Arc 10 : Sesuatu Yang Akan Datang
W Riza POV W
Aku sekarang berdiri di depan sebuah gerbang putih. Gerbang itu aneh, bentuknya melingkar dan di setiap sisinya tertera huruf A sampai Z. Huruf-huruf ini tiba-tiba saja menyala. Aku angkat tangan kananku untuk melindungi wajah dari pancaran sinar pelangi yang keluar dari setiap huruf.
"Riza..."
"S-Siapa??" aku tersentak mundur ke belakang, di depanku berdiri seorang pria berambut coklat.
Dia tersenyum ke arahku.
"Lama tak berjumpa, Riza..." sapa pria itu.
Aku membatu.
"Kau siapa?" tanyaku facepalm.
"Kuh. Hahaha... Sifatmu tidak berubah ya. Selalu terang-terangan." tawanya, membuatku mencapnya sebagai 'Orang Aneh'.
Setelah puas tertawa pria itu kembali menatapku. "Panggil saja aku Cry..."
W Revolusioner Army POV W
Disebuah bangunan berlantai 12, bangunan itu sangat tinggi dan juga besar, berwarna abu-abu kehitaman, banyak penjaga berompi hijau pucat berkeliling disekitar bangunan sambil membawa senjata api. Berpindah ke dalam, di lantai teratas duduk seorang pria berambut hitam keriting yang berantakan, di depannya terdapat banyak sekali dokumen berserakan sampai ke lantai dan sudut ruangan. Tapi pria itu menanggapinya dengan santai dan tenang.
Seorang lelaki berambut biru tua bermanik biru di kiri dan jingga di kanan, berpakaian kemeja besar yang bagian dada dibiarkan terbuka, berlapis jaket kulit hitam dengan kerahnya terdapat bulu burung phoenix biru terang, celana panjang hitam kentat.
Keberadaan orang yang 'terlalu' mencolok itu tentu dirasakan oleh pria yang duduk di meja.
"Oh Rey?! Bagaimana dengan Kode Nama barumu? Cocok??" cetus pria itu bertanya.
"Sangat cocok, Komandan. Apalagi saya mendapatkan dua Kode Nama sekaligus..." jawab Rey tersenyum senang. Di leher kanannya ada huruf Ba.
"Langsung saja ke topik. Aku ada misi untukmu, bawa orang kepercayaanmu dan kerjakan misi ini..." kata pria yang bergelar komandan itu. Ia melempar dokumen yang terpasang pada papan kayu kecil, Rey menangkapnya dengan mudah.
Senyuman terukir di bibirnya. "Saya keluar sebentar..." ucap Rey sopan.
"Rey... Lakukan yang terbaik!"
"Hehe. Tentu saja, Komandan Eraser!"
W Riza POV W
Sekarang aku berdiri di depan 'Orang Aneh' yang menyebut dirinya Cry. Jujur aku tidak kenal dia siapa tapi aku merasa seperti de javu saja.
"Ini dimana? Kenapa aku ada disini??" tanyaku mengalihkan topik. Aku ingin tahu kenapa aku berada di sini, jika ini mimpi aku akan segera bangun tidak lama lagi.
"Kita sekarang berada di hadapan Gerbang Kode Nama..." jawabnya.
"Gerbang Kode Nama??"
"Riza, dengarkan aku. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu..." bisik Cry, ekspresi wajahnya tiba-tiba serius.
Ini mimpi'kan?
"Riza, aku ingin kau--"
"--Halo kawanku Riza!!"
Grebak??!
Aku tersentak dan hampir saja jatuh ke samping. Teman satu jurusanku-- Aditya membangunkanku dari mimpi.
"Hei kawan, kau baik saja'kan?" tanya Aditya bingung.
"Kenapa kau yang bingung??"
Aku berusaha membaur dengan suasana saat ini. Sekarang jam pulang kuliah dan aku sendirian di kelas... Aku ketiduran.
"Jam berapa sekarang?" tanyaku seraya memijit keningku. Aku pusing.
"Hampir jam 1 siang. Memangnya kenapa?"
"Itu artinya aku ketiduran selama 30 menit..."
W SKIP POV W
Aku dan Aditya keluar dari kelas setelah aku merapikan peralatanku. Namaku Riza, umurku 19 tahun dan aku berkuliah di Universitas Lambung Mangkurat jurusan Musik. Jujur, aku hanya bisa main piano dan menulis sedikitnya 2 bait nada lagu. Disampingku ada Aditya Pratama, dia suka sekali menyanyi sambil mendengarkan musik. Yah.. Tidak jauh bedalah denganku.
