Final Arc : Awal Kehancuran
< Riza POV >
Aku hampir lupa bila hari ini adalah bulan dimana aku beruntung. Ya.. Aku benar - benar beruntung.
Allyn menggunakan angka 12 atau Return membuat tubuhnya kembali tertutup walaupun bagian bawahnya terlihat jelas.
"Oh ya, disaat seperti ini apa yang akan di katakan Al dan Rey ya?!" gumamku sendiri.
Pok...
Aku baru ingat.
"Terimakasih!" kataku memberi jari jempolku ke Allyn.
Matanya menyala merah dan melempar angka 3 ke arahku, refleks aku melompat ke kanan dan terjadi ledakan yang membuat lubang di samping kiriku.
"Woi, aku akui kau manis tapi bukankah tadi sangat berbahaya..." protesku.
"Kau... Tidak melihatnya'kan?" tanya Allyn dengan rona merah di pipinya, tapi matanya menatapku tajam.
"Bodoh, tentu saja aku melihatnya dengan jelas. Mana ada orang yang mengatakan tidak melihatnya..." jawabku lantang.
3 detik kemudian, aku sadar oleh ucapanku. Seharusnya aku bilang 'tidak' saja. Rambut hitam kecoklatan Allyn naik tertiup angin secara perlahan.
"Aku tidak peduli. Aku akan MEMBUNUHMU!!" teriaknya penuh penekanan.
"Hei Allyn, ekspresimu menunjukkan sebaliknya..." balasku.
Kening Allyn mengeluarkan urat nadi, dia mengangkat angka 7 dan empat laser merah tertembak ke arahku. Aku masukkan tanganku ke saku kanan jaketku dan aku lempar selembar kertas putih ke depan, cahaya merah keluar dan laser Allyn terhisap ke dalamnya.
Authority Taker : Skills Take
Kertas itu kembali ke tanganku, di sana sudah ada gambar kilatan merah dan angka 7.
Muka Allyn berhenti memerah, sepertinya dia terkejut. Allyn melirik ke samping kanan dan kirinya lalu menatapku tajam.
"Apa yang kau lakukan dengan angka tujuhku?" tanya Allyn setengah menggeram.
"Aku hanya 'mengambil'nya, itu saja..." jawabku santai.
"Mengambil?"
"Kode Namaku adalah Author, aku dapat menulis apapun yang aku inginkan. Termasuk mengakhiri perang ini..."
Allyn terdiam mendengar kata - kataku, dia berhenti menatapku tajam dan berganti menjadi biasa.
"Kau tidak bisa..."
"A - Apa?"
Allyn menatapku dalam - dalam. "Kau tidak bisa menghentikan perang ini..."
< Dave & Yuki POV >
Yuki mengangkat telapak kirinya ke atas dan muncullah rantai berselimut api ungu, ada empat rantai yang mengikat Dicky. Dave membuat persegi kotak dan di hamtamkannya ke Dicky, Dicky terseret ke belakang bersama kotak Dave dan rantai Yuki.
Sebelum jatuh di tanah, Dicky berhasil lolos dengan cara mengalirkan petir ke seluruh tubuhnya. Rantai dan kotak itu hancur berkeping.
Sambaran Petir
Dicky menghentakkan tangannya ke bawah, petir mengalir sangat cepat ke tempat Dave dan Yuki.
Yuki menyentuh tanah dan tiba - tiba muncul golem tanah di depan jalur petir Dicky. Petir Dicky menyambar golem tanah Yuki sampai hancur berkeping - keping. Dave mengangkat pergelangan kirinya ke atas sedikit dan pecahan tubuh golem tanah berkumpul dan menahan petir Dicky.
"Yuki, kau baik - baik saja?" tanya Dave.
"Aku baik..." balas Yuki yang kelelahan.
Dave mengalihkan pandangannya sebentar ke belakang lalu kembali ke depan, tiba - tiba dinding tanah Dave hancur berkeping setelah Dicky memukulnya. Dicky melesat ke sisi kiri Dave dan menendang Dave sampai terpental ke kanan.
Hantaman Air
Air keluar dari dalam tanah dan mementalkan Dicky ke tempat semula.
"Dave??!!" panggil Yuki.
Dave melakukan backflip dan mendarat mulus sambil memegangi perut sisi kirinya. "Sial..." geramnya.
"Kalian bagus untuk pemanasan..."
"Pemanasan?"
Tubuh Dave menegang setelah mendengar 'pemanasan', Dave menerbitkan wajahnya kemudian menatap marah Dicky.
