ARC 8{Perang II}
[ Kebenaran Untuk Rena ]
<Author POV>
Dentingan benda tajam mewarnai pertarungan Marina melawan Lycree dan Rei. Mereka saling balas - membalas serangan.
Sekarang Marina telah berubah wujud, dengan iris mata berbentuk mata pedang, dua tanduk hitam yang muncul di atas kepalanya, gigi yang tajam dan sebuah ekor iblis hitam.
"Apa - apaan wujud itu?" batin Rei bertanya sambil bergerak cepat, mengelilingi Marina.
Sedangkan Marina hanya berdiri dengan santainya di tengah, sampai Rei menyerang Marina dari belakang. Marina refleks melakukan backflip dan membalas serangan Rei dengan memukul tengkuk belakang Rei yang membuat Rei tersungkur ke depan.
Baru menginjakkan kaki di atas tanah, tiba - tiba Lycree melancarkan pukulan tangan kanannya.
"Nggh?!!" pekik Lycree yang pukulannya di tahan oleh lengan kanan Marina.
Tangan kanan Marina dengan cepat mengunci tinju Lycree, Marina menyeringai di balik bayangan.
Marina menggerakkan tinju kirinya ke depan Lycree dan Lycree hanya menahannya dengan tangan kiri. Alhasil, Lycree terpental ke belakang karena tidak kuat menahan tinju Marina.
Di pertarungan Hanase melawan Blaze dan Edokey juga berjalan sengit tapi Hanase tidak terlalu banyak bergerak.
Edokey mengeluarkan tangan - tangan rohnya dan menyelimuti Hanase di dalamnya.
Buuuurrr....
Api hitam melenyapkan tangan - tangan roh itu dengan cepat.
Blaze secepat angin melesat ke punggung Hanase. Blaze membuat tebasan darah di sana tapi ditangkis dengan mudahnya oleh Hanase. Hanase mengayunkan kipasnya ke kanan yang membuat tebasan darah itu menghilang, Hanase menutup 'sayap - sayap' kipasnya dan keluarlah api hitam di sana.
Bruk?!!
Blaze terjatuh ke samping kiri Hanase setelah terkena serangan cepat itu.
Hanase membuka kembali kipasnya lalu membalikkan badannya dimana Edokey siap memukulnya. Edokey membungkus kedua tangannya dengan aura roh dan melancarkan pukulan secara acak. Hanase hanya membungkus kipasnya dengan api kecil, dan menahan pukulan demi pukulan dari Edokey dengan santainya. Tanpa Hanase ketahui, Blaze sudah kembali menyerangnya... Dari belakang lagi.
Edokey membuat ombak tangan roh sementara Blaze ombak darah. Hanase berhenti dan menutup kipasnya, dia turunkan kipasnya dipaha.
Terbakarlah
Burn?!!!
Dinding api hitam mengurung Hanase kemudian pecah menjadi ombak hitam yang beradu kuat dengan kedua ombak Blaze dan Edokey.
Dhuar...
Ledakan terjadi di depan dan belakang Hanase, Hanase masih diam di tempatnya sedangkan Blaze dan Edokey berada jauh di depan... Serta di belakang.
Hanase menghela nafas pasrah. Dia meletakkan tabung kaca yang menjaga pecahan chaos yang sedari tadi ada di tangan kirinya. Tabung kaca itu di lindungi api hitam.
"Aku tidak mempunyai waktu untuk bermain dengan kalian berdua. Kalian tahu?"
<Team Spear POV>
Dave, Fred, Harazuo dan Rinoa terkumpul atau lebih tepatnya terkepung bersama, sementara Dicky tersenyum lebar di atas atap bangunan.
"Aku dapat mengandalkan kalian berempat'kan?" tanya Dicky kepada empat bayangan hitam.
"Serahkan saja tugas ini pada kami!!"
<Team Great & Hearth POV>
Team Great dan Hearth hampir berhasil mengalahkan semua pasukan Demi - Human andaikan saja tiga orang berjubah putih datang dan mengacaukan suasana.
Night jatuh berlutut di salah satu orang berjubah putih itu.
"Lihat teman - teman, ketua Team Hearth hormat kepadaku..." katanya dengan kesenangan. Dia adalah perempuan.
"Kau hebat White~~" sambung si lelaki di dekatnya.
"Kalian berdua berisik.." kesal si.... Tua?!
Ride mengalami luka cukup parah akibat melindungi Asia, Ride memang benar berhasil melindungi Asia tapi tidak untuk Sei. Sei terkapar tak sadarkan diri di belakang mereka.
Di barisan belakang ada Anggita yang tengah menahan amarahnya, Ayaka yang sedikit merasakan takut dan Yuu yang membatu.
"Apa mereka benar - benar manusia?"
<Aldi, Novy & Riza POV>
Riza dan kedua teman barunya melompat ke tempat bebatuan baru setelah Modi menghancurkan tempat sebelumnya dengan kekuatan False Author-nya.
Riza ingin menggunakan kekuatannya tapi di hentikan oleh Novy.
"Tuan diam saja, biar kami yang melawan Modi..." serunya memohon.
"Tapi aku tidak bisa selalu melihat kalian terus melindungiku..." bentak Riza pelan.
"Tuan..." lirih Novy terkejut, tapi tidak dengan si datar Aldi.
"Maaf menganggu momen kalian tapi kalian harus mati..." cetus Modi tiba - tiba membuat Novy berdecak kesal.
Jatuhkan meteor raksasa di atas mereka bertiga
Dush....
Awan abu - abu yang menutup langit hilang di gantikan cahaya merah yang panas. Itu adalah sebuah meteor yang jatuh dari langit.
Kali ini Aldi yang berdecak kesal. Jari kiri Aldi bersinar biru dan siap menulis tapi dihentikan oleh tangan Riza.
"Tuan??"
"Biar aku..." pinta Riza yang menantang meteor jatuh.
Riza melangkah dijalur jatuh meteor itu hanya bermodalkan kertas putih.
Author Ability : Skills Taker
Kertas itu Riza lempar dan kertas itu memancarkan cahaya putih yang sangat menyilaukan dan...... Meteor itu mengecil?
Meteor itu menyusut dan masuk ke dalam kertas yang dilempar oleh Riza tadi. Riza melompat dan mengambil kertas itu.
"Giliran kami..." seru Riza membuat kedua mata Modi membulat penuh.
Author Ability : Meteor Smash
Kertas yang Riza lempar melesat dengan sungguh luarbiasa cepatnya, kertas itu mulai terbakar, terbakar dan meledak. Memunculkan meteor raksasa.... Tepat di depan Modi.
"S - Sial.."
DHUAR!!!!
<Lette & Rena POV>
Lette melepaskan beberapa peluru ke arah Rena tapi setiap peluru yang di lepaskan oleh Lette berhasil di belokkan oleh angin Rena.
Rena tersenyum. Dia menghentakkan kaki kirinya ke depan lalu muncullah duri tanah di samping kanan Lette, Lette berhasil menghindari tusukan mendadak itu tapi tiba - tiba saja gelombang angin yang super menghantam Lette lalu mementalkannya.
Pada saat Rena ingin mengejar Lette, bersamaan dengan itu juga Lette telah menghilang.
"Dim--- argh??!"
Lette berpindah di belakang Rena dan menendang punggungnya. Rena merentangkan kedua tangannya dan melakukan pendaratan akrobat. Rena menyeka air saliva yang sedikit keluar di sudut mulutnya sebelum menatap tajam Lette.
"Rena - chan.." lirih Yuki menyaksikan kegigihan Rena.
"Aku baik - baik saja Yuki - chan, kau tidak usah khawatir..." cetus Rena meyakinkan Yuki.
"Kau memang bisa melindungi temanmu tapi tidak untuk Kota Jakarta..." kata Lette yakin seraya membenarkan posisi berdirinya. "Saat ini Allyn sedang mengarah ke tempat Hanase, yaitu kakakmu sendiri!" lanjutnya.
"A - Apa kau bilang??" tanya Rena terkejut bukan main.
"Hanase, kakakmu bekerja sama dengan kami untuk menghancurkan Kota Jakarta dan dia jugalah yang telah membuat kekacauan ini..."
"Tidak! Itu pasti bukan Hanase. Hanase tidak mungkin melakukan hal itu.." bantah Rena yang hampir menangis.
"Terimalah kenyataan Rena. Kakakmulah..... Yang MENGHANCURKAN kota ini!!"
"AAAAAAA!!!"
Angin topan berkumpul di sekitar Rena dan tanah bergetar hebat. Lette berpindah tempat lagi, kali ini jauh dari bangunan.
"Sekarang giliranmu, Rolita..."
[ Perlawanan Tim Strike ]
<Team Strike POV>
Edokey dan Blaze mengepung Hanase dari dua arah berbeda, mereka siap dengan serangan mereka masing - masing sementara Hanase berdiri dengan santainya di tengah - tengah.
Hanase tersenyum mengejek yang membuat Blaze maju terlebih dulu.
Blaze menciptakan lima pedang darah besar di belakangnya lalu melemparnya ke Hanase, pada saat bersamaan muncul dinding api hitam yang melindunginya. Di belakang Hanase ada Edokey dengan tangan - tangan rohnya.
Tangan - tangan roh Edokey berhasil menangkap Hanase tapi tangan itu tiba - tiba meleleh karena api hitam Hanase.
Hanase tersenyum senang dan Edokey berdecak kesal.
"Kemana kau melihat, hah?"
Blaze tiba - tiba sudah berada di belakang Hanase. Blaze memukul bagian kiri Hanase yang di selimuti sedikit api dengan gumpalan darah.
Pukulan Darah Penguasa
"Ugh??!"
Hanase terlempar dan menghantam tanah.
"Sekarang Edo!!!" teriak Blaze.
Edokey berdiri tidak jauh dari tempat Hanase jatuh. Edokey menaruh telapaknya ke tanah dan....
Zrasss.....
"Argh?!"
Seketika badan Hanase tertusuk jarum - jarum roh dari dalam tanah.
Hanase mengeluarkan banyak darah dan....
"Dia mati???" bingung Edokey.
"Siapapun akan mati jika jantung miliknya hancur.." jawab Blaze dingin melihat dada kiri Hanase berlubang.
Edokey menatap tangannya sendiri. "A - Aku membunuh?""
"Sudahlah Edo, dia sudah ada takdirnya.." kata Blaze sengaja menenangkan Edokey.
"Berarti aku harus mendapatkan balasannya ya?" tanya Edokey dengan tatapan kosong.
Blaze menghela nafasnya. "Tentu saja tid----''
"---Ya!"
Daeer!!
Bersamaan dengan suara itu, Edokey menghantam tanah setelah Marina menyerangnya dari belakang.
"Itu hukumannya.." cetus Marina.
"K - Kau!!" geram Blaze yang matanya menghitam.
"Selanjutnya kau.." tunjuk Marina ke Blaze.
"Aku??"
Blaze melirik ke belakangnya dimana ada Lycree terkapar di sana dan Rei..
"Dimana Rei?" tanya Blaze pelan.
"Gadis itu?? Dia ada urusan ditempat lain.." jawab Marina santai.
"Tidak akan aku maafkan.." seketika sekujur badan Blaze di selimuti aura merah kehitaman.
Awakening Mode : King of Blood
Darah naik merambat ke tubuh Blaze, matanya menghitam dengan jarum merah menyala di sana serta sebuah sabit merah darah di pundak kiri.
"Raja dari Darah ya?!" Marina menyeringai. Dia senang?
"Hahaha... Tidak aku sangka aku seberuntung ini.." kegirangan Marina.
Awakening Mode : Little Demon
Hush...
Angin hitam hanya melewati Marina tapi penampilannya berubah dratis. Dengan jaket hitam dan celana panjang hitam itu serta mata putih menyala.
"Ayo kita bersenang - senang.."
<Allyn & Rei POV>
Prang...
Pedang itu patah dalam sekali ayunan, di ikuti suara tekanan di tubuh seseorang.
Rei terpental dan tertempel di dinding bangunan setelah Allyn pukul.
"Maaf saja tapi 'Lari Cepatmu' tidak akan berpengaruh padaku.." Allyn menurunkan kempalan tinjunya.
"......." Rei tidak bergerak lagi dan sadar.
"Oke.. Sekarang dimana kau Hanase?"
<Blaze & Marina POV>
Arena tempat bertarung Blaze dan Marina di selimuti genangan merah atau darah. Di tengah ada Blaze dan Marina yang saling menatap.
"Argh???" darah keluar dari mulut Blaze.
"A - Apa ini??" tanya Blaze bingung melihat darahnya sendiri.
Marina tersenyum kecil. "Itu darahmu, bodoh.." jawab Marina yang terlihat kelelahan.
"Bagaimana mungkin??!!" geram Blaze.
Genangan darah yang membasahi tanah mulai bergerak dan bergelombang serta mengumpul ke tempat Blaze.
"Dia marah??" Marina tersenyum kecut.
Di tempat Blaze ada lima bayangan Blaze yang terbuat dari darah, mereka juga menggunakan sabit.
"Aku akan mengalahkanmu dengan kekuatan darahku.."
Marina segera merubah tangannya menjadi duri - duri hiyam berbentuk durian hitam kemudian berlari menjauhi kejaran kelima bayangan Blaze.
Salah satu dari mereka mengayunkan sabit mereka ke kiri Marina, dan Marina hanya menurunkan kecepatan larinya tapi dua sabit telah menunggunya di belakang. Marina menyilangkan tangannya ke depan menangkis kedua sabit tadi.
"Argh???!" pekik Marina.
Di belakang Marina ada Blaze asli yang keluar dari badan bayangannya sendiri.
Sabit Raja Darah
Duasss...
Tebasan darah horizontal memotong badan Marina.
Marina menggeretakkan giginya, seketika aura hitam meledak membuat Blaze dan bayangannya terpental menjauh.
"Hah, Hah, Hah..." nafas Marina berseru cepat dan tak teratur.
Tidak jauh dari Marina, Blaze bangkit seraya mengusap punggungnya. "Sakit.." gerutunya.
Blaze menatap tajam Marina.
"Kali ini akan aku pastikan kau mati!!"
Blaze melesat cepat ke belakang Marina. Siap mengayunkan sabitnya.
Terbakarlah
Doooom!!!
Blaze terlempar ke samping kirinya saat gelombang api hitam itu menghantamnya.
Blaze memutar badannya cepat dan mendaratkan kaki dengan selamat.
"Bagaimana kau masih bisa hidup??" tatap tajam Blaze ke Hanase yang berlumuran darah.
Bahkan pakaiannya juga robek memperlihatkan tekstur badannya.
"Aku tidak akan mati dengan serangan aneh itu.." jawab Hanase dengan nada meremehkan.
Luka yang ada di dada kirinya menghilang tapi luka lainnya tidak.
"Kau bingung? Sini, biar aku jelaskan.."
Hanase mengeluarkan sebuah bungkusan emas yang di dalamnya ada coklat.
"Ini adalah Cokelat Penikmat, dengan memakan ini kau akan mendapatkan kenikmatan dari sebatang coklat. Cara kerjanya mudah, fokuskan saja kenikmatan itu ke 'sesuatu' dan kenikmatan itu akan terwujud.." rumit Hanase.
"Aku tidak mengerti??!" geram Blaze lagi.
"Yah, tak ada gunanya dong aku menjelaskan padamu..." kata Hanase kecewa.
"Berhentilah bersikap seperti itu atau aku potong kepalamu dan aku letakkan di atas Monas.." ancam Blaze dengan aura membunuhnya.
Ekspresi Hanase berubah menjadi menyeramkan, dia menyeringai lebar. "Itu kata - kataku, sampah!!"
Aura hitam yang kuat menyelimuti Hanase, di ikuti api hitam yang membakar dirinya.
Awakening Mode : Black Sun
Kini penampilan Hanase berubah dengan kimono hitam bermotif bunga lily berwarna emas serta ujung kimono-nya berubah menjadi lidah api.
Hanase melempar bungkusan emas kepada Marina.
"Makanlah sebelum Allyn datang.." perintah Hanase.
Marina hanya memandang bungkusan emas itu sebelum mengambilnya.
Hanase berjalan santai ke tempat Blaze. Blaze berdecak kesal melihat darah yang ada disekitar Hanase melepuh dan menguap.
"Saa, hajimeo kaa?"
<Author POV>
Angin topan keluar dari bangunan itu dan melubangi atapnya. Di dalam bangunan ada Rena yang kehilangan kendali.
Awakening Mode : Daugther of Earth
Tanah berguncang hebat, angin bertiup - tiup menghancurkan apapun kecuali Yuki yang terlindungi perisai air Aqua dan Rey yang di selimuti pelindung tak terlihat bersama Reika.
Seorang perempuan bergaun hitam serta payung berjalan masuk dengan santainya. Dia mendekati Rena?
Perempuan itu mengangkat wajahnya membuat manik birunya terlihat jelas.
"Hiroki_Rena, pengguna Kode Nama A + N atau Animalia + Nature..." katanya memandang Rena kemudian dia menyeringai.
"Sebuah boneka yang hebat!"
[ Hitam - Merah ]
<Blaze & Hanase POV>
Blaze mengangkat kedua tangannya membuat dua menara darah setinggi 4meter tercipta, lalu menara itu pecah dan berubah menjadi sesosok golem.
Pembentuk Darah : Golem Darah
Kedua golem itu meraung seperti seekor naga dan berlari ke tempat Hanase.
Hanase tersenyum tipis. Dengan mengangkat satu tangan saja, dinding api hitam tercipta di depan Hanase tapi kedua golem itu tetap maju dan 'tenggelam' di sana. Kedua golem itu meleleh menjadi air merah(darah).
Blaze menyeringai. Dia menjentikkan jadinya, kedua golem tadi berubah menjadi bayangan darah.
Pembuat Darah : Bayangan Darah
Hanase berdecak kesal saat kedua bayangan itu mulai menyerang dirinya. Hanase berusaha menjaga jarak untuk tidak terkena serangan secara telak.
Hanase membawa Blaze ke dalam sebuah gedung. Mereka berada di panggung drama.
"Kau ingin main?" tawar Hanase.
"Jangan bercanda!!" marah Blaze.
Bagian bawah Blaze di penuhi darah dan darah itu menjadi bayangan yang bergerak mendekat ke tempat Hanase.
Bayangan Darah : Kuburan Jarum
Hanase melompat tinggi ke atas sebelum duri - duri merah pekat menembus badannya.
Di bawah kaki Hanase tercipta api hitam yang panjang dan api hitam itu menancap di langit - langit bersama Hanase.
"Bisa kita akhiri ini? Aku tidak mempunyai banyak waktu lagi?!" pinta Hanase seolah tidak terjadi apa - apa.
Blaze berdecih kesal. Genangan air bergelombang di bawah telapak kakinya, gelombang itu bergerak dan mendekat ke tempat Blaze. Blaze merentangkan tangan kanannya sedikit ke depan, pada waktu bersamaan darah yang ada di bawahnya naik dan membentuk sebuah benda.... Sebuah pedang.
"Akan aku potong kepalamu agar kau bisa diam untuk selamanya..." ucap Blaze dengan nada dingin, Blaze menatap tajam Hanase.
Hanase menghela nafas pasrah. Api hitam yang tertancap menghilang dan Hanase mendarat kembali di atas lantai panggung.
"Aku anggap itu 'tidak'!!"
Api hitam menjalar di tangan kanan Hanase dan Hanase membalas tatapan Blaze.
Matahari Hitam : Nafas Membara
Hanase mengangkat tangannya ke depan dan keluarlah semburan api hitam ke tempat Blaze.
Blaze mengangkat pedangnya tinggi ke atas kemudian menghantamkannya ke bawah dan muncullah dinding merah darah. Blaze berlari ke samping kiri dinding setelah itu, darah berkumpul di tangan kirinya. Blaze melempar jarum darah dari telapak kirinya tapi hanya melawati samping kanan wajah Hanase saja, saat itu juga Hanase menatap tajam Blaze.
"Itu adalah sebuah 'peringatan'.." cetus Blaze yang sengaja berhenti berlari.
"Aku tidak terima belas kasihan dari... SIAPAPUN!!!"
Blaze di kejutkan oleh semburan api hitam yang tiba - tiba muncul di samping kanannya. Blaze hanya bisa melindungi dirinya dengan selimut merah saat api hitam itu menghantamnya kuat. Blaze terlempar menghantam tembok dengan api hitam masih di 'selimutnya'.
"Sial..." batin Blaze kesal.
Blaze mengibaskan tangan kirinya ke depan dan api hitam itu hilang...... Hanase juga.
Segera Blaze menancapkan pedangnya ke lantai, seketika Blaze terlindungi oleh jarum - jarum darah.
"Dimana dia?" tanya Blaze dengan kedua matanya bergerak cepat ke sana - kemari.
Tanpa Blaze ketahui Hanase berada di belakangnya.... Dengan palu hitam berkobar itu.
Palu Hitam Pemusnah
"Argh?!!" pekik Blaze.
Palu hitam berkobar itu menghantam telak Blaze dari atas tanpa 'meminta' kepada Blaze untuk membuat pelindung terlebih dulu.
Hanase berjalan mendekat ke lubang yang di kelilingi api hitam, disana ada Blaze yang terkapar tak bergerak.
"Bagaimana rasanya?" tanya Hanase tersenyum kecil.
Blaze hanya diam menatap tidak suka pada Hanase, dan Hanase hanya membalasnya dengan seringaian. Hanase berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Blaze.
"K - Kau tidak a - akan pernah berhasil. Kalian tidak AKAN pernah!!!" ucap Blaze menekan kata 'akan'.
Hanase tersenyum tipis. "Kita lihat saja!!"
Jraak!!
"Argh??!!"
Jarum hitam itu menembus Blaze dari bawah dan membuat ujungnya berwarna merah.
<Author POV>
Sementara di tempat Rena dan lainnya.... Rena masih kehilangan kendali. Delapan angin topan meratakan beberapa bangunan, gempa menghancurkan tanah dan api yang membara, membakar apa saja yang ada.
"Rena..." panggil Reika ingin mendekat tapi tidak bisa.
"Reika - san, kau harus pergi bersama Rey - san jauh dari sini..." seru Yuki yang masih dalam lingkaran sihirnya.
"T - Tapi, bagaimana denganmu Yuki?" cemas Reika.
"Yuki biar aku yang jaga.." seru Aqua yang beranjak berdiri.
"Jangan lupakan kami..."
Dari atas mereka, turun Black, Gordon dan Max.
"Kami akan melindungi Yuki..." Black.
"Kau tidak usah khawatir, hehehe.." Max.
"Pergilah Nak Reika..." kata Aqua melihat Reika terdiam sejenak.
Reika kembali terdiam tapi tidak lama kemudian Reika berlari kecil kembali ke tempat dimana Rey 'istirahat'.
"Selamatlah Yuki.."
<Igo & Nana POV>
Naga ungu itu masih di atas langit - langit Kota Jakarta, di atas punggung naga ada Igo dan Nana yang memperhatikan keadaan kota.
"Dimanakah... Siapa tadi?" tanya Nana... Lagi.
"Allyn.." jawab Igo datar.
"Dimanakah orang bernama Allyn itu?" tanya Nana lagi.
"Aku tidak tahu..." jawab Igo lagi, Nana hanya sweatdrop mendengar itu.
"Kau tahu, mungkin di---"
Jraass!!!
Kalimat Nana terhenti setelah sesuatu yang tajam menusuk badan naga ungu dan menggores perut tengahnya.
"Ugh!!" pekik Nana seketika.
Naga ungu itu kembali ke wujud semula dan 'oleng' ke bawah bersama Nana yang tak sadarkan diri.
Igo menangkap tubuh Nana kemudian melompat ke menara terdekat. Igo memecahkan kaca menara dengan tebasan anginnya dan mendarat 'mantap' di dalam. Igo mendekat ke sudut tembok dan menyandarkan pelan Nana di sana, terlihat darah mengalir keluar dari perut Nana.
"Sekali lempar dengan kecepatan 'gila'.." gumam Igo memperhatikan luka Nana.
Nana mengatur nafas dan kesadarannya agar tidak hilang. Bisa di katakan luka Nana 'lumayan' parah.
Tap... Tap...
Pada waktu bersamaan terdengar suara langkah kaki di belakang Igo tapi Igo tidak segera berbalik.
"Tenangkan dirimu maka... Kau tidak akan mati.." ucap Igo datar membuat Nana tersenyum kecut.
Igo bangkit dan langsung berbalik. Igo menatap lawannya yang ternyata adalah Allyn.
"Tanpa di cari, dia akan datang sendiri..." seru Igo.
Allyn tersenyum kecil dan berjalan ke tempat Igo sedangkan Igo hanya diam seakan menunggu kedatangan Allyn segera.
"Bisa kita mulai?" tanya Igo yang sudah siap dengan pedangnya.
"Santai dan slow..." jawab Allyn dengan aura tak terlihat juga.
Auranya tak bergetar tapi pedang yang bergetar.
<Author POV>
Cry membuka mulutnya dan... Menguap.
"Singkirkan ekspresi konyol itu segera..." kesal Reus menunjuk - nunjuk wajah Cry yang terlihat mengantuk.
"Mau bagaimana lagi? Aku sangat mengantuk.." balas Cry kembali menguap.
"Daripada itu lebih baik kita mencari cara untuk keluar dari dimensi waktu ini. Semuanya membuatku pusing..." cetus Reus marah - marah.
"Kau pikir siapa yang membuat kita semua berada disini??!" tanya Cry membuat Reus mati kata.
Sima termenung di lantai dan Kili yang sedang santai sambil minum teh bersama bonekanya. Cry sweatdrop melihat keadaan sekarang, Cry menggerakkan kepalanya ke atas memandang langit - langit.
"Aku harap Riza tidak hilang kendali.."
[ Terdesaknya Tim Spear dan Tujuan Hanase ]
<Team Spear POV>
Sambaran petir dari atas keempat anggota Team Spear menghancurkan arena pertarungan mereka, beruntung mereka berempat berhasil menghindarinya.
"Freed, Harazuo, Rinoa, kalian baik - baik saja?" tanya Dave ketua Team Spear.
"Apa harus aku jawab..." kata Freed kesal seraya mendorong puing - puing bangunan yang menimpanya.
Di dekat Freed muncul Harazuo dan Rinoa dari sebuah lubang.
"Syukurlah kalian berdua baik - baik saja..." Dave menghela nafas lega. "Tapi tetap saja serangan tadi kuat sekali!" lanjut Dave melihat keadaan sekitar yang tak berwujud lagi.
Harazuo tiba - tiba mengangkat pistolnya ke arah Freed.
"Apa yan--" pertanyaan Dave terpotong oleh aksi Harazuo yang menembak Freed.
"Sialan kau Harazuo!!" marah Freed yang memotong tembakan gelombang kejut dengan pedangnya.
Gelombang tembakan Harazuo terbelah dua dan membuat orang berteriak kesakitan. Tepat di belakang Freed ada dua Demi - Human yang siap menyerang tadi jika Harazuo tidak melihatnya.
"Seharusnya kau berterimakasih..." kata Harazuo dengan dinginnya.
"Apa kau bilang??!" perempatan terukir di kening Freed.
"Teman - teman, kita dalam masalah..." cetus Rinoa yang akhirnya bicara.
Mereka berempat di kepung oleh empat Demi - Human.
"Mereka terlihat berbeda..." bisik Rinoa waspada.
"Siapa peduli?!" bentak Freed.
Freed berlari ke tempat Demi - Human berwujud Werewolf atau Manusia Serigala. Werewolf itu memiliki badan setinggi 2meter.
Tebasan Pedang Besi
"....."
Freed masih melayang di depan Werewolf itu, Werewolf itu berhasil menahan pedang Freed dengan kedua tangannya. Sekarang kedua kaki Freed telah menyentuh tanah, Freed memasang ekspresi wajah serius.
"Lumayan bisa membuat kulitku tergores..." puji Werewolf itu sambil menyeringai.
"Aku tidak butuh pujian darimu..." kata Freed dengan kasarnya.
Werewolf menyeringai lebar.
"......." Dave hanya diam menganalisis keadaaan.
"Apa yang kau pikirkan, hah?!" teriak seseorang.
Kewaspadaan Dave menurun, dia bahkan tidak menyadari kedatangan Demi - Human satu itu. Demi - Human itu berbentuk seekor gajah, walau hanya tangannya saja.
Dave berusaha membuat pelindung tapi sudah terlambat. Tangan besar dan kekar itu menghancurkan benda yang akan menjadi pelindung Dave, Dave memutuskan untuk lari.
"Mau kemana kau??" teriaknya mengejar Dave.
Sekarang tersisa Harazuo dan Rinoa bersama dua Demi - Human yang menyeringai di depan mereka.
"Kami yan--"
Brrush....
"Heh???"
Harazuo baru saja menembakkan gelombang kejutnya.
"Kalian lama sekali..."
CRAK!!!
Darah berhamburan dimana - mana setelah tubuh kedua Demi - Human itu meledak karena tidak kuat menerima gelombang milik Harazuo.
"Kau meninggalkan satu..." beritahu Rinoa.
Pada saat bersamaan muncul Demi - Human yang ada di samping Demi - Human yang di bunuh oleh Harazuo.
"Dia menghindar?" pikir Harazuo.
"Harazuo, katakan pada yang lainnya jika aku menyusul Dicky..." cetus Rinoa membalikkan badannya.
"Kau mau kemana?" tanya Harazuo datar.
"Ke tempat Yuki..."
<Author POV>
Angin topan yang di ciptakan oleh Rena seketika menghilang saat Rolita menyentuh Rena.
"Sekarang kau milikku..." kata Rolita yang tersenyum senang.
"A - Apa yang sudah kau lakukan pada Rena - chan dan Max - san?" tanya Yuki dengan mata membulat sepenuhnya.
Di dekat Rena dan Rolita berdiri Max dengan tatapan kosong, Rena membuka matanya dan kedua maniknya sama seperti Max. Yaitu kosong.
"Tidak ada. Aku hanya menjadikan mereka 'kepunyaanku'..." jawab Rolita masih tersenyum. "Ayo Rena kita temui kakakmu! " lanjut Rolita mengajak Rena, dan Rena pun pergi.
"R - Rena - chan??!" panggil Yuki.
Dia ingin menolong Rena tapi jika dia keluar dari lingkaran sihir maka semua roh yang dia panggil akan menghilang.
"Black..." panggil Yuki dengan tatapan cemas.
"Serahkan padaku..."
Black bergerak cepat ke belakang Rena tapi Max tiba - tiba sudah berada di depannya, membuat Black terpaksa berhenti mendadak.
"Max, apa yang k--" perkataan Black terpotong setelah Max menyerang Black secara mendadak.
"Black..."
Gordon terbang meleset di atas mereka tapi...
Grab....
Tangan besar Max menangkap tubuh Gordon dengan cepat.
"M - Max...."
Max menguatkan genggamannya dan mematahkan tulang Gordon, setelah itu Gordon berubah menjadi pecahan cahaya. Sama seperti Black.
"Black, Gordon..." Yuki menitikkan airmatanya.
"Max.... Kembalilah!!!"
Cahaya kuning muncul di bawah kaki Max dan melenyapkannya. Yuki bermandikan keringat saat Max telah menghilang.
"Y - Yuki, apa yang kau lakukan??" tanya Aqua hampir berteriak.
Yuki jatuh berlutut tapi lingkaran sihirnya tidak menghilang. Ada yang aneh dengan Yuki, dia... Tumbuh?.
Atau lebih tepatnya Yuki beranjak dewasa.
"Y - Yuki..." panggil Aqua cemas.
"T - Tenanglah Aqua. A - Aku baik - baik saja..." sahut Yuki lemah.
"Baik darimana? Kau baru saja mengorbankan jiwamu..." bentak Aqua.
"A - Aku tidak ingin membuat Max menyakiti temannya lebih dari ini.." kata Yuki benar - benar lemah.
Suara, manik dan tubuh Yuki benar - benar telah berubah. Bahkan pakaiannya kekecilan membuat ***€}£}}*£
"A - Aku juga bisa bertarung...."
<Allyn & Rei POV>
Rei berlari ke depan Allyn dan menebaskan katana-nya ingin memotong kepala Allyn tapi dengan mudahnya di hindari oleh Allyn. Rei terus menyerang secepat dia bisa jika itu dapat membuat Allyn kelelahan.
Tapi faktanya tidak.
Tebasan terkahir dari Rei meleset. Allyn membuka kedua matanya dan menatap dingin Rei.
Ledakan Waktu
Hologram jam muncul di telapak tangan Allyn dan jam itu menempel di badan Rei.
Gelombang Waktu
Angka 2 menempel di perut Rei dan...
Duas....
Gelombang kejut tercipta dan mementalkan Rei dari hadapan Allyn.
"Akh?!!" pekik Rei setelah jatuh di lantai.
Hologram jam menempel di badannya berputar cepat menciptakan cahaya yang menyilaukan.
Daaar....
"ARGH!!!"" teriak Rei di dalam ledakan.
Kaca - kaca gedung pecah dan lantai retak tak beraturan, dan hanya menyisakan Rei yang terluka parah di lantai.
"Tadi pemanasan yang bagus..." puji Allyn berjalan menjauh.
"T - Tunggu..." suara Rei memanggil.
Rei mencoba mengambil katana yang tergeletak disampingnya.
"Sudah cukup..." desah Allyn.
Angka 3 muncul di atas langit - langit Rei berada dan...
BOOM!!
Langit - langit gedung meledak dan puing - puing berjatuhan menimpa Rei.
"Kau sudah selesai..."
<Hanase & Marina POV>
Marina berjalan di belakang Hanase sembari memperhatikannya. Allyn pernah mengatakan kepada Marina jika Hanase memiliki sifat yang lebih licik dari Riisycho.
"Hmm? Ada apa, Marina?" tanya Hanase sambil tersenyum.
"........" tapi Marina hanya diam dan menatap.
Hanase membalikkan badannya dan.... Menyeringai.
"Aku ingin cepat - cepat membunuhnya tapi aku masih membutuhkannya..." batin Hanase dengan rencana liciknya.
Hanase memancarkan aura yang tidak bisa Marina mengerti. Itulah yang membuat Marina sangat mencurigai Hanase.
Sebenarnya apa tujuannya?
[ Pedang Besi Freed ]
<Team Spear POV>
Team Spear tengah di sibukkan dengan tiga Demi - Human yang 'menyusahkan'. Dave melawan gajah, Harazuo masih tidak mengetahui kemampuan lawannya dan Freed yang....
"Haaaa..." teriak Freed menyerang Werewolf.
"Grrr..." geramnya menahan pedang Freed.
Freed berdecak kesal dan menendang acak tangan Werewolf, Freed terdorong ke belakang.
"Kau menyusahkan sekali..." kata Freed emosi seraya menunjuk Werewolf dengan pedangnya.
"Kau saja yang lemah.." balas Werewolf menyeringai.
Freed termakan hasutan dari Werewolf. Freed berlari dan melompat di depan Werewolf, Werewolf menyeringai di balik bayangan.... Dia mengelak ke kanan, Freed membelelakkan matanya menyadari betapa bodohnya dia.
Dalam sekali dorongan dengan cakar yang tajam, Freed terpental ke belakang dengan darah keluar di perutnya. Sesudah Freed terpental Werewolf menatap cakar yang tergores.
"Dia sempat menangkis??"
Freed bangkit dengan keadaan perut tergores.
"Sialan kau..." geram Freed.
Werewolf menyeringai lagi. "Menarik..."
Tiba - tiba Freed mengubah cara berdirinya, dia fokus?
"Kuda - kudanya berubah?!" batin Werewolf.
Freed menghembuskan nafasnya pelan sebelum membuka matanya, Werewolf terdiam melihat tatapan datar tapi tersirat dari manik Freed.
Teknik Pedang Besi
Freed mengangkat pedangnya ke kanan...
Tebasan Tak Terlihat
Huash??!!
Angin bergerak cepat ke tempat Werewolf, melihat itu Werewolf menggunakan kedua tangannya sebagai tameng.
Slash....
Darah keluar dari kedua tangan Werewolf dan membuat Werewolf membatu.
"Dia... Menebasku?" batin Werewolf bingung bercampur terkejut.
Freed mengangkat pedangnya ke kiri siap mengayunkan secara horizontal.
Teknik Pedang Besi : Tebasan Tak Terlihat
Huash??!!
Kali ini tercipta suara yang lebih kencang dari sebelumnya.
Insting, Werewolf menundukkan badannya mendekat ke tanah.
Slash...
Sisa - sisa bangunan yang ada di belakang Werewolf terpotong dua oleh angin.
"Bagaimana bisa? Dia itu Pedang Besi, bukan Pedang Angin??!" batin Werewolf terkejut bukan main.
"Haaaah..." Freed menghela nafas dan air keringat jatuh dari pelipisnya.
"Menggunakan tenaga untuk membuat tebasan angin, itu sangat melelahkan..." batin Freed.
"Aku harus bertahan..." cetusnya.
"Aku meremehkanmu, aku tidak menyangka kau akan memojokkanku sampai seperti ini..." kata Werewolf kepada Freed.
"Hah??? Kau saja yang lemah..." ejek Freed menyeka air keringatnya.
Perempatan tercipta di dahi Werewolf dan tubuhnya bergetar kuat.
"Mari kita buktikan, siapa yang lemah sebenarnya..." kata Werewolf dengan kelopak mata memutih.
Secara perlahan badan Werewolf membesar dan bulu - bulu menjadi gelap.
"Apa yang dia lakukan??" gumam Freed.
Dia bahkan tidak tahu bila nyawanya bisa terancam.
Trek... Derrr...
Tanah yang menjadi tempat Werewolf berdiri hancur karena kelebihan beban.
"Beruntung sekali aku dia bukan tipe 'cepat'..." batin Werewolf senang.
Freed memasang kuda - kuda siap, Freed mengangkat pedangnya tinggi.
Teknik Pedang Besi : Gelombang Kasat Mata
Duash??!!!!
Seperti suara mobil yang baru saja di nyalakan, itulah yang terdengar saat Freed mengayunkan pedang vertikal ke depan.
Hush...
"A - Ap--" Freed kehilangan cara bicara.
Werewolf terkena telak gelombang tebasan Freed tapi Werewolf.....
"Apa cuma segitu?" tanyanya yang menyeringai mengerikan.
Werewolf melangkahkan kakinya ke depan secara bergantian, setiap langkahnya membuat Freed semakin berkeringat.
"Sial..." kutuk Freed.
Freed menguatkan pegangan pada pedangnya dan membuat kuda - kuda baru, kaki kiri di depan dan kedua tangan menggenggam erat pedang besi. Werewolf mulai berlari.... Dengan cepat.
"Mati kau!!!" seru Werewolf dengan nafsu membunuh.
"KAU SAJA!!!" teriak Freed dengan suara tidak kalah nyaring.
Prang....
Kuku - kuku tajam yang ada di tangan kiri Werewolf terpotong saat beradu dengan pedang Freed.
Tubuh mereka berdua sangat dekat, seketika keadaan berbalik....?
Werewolf menyeringai penuh kemenangan, Freed mengangkat pedangnya ke depan sebagaj perisai.
Trak? JRASH??!!
Pedang besi Freed hancur dan Freed terpental ke belakang penuh darah, setelah cakar tangan kanan Werewolf menusuknya cepat dan kuat.
"Uhuk, uhuk..." Freed batuk darah.
"Hoo~~Kau masih sadar..." kagum Werewolf.
"Sialan kau..." geram Freed melupakan kondisinya.
Werewolf berjalan santai dan sampai di depan Freed, Werewolf menginjak dada Freed membuat Freed memuntahkan darah.
"Kau kuat tapi sayangnya kau harus mati..." kata Werewolf tersenyum kepada Freed.
"Singkirkan wajah anjingmu dari hadapanku..." kata Freed kesar.
"Aku serigala..." bentak Werewolf.
"Aku tidak tanya..."
Freed mengangkat kedua tangannya ke atas dan cahaya putih keluar dari sana.
"A - Apa yang ingin kau lakukan??" panik Werewolf menjauh, tapi...
"Sudah terlambat..." seru Freed tersenyum.
Cahaya itu berkumpul dan membentuk sebuah pedang.
"Apa??!!" terkejut Werewolf.
Tusukan Besar Pedang Besi
"Argh?"
JRASH....
Pedang besi Freed berubah besar dan panjang, pedang itu berhasil menusuk tepat ke jantung Werewolf.
"Ini adalah Pedang Besi yang sebenarnya..." seru Freed.
Werewolf roboh ke belakang dan kembali ke wujud manusia.
"Hah, Hah, Hah..."
Freed terlihat sangat kelelahan dan pedangnya pun menghilang.
"Hahaha... Aku menang!!"