Aditya memiliki warna rambut coklat cerah, sangat jarang orang Indonesia mempunyai warna rambut seperti itu. Aku saja hitam. Aditya memiliki tinggi 175cm, hari ini dia mengenakan kemeja putih polos yang cocok dengan badannya, celana jeans hitam kebiruan dan berdasi lidah.
"Hei kawan, malam minggu ini kau mau kemana? Jalan-jalan yuk!" ajak Aditya semangat.
"Kau yang traktir..." potongku.
"Tidak masalah..." sahutnya.
"Tidak jadi..."
"Heh?"
Aku mematikan lagu yang aku dengarkan lewat headsheet lalu melepasnya.
"Membuang waktu. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikan skripsiku sebelum deadline..." terangku.
"Ayolah kawan~sedikit bersenang tidak apa'kan~?" paksanya.
"Tetap saja 'tidak'..." lalu aku kembali memasang headsheet ke telingaku. Aku dapat mendengar Aditya menghela nafas, sepertinya dia sudah menyerah.
Aku dan Aditya berpisah di depan bangunan, Aditya ke kantin dan aku ingin pulang.
"Senpai...!"
Di depanku memanggil seorang gadis bersurai hitam, ia memiliki warna mata sabiru langit, mengenakan blazer putih dan rok berwarna biru malam sepanjang atas lutut. Gadis itu juga membawa payung.
"Ah?! Aku lupa ada janji hari ini..."
"Sudah kubilang panggil aku senior atau kak disini. Kata 'senpai' cuma berlaku di Jepang..." tegurku setelah sampai di gerbang.
"Baiklah senior..." senyumnya.
"Cepat sekali??!"
Aku mulai berjalan beriringan dengan gadis ini. Aku memiliki janji untuk membantunya membuat laporan tentang makanan. Biasa, tugas jurusan memasak.
"Kau membawa bukunya?"
"Aku membawanya, senior..!"
Aku memperlihatkan label namanya yang bertuliskan 'Mizu'.
W Another POV W
Dua bayangan menunduk hormat sambil berlutut di depan pria berambut emas yang tengah membaca sebuah buku.
"Yang Mulia Shaker, Trash sudah mulai bergerak. Dia pergi untuk 'melenyapkan' target..." lapor Rolita yang ada di kanan.
Shaker menutup bukunya. "Pastikan Pasukan Pemberontak tidak ikut campur..."
""Baik""
W Normal POV W
Di atas tiang listrik, berdiri seorang lelaki berambut merah, syalnya tertuip oleh angin membuat sebagian wajahnya tertutup. Matanya memperhatikan Mizu dan Riza yang asik berbincang di dalam kafe, sampai seseorang muncul dibelakangnya.
"Keadaan aman..." lapor Akashi.
Bayangan dibelakangnya mengangguk mengerti lalu pergi. Akashi menghela nafas.
"Haaah... Dasar siscon!"
Sementara itu di bandara, seorang gadis bersurai biru tengah menyeret koper coklat yang ada disamping kanannya sedangkan tangan kiri fokus ke hp. Sesekali gadis itu mengumpat.
"Hikari mana? Katanya mau jemput..." gerutunya.
Di samping koper tertera nama sang pemilik. Haruka.
W HELL POV W
Tap.. Tap...
Sosok Diga berjalan tegap tanpa rasa takut di dirinya, banyak para tahanan yang menunjukkan niat membunuh kepada dia tapi Diga acuh tak acuh.
Diga berhenti di ujung lorong, berdiri di depan sebuah penjara baja.
"Untuk apa kau datang ke sini?" tanya suara seorang gadis dengan kasar.
"Mari kita buat perjanjian, Allyn..." ucap Diga langsung ke inti.
Sepasang mata menatap tajam dari kegelapan.
"Jika kau membantuku, kau bisa bebas..."
"Heh. Aku bukan anak buahmu..." balas Allyn kasar.
"Kau yakin?"
"Ya..."
Brak!!
Sepasang tangan menggebrak pintu baja tersebut. Itu baja loh.
"Aku akan keluar dari sini dan memberi Riza pelajaran..." ungkap Allyn.
Diga diam-diam tersenyum. "Kau lulus...!"
Preview Next Arc
A : Pagi semuanya, kembali lagi bertemu dengan ane sang Author. Hahaha....
A : Bagaimana ceritanya? Apa buat kalian kepo? xD
A : Hahaha.... Jujur ane gak tahu mau nulis apa sekarang (-_-)
A : Bye~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top