara dengan Rosa.
"Riza... Itu kau?"
"Kau tahu? Sangatlah dingin terjebak ditengah es."
"Maaf.." senyum Anggita.
"Kenapa kau malah tersenyum.?" bingung Riza melihat Anggita. "Hmm~~aku hanya senang saja dapat melihatmu."
"Hm?"
"Nanti saja bertanyanya. Ada musuh yang harus dilawan.." seru Rosa menyela.
"Riza?"
"Istirahatlah... Aku akan menggantikanmu."
"Riza.."
HOPE terbang mendekat ke Riza. "Kau punya rencana?"
"Pertanyaan bagus. Rosa.." sontak saja Riza tersenyum. "?"
"Aku ingin mencoba Awakening Form."
Preview Next Arc
A : Malam semua~~
A : Sesuai janji pertarungan yg ditunggu hadir juga. Ane juga mau ngumumin bakal ada Arc 17 setelah ini. Tebak ayo kali ini pada siapa.?
Anggita : Hampir saja aku mati *lega*
Allyn : *berfoto sama pegawai HELL*
Linq : *buat ilustrasi MC cerita*
Salsa : *galau*
Trash : '-'?
Cry : Hohoho~~~aku nongol lagi setelah banyak dibicarakan. Maaf aku juga perlu HIATUS sama kayak kalian semua
Riza : Gk masuk akal -_#
Alfharizy : *kerja*
Rey : *belajar*
Lette : Aku Lette yg mendapat kesempatan untuk menutup preview kali ini. Sekali lagi aku ucapkan trims udah mau baca cerita ini(walau cuma nongol disini)
Lette : Ehem. Good night ^~^
Akira : *menunggu*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top