ARC 4{Pertarungan Dengan Roar}

[Keputusan]

<Author POV>

Riza berlutut pasrah setelah kepergian Cry yang bisa di bilang sesuka hati itu. Tepat di depan Riza berdiri Fister dengan pedang besarnya telah menancap tanah yang ada di depan Riza.

"Jadi sobat.... Apa keputusanmu?" tanya Fister santai.

Sangat santainya Fister tidak peduli dengan keadaan sekitar dimana tombak hitam mengelilinginya.

"Mau apa kau?" tanya Fister santai kepada Luukie yang berdiri di belakang Riza.

"Aku tidak tahu siapa kau tapi jika kau bergerak sedikit saja maka semua tombak itu akan menusukmu..." ancam Luukie sembari menatap Fister tajam. "Keberuntunganku ini sangat besar lo~~" lanjut Luukie tersenyum ke arah Fister.

"Oh~~~benarkah?"

Brak....

Pada waktu bersamaan semua tombak hitam itu hancur tidak tersisa terhantam angin yang sangat cepat bagaikan sebilah pedang yang berputar.

Luukie tidak percaya melihat itu semua, mulutnya terbuka lebar melihat sekumpulan angin yang menghancurkan semua tombak hitamnya. Fister yang melihat itu cuma tersenyum melihat ekspresi raut wajah Luukie.

"Berhentilah Luukie. Kau bukan tandingannya..." cetus Alfharizy yang juga berlutut sama seperti Riza dan lainnya.

"Apa yang kau bicarakan, Alfhariz? Kita harus mengalahkan orang ini setelah itu kita akan menyelamatkan Asia..." bentak Luukie.

"Percuma saja jika orang itu masih di sini..." sambung Alfharzy menatap sinis Fister.

"Seperti yang temanmu katakan, kalian tidak akan pernah menang melawanku..." kata Fister dengan nada meremehkan.

Luukie cuma bisa mendecih kesal dan menatap tajam Fister, cuma Luukie saja yang sanggup berdiri di antara mereka semua.

"Sudah aku putuskan..." kata Riza tiba - tiba membuat perhatian semua orang tertuju padanya.

"Hmm???"

"Aku akan pergi!!!!"

<Riza POV>

"Aku akan pergi..." kataku lantang menatap dalam mata Fister.

"Apa kau tidak takut mati?" tanya Fister, kali ini Fister terlihat marah.

"Tidak..." jawabku.

Fister mengigit bibirnya kuat tapi tidak mengeluarkan darah.

"Kalau begitu..."

Fister mengangkat tangan kanannya ke depan wajahku lalu dia buka telapaknya. Herlina dan Lian berteriak kuat memintaku untuk segera menghindar tapi aku tidak mengerti apa yang mereka ingin sampaikan.

"Pergilah!!" kata Fister yang menepuk pundak kananku.

"K - Kau... Tidak menghentikanku???" tanyaku terkejut.

"Untuk apa aku menghentikan seorang lelaki yang ingin menyelamatkan seorang perempuan..." jawab Fister seraya mengedipkan satu matanya.

Aku cuma diam mendengar perkataan Fister barusan.

"Kenapa kau malah diam? Ayo cepat!" kata Fister membuat Luukie dan lainnya tersenyum.

"Cepatlah kalian----"

"----Pergi?" potong seseorang di belakang Fister.

Aku dapat melihat kedua mata Fister tengah membulat sangat lebar setelah mendengar suara perempuan itu. Aku lirik ke depan dan mendapati seorang gadis kecil bersurai pirang pendek mengenakan kemeja putih lengan panjang dan setelan hitam dan dasi merah kupu - kupu serta sebuah pita merah di sisi kiri rambutnya.

"R - Rumia!!"