"Jadi, kau hanya bermain - main?" tanya Dave menggeram.
"Lebih tepatnya pemanasan..." jawab Dicky enteng.
"Dave..." panggil Yuki.
Dave bangkit, Dave memancarkan tekanan aura yang membuat rambut dan pakaiannya bergerak lambat akibat tiupan angin.
"Sebaiknya kau mulai serius sekarang karena aku telah marah sekarang..." Dave menunduk kesal.
"Apa bedanya bila kau marah?" celetuk Dicky menganggap remeh.
"Kau akan tahu setelah yang satu ini..."
< Lette & Rey POV >
Menara Air
Rey menusuk tanah dan tanah bergetar memunculkan menara - menara air yang banyak.
Tapi Lette menghindarinya dengan mudah. Lette bergerak cepat ke tempat Rey dan berpindah secara.acak. Katana Rey membeku dan suhu pertarungan berubah dratis.
Kuburan Es
CRAK....
Puluhan duri - duri es bermunculan dan dengan cepat menggores kulit Lette.
Lette yang tidak mau kalah, mempercepat perpindahannya dan... Slash?!! Darah mengalir di sisi kiri punggung Rey.
Lette berpindah ke depan Rey kemudian menendang wajah Rey, Rey terpental ke belakang. Katana Rey berubah menjadi pedang gladius merah membara.
Panaskan
Suhu berubah seketika menjadi panas, gunung es yang Lette mencair menjadi genangan air layaknya banjir.
Rey tersenyum. "Aku menang..." bisiknya.
Manik Lette membulat melewati batas normal melihat Rey merubah gladius-nya menjadi schimittar yang berelemenkan petir.
Hush...
Lette berpindah sangat jauh, tinggi di dekat langit - langit ruangan sejajar dengan.... Menara air.
"Aku sudah menduga itu..." cetus Rey.
Menara air Rey mencipratkan air mereka ke badan Lette, dan Lette basah kuyup. Manik Lette menajam dan ingin kembali berpindah tapi tidak dapat.
Karena seluruh gedung di basahi air sampai ke luar. Lette sadar bila kesempatannya untuk menghindari pupus, sementara Rey sudah mengayunkan schimittar-nya.
Kejutan Petir
BLAAAR....
Gedung di tutupi warna kuning sepenuhnya, cahaya itu seperti emas yang baru ditemukan.
Bruk...
Lette jatuh terkapar di luar gedung. Tenaganya habis untuk memindahkan dirinya agar tidak terkena setruman petir Rey, di dalam gedung ada Rey yang terkapar dengan bau gosong.
< Karoko & Rena POV >
Karoko terus berlari menghindari serangan angin dan tanah Rena dengan cara menghilangkan dirinya, Karoko tahu betul jika itu sia - sia karena Rena mempunyai Hawk Eye, yang dapat melihat pergerakan dari tempat mana pun.
Karoko berlari ke belakang Rena, melompat ke kiri setelah tanah ingin menghantamnya tapi serangannya sia - sia juga karena ditahan oleh angin Rena. Tanah yang di pijak Karoko bergetar dan mementalkannya tinggi ke atas, angin berkumpul cepat di kedua tangan Rena, tanpa menunggu Karoko. Rena langsung melempar angin yang ada di tangan kirinya, ajaibnya Karoko berhasil menghindar dan melukai wajah Rena tapi itu membuat Karoko kalah.
Setelah itu Rena dengan sekuat tenaga menghantamkan tinju yang berselimut angin ke perut Karoko. Karoko terlempar cepat dam menembus dinding gedung.
Karoko kalah.
Perlahan luka yang ada di wajah Rena sembuh berkat Kode Nama miliknya. Rena memutar mata kosongnya ke belakang dimana ada menara aura merah keunguan yang tiba - tiba muncul sampai - sampai bisa mencapai tingginya langit.
Sementara di tempat menara merah keunguan itu....
"Hah, Hah, Hah..." nafasnya menderu terburu - buru akibat berlari jauh.
Dia mengangkat wajahnya menatap.gadis bersurai hitam panjang yang mengenakan jaket hitam dan celana pendek hitam ketat.
Gadis itu tersenyum.
"Akhirnya kau sampai juga.... Al!"
[ Kepergian Yang Tak Terduga ]
< Author POV >
Butiran - butiran tanah terangkat dari bawah Dave seketika saat Dave mengangkat tangannya. Melihat itu Dicky bersiap menerima segala hal yang buruk.
Tap... Tap... Tp.
Yuki berlari dari belakang Dave dan melompat tinggi, dikedua tangannya di selimuti kobaran api.
Pikiran Pembentuk : Pasak Mode Kecil
Dave merentangkan telapaknya ke depan, bersamaan dengan itu beberapa pasak tanah terbang ke tempat Dicky.
Dicky tersenyum kecut dan mengeluarkan jeritan petir dikedua tangannya.
Sayap Phoenix Api
Yuki mengibaskan kedua tangannya ke bawah, api Yuki bergabung dengan puluhan pasak Dave menyerang Dicky.
"Sial..." batin Dicky mengumpat.
Dicky mengangkat kedua tangannya ke atas.
Sambaran Petir
Jdaaar....
Akar - akar petir keluar di depan Dicky dan menghancurkan puluhan pasak api.
Hush?!
Sebuah benda yang besar dan tajam membelah debu di hadapan Dicky. Dicky ingin menghancurkan benda itu tapi dia telah mati langkah.
"Urgh?!!"
Dicky terpental jauh ke belakang, menghancurkan beberapa semen di belakangnya.
"Masih belum Yuki. Dia bukan tipe lawan yang mudah di kalahkan..." cetus Dave tiba - tiba.
"Ha'i!" balas Yuki.
Tanah yang mereka pijak bergetar, bersamaan dengan suara guntur di depan mereka. Disana ada Dicky yang seluruh badannya di selimuti petir..... Dan wajah marah besar.
Awakening Mode : Controller
Manik Dave menyala merah muda, badannya memancarkan tekanan aura yang besar.
Dave mengangkat tangan kirinya ke samping, seketika dinding tanah muncul. Begitu juga sebaliknya. Sementara di belakang Yuki tengah mengumpulkan empat elemen alam, api, es, angin dan petir.
BZZZZTTT!!!
Jeritan petir Dicky semakin membesar. Mungkin ini pertama kalinya Dicky marah besar di cerita ini. Dave mengangkat kedua tangannya ke samping badan, sesosok kepala naga tercipta disana.
Kepala Naga Petir
Di tempat Dave dan Yuki sudah ada beberapa dinding tanah yang tinggi dan tebal mengelilingi mereka.
"Dia datang!"
Dicky berlari ke tempat Dave dikuti kedua kepala naga itu. Kedua naga itu menggeram seperti asli saja. Dicky mengempalkan kedua tangannya dan menyelimuti mereka.
Terkaman Naga Petir
JDAAR!!!
"HAAAA!!!" teriak Dicky memukul sekuat tenaga.
Satu persatu dinding tanah ciptaan Dave hancur, terkikis oleh gigitan kepala naga petir buatan Dicky.
"Biarku tambah..." ucap pelan.
Petir Dicky tiba - tiba berubah warna menjadi sedikit keemasan.
Eh? Beda ya??
Petir Dewa
DHUAR!!!
Dinding tanah Dave... Semuanya terpental kemana - mana setelah ledakan besar itu. Kini Dicky berada di depan Dave, dengan tangan kanannya berselimut petir emas.
God Thunder'---
"Heh.... Sampai juga kau!" kata Dave sambil tersenyum.
Dave mengangkat kedua tangannya sedikit ke atas dada, seketika Dave terbang tinggi ke atas menyisakan Dicky dan Yuki.
God of Element
Yuki bergerak lebih dulu dari Dicky, membuat wajah mereka hampir berciuman. Yuki menarik badannya ke belakang dan meninju wajah Dicky dengan empat warna.
Tinju Penghakiman
< SKIP POV >
Sementara itu... Dhigita dan Night masih berhadapan, begitu juga dengan lainnya. Pasukan Demi - Human semakin bertambah walau teman - teman Night dari Team Hearth mengalahkan mereka, disisi lain ada tiga anggota Team Great yang sama sibuknya.
"10 lagi di depanmu, Ride!" teriak Sei.
Ride tersenyum kecut sambil mengangkat kedua telapaknya ke depan.
Gelombang Kejutan Musik
Dm.. Dm... Dm....
Gelombang imajiner melesat ke depan, menganggu pendengaran lawan dan juga menghancurkan beberapa puing - puing.
Dari belakang Ride berlari Anggita dan Asia. Langkah kaki mereka menciptakan lantai es yang licin. Mereka berselancar mengelilingi sepuluh Demi - Human itu dengan kedua tangan terus mengeluarkan hawa dingin.
MEMBEKU!!
Crassss....
Kesepuluh Demi - Human itu menjadi patung es.
Trang...
Pedang hitam dan putih kedua gadis ini saling beradu kuat.
Mereka menjaga jarak lalu saling menendang.
Hollow Creature : Demon Eyes
Dari belakang Night keluar aura hitam, terbang ke atas membentuk sepasang mata hitam dengan manik ungu menyala menatap tajam.
"Last Chance, Dhigita..." seru Night mengancam. Night serius.
White Maker : Spiral Sword
Beberapa spiral putih bermunculan di samping Dhigita siap menusuk dengan ujungnya yang tajam.
Night menutup matanya pasrah.
"Kau tidak punya pilihan, Night.." kata Dhigita pelan.
Seketika semua spiral tajam itu beterbangan ke tempat Night. Night menyatukan kedua telapaknya di depan.
Hollow Light
Cahaya ungu yang sangat menyilaukan terpancar keluar dari sepasang mata hitam besar itu.
Menutupi malam.
< Dave & Yuki POV >
Dave berlari ke tempat Yuki yang terjepit di sela - sela puing bangunan. Bagian mulutnya mengeluarkan banyak darah dan perut sisi kirinya agak ke dalam sedikit.
Tulang rusuk Yuki hancur.
Beberapa saat lalu, saat Yuki berhasil meninju wajah Dicky. Seketika itu juga petir Dicky bergerak dengan sendirinya, membentuk sebuah gelombang lalu menusuk(menghantam) perut sisi kiri Yuki.
Dicky maupun Yuki, mereka berdua sama - sama terpental dan terjepit.
"Yuki!" panggil Dave panik.
"Aku baik saja!!" jawab Yuki langsung berdiri.
"B - Benarkah??"
"Argh?!"
Yuki langsung jatuh dipelukan Dave.
"Kau kehilangan banyak darah dan badanmu.... Bagian 'lemaknya' menyentuhku!" Dave.
"K - Kau masih dapat berpikir negatif di saat s - seperti ini..." kata Yuki menatap jijik Dave.
"Maaf..."
Pada saat bersamaan Yuki muntah darah.
"S - Serangan terakhir tadi sangat sakit..."
Yuki menangis?
"Y - Yuki, apa yang--" pertanyaan Dave terpotong setelah lingkaran sihir mengelilingi mereka.
"W - Waktuku telah h - habis?" tanya.Yuki pada dirinya sendiri.
"Y - Yuki??" Dave menatap bingung.
Perlahan cahaya kunang - kunang keluar dari tubuh Yuki, dan Yuki kembali ke wujudnya semula.
"D - Dave - nii, k - katakan kepada Riza - nii...... Kalau dia 'tidaklah' salah!" ucap Yuki pelan.
"H - Hei, a - apa yang kau katakan? A - Aku tidak mengerti, dan apa semua i - ini???" panik Dave.
Ekspresi panik dapat di lihat dari wajah yang biasanya tenang itu. Yuki sempat - sempatnya terkekeh.
"D - Dave, t - tolong.... Sampaikan pesanku!" tangis Yuki.
"Yuki..."
Dave memegang erat Yuki sambil menunduk.
"A - Aku berjanji..." jawab Dave.
Yuki kembali tersenyum. "Terimakasih..."
< Author POV >
Di bawah Kota Jakarta tercipta lingkaran sihir raksasa, bersamaan dengan itu semua monster yang di panggil oleh Yuki maupun pihak musuh seketika menjadi cahaya kunang - kunang yang sangat indah. Bahkan efek lingkaran sihir itu sampai ke Demi - Human, tiba - tiba mereka semua ikutan menghilang menjadi cahaya.
"Apa yang terjadi?" tanya Alfharizy memperhatikan para kumpulan cahaya.
"Perasaan apa ini?" batin Alfharizy tidak enak.
Sementara di tempat Dave.... Dave memeluk erat Yuki yang telah 'menutup' kedua matanya. Dave tidak menghiraukan semua monster dan roh yang bersujud pada mereka.
"Suatu kehormatan dapat melayani anda, Nona Yuki...."
Satu persatu dari mereka menghilang menjadi gumpalan cahaya. Dave dan Yuki, mereka berdua dikelilingi cahaya yang sangat indah.
"Sama - sama..."
Dan di ruang hampa.....
Tit...
Langkah Riza terhenti. Riza melirik hpnya yang kini menampilkan sebuah pesan.
Yuki_Drowned ; has not founded
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top