[ Kekuatan Harazuo ]
<Author POV>
Dhuar....
Dave terpental ke belakang, Dave berdecak kasar melihat pelindungnya di hancurkan begitu mudah. Di depan Dave menyeringai seorang pria dengan kepala plontos.
"Hei bocah, mana serangan darimu? Atau aku terlalu kuat ya..." provokasinya.
Perkataan pria itu membuat Dave menatapnya tajam. "Kau.... Bukan Demi - Human?" tebak Dave.
Pria itu menyeringai. "Benar sekali. Aku adalah Ho Si Half - Beast yang hebat..." katanya angkuh.
"Dia bodoh. Half - Beast dan Demi - Human itu hampir sama..." batin Dave mengejek.
Senyuman licik terukir di bibir Dave.
"Hei paman botak..." panggil Dave membuat perempatan muncul di kening Ho.
"Aku tidak botak..." kata Ho pelan.
"Begini paman, kenapa tidak kita akhiri saja pertarungan ini. Aku menyerah padamu, Paman BOTAK!!"
Kusss....
Asap keluar dari kepala Ho dan wajahnya memerah, melihat itu Dave menyeringai.
"SUDAH TERLAMBAT, BODOH!!!"
Ho melompat ke depan Dave dengan tangan kanan tergempal kuat.
"Aku memang tidak bisa menahan pukulannya tapi aku bisa mengalahkannya..." batin Dave menganalisis.
Dengan nekatnya Dave berlari mendekat bersama telapak kiri yang siap melakukan sesuatu.
"Ahhaha... Betapa bodohnya kau. MATILAH!!"
Ho melancarkan pukulan tangan gajahnya dalam kekuatan maksimal. Seketika badan Ho menegang merasakan hawa nafsu membunuh yang di keluarkan oleh Dave.
"Game Over..."
Tap...
Dave menyentuh tinju Ho dengan telapak kirinya.
Teknik Pembuat : Pemisahan
CRAK?!
"Urgh?"
Seluruh bagian kanan Ho hancur seketika setelah telapak kiri Dave mendorong pelan.
"Kode Namaku adalah 'MC' atau Mind Controller yang artinya Pengendali Pikiran, dengan Kode Nama ini aku dapat memerintahkan siapapun yang telah aku sentuh..." cetus Dave.
Di samping kanan Dave terkapar Ho yang tak bernyawa.
"Tentu saja aku bisa membuat apapun dengan Kode Nama ini termasuk menghancurkan organ manusia..." tambah Dave.
Dave menatap ke selatan....
Di selatan ada Harazuo yang tengah bertarung dengan seseorang yang dapat membagi dirinya menjadi banyak.
"Ada apa, kawan? Kau bingung?" ejeknya dengan senyuman.
Harazuo menurunkan pistolnya. "Kau bukan Demi - Human, teknik yang kau lakukan tadi..... Adalah Esper?" cetus Harazuo menebak.
"Ketahuan ya..."
"Siapapun bisa melakukannya. Yang menjadi pernyataan adalah 'Kenapa kau berada di tengah - tengah para Demi - Human??'?" seru Harazuo.
Orang itu tertawa. "Karena ini terlalu menarik untukku..... Saw Si Bayang!" katanya.
Drrrr....
Tekanan gravitasi yang ada di sekitar Harazuo naik drastis.
"Menarik? Kehancuran ini? Jangan bercanda??!"
Saw merinding melihat tatapan membunuh dari Harazuo. "Bila begitu, biar aku perlihatkan sesuatu yang menarik..." kata Harazuo serius.
Saat Harazuo mengangkat pistolnya, bersamaan dengan itu Saw membagi dirinya menjadi puluhan bayang.
"Hahaha.... Jadi bagaimana sekarang?!" tantang Saw, terlihat Saw berkeringat banyak.
Harazuo menghela nafas panjang lalu menyimpan pistolnya kemudian berjongkok.
"Apa yang dia lakukan??" tatap curiga Saw.
"Kekuatanku adalah membuat Gelombang Kejut, tapi untuk membuat Gelombang yang besar aku membutuhkan suatu perantara. Contohnya pistolku...." beritahu Harazuo.
Telapak kanan Harazuo menyentuh tanah, seketika tanah bergetar dengan kuat.
"Kenapa kau memberitahuku? D - Dan juga kenapa tanah ini bergetar?!" Saw mulai panik.
"Oh ya aku hampir lupa... Aku juga bisa menciptkan gelombang kejut menggunakan tangan kosong!" beritahu Harazuo membuat ekspresi Saw berubah menjadi pucat. "Tapi itu akanl menguras tenagaku jadi aku jarang menggunakan tanganku!!!"
Deeerrrrr....
Tanah terguncang seperti gempa bumi yang baru terjadi.
Ledakan Gelombang
DAAAAR??!!!
8meter tanah yang ada di depan Harazuo hancur dan menciptakan lubang yang panjang serta juga besar.
"AAAAAAA!" teriak Saw yang terjatuh.
Harazuo terlihat kelelahan, itu sudah pasti karena dia menggunakan kekuatan yang besar.
"Mungkin aku butuh istirahat..."
<Author POV>
"A - Aqua, a - apa ini tidak kekecilan?" tanya Yuki dengan wajah merah.
"Tidak Yuki, kau cantik, manis dan..."
"Dan?"
"Dan juga seksi!!" Aqua memberikan kedipan mata untuk Yuki, sementara Yuki hanya terdiam membatu dengan seluruh wajahnya memerah.
Saat ini Yuki hanya mengenakan kaos yang lumayan besar tapi kurang panjang karena sampai ke perut saja dan celana pendek yang membuat bokongnya seperti agak kebesaran.
"Aqua, a - apa tidak ada pakaian lain?" tanya Yuki bersikeras.
"Ya ampun Yuki, kau sudah manis..." hela malas Aqua.
"T -Tapi aku lebih suka aku yang dulu..." balas Yuki, wajahnya memerah.
"Tapi aku suka kau yang ini... Seksi!"
"E - Eeeeehhhh??!!"
Di tengah percakapan mereka Lette datang entah darimana. "Sepertinya kau sangat senang dengan bentuk tubuhmu sekarang..." seru Lette dengan nada dingin.
Lette iri?
Lette mengeluarkan katana hitamnya dan di hunuskannya ke Yuki.
"Aqua..." panggil Yuki.
Aqua masuk ke dalam tubuh Yuki dan seketika kedua tangan Yuki di selimuti air.
Set...
"Hmm?!"
Insting, Lette melompat ke belakang pada waktu bersamaan tertancap pedang raksasa di tengah - tengah mereka. Tidak berselang lama Rinoa mendarat di atas genggaman pedang.
"Sepertinya aku kecepatan..." gumam Rinoa.
"Rinoa - san..." panggil Yuki, sontak Rinoa memalingkan badannya.
"Siapa kau?" pertanyaan polos keluar dari mulut Rinoa.
"Oh ya aku lupa. Ak--"
"---Lupakan. Aku tidak tahu darimana kau tahu namaku tapi di sini sangat berbahaya, jadi pergilah!" potong Rinoa membuat Yuki menjatuhkan airnya.
"Dia tidak mengenalku.. Tidak. Dia bahkan tidak membiarkanku menyelesaikan kalimatku..." batin Yuki menatap Rinoa dengan mata setengah terbuka.
Saat Yuki ini lari, terjadi ledakan di samping Lette dan itu memunculkan sesosok Dicky.
"Sepertinya aku datang tepat waktu..." ucap Dicky tersenyum senang.
"Kau lama..." kata Lette tiba - tiba.
"Hoi Lette, setidaknya tunggulah satu menit. Kau merusak gayaku datang..." tangis Dicky karena malu.
"Ini gawat, dua anggota King ada di depanku dan ada satu warga yang terjebak..." batin Rinoa berpikir keras.
Rinoa mengeluarkan dua bola merahnya langsung.
"Aku harus menghentikan mereka tapi...... Yuki mana???"
< SKIP POV>
Mereka semua tidak tahu jika tengah terjadi pertarungan di Kota Jakarta tapi warga sekitar bertingkah sebaliknya. Seakan tidak terjadi apa - apa.
Jauh di tengah Kota Jakarta di suatu hutan yang lebat, terlihat ada empat orang disana.
"Mereka ceroboh sekali, beruntung Master Ghufron menyadari ini semua. Jika tidak maka Jakarta telah hancur sekarang..." gerutu Juwita.
Juwita duduk bertapa di tengah lingkaran sihir merah, di sampingnya ada Laras yang ikut membantu. Mereka berdua membuat pelindung dimensi dan mengalihkan pertarungan di Jakarta ke tempat replika.
"Salsa, apa belum selesai istirahatnya??!" teriak Juwita.
"Jangan berteriak kepadaku. Kalian pikir mudah apa mengendalikan ruang itu sendirian... Berdiri lagi!" sahut seorang gadis.
Seorang gadis dengan surai merah darah yang panjang keluar dari kegelapan dengan asap keluar dari kepalanya.
"Ya, aku sudah selesai..." seru Usy dengan acuhnya.
Juwita dan Laras berhenti membaca mantra membuat pelindung ruang ingin hancur, disaat itu Usy maju.
"Merepotkan saja..." gerutu Usy.
Bung....
Pelindung Ruang dan Waktu itu tidak jadi hancur karena aura merah menyelimuti mereka.
"Menjaga benda agar tidak membesar. Ghufron memang seenaknya meminta..." gerutu Usy lagi. "Dia pikir mudah apa menekan benda itu agar tidak membesar. Untuk menekannya membutuhkan kekuatan yang besar!" lanjut Usy.... Kembali menggerutu.
Erlangga mengeluarkan keringat di pelipisnya.
"Banyak sekali dia menggerutu..." batinnya.
Juwita dan Laras duduk istirahat sambil makan serta minum.
"Satu jam..." cetus Laras.
"Sialan kalian..." emosi Salsa.
Kenapa tidak? Salsa hanya istirahat 30menit dan mereka 1 jam. Alasanya sangat mudah, jika dua orang harus dikali 2jadi.
2 x 30 = 60(1jam)
[ Reuni Di Tengah Perang ]
<Author POV>
Jrash....
Kedua bongkahan es itu membekukan hampir semua bangunan yang ada di depannya kecuali seorang gadis rambut putih dengan jaket hitam.
""Esnya.... Berbelok??""
Anggita dan Asia terpaku dengan kekuatan lawan mereka yang ada di depan.
"Es itu tidak berbelok, ada yang melindungi gadis itu..." pikir Sei menatap tajam gadis berambut putih yang ada di depan mereka bertiga.
Gadis itu memiliki manik biru malam yang tenang, jaket hitam lengan panjang, celana hitam selutut dan ikat rambut berwarna hitam.
Anggita dan Asia saling memberi isyarat menggunakan mata mereka, lalu berlari mengelilingi gadis itu.
Bekukan
Anggita dan Asia sama - sama berhenti dan menghantamkan tangan mereka ke bawah, dan terciptalah bongkahan es yang merambat cepat ke gadis itu.
Jrush...
Bongkahan es mereka berdua naik ke atas dan berhenti seperti baru saja di hentikan.
Mata Sei terbelalak lebar, sekarang dia tahu apa yang baru saja terjadi. Di depan dan belakang gadis itu ada aura putih yang tebal, melindungi si gadis.
"Apa itu cahaya? Tidak. Cahaya tidak bisa bergerak seperti itu..." batin Sei berpikir keras.
Memeng benda itu berwarna putih tebal, benda itu seperti pasir yang mempunyai warna putih.
Trak...
Tanah yang ada di bawah kaki gadis itu retak dan memunculkan pasak hitam yang tajam.
Benda putih itu bergerak dengan sangat cepat dan melindungi bagian bawah gadis itu. Pada waktu bersamaan Night datang dengan pose keren.
"Kalian bertiga memundurlah, aku yang akan menjadi lawannya..." kata Night keren.
"Ketua..." panggil Anggita pelan.
"Anggita, kau bantu Yuu dan lainnya. Di sini biar aku..." perintah Night.
Anggita mengangguk mengerti dan pergi.
"Asia, kau juga..." sambung Night.
"I - Iya..." sahut Asia gugup.
Sekarang hanya tertinggal Night dan gadis itu.
"Lama tak berjumpa, aku kira kau sudah masuk penjara.... Dhigita!" kata Night yang.... Menyapa?
"Maaf membuat kecewa Night tapi aku bergabung dengan Head Dragon agar tidak di penjara..." balas gadis rambut putih.
"Mereka saling kenal? T - Tunggu... Dhigita?? Head Dragon?"
Untuk kesekian kalinya mata Sei membulat.
"Dia... Dhigita dari Head Dragon, seseorang yang memilki Kode Nama WA atau White Aura.... Yang artinya Aura Putih!" terkejut Sei.
"Dia... Dhigita?! Seseorang yang berhasil mengalahkan salah satu Penjaga Sel?!" pikir Asia.
"Dia berhasil mengalahkan salah satu dari tujuh Penjaga Sel dan berhasil meloloskan diri dari Hell. Tidak salah... Dia Pengguna Kekuatan yang kuat!" batin Sei.
Sei melirik Asia. "Mungkin Asia tidak bisa mengalahkannya..." ucap Sei pelan.
"Jadi Dhigita..." kata - kata Night membuat Sei berfokus ke pertarungan.
"Kau bergabung dengan bagian mana.... Di Head Dragon??" tanya Night menatap dingin Dhigita.
Dhigita tersenyum tipis. "Master Sira..."
Tubuh Night menegang saat Dhigita menjawab pertanyaan Night. Night mengulas senyuman.
"Sayang sekali Dhigita... Kau harus aku kalahkan di sini!" kata Night memandang rendah Dhigita.
"Itu adalah kalimatku..." balas Dhigita tidak mau kalah.
Mereka berdua mengeluarkan tekanan aura yang hebat, Sei yang jauh dari mereka meneguk kasar air ludahnya.
"Aku masuk ke pertarungan yang salah..."
Hollow Creature : Black Spear
Aura hitam muncul dari tanah dan berubah menjadi enam tombak hitam yang besar.
Dhigita mengangkat tangan kirinya ke depan dan muncullah sebuah kodachi putih, melihat itu Night berdecih pelan lalu membuat pedang hitam ditangan kanan.
Night berlari ke depan setelah keenam tombaknya terbang ke tempat Dhigita, insting(?) aura putih Dhigita maju ke depan dan beradu dengan keenam tombak Night. Night sudah sampai di depan Dhigita, Night menginjak tanah di depannya dan terciptalah jarum hitam yang tajam mengarah ke Dhigita. Dhigita mengelak ke kiri dan berlari ke depan seraya mengayunkan kodachi ke kiri badannya.
Trang....
Night menahan kodachi Dhigita dengan pedangnya, mereka terlihat seperti membuat huruf 'X' dengan senjata mereka masing - masing.
Ekspresi es Dhigita berubah menjadi ekspresi seorang psipokat, bermodal kelincahan(?) Dhigita dengan mudah menendang perut Night. Night tertendang ke belakang, kaki kirinya menghentak saat bersamaan muncul jarum di kaki kanan Dhigita yang merobek jaket bagian kanannya. Sekarang kaos hitam bisa dilihat di sana.
Hollow Creature : Dark Jail
Daaar....
Beberapa tiang hitam jatuh dari atas langit dan mengurung Dhigita cepat, tiang - tiang itu mengeluarkan aura hitam dengan sangat cepat dan mengurung Dhigita di dalam kubus hitam.
Desss...
Empat tombak putih keluar dari dalam kubus di ikuti retaknya kubus.
"Sial..." maki Night.
Night melompat ke belakang sebelum kubus itu hancur.
"Hei Night, apa cuma segini kemampuanmu? Kau menjadi lemah lo.." kata Dhigita membuat Night berdecak.
Aura putih Dhigita meledak di sekitarnya, sekarang aura itu seperti kumpulan tentakel.
"Aura milikku bersifat abstrak, yang memudahkanku membuat apapun sesuka hatiku.... Termasuk manusia!" seru Dhigita.
Tiga tentakel itu terpotong dan jatuh ke tanah lalu naik kembali menjadi sesosok manusia tanpa wajah..... Dengan seluruh badan berwarna putih.
"Heh... Aku juga bisa!"
Aura hitam naik dari dalam tanah dan berubah menjadi bentuk manusia yang sama seperti milik Dhigita.
"Dasar Tukang Tiru...." ejek Dhigita.
"Siapa yang kau sebut 'Tukang Tiru', Gadis Tak Berkompeten..." balas Night.
"Hah?"
Muka mereka berdua berubah menjadi merah, layaknya iblis. Tidak jauh dari tempat pertarungan mereka ada Sei yang berlindung di belakang cermin - cerminnya.
"Mereka berdua seperti anak kecil..."
<SKIP POV>
Di sebuah bangunan yang gelap atau bisa kita sebut penjara saja, di salah satu sel ada kakak beradik yang duduk termenung di dalam sana.
Ayo tebak siapa mereka?
Mereka ada Hikari dan Mizu. Allyn yang memenjarakan mereka di penjara terkenal di Wattpad Paralel yang bernama Hell.
Tap... Tapp...
Suara langkah kaki terdengar mendekati sel yang mengurung kakak beradik itu. Suara itu berhenti.
"Di sini kalian rupanya..." kata Diga dengan santainya.
Hikari melototi kedatangan Diga, beda dengan Mizu yang menatap bingung.
"Mau apa kau ke sini???" tanya Hikari tak bersahabat.
"Tenang, aku datang sebagai sekutu. Aku ada tugas untuk kalian, itu sih jika kalian ingin keluar dari sini..." Diga memasang ekspresi tenang saat mengatakan itu.
"Tugas?" Mizu bangkit.
"Ya.. Tugas..." sambung Diga.
Diga melirik ke kiri dimana ada seorang pria berambut hitam lebat dengan kain putih yang melilit di lehernya. Hikari dan Mizu menjadi penasaran 'apa yang di lirik oleh Diga?'.
<Anka & Fister POV>
"Haaah... Kenapa kita yang harus menunggu?? Ini membosankan..." rengek Fister bak anak kecil.
"Mau bagaimana lagi? Ini perintah dari Paman Era..." ucap Anka yang ada dibelakang tembok.
Mereka berdua bersandar di tembok seraya menunggu kedatangan Diga dan paman mereka.
"Neh Anka, menurutmu... Apa Riza bisa mengkalahkan Allyn?" tanya Fister tiba - tiba.
"Jika mengunakan Awakeing 'ya', jika 'tidak' aku tidak yakin. Allyn salah satu Pengguna Kekuatan yang berhasil lolos dari 'orang itu'..." jawab Anka datar.
" Orang itu ya..."
Tap....
"Kalian membicarakanku?"
Anka dan Fister seketika terdiam, badan mereka tidak bisa di gerakkan. Mereka seperti patung saja. Fister melirik ke kiri dan Anka ke kanan, di sana ada seorang pria berambut emas yang membawa burung hantu di pundak kanannya.
"S - Shaker...."
[ Penakluk Monster ]
< Igo & Nana POV>
Naga yang di tunggangi oleh Igo dan Nana tiba - tiba sayapnya terbelah membuat keseimbangan goyah dan mereka....
Daaar...
Jatuh.
Tapi di detik - detik terakhir Igo dan Nana berhasil menyelamatkan diri mereka. Mereka ada di sebuah atap gedung, tepat di belakang mereka ada seorang laki - laki berambut coklat keemasan yang mengenakan zirah perak dan syal biru air.
"Aku tidak menyangka memotong sayap naga semudah itu..." katanya tersenyum meremehkan.
Di tangan kanannya sudah siap sebuah pedang. "Dua Pengguna Kekuatan ada di depanku..." laki - laki itu menyeringai. "Mari kita lihat seberapa kuatnya kalian!!"
< Riza POV>
Aku melompat ke belakang sebelum panasnya lahar menempel di badanku, di atasku ada Modi yang memunculkan Tongkat Dewa milik Hades, yang mana tongkat itu dapat mengendalikan elemen lava.
Aku lirik ke samping ada Aldi dan Novy yang memperhatikan pertarungan. Mereka tidak membantu karena aku menyuruh untuk diam saja.
Tap....
Tanpa aku sadari Modi telah berada di depanku.... Dengan ekspresi marah.
"Kenapa... Kenapa orang lemah sepertimu yang mendapatkan Kode Nama Author??!" geramnya.
Dia benar - benar marah..... Padaku?
"Aku tidak mengerti maksudmu dan aku juga tidak meminta kekuatan ini..." sahutku.
Modi menatapku tajam. Aku keluarkan selembar kertas kosong yang sudah aku tulis sebuah kata.
Author Ability : Zeus Gauntlet
Blaaar??!
Petir tiba - tiba menyambar badanku tapi aku tidak merasakan sakit. Petir berkumpul di kedua tanganku lalu berubah menjadi sepasang sarung tangan biru malam dengan gambar sambaran petir.
"Ada teman - teman yang menunggu, aku tidak bisa membuat mereka menunggu!!"
< Igo & Nana POV >
Trang... Tring... Trang....
Di depan Nana ada Igo yang beradu pedang dengan seorang laki - laki yang mengaku sebagai Monster Slayer Wattpad Paralel. Nama dia adalah Marc.
Gumpalan air muncul dari pedang Igo dan berubah menjadi tentakel air yang menangkap mata pedang Marc, Igo menarik Marc mendekat dan melancarkan tinju tangan kiri. Tapi dengan cepat Marc dapat menahannya, Marc menyingkirkan tangan Igo dan membalas serangan Igo. Igo melepaskan tentakel airnya lalu berlari ke samping.
Sayatan Burung Phoenix
Tebasan api meluncur ke samping Marc dan meledak, Marc terpental dan menghantam tanah.
"Aku bukan saja bisa menaklukkan monster tapi aku juga bisa memanggil monster yang telah aku taklukkan..." seru Nana.
Pemanggilan Monster : Viper
Cahaya ungu muncul di depan Nana dan memunculkan sesosok ular yang memiliki sisik hitam dan taring beracun.
Srak...
Marc mengangkat pedangnya ke depan dan membuatnya masuk ke mulut Viper, Marc menggerakkan pedangnya paksa ke samping dan Crak.... Mulut Viper terbelah.
"Apa itu saja??" tanya Marc menatap kosong Nana.
Perempatan muncul di kening Nana. "Tentu saja.. Tidak!!"
Nana mengangkat kedua jari telunjuknya ke atas, dan muncullah dua naga kecil berwarna hijau daun. Kedua naga itu menembakkan bola api ke tempat Marc. Marc yang melatihnya memilih menghindar ketimbang melawan.
"Pergilah Igo, serahkan dia padaku..." cetus Nana.
"........" Igo diam dan menatap Nana.
"P - Pergilah!" bentak Nana dengan muka merah.
Igo menghela nafas pasrah dan pergi ke arah tim Spirit berada, Nana tersenyum tipis melihat Igo pergi.
"Sekarang...."
Dush....
Tiba - tiba saja tekanan gravitasi yang ada di gedung itu meningkat dratis akibat tekanan aura Nana.
Marc merinding dan jatuh berlutut saat menerima tekanan tersebut.
"Sekarang aku bisa melakukan sepuas yang aku mau..." Nana menyeringai dengan mata menyala merah dan wajahnya menghitam.
Pemanggilan Monster
Cahaya ungu menutupi seutuhnya gedung itu dengan sempurna.
"Kau tahu berapa monster yang telah aku taklukkan saat di Wattpad Paralel?!"
Marc meneguk kasar salivanya melihat pemandangan sekitarnya.
"Sangat BANYAK!!"
< Team Spirit POV >
Zakuro dan ketiga temannya masih melawan para pelayan Hanase, yang paling sulit di antara mereka adalah Rizka... Yang selalu di lindungi puluhan pisau.
Rauangan Naga Petir
Zakuro menggabungkan elemen api dan petir lalu dia tembakan ke depan, serangan Zakuro seperti semburan nafas api yang di selimuti percikan petir.
Rizka menatap malas serangan Zakuro. Rizka membalikkan telapak tangannya ke bawah seketika dirinya di kelilingi puluhan pisau yang berputar.
Druuururuur....
Serangan api dan petir Zakuro berhasil di tahan oleh putaran pisau Rizka yang sangat cepat.
"Sial... Dia kuat sekali!" gerutu Zakuro berdecak.
Di samping kiri, kanan dan belakang Zakuro ada teman setimnya yang tidak kalah sibuk. Putaran pisau Rizka berhenti saat serangan Zakuro benar - benar menghilang.
"Kurasa tidak ada pilihan lain, selain menggunakan Awakening..." batin Zakuro
< Marc & Nana POV >
Bruk...
Marc jatuh saat dia tidak bisa menahan kesadarannya lagi, semua monster yang di panggil Nana menghilang dan Nana jatuh terduduk ke belakang.
"Hah, Hah,.... Aku terlalu serius!" ucapnya kelelahan.
Di depannya, Marc tak sadarkan diri sambil bersimbah darah.
"Ah... Aku harap Igo baik saja!!"
< Author POV >
Boom...
Ledakan terjadi di salah satu tiang beton di suatu bangunan hotel.
Di dalam tebalnya asap ada Igo yang lagi bersembunyi, sementara di ruang terbuka ada Allyn bersama ke - 12 angkanya.
"Keluarlah Igo. Ada yang ingin aku berikan padamu..." kata Allyn yang tersenyum senang.
Allyn menerbangkan angka 7 ke atasnya, angka itu mengeluarkan cahaya merah... Itu adalah laser. Laser empat rangkap keluar dari sana dan menghancurkan empat tiang di empat penjuru.
Igo keluar dari salah satu tiang beton dengan pedangnya bergetar hebat.
Tabrakan Menara Tanah
Igo menebaskan pedangnya ke lantai dan tercipta tebasan tanah yang mengarah ke Allyn.
Allyn melepaskan angka 1. Angka 1 itu berubah menjadi pelindung bulat yang melindunginya dari hantaman tanah.
"Kurang berun--- Eh? Kemana dia??" kaget Allyn melihat Igo menghilang.
Buurn....
Allyn merasakan hawa panas di belakang tapi sudah terlambat, Allyn tertebas oleh pedang Igo yang di selimuti api.
Allyn berguling - guling ke depan, tangan kiri Allyn bergerak cepat ke arah Igo.
Time Mode : Waktu Dipercepat
Daaar....
Igo jatuh menghantam lantai dengan kedua lutut terlebih dulu.
Untuk pertama kalinya Igo merubah ekspresinya, di tambah itu ekspresi kesal. Angka 8 terbang ke belakang Allyn, angka itu memancarkan cahaya hijau yang menyembuhkan luka bakar di punggung Allyn. Tapi itu membuat bagian belakang Allyn terlihat jelas.
"Kau kasar sekali pada perempuan Igo, pantas saja kau masih 'sendiri' sampai sekarang...." provokasi Allyn.
"Dan itu itu keluar dari mulut orang yang memiliki nasib sama..." balas Igo datar.
Perempatan merah terlihat jelas dikenang Allyn. "Awas ya..." geramnya.
Angka 12 terbang tepat di atas Allyn, hujan cahaya jatuh di atas Allyn dan pakaian Allyn kembali seperti sedia kala.
< Author POV >
Sudah 20menit lebih Anka dan Fister melawan Shaker tapi Shaker.... Tergeser saja tidak.
Shaker menatap datar Anka dan Fister yang sudah kelelahan.
"Dia monster..." seru Fister.
"Semua serangan individu dan gabungan kita di tahan dengan mudah olehnya..." sambung Anka.
Anka dan Fister berkeringa banyak, mungkin mereka tidak bisa melancarkan serangan lagi.
Tap... Tap... Tap...
Pada waktu bersamaan seorang pria berambut hitam lebat keluar dari pintu masuk penjara bersama Hikari dan Mizu di belakangnya.
Dia sengaja berhenti di depan Shaker.
"Apa yang kau lakukan disini, Shaker?" tanyanya dengan nada berat.
"Lama tak berjumpa, Era. Sudah berapa lama ya.... 10tahun?!" balas Shaker.
"Aku ulangi, apa yang kau lakukan di sini???" tanya tajam Era.
"Aku datang bukan untuk bertarung atau menyatakan perang, aku hanya ingin menemui saudaraku..." jawab Shaker sengaja menutup kedua matanya.
Selanjutnya Era menatap tajam Shaker tapi di acuhkan saja oleh Shaker.
"Kalau begitu.... Permisi!"
Satu langkah ke depan, Shaker telah berada di belakang Hikari dan Mizu. Semuanya membatu kecuali Era yang mengetahui kekuatan Shaker.
"Anka, Fister, Hikari, Mizu.... Kita kembali!!"
[ Pertarungan Dua Ketua Tim ]
< Allyn & Igo POV >
Mata pedang Igo bersinar terang siap menebas Allyn andaikan waktu tak ikut campur.
"Kau akan aku beri pelajaran, Igo..." geram Allyn.
Angka 5 terbang ke tangan kanan Allyn dan berubah menjadi pistol hitam, Allyn tidak sampai disitu... Angka 2 juga ikut terbang tapi ke belakang Allyn. Angka itu meledak dan berubah menjadi kumpulan asap.
"Jadi kau sudah mulai serius ya..."
Igo menyelimuti pedangnya dengan elemen air dan angin. Itu tandanya Igo menerima tantangan Allyn.
Hantaman Raksasa Es
Tebasan es yang indah melesat cepat ke tempat Allyn.
Allyn tersenyum tipis. Angka 9 masuk ke dalam badannya seketika pergerakan Allyn menjadi sangat cepat. Allyn mengelak ke kiri Igo dan mulai membalas serangan, tembakan pertama berhasil menggores pipi kiri Igo, sisanya di tahan oleh elemen air. Igo membalas dengan tatapan tajam ke Allyn sementara Allyn hanya tersenyum senang, pistol Allyn berubah menjadi sarung tangan hitam yang memiliki selongsong senjata api di atasnya.
Allyn mengangkat tangannya dan menembaki Igo dengan gloves gun, Igo menahannya dengan percikan petir yang meledak. Peluru Allyn terpental ke segala arah, Allyn berdecak saat pelurunya merobek sweater barunya. Di dalam asap pedang Igo menyala terang, membutakan mata sejenak saat bersamaan Angka 1 Allyn aktif dan melindunginya selama 1menit.
Igo tidak melancarkan serangan, Igo memilih menunggu karena telah mengetahui efek angka 1 Allyn.
1 = Pelindung
2 = Elemen
3 = Bom
5 = Senjata
7 = Laser
8 = Penyembuh
9 = Efek
12 = Return
Setidaknya hanya itu yang Igo ketahui, masih banyak angka yang belum di gunakan oleh Allyn.
Asap yang ada di belakang Allyn meledak dan membuat ruangan gelap dan susah untuk melihat, Allyn kembali merubah senjatanya... Entah apa itu.
"Apa? Dia bergerak?" batin Igo terkejut merasakan tekanan pada lantai.
Sebelum Allyn meledakkan asapnya, Igo dengan cepat menancapkan pedangnya ke lantai dan menyalurkan elemen tanah untuk mengetahui posisi Allyn.
"Dia datang..."
Trang....
Igo kembali di buat terkejut oleh Allyn. Igo mengira Allyn akan menyerangnya secara langsung tapi Igo salah, Allyn melempar pisaunya membuat Igo mencabut pedangnya dari tanah.
Dengan gugup Igo kembali menancapkan pedangnya lagi ke lantai.
"Heh? Kenapa dia menjauh?" batin Igo terkejut.
Sriiing...
Untuk keempat kalinya Igo terkejut oleh aksi Allyn, tepat di belakang punggung Igo dimana angka 3 tertempel kuat disana.
"Si---"
DHUAR??!!
Ledakan super kuat terjadi di tempat Allyn, langit - langit mulai berjatuhan ke tempat Igo.
Allyn menghilangkan asap yang dia buat di ganti dengan bola cahaya. "Aku baru saja menggabungkan angka 3 dan 9 di sana, jadi ledakanku bisa sebesar itu..." celetuk Allyn yang memainkan pisau di tangan kanannya.
Bruk...
Puing - puing gedung berjatuhan dan Igo keluar dari sana. Penampilan Igo berubah dratis dengan beberapa luka bakar, pakaiannya rusak tapi itu membuat bentuk tubuhnya terlihat.
"Sayangnya kita adalah lawan, Igo..." kata Allyn yang mengigit bibirnya karena melihat tubuh Igo.
Allyn merubah pisau menjadi pistol. "Kenapa kau tidak menggunakan Awakening-mu, Igo??" tanya Allyn yang menodongkan pistol.
"Aku... Tidak bisa!" jawab Igo pelan.
Dor... Ting...
Peluru Allyn terpantul kembali kepadanya, pipi kanan Allyn tergores rapi dan mengeluarkan cairan merah.
Lima warna menyelimuti Igo dan warnanya, pupil Igo memutih maniknya menghilang begitu juga dengan kesadarannya. Api, air, angin, tanah dan petir mengelilingi Igo sepenuhnya, yang mana kelima elemen itu berhenti ke mata pedang.
Angka 12 Allyn terbang tinggi ke atas, angka 1 bersiap aktif, angka 8 bersembunyi di belakang, angka 3 & 9 mulai menyatu dan pistol Allyn berubah menjadi perisai.
"Maj--"
Drrr.....
Perkataan Allyn terpotong oleh tekanan gravitasi yang tiba - tiba menghantam kedua pundaknya. Allyn berlutut di depan Igo dengan perisai berada di depan, Allyn seperti seorang ksatria yang tunduk dengan Rajanya.
"Sialan kau... Igo!!"
Tebasan Alam
Duash............. BWAAAR??!
Menara pelangi menghantam Allyn telak dan cepat. Menara itu mengikis semua bahan - bahan yang ada di dalam gedung hotel sampai tak tersisa.
Bruk....
Igo jatuh berlutut masih memegangi pedangnya.
"Igo!" panggil Nana yang baru datang.
Nana melompat dari punggung burung raksasa dan berlari ke tempat Igo.
"Igo... Igo..." suara Nana memanggil Igo berulang kali.
"A - Apa.... Aku... Menang?" tanya Igo lemah.
Nana tersenyum tipis. "Apa yang keren? Kau itu BODOH! Kau hampir mati tahu..." marah Nana ingin menangis.
"Ahahahha... Aku menan--"
*hug*
< Author POV >
Semua bebatuan dan hawa panas yang ada ditempat itu menghilang setelah Riza memukul dada kiri Modi sampai berlubang dan mengeluarkan banyak darah.
*grap*
Tapi tangan kiri Modi mencengkeram kuat pergelangan Riza.
"Akh?!" pekik Riza.
Huruf - huruf mulai keluar dari badan Modi, bedanya huruf itu berwarna merah darah. Kata yang tertulis di tangan Modi adalah 'Mati'.
Bruag...
"Argh?!"
Daar...
Badan Riza terpental jauh dan menghantam keras bebatuan, darah keluar dari mulutnya.
"A - Ap---"
Pada saat bersamaan Aldi dan Novy datang. Aldi menulis huruf 'Lindung' dan Novy membaca bukunya.
"Sembuhkan Riza dari serangan...."
Cahaya biru keluar dari buku dan masuk ke dalam badan Riza, Riza berhenti meringis sakit.
"Uhuk, uhuk..." batuknya. "A - Apa itu tadi?" tanya Riza.
"Tuan, anda tidak boleh gegabah. Memang benar Modi itu False Author tapi.... Dia bisa menggunakan semua teknik anda!!"
"Semuanya?!" batin Riza kaget.
Riza mengangkat kepalanya dan menatap ke dada kiri Modi yang perlahan menutup.
"Pasti ada kekurangannya..." cetus Riza, Novy menggeleng.
"Tidak ada, Tuan. Semua yang di tulis oleh Author adalah........ MUTLAK!!"
[ Tim Spirit Vs Rizka ]
< Author POV >
Juwita dan Laras terlihat sangat berkonsentari dalam menjaga pelindung dimensi buatan mereka, keringat berkucuran lewat pelipis mereka.
"Ngomong - ngomong susah juga ya menahan benda sebesar ini...." celetuk gadis berpakaian serba merah darah itu. Dialah Salsa_Usy, sang penggunaan Kode Nama Gravity atau gravitasi.
Dengan menggunakan kekuatannya Usy dapat menekan paksa pelindung menjadi kecil tapi itu dapat menguras banyak tenaga.
"Hah? Kau pikir ada ide yang lebih baik lagi..." kesal Juwita.
"Emang!"
""Eh??""" pekik Juwita dan Laras bersamaan.
"Apa itu?"
< Team Spirit POV >
Keze membuat empat pedang cahaya merah besar dan menerbangkannya ke depan, keempat pedang itu melindungi Keze dari hujanan timah panas.
"Mereka kuat..." komentar Keze di tengah pertandingan.
"Aku juga tahu..."
Lilian melompat ke atas setelah tembakan berhenti, katana-nya di selimuti aura biru keputihan.
Ledakan Para Roh
Dhuar...
Tanah dan bebatuan yang ada di depan para pelayan Hanase berterbangan ke tempat mereka dengan cepat dan menyakitkan.
Di belakang Lilian dan Keze ada Hiro yang sibuk menahan lima pelayan di dalam angin topan gagak.
Hujan Kumpulan Gagak
Para gagak - gagak yang ada di atas mulai berjatuhan, para pelayan Hanase tidak tinggal diam... Mereka menembaki kumpulan gagak. Karena terlalu lambat mereka tidak bisa melawan dan kejatuhan gagak.
"D isini aku sudah selesai..." seru Hiro seperti melapor.
"Bagus Hiro..." puji Lilian.
Daaar....
Ledakan terjadi di tempat Rizka dan Zakuro.
"Tapi sepertinya di sana belum..." seru Keze.
Ke tempat Zakuro... Zakuro membuat bola api raksasa menggunakan kedua tangannya... Lebih besar... Dan besar.
"Huh?! Dasar keras kepala..." Rizka menghela nafasnya kasar.
Rizka melempar empat pisau ke depan, dua di antaranya mengenai lengan dan paha Zakuro... Membuat Zakuro kehilangan konsentrasinya. Bola api Zakuro meledak dan mementalkannya.
Zakuro mendarat di tanah kosong.
"Ugh?!" pekik Zakuro saat ingin bangkit.
Pahanya terus mengeluarkan darah, semantara Rizka berjalan mendekat.
"Kau itu lemah di tambah keras kepala, dan itu di miliki oleh seorang.gadis sepertimu..." cetus Rizka.
"Itu namanya pantang menyerah..." balas Zakuro dengan tatapan penuh kobaran api.
"Bodoh... Sekali!"
Rizka menendang wajah Zakuro dan membuat tersungkur ke belakang, Rizka ingin menendang Zakuro lagi tapi sebuah pedang merah mengarah kepadanya. Rizka melakukan backflip ke belakang menghindari tusukan, pada waktu bersamaan Hiro, Keze dan Lilian datang.
"Zakuro, kau baik - baik saja?" cemas Lilian.
"Zakuro, apa kau baik - baik saja?" ulangi Hiro.
"Aku sudah menanyakannya..." batin Lilian kesal.
"Akh..." ringis Zakuro merasakan nyeri di lengan dan paha.
"Kurasa Rizka tidak melempar pisaunya secara acak, dia mungkin memilih titik vital terdekat..." tutur Hiro.
Lilian berdecak kesal menatap tajam Rizka yang ada jauh di depannya, Rizka mendengus geli, dia melempar pisaunya ke atas dan...
Pasukan Pisau Spritual
Jruss...
Puluhan pisau mengelilingi Rizka seperti awal kedatangannya.
Lagi - lagi Lilian berdecak kesal. Lilian menyelimuti katana-nya dengan aura lalu menancapkannya ke dalam tanah pada saat bersamaan tercipta pelindung putih, Keze mengangkat kedua tangannya menciptakan beberapa pedang besar yang berfungsi sebagai perisai di tiga arah tersisa. Kumpulan gagak beterbangan di sekitar Rizka menganggu penglihatannya.
"Menganggu saja..."
Rizka menyerang kumpulan gagak yang tak terhitung jumlahnya itu, Rizka mengangkat tangan kirinya dan beberapa pisau mulai bermunculan lagi.
Parade Pisau
Puluhan pisau melesat cepat ke tempat tim Spirit berada, pisau - pisau itu menusuk tanpa henti di empat arah berbeda dan tentu saja di depan yang paling banyak.
Tretek.. Tak...
Pelindung milik Lilian retak begitu juga dengan pedang Keze.
Prang?!!
Puluhan pisau menghujani tim Spirit dan hanya tertinggal empat pisau di sela tangan Rizka.
Rizka terkejut melihat asap menghilangkan kabut di tempat tim Spirit dan hanya memperlihatkan Lilian yang terluka. Lilian tersenyum, pada saat bersamaan satu pedang melesat ke wajah Rizka. Refleks Rizka berhasil menghindari lemparan tiba - tiba itu.
Kamuflase Gagak
Koak?! Plak!!
Suara dan hentakan sayap gagak terdengar di belakang Rizka, disana sudah ada Hiro dengan katana Lilian siap menusuk.
Dengan keahlian bertarungnya Rizka melempar tiga pisau terakhir, pisau Rizka mengenai pundak Hiro, membuat Hiro tidak jadi menyerang tapi Hiro..... Dia menyeringai(?).
Jret...
Cahaya kuning terlihat di belakang punggung Hiro, itu adalah Zakuro. Di tangan kirinya ada bola api yang di selimuti petir.
Rizka mati langkah seketika itu juga. Rizka melayang ke belakang.
Amukan Naga Petir Api
Psss..... BLAAAR??!
Laser api dan petir menghantam tubuh Rizka telak, Lilian yang ada di jalur tembakan di bawa cepat oleh Keze. Jadinya hanya Rizka yang terkena laser Zakuro.
Tempat Lilian hancur rata dengan tanah, api merajalela bersama percikan petir yang tercipta di besi - besi.
"Apa kita b - berhasil?" tanya Hiro yang menahan sakit di pundaknya, bukan itu saja, Hiro juga menggendong Zakuro.
"Sepertinya begitu..." jawab Zakuro.
"Syukurlah..." Keze menjatuhkan badannya bersama Lilian.
Tap....
"Kalian terlalu cepat untuk senang..." kata Rizka yang keluar dari asap.
Seluruh bagian kiri Rizka habis dengan luka bakar sampai ke wajah, tersisa bagian kanannya.
"D - Dia masih sadar d - dengan keadaan seperti itu??!!" kata Lilian tidak percaya.
Swing...
Beberapa pisau beterbangan di sekeliling Rizka dengan pelan dan anggun. Setengah dari mereka mengarah ke Zakuro dan Hiro serta Lilian dan Keze.
"K - Kau pasti bercanda..." pasrah Hiro.
Hiro jatuh berlutut karena tidak kuat berdiri, Keze sempat - sempatnya membuat perisai pedang besar di depan mereka.
"B - Bagus Keze..." susah Lilian memuji.
"Percuma saja..."
Beberapa pisau terbang ke atas dan terbidik ke atas mereka.
"Sial..." kutuk Zakuro.
"MATILAH KALIAN!!!"
"Nggh??!"
Mereka berempat hanya bisa menutup mata mereka tapi hal mengejutkan terjadi.
"........."
"Terimakasih.... Karena banyak berbicara!"
Crak.....
Tusukan petir kuning keluar dari besi - besi yang ada di dekat Rizka.
"Urgh????!" darah keluar dari mulut Rizka dan semua pisau Rizka menghilang.
"Ini adalah kemenangan tim..."
< Author POV >
"Hah? Menancapkan alat gravitasi di sekitar pelindung??" kaget Juwita.
"Tapi Usy... Kita jauh dari Wattpad Paralel. Bagaimana kita bisa kembali??" celetuk Erlangga bertanya.
"Kan aku hanya mengusulkan bukan melakukan!" jawan Usy dengan acuhnya.
"Sialan kau..."
[ Kekuatan Teleportasi Untuk Berpindah ]
< Riza POV >
Aku akui Kode Nama Author memang sangat hebat di miliki, tapi jika melawan seseorang yang mempunyai Kode Nama yang sama.... Itu sangat MENYUSAHKAN.
Itulah yang tengah aku alami saat bertemu dengan Modi si Pengguna Kekuatan yang memiliki Kode Nama False Author ; artinya Author Palsu. Walaupun palsu tapi tetap saja dia memiliki kemampuan yang asli, yang membedakan kami hanya......
"Tuan, kita harus menghindar..." cetus Novy.
Bersamaan dengan itu satu kata 'Hilang' terbang ke tempat kami. Novy menyeret tanganku menjauh sedangkan Aldi hanya diam ditempat, Adli menulis kata 'Diam'... Dan kata milik Modi berhenti bergerak. Aldi berlari ke samping kanannya dan mulai menulis lagi.
Pasak Es
Sebuah pasak es terbang ke arah Modi, Modi melompat turun dari atas dan berhasil menghindari serangan Aldi.
"Hebat dapat menggunakan dua kata, Aldi..." puji Modi sambil tersenyum.
Aku juga kagum dengan Aldi. Aku tidak percaya, dia adalah orang yang memanggilku 'Tuan'.
"Novy, kita mau kemana?" tanyaku merasa Novy membawaku sangat jauh dari Aldi dan Modi.
"Ke suatu tempat dimana Modi tidak dapat mengambil Kode Nama anda, Tuan..." jawabnya terlihat panik.
"Dimana?"
Novy berhenti di ujung tanah, dia menunduk.
"Novy??" panggilku.
Saat itu juga Novy merubah posisi kami dan mendorongku jatuh ke bawah lahar.
"Semoga anda beruntung, Tuan..." katanya ingin menangis.
"Heh?"
Duag....
"Akh??!?" pekikku sambil berguling ke samping.
Kenapa rasanya seperti jatuh di lantai?
Aku sentuh benda di bawahku, itu benar - benar lantai, sebuah lantai yang putih.
"Lama tidak jumpa, Riza..."
Aku angkat kepalaku dan melihat seorang laki - laki berambut hitam tersenyum.
"Kailyas???!"
< Author POV >
Dave dan Rinoa berhadapan satu lawan satu dengan dua anggota Team King, Dicky dan Lette. Beda dengan Dicky yang memandang pertarungan ini mudah, beda juga dengan Dave dan Rinoa yang merasa sangat sulit.
Rinoa melempar bola merahnya ke depan dan muncullah cahaya yang menyilaukan, yang akhirnya berubah menjadi sebuah MP4 Machine Gun. Melihat itu Lette menggenggam kuat katana-nya, Dicky membuat dua tombak petir dan Dave yang melayangkan beberapa besi serta bebatuan disekitarnya.
Tak.... Drrrrrr.....
Suara MP4 Rinoa terdengar jelas, Lette seketika menghilang dari arena pertarungan dan Dicky yang terbang tinggi ke atas berkat ledakan petir yang dia buat.
Dave terbang mengikuti Dicky ke atas dan kini tinggal tersisa Rinoa sendirian.
Tss...
Lette tiba - tiba saja sudah ada disamping kanan Rinoa dengan katana terayun.
Rinoa melepas MP4 -nya dan berguling ke kiri, Rinoa mengeluarkan bola merahnya dan merubahnya menjadi sebuah rapier. Rinoa menerjang menusuk ke depan tapi lagi - lagi Lette menghilang, saat bersamaan Rinoa melempar satu bola lagi ke belakang punggung. Bola itu memancarkan cahaya terang saat Lette muncul di belakangnya.
Ttsss....
"Akh?!"
Bola itu mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan dan menyerang mata Lette, pandangan Lette terganggu. Rinoa mengambil kesempatan itu dan menebas ke belakang, tebasan pedang Rinoa menggores pipi Lette.
Lette berpindah ke tempat lain, Lette menyentuh darah yang keluar dari pipinya. Lette menggeretakkan giginya dan menatap tajam ke depan, sementara ditempat Rinoa....
Desire Ball : Drone Shield
Rinoa melempar bolanya ke atas, memunculkan tiga robot drone berbentuk perisai segitiga berwarna merah - putih.
Salah satu perisai itu bergerak sendiri dan menahan serangan Lette yang ada di belakang Rinoa. Rinoa melirik ke belakang, Lette berdecak dan berpindah tempat lagi. Terjadi jeda 2menit sebelum Lette kembali menyerang.
Setiap kali Lette melancarkan serangannya, saat itu juga perisai Rinoa melindunginya.
"Apa kau ingin bermain petak umpet?" cetus Rinoa pelan.
"Diam kau.. " bentak Lette.
Teknik Teleportasi, Pembagian Bayangan
Lette melesat cepat ke tempat Rinoa, Lette tiba - tiba ada enam dan mengelilingi Rinoa. Sedangkan Rinoa.... Dia hanya menatap datar.
Rinoa mengeluarkan satu bolanya lagi.
Desire Ball : Yarn Explodes
Jttttt.... Dush???!!
Puluhan jarum - jarum kecil keluar dari bola itu dan menusuk keenam bayangan Lette.
Keheningan terjadi. Rinoa yang terkejut segera mengangkat kepalanya ke atas dan mendapati Lette yang jatuh. Lette memegang katana-nya menggunakan kedua tangan siap menebas vertikal, Rinoa mengangkat tangannya ke atas dan salah satu perisai miliknya menghalangi Lette.
"Hyaaaa?!!"
Slash?!!
"Hah???"
Lette berhasil melewati perisai Rinoa dan menebas bahu kanannya.
"Bagaimana bisa????" batin Rinoa bingung.
Rinoa melangkah ke belakang dan melempar bola yang memancarkan cahaya, Rinoa segera berlari menjauh.
"Mau kemana kau?"
Rinoa merasakan hawa membunuh di depannya, seketika perisai satunya lagi menghalangi Lette. Tapi sama seperti sebelumnya, Lette berhasil melewatinya. Lette seperti menembus perisai itu. Tapi itu sudah di perkirakan oleh Rinoa, Rinoa menggerakkan kedua perisainya untuk menyerang Lette.
Trang....
Lette mengayunkan katana-nya ke samping kiri dan menjatuhkan satu perisai Rinoa. Bermodal kelincahan Lette mengelak ke kanan menghindari hantaman ke perut dari perisai terakhir.
Lette menatap kosong ke Rinoa dan membuat Rinoa merinding, saat Rinoa ingin menggunakan bolanya lagi.
Juzz... Slash?
"Heh???"
Darah keluar dari tubuh Rinoa dan punggungnya perih.
"Checkmate..." kata Lette yang ada di belakang.
Rinoa jatuh berlutut di depan Lette tanpa menghadap ke arahnya. "B - Bagaimana m - mungkin???" kebingungan memenuhi pikiran Rinoa.
"Kau pikir aku hanya bisa memindahkan diriku saja?! Kau salah. Aku juga dapat memindahkan sesuatu atau seseorang yang telah aku sentuh..."
"K - Kapan??"
Mata Rinoa melebar saat mengingat sesuatu.
"Aku menyentuhmu saat berhasilnya serangan pertamaku..."
"B - Bagaimana dengan menembus p - perisai itu?" tanya Rinoa lemah.
"Ah itu?! Itu juga aku pindahkan, bagian perisai yang menghalangi jalur tebasanku telah aku pindahkan ke dimensi lain..." jawab Lette menaruh katana di atas kepala Rinoa.
"K - Kau juga bisa melakukan i - itu?"
Rinoa melirik Lette yang ada di belakang dengan mataa setengah terbuka.
"Rinoa, Pengguna Kekuatan dengan Kode Nama DB atau Desire Ball yang artinya Bola Keinginan. Kau....... Telah selesai!!!"
[ Kembalinya Duo Penghancur ]
< Rey & Reika POV >
Reika membawa Rey bersembunyi di salah satu tembok walaupun mereka sedari tadi terus diserang oleh sekelompok Demi - Human bernama Painman.
Painman adalah DemiHuman jenis abnormal, memiliki fisik kuat dan badan tinggi, walaupun wajah mereka hancur.
"Aku akan kembali..." kata Reika tersenyum malu kepada Rey yang ada di dalam penghalang biru tak kasat mata.
Aura biru malam mengelilingi Reika sepenuhnya, pada saat bersamaan dinding yang ada dibelakang Reika hancur dan masuklah gerombolan Painman. Gaun Reika berubah menjadi panjang sampai - sampai menutupi badannya.
Tiga Painman menerjang Reika tapi terpental setelah terkena gelombang biru malam.
Awakening Mode : Mystic Queen
Hembusan angin tercipta di sekitar Reika dan mementalkan beberapa Painman.
"Menyerahlah atau kalian akan merasakan mimpi buruk sebenarnya..." Reika mengancam dengan tatapan kosong.
Merasakan ancaman yang serius terlihat ada beberapa Painman yang mengurungkan niatnya menyerang tapi ada juga yang tidak, dan mereka adalah High Painman. Painman tingkat tinggi yang dapat menggunakan elemen sihir.
Melihat itu Reika menghela nafasnya pasrah, tatapan kosongnya masih ada tapi kesadaran di kendalikan Reika sendiri.
< Riza POV >
"Kailyas??!" aku memanggilnya untuk kedua kali.
"Hmm? Ada apa dengan tatapan itu?? Kau tidak suka aku ada, Riza??" tanyanya bingung.
Tidak. Tidak.
"A - Apa yang kau lakukan di sini?" aku malah menanya balik.
Kailyas mendengus. Dia kesal?
"Aku dengar kau sedang kesulitan melawan 'tiruanmu'?" tanyanya.
"Sedari tadi kita hanya tanya menanya..."
Kailyas menepuk pundakku.
"Ayo kita naikkan levelmu..."
"Hah?"
< Author POV >
Reika melesat maju ke kerumunan Painman lalu mementalkan mereka ke segala arah. Salah satu Painman menyerang dari belakang, Reika memutar badannya ke kanan, tangan kanan Reika berkumpul aura biru malam.
Para Pemberontak Dunia
Asap biru keunguan keluar dari tangan Reika, asap itu menempel dan menenggelamkan para Painman yang ada disekitar.
Dhuuar....
Salah satu Painman melompat tinggi ke atas dengan menggunakan ledakan. Painman itu 'membakar' tangannya sendiri, refleks Reika mengangkat tangan kirinya ke atas.
Wahai Pendamping Kehidupan
Cermin putih tak kasat mata tercipta di depan tangan Reika dan menahan serangan Painman.
Tapi anehnya Painman yang menyerang Reika... Dia menyeringai.
Bruak..
Dua tangan besar tiba - tiba keluar dari lantai dan mencengkeram kedua kaki Reika.
"Dari tanah?!" pekik Reika. "Hya?!" pekik Reika saat kakinya di tarik ke bawah.
Kedua kaki Reika tertanam di dalam lantai dan tidak bisa bergerak. Sebuah pergerakan terjadi di samping kiri dan kanan Reika, Reika mengangkat kedua tangannya menyilang dan berhasil menahan dua serangan beda arah itu.
Reika
"Eh?"
Reika melirik ke belakang dan... Crak! Sebuah tombak menembus badannya dan tatapan kosong Reika kembali seperti sedia kala.
Painman yang menusuk Reika tadi mencengkeram kepala Reika dan membenturkannya ke dinding, darah mulai mengalir dari kepala Reika.
"Kita telah menangkap Ratu, laporkan kepada Pangeran..." kata Painman yang menahan Reika sekrang.
Pandangan Reika terfokus kepada Rey yang masih berada di penghalang tak kasat mata.
"Rey..."
< Riza POV >
Bersamaan dengan itu, wilayah di sekitarku berubah menjadi dimensi hologram.
"Aku... Harus naik level? Apa maksudnya itu??" tanyaku kepada Kailyas yang tersenyum puas melihat kebingunganku.
"Kode Namaku adalah Game, aku bukan hanya bisa menaikan levelku tapi juga anggota party-ku..."
Dia menganggap semua ini layaknya permainan.
Sebuah layar hologram tiba - tiba muncul di depan wajahku.
Kailyas mengajak anda untuk satu party dengannya ; Ya/Tidak
Aku tatap Kailyas meminta penjelasan.
"Terima saja, nanti aku jelaskan.." katanya berhasil membaca pikiranku.
Aku hanya bisa menghela nafas pasrah dan menekan tombol 'Ya'.
<< Author POV >
Reika
Reika di bawa dengan cara di gendong oleh salah satu Painman, terlihat ada empat Painman yang mengelilingi Reika. Pandangan tidak sadar menguasai Reika saat ini, dia berhasil melindungi Rey tapi...
Slash....
Reika tidak bisa menghentikannya.
Kelima Painman yang membawa Reika mati seketika dengan kepala terpotong.
"Kalian pikir kalian bisa membawa Ratu begitu saja... Naif sekali!" kata Lette yang membunuh mereka berlima tadi.
Reika terkapar tak dapat bergerak dan Lette memandangnya kasihan.
"Kenapa kau tidak membunuh mereka?" tanya Lette dengan nada dingin tapi percuma saja.
Reika tidak menjawab.
Lette menghela nafas menyadari kebodohannya.
"Wah~~~kau mendapatkan 'barang' yang sangat bagus. Apa boleh aku miliki?" kata Rolita yang baru datang bersama Rena.
"Tentu saja TIDAK..." jawab Lette kasar. "Tugasmu membantu kami, bukan membuat alur kacau..." lanjut Lette menatap tajam Rolita.
Rolita menyeringai, saat Rolita ingin mengangkat jarinya seketika katana Lette sudah menempel di tenggorokan Rolita.
"Heeh~~~kau ingin bertarung??" tanya Rolita sembari tersenyum licik.
Walaupun sedikit Lette dapat merasakan katana-nya bergerak sendiri.
"Kau bisa mengendalikan benda mati?" tanya Lette dan Rolita hanya tersenyum.
Hush...
Angin meniup badan Lette dan Rolita secara bergantian.
Lette melirik ke belakang dan Rolita menyeringai.
"Ha~~hari ini adalah hari keberuntunganku..." cetus Rolita yang kesenangan.
"Roko..." tatap Lette ke sosok Karoko yang tiba - tiba muncul di hadapannya.
"Kalian tidak akan membawa Reika..." cetus Rey yang berhasil membawa Reika menjauh dalam sekejap.
"Maaf Lette tapi..." kata - kata Karoko terpotong oleh sebuah tangan yang mengelus lembut kepalanya.
"Karoko adalah adikku, aku tidak akan memberikannya!" seru Alfharizy yang memotong.
"Alfa..." geram Lette.
Lette membalikkan badannya. "Kita hentikan sejenak..." cetus Lette memilih mengacuhkan Rolita.
"Dengan senang hati~~~"
[ Pertemuan Tiba - Tiba ]
< Author POV >
Suasana hening tengah terjadi di antara ketiga Pengguna Kekuatan ini, tidak ada dari mereka yang memulai pertarungan. Sampai...
"Roko, kenapa?" tanya Lette menatap Karoko tidak percaya.
Sedangkan yang di tanya hanya menundukkan kepalanya.
"Roko..." manik Lette ingin berkaca - kaca tapi dia hentikan. "Alfa..." panggil Lette dengan nada berat.
Alfharizy memasang ekspresi serius saat Lette menerbitkan wajahnya dan menatap Alfharizy setajam silet.
"Biar ak--"
"--Tidak Alfharizy. Biar aku!!" seru Rey yang memotong kata - kata Alfharizy.
Rey mengubah katana celestial-nya menjadi sebuah longsword hitam dengan motif mulut naga dipembatas pegangan. Pedang itu mengalirkan aura hitam.
"Elemen kegelapan ya?!" Rolita menyeringai.
Rolita memutar payungnya, bersamaan dengan itu bola - bola cahaya tercipta di depannya.
Elemen Boneka : Cahaya Ciptaan
Kelima cahaya kuning keputihan melesat cepat ke depan Rey, tapi longsword Rey memotong kelima cahaya itu tanpa kesusahan.
Bukannya marah, Rolita terlihat senang.
"Saatnya serius..." ucap Rolita.
Aura besar sedikit demi sedikit mengalir keluar dari tubuh ramping Rolita.
"Saatnya--"
"--Bermain, hehe..."
*grap*
Kailyas muncul dari lubang dimensi tepat di belakang Rolita dan menariknya masuk. Lette yang melihat itu hanya terdiam tidak bisa apa - apa karena Kailyas sangat cepat. Hal itu di manfaatkan oleh Rey untuk maju menyerang.
Rey menebas Lette dengan tebasan hitam tapi Lette berteleportasi saat itu juga, dan...
Daaar...
Lette menghantam langit - langit setelah tebasan hitam Rey yang ikut terteleportasi meledak.
Kesadaran Lette segera kembali dan berteleportasi ke pintu keluar gedung. Darah mengalir keluar dari samping mulut walaupun sedikit tapi itu tetap saja darah.
"Pergilah Alfharizy, aku akan melawan Lette..." pinta Rey.
"Pergilah Al - nii, aku akan melawan teman perempuan Al - nii..." tambah Karoko yang siap berhadapan dengan Rena yang masih di kendalikan.
Alfharizy mengangguk kemudian pergi.
< Kailyas & Rolita POV >
Tubuh Rolita terlempar keluar dari lubang dimensi di ikuti Kailyas yang keluar dengan mulus.
"Kau ingin bermain? Akan aku layani..."
Rolita mengigit bibirnya sendiri kemudian menyeringai tiba - tiba.
"Kau akan menyesel..." kata Rolita.
Kailyas menciptakan dua pedang hologram dari data ruangan. "Mari kita lihat.."
< Riza POV >
Level Up
Layar hologram yang bertuliskan 'Level Up' muncul di mukaku setelah aku berhasil mengalahkan bos ruangan kelima yang memiliki nama Raja Naga. Sudah sepuluh kali aku naik level tapi... Kenapa aku tidak bisa merasakan perbedaan ya?
Twing....
Sebentar lagi Bos Room XI akan segera muncul. Siapkan dirimu!!
Itulah yang di katakan layar hologram yang tiba - tiba muncul itu.
Lubang dimensi setinggi 5meter muncul di depanku dan di depan lubang itu bertuliskan 'Skeleton Viper Queen'. Saat yang sama, sesosok ular yang seluruh tubuhnya hanya tulang dengan aura ungu merayap keluar dari lubang dimensi itu.
"Haaah... Istirahat selesai!"
< Aldi & Novy POV >
Modi melancarkan tinju ke tempat Aldi tapi di hindari oleh Aldi. Aldi melompat jauh ke belakang sambil menulis.
Pasak Api
Dush....
Sebuah pasak yang di selimuti api terbang cepat ke tempat Modi.
Modi menangkap pasak api itu dan membuangnya ke sembarang tempat, telapak Modi terbakar tapi setelah itu api hangus dan telapak Modi sembuh dengan cepat.
"Kekuatan dari Awakening Mode benar - benar hebat..." batin Modi.
Modi menyeringai ke arah Aldi dan Novy yang sedari tadi berusaha menjaga jarak dengan Modi.
"Aku rasa ini saatnya memberi mereka pelajaran...."
Huruf - huruf merah mulai kembali bermunculan disekitar tubuh Modi, dan Modi... Dia siap melaksanakan rencananya. Aldi menulis kata 'Pelindung' di badan Novy dan dirinya, jaga - jaga jika Modi melakukan sesuatu yang tidak terduga.
Hujan Api
Aldi berdecih melihat puluhan bola api yang jatuh dari langit - langit seperti air hujan.
"Kita lari..." ucap Aldi.
Aldi dan Novy berlari menjauhi area yang akan dibakar oleh bola - bola api itu
Kata 'Pelindung' milik Aldi aktif saat beberapa bola api mengenai mereka, pelindung tak kasat mata melindungi Aldi dan Novy dari semua bola api Modi.
Rantai Pengikat
Jreeaang??!!!
Empat rantai hitam tiba - tiba muncul di bawah kaki Aldi dan Novy, masing - masing dari mereka 'dapat' dua. Tubuh Aldi dan Novy terangkat tinggi ke atas kemudian menghempaskan tubuh mereka ke tanah yang keras.
Novy pingsan seketika dan Aldi mengeluarkan darah dari mulut mereka.
"Hahaha.. Habislah riwayat kalian!!" kata Modi keji.
Huas....
Dua pedang raksasa jatuh dari langit - langit dan terarah ke Aldi dan Novy.
Aldi melawan tapi rantai hitam tiba - tiba memperkuat lilitan mereka sampai lengan Aldi mengeluarkan darah juga.
"Sial..." kutuknya.
Haaaaassshhhhh.....
Kedua pedang raksasa itu tiba - tiba menjadi debu, bukan pedang saja tapi rantai - rantai yang mengikat Aldi dan Novy ikut menjadi debu kemudian menghilang di tiup angin.
"A - Apa????" pekik Modi kesal.
Saat bersamaan terdengar langkah kaki dari belakang Aldi dan Novy.
"Syukurlah aku datang tepat waktu..." kata seseorang dengan nada malasnya.
Bersamaan dengan itu, seorang pria tua berambut gimbal hitam yang tidak tertata rapi mengenakan jaket hitam dan perban panjang yang melilit kerahnya... Muncul dengan gaya keren.
Manik Aldi membulat. "Komandan Era?!!"
< Riza POV >
Lantai yang ada di depan, kiri dan kananku hancur menjadi tak tersisa setelah terkena tiga serangan berbeda. Setelah aku berhasil mengalahkan Skeleton Viper Queen, saat itu juga hal yang membuatku syok datang.... Tiga Bos Room keluar dari lubang dimensi, SECARA BERSAMAAN.
Di depanku kini ada, Zombie Knight, Hydra Rider & Evil Athena.
Aku hampir tertawa melihat nama ketiga bos itu, karena sangat mirip dengan nama monster yang ada di game. Aku mendengus sebal dan mengeluarkan note-ku.
Evil Athena, Hydra Rider & Zombie Knight, mereka bertiga.... Akan kalah.
Aku tulis tanda 'titik' di akhir kalimat, dan ketiga Bos Room yang ada di depanku mulai bertingkah aneh.
"Sebenarnya aku tidak ingin menggunakan cara 'curang' ini tapi aku sudah lelah..." tuturku.
Memang benar. Aku telah mengalahkan Bos Room dari I sampai XI. Jadi, aku terpaksa xD.
Tep..
Aku tutup note-ku bersamaan dengan itu, ketiga Bos Room yang akan aku hadapi.... Mereka bertiga menghilang dan layar yang bertuliskan 'Level Up' muncul.
Bersiaplah! Karena Final Boss Room akan datang!!!
Aku merasa kasihan dengan ketiga Bos Room tadi, tapi.... Aku tidak memiliki banyak waktu.
Siiiinggg~~~
Lalu muncul kumpulan cahaya putih yang berputar - putar di atas bagian depanku, mereka seperti kunang - kunang.
"Bos terakhir ya??!"
Aku membuat posisi siap dan hal mengejutkan terjadi..... Seorang gadis bersurai hitam sepanjang pinggang keluar dari kumpulan cahaya putih itu, di tambah dia... TIDAK MENGENAKAN PAKAIAN??!!!
"Kenapa dia bugil?? T - Tunggu dulu???"
Gadis itu membuka matanya, manik mataku bertemu dengan manik coklat hangatnya. Dia sepertinya terkejut melihatku.
ARGH?! Itu tidak penting.
Aku menelan salivaku kasar dan menatapnya.... Canggung.
"Allyn?"
E.N.D.
Akhirnya ARC 8 selesai dan kini akan memasuki FINAL ARC yang sempat tertunda
Ane meminta maaf karena baru melanjutkan cerita ini. Dan ane sudah siap untuk menyelesaikan SP1 ini.
Jadi tunggu saja ^_^
FeraFernanda18, FisterWae, MAlfharizy, Redyami, Night_Tale, allynscarleta, igokurosaki, MizaMizusawa, HiroNaruse, Rena_Hiroki, KiritoAldi, Harazuo, davesafirus, AsiaTetsu_, anggita157, Yuki_Drowned
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top