<Author POV>

Dua laki - laki dan satu perempuan tengah berlutut memberi hormat kepada Hyaku, Riisycho dan Shiina. Di ujung kanan ada Rey sedangkan di ujung kiri ada seorang laki - laki berambut pirang yang mengenakan kemeja hitam cerah dan setelan abu - abu, celana abu - abu juga serta dasi yang menjulur ke bawah berwarna hitam semantara di tengah ada Haruka.

"Lapor Ketua Riisycho, semua anggota telah siap..." lapor Rey.

"Kami mengirim 80% anggota Organisasi Roar tepat di depan markas kita.." lanjut Haruka.

"80%? Bukankah itu sedikit berlebihan?" tanya Hyaku.

"Itu tidak benar, Hyaku, malahan kurang..." jawab Riisycho.

"Kenapa?"

"Apa kau sudah lupa? Itu karena mereka memiliki Raja Hitam dan juga Bintang Keberuntungan itu!" kata Riisycho sambil tersenyum jahat.

"Akise, aku ada tugas untukmu..." seru Riisycho membuat laki - laki berambut pirang yang berlutut di ujung kiri berdiri dari tempatnya.

"Apa itu Ketua Riisycho?"

<Riza POV>

Aku tatap Fister, dia terlihat sangat terkejut melihat kedatangan gadis kecil bernama Rumia itu.

"Fister, dia siapa?" tanyaku.

"Dia adikku. Cih... Aku tidak tahu Rumia juga akan datang dunia ini..." kata Fister kesal sementara aku dan semuanya sangat terkejut mendengar jawaban Fister tapi....

Kenapa Fister terlihat kesal pada saat melihat adiknya sendiri?

"Asal kalian tahu saja, Rumia tidak sepertiku yang tidak selalu patuh pada perintah paman Cry. Rumia... Dia selalu menuruti semua perintah paman Cry tidak peduli itu benar atau tidak..." jelas Fister membuatku meneguk air liurku.

"Oh~~~jadi kakak sudah mulai belajar nakal ya~" kata Rumia tersenyum kepada Fister sambil mengigit kuku jarinya.

Fister tiba - tiba mencabut pedangnya dari tanah dan membalikkan badannya mengarahkan pedang besarnya ke arah Rumia.

"Kalian cepatlah pergi, aku akan menangani adikku yang terlalu taat ini..." perintah Fister.

Tidak ada satu dari kami yang mulai berlari ataupun bergerak.

"Apa yang kalian tunggu? CEPAT!!" bentak Fister keras membuat kedua kakiku ini otomatis bergerak dengan sendirinya.

"Jangan harap kalian bis---" kalimat Rumia terhenti setelah angin kencang menghantamnya dari depan dan mementalkannya jauh.

"Riza!" panggil Fister.

"....???"

"Pastikan kau menyelamatkan temanmu..." kata Fister seraya tersenyum kepadaku.

Aku membalas senyuman itu dengan senyuman milikku.

"Baik!!!"

<Fister POV>

"Akhirnya mereka semua pergi juga.." batinku reda.

Tapi itu semua hilang setelah melihat Rumia, adikku bangkit dari jatuhnya. Aku hanya bisa tersenyum kecut melihat aura merah pekat keluar dari setiap sudut tubuh kecilnya itu.

"Sepertinya dia m - marah..."

<Riza POV>

Aku dan semuanya berlari ke arah museum Mojokerto dimana Rena melihat sekumpulan orang aneh dari atas langit, mereka adalah anggota Organisasi Roar.

Bagaimana kami tahu?

Itu karena mana mungkin jumlah manusia sebanyak itu tengah mengadakan pesta di malam jum'at ini. Apalagi sekarang jam menujukkan pukul 12 tengah malam.

"Maaf semuanya melibatkan kalian ke dalam masalah merepotkan ini..." kata Zakuro sedih.

"Kau bilang apa, Za - chan? Asia - chan adalah teman kita. Sudah pasti kita akan menyelamatkannya..." seru Rena membuat Zakuro kembali semangat, bukan Zakuro saja bahkan semuanya juga termasuk aku.

"Aku melihat mereka..." cetus Kuroko pelan tapi cukup terdengar oleh kami.

Tepat di depan kami telah menunggu lautan manusia mungkin mereka lebih dari 20 Pengguna Kekuatan.

"Kau pasti bercanda, kita harus melawan mereka semua..." kata Herlina malas.

"Tidak juga..." balas Al.

Al melakukan dash sangat cepat ke depan sambil mengeluarkan senyuman khas psycho miliknya. Aura hitam menutupi sepenuhnya bagian kanan tubuh Alf, semua anggota Organisasi Roar yang ada di depan yang melihat itu menciptakan perisai tanah tapi....

"LENYAPLAH KALIAN SEMUA!!!!" teriak Al keras sambil tersenyum lebar.

Aura hitam Al menghantam dan melenyapkan dinding tanah itu kemudian aura hitam itu berubah menjadi sesosok naga yang menyerang 5 anggota Organisasi Roar sampai tidak bergerak lagi. Dibelakang Al berlari Lian dengan katana apinya, Lian menciptakan tebasan api horizontal lurus tapi tidak berhasil mengalahkan satu anggota Roar pun cuma melukai mereka.

"My Turn.." kata Herlina yang berhenti berlari kemudian mengangkat tangannya ke depan seperti mengangkat sesuatu pada waktu bersamaan tanah yang di pijak oleh semua anggota Organisasi Roar yang tersisa melayang ke atas dan menjatuhkan beberapa dari mereka.

"Hana, Herlina, Kuroko, Lian dan Shiro akan tinggal di sini melawan semua anggota Organisasi Roar yang berada di luar museum. Sisanya ikuti aku..." perintah Luukie dan kami semua mengangguk bersamaan.

Kami semua berlari masuk ke dalam museum meninggalkan Hana, Herlina, Kuroko, Lian dan Shiro di luar meseum.

<Author POV>

Riisycho berdiri melihat keadaan lewat dari dalam bangunan, Riisycho tersenyum kecil melihat Riza dan lainnya telah masuk ke dalam museum.

"Lakukanlah seperti rencana yang aku buat. Hyaku, kau jaga iblis es itu di sini..." perintah Riisycho.

"Bagaimana dengan kau?" tanya Hyaku menatap tajam Riisycho.

"Sebagai Tuan Rumah tentu saja aku akan menjemput tamuku.." jawab Riisycho kemudian dia tertawa seperti sesosok iblis.

"Berpencarlah!!!"

<Riza POV>

Meseum ini memiliki tiga lantai dan di dalam museum ini tersimpan beberapa barang peninggalan sejarah yang berada di Mojokerto. Keadaan museum sangat sepi, tidak ada tanda -tanda akan datangnya serangan musuh tapi aku salah. Sebuah tebasan api merah keunguan terlihat di depan kami dan Zakuro melompat ke depan dan melawan tebasan api itu dengan tinju apinya.

Sesosok bayangan laki - laki terlihat di dalam kegelapan, laki - laki itu keluar sembari membawa katana merah ditangan kanannya.

"Yuuto Si Pedang Kuno..." kata Luukie mengetahui identitas laki - laki berambut putih itu.

"Zakuro, apa kau bisa melawannya?" tanya Luukie.

"Serahkan padaku, Luukie - san.." jawab Zakuro sambil tersenyum senang.

Luukie mengangguk paham lalu kami semua kembali berlari meninggalkan Zakuro dan laki - laki bernama Yuuto itu.

"Cih... Lawanku perempuan..." decih Yuuto kesal.

"Hei, Hei, Hei,.... Jangan pernah kau meremehkanku. Karena aku ini kuat!!"

<Jebakan dan Serangan>

<Author POV>

"Serang mereka!!" perintah pemimpin lautan manusia itu untuk menyerang Hana dan lainnya.

"Cih.... Mereka membuatku kesal saja..." gerutu Kuroko.

"Mohon berikan jalan..." pinta Shiro seraya berjalan santai ke depan melewati Lian dan Kuroko.

"Kalian semua tutup telinga kalian..." pinta Herlina sambil menutup kedua lubang telinganya menggunakan kedua tangannya.

Shiro berhenti kemudian menghirup nafas yang dalam.

"Hmph...."

"???" seluruh anggota Organisasi Roar yang melihat itu menjadi bingung dan berhenti berlari.

"King Order : STOP in Place"

Shiro berteriak sangat keras seketika itu juga seluruh anggota Organisasi Roar yang ada di depan Shiro berhenti bergerak.

"A - Apa ini?"

"T - Tubuhku tidak bisa bergerak!!"

"Ada apa INI????"

Seluruh anggota Organisasi Roar menjadi bingung, mereka ribut sendiri. Kesempatan itu di manfaatkan oleh Hana, Lian dan Kuroko untuk menyerang, mereka bertiga berhasil mengalahkan setengah dari mereka. Herlina mengangkat tangan kanannya ke atas kepala pada waktu bersamaan bebatuan kecil yang ada dibelakang Herlina melayang ke atas. Herlina menjatuhkan tangan kanannya ke depan seketika itu juga semua bebatuan yang ada di belakangnya menyerang cepat seluruh anggota Organisasi Roar yang tersisa.

Semua bebatuan itu menyerang anggota Organisasi Roar yang tersisa tanpa belas kasihan, mereka semua berhasil di kalahkan dengan luka lembam di sekujur tubuh mereka.

Kuroko dan lainnya yang melihat itu di buatnya terdiam kecuali Hana yang memasang ekspresi kagum dan Shiro yang tidak terlalu peduli (tak peka).

Daaar....

Tiba - tiba sesosok bayangan jatuh dari langit dan menghempaskan Herlina dan lainnya, sesosok itu adalah seorang pria berambut coklat cerah dengan sehelai rambut orange.

"Fister!!!???"

<Riza POV>

Aku, Al, Luukie, Rena dan Yuki sekarang berada di ujung lantai satu museum ingin naik ke lantai kedua. Keadaaannya masih sama seperti di pintu masuk museum, tidak ada suara sedikit pun ataupun akan datangnya serangan. Tidak ada.

Dor....

Suara pistol di tembak terdengar di tempat Al yang berada di paling depan.

Al yang menyadari itu menciptakan tembok hitam di depannya dan melenyapkan peluru timah panas itu. Sepasang mata yang bercahaya melompat ke depan Al seraya menyerang Al, Al menahan serangan orang itu menggunakan tangan kirinya yang dia angkat ke atas. Sebuah senyuman lebar di perlihatkan orang itu dia mengacukan pistol hitamnya tepat ke kepala Al dan 'dor'.

Peluru itu menghancurkan rambut sebelah kiri Al. Tombak hitam tiba - tiba keluar dari bawah kaki Al dan menusuk orang itu, tapi dia berhasil menghindari tombak Al dengan cara menembaki tombak hitam Al sampai hancur. Aku terkejut melihat itu begitu juga dengan Al dan lainnya. Laki - laki berambut pirang itu melompat ke belakang sembari mengeluarkan pistol putih di saku kirinya.

"Maaf saja tapi aku tidak akan membiarkan lewat lebih dari ini..." kata laki - laki itu.

"Id Wattpad - ku adalah Akise__Aru025 dan Kode Namaku adalah Z yaitu Zodiac yang artinya Zodiak..." lanjut laki - laki yang bernama Akise itu.

"Zodiac??" pikirku.

"Dia adalah salah satu dari monster Organisasi Roar, terkuat yang kedua..." jelas Luukie membuatku berkeringat dingin.

"Kalian pergilah biar aku yang melawannya..." kata Al melangkah maju, Akise yang mendengar itu tersenyum jahat kemudian mengangkat pistol putihnya ke depan.

Zodiac Leo : Lion Strike

Cahaya kuning keluar dari laras pendek itu, cahaya kuning itu kemudian berubah menjadi sepuluh harimau berbulu orange.

"B - Banyak sekali..." kata Rena juga ikut berkeringat.

"Lenyaplah..."

Pada saat bersamaan gelombang kegelapan muncul di depan Al dan menenggelamkan kesepuluh harimau itu ke dasar kegelapan.

"Pergilah biar aku yang melawannya..." kata Al seraya membuat penjara hitam yang memenjarakan Akise.

"Cepatlah! Penjara itu tidak bakal kuat jika di gunakan untuk menahannya..." seru Al.

Kami mengangguk paham dan berlari naik ke lantai dua.

"Semoga kau beruntung Al!"

<Alfharizy POV>

"Tenanglah Riza, aku pasti menang..." batinku senang melihat kepergian teman - temanku.

"Sekarang tinggal melenyapkan serangga ini..." kataku menatap rendah Akise.

Tidak lama kemudian penjara hitam yang menahan Akise hancur dan mengeluarkan cahaya pelangi yang sangat terang.

"Siapa yang kau bilang 'serangga', hah??!!!!"

<Riza POV>

Aku dan lainnya kini berada di lantai dua, penerangan di lantai dua sangatlah berbeda dengan lantai satu. Di sini penuh dengan cahaya yang menerangi sudut - sudut museum dari kegelapan. Di tengah ruangan ini tengah duduk seorang gadis kucing yang duduk sambil memakan cemilan coklat di pelukannya, sangat banyak sekali.

"Ooo~~~" pekik Shiina menyadari kedatangan kami.

"Kalian sudah sampai, ya?" tanyanya lagi.

Aku dan lainnya telah bersiap untuk menutup lubang telinga kami jika Shiina memainkan serulingnya.

"Jadi.... Apa kalian mau?" tanya Shiina polos seraya menyodorkan beberapa batang coklat enak.

"HAH?!!" teriak kami bersamaan.

"Jangan terpengaruh!!!!" seru Luukie tapi sudah terlambat.

Clek?

Shiina menekan tombol merah yang tertempel di alat perekam itu.

"Sial.." decih Luukie.

Tangga Penyiksa, Nada Ilusi

<SKIP POV>

"Ah! Aku ada dimana?" pekikku terkejut menyadari kecerobohan yang baru saja aku lakukan.

"Sial.... Kami terpisah lagi!!!" batinku kesal.

Tes....

Setitik air jatuh di belakang leherku, tanpa melihat ke belakang aku langsung berlari ke depan menghindari hujan api dan pasak.

Tepat di depanku muncul tiga rantai api, es dan petir pada waktu bersamaan beruntung aku mengubah arah lariku ke samping kanan dan memunculkan pedang Gladius. Aku potong rantai petir yang ada di samping kiriku dan mengibaskan Gladius ke kiri menghancurkan pasak besi.

"Mereka berdua lagi..." gumamku melihat Hikari dan Mizu.

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi..." kata Mizu tersenyum kepadaku.

"Hentikan Mizu. Tugas kita adalah menangkapnya hidup - hidup..." cetus Hikari tegas membuat mood Mizu kembali sedih.

"Menangkapku ya???"

Aku tancapkan Gladius di depanku dan aku ambil note serta pulpennya.

Munculkan Palu Giant

Cahaya coklat tiba - tiba muncul di hadapanku dan berubah menjadi palu dengan motif sasirangan.

Aku genggam palu itu dengan tangan kiriku dan aku cabut Gladius yang ada di depanku menggunakan tangan kanan.

"Mizu, bantu aku dari belakang..." setelah mengatakan itu Hikari maju ke depanku meninggalkan Mizu dengan raut sedihnya.

Rantai Iblis Hitam

Lima rantai hitam yang memiliki aura merah tiba - tiba keluar di depanku, kelima rantai itu seperti seekor ular yang siap untuk mengigitmu.

Tapi bila urusannya dengan Gladius itu beda lagi. Aku simpan Giant di punggungku dan memotong kelima rantai hitam itu dengan Gladius. Hikari terlihat terkejut melihatku memotong kelima rantainya dengan begitu mudahnya.

Gladius Drive

Aura hitam dan putih keluar dari tubuhku dan memberikanku kekuatan tambahan.

"Aku akan mulai..."

Hikari terkejut melihat tatapanku dan meminta Mizu untuk berlindung di belakangnya. Hikari pikir aku akan menyerang Mizu tapi dia salah....

"Aku bukan seorang lelaki yang suka melukai perempuan..." kataku yang kini telah berada di depan Hikari.

Hikari kembali terkejut. Untuk pertama kalinya aku berhasil menyerang Hikari dan membuatnya terlempar ke sisi kananku, aku angkat Gladius ke depan mencoba menangkis serangan Mizu tapi...

"......."

"Dia tidak menyerang? Kenapa?" batinku bingung melihat Mizu cuma diam di tempatnya seraya menundukkan wajahnya ke bawah.

"Kenap----" pertanyaanku terhenti setelah tiga rantai petir kuning tiba - tiba muncul dari atasku.

Ketiga rantai petir itu melemparku ke belakang beruntung aku sempat menangkisnya dengan mata pedang Gladius. Tidak jauh dariku, Hikari bangkit dari jatuhnya dan menatapku.

"Jangan pernah kau menyentuh Mizu walaupun sedikit saja. Jika kau melakukannya aku pasti akan MEMBUNUHMU!!! Tidak peduli itu perintah atau tidak.." ancam Hikari sambil menatapku penuh kemarahan bercampur kebencian.

Pada saat bersamaan keluar sepuluh rantai hitam dan putih dari bawahku mengelilingi diriku.

Jepitan Rantai Cahaya Hitam

Duag....

<Rena & Yuki POV>

Rena dan Yuki saling duduk berhadapan beberapa saat lalu mereka di pindahkan oleh Shiina, Yuki yang di pindahkan dalam posisi duduk manis sementara Rena -_-. Dia di pindahkan dengan posisi melayang di atas dan jatuh ke bawah dengan bokong menghantam lantai terlebih dulu.

"Dasar Neko - chan, nanti aku pukul bokongnya..." gerutu Rena kesal sembari mengelus bokongnya.

"Sudahlah Rena - chan yang penting kita selamat'kan..." kata Yuki mencoba menenangkan Rena.

"Siapa bilang kalian akan selamat??" tanya Haruka yang tiba - tiba berada di belakang Rena.

Rena yang menyadari itu langsung melakukan tendangan sabit berputar tapi di tahan oleh Haruka dengan mudahnya. Rena tiba - tiba tersenyum, hantaman keras di sisi kiri Haruka membuat cengkeraman Haruka terlepas.

"Kami tentu akan selamat, Haru - chan. Dua lawan satu, kami yang menang..." kata Rena percaya berdiri kemudian memukul wajah sisi kiri Haruka sampai membuat Haruka terpental jauh ke sudut ruangan.

Haruka bangkit dan menunjukkan senyuman khasnya seperti milik Alfharizy.

"Siapa bilang dua lawan satu?" tanya Haruka sambil tersenyum lebar.

Tap... Tap...

Suara langkah kaki terdengar di belakang Rena dan Yuki, spontan saja mereka berdua membalikkan badannya. Rena dan Yuki terkejut melihat teman atau anggota Organisasi Roar yang ada di depan mereka.

"A - A - AKISE - SAN!!!!"

<Alfharizy POV>

"Dasar kucing. Seenaknya saja memindahkanku..." gerutuku kesal dalam hati.

Beberapa saat yang lalu, tepatnya pada saat aku ingin berhadapan dengan Akise tiba - tiba terdengar nada lagu yang sangat indah (mengerikan). Aku di pindahkan di museum bagian transportasi, disini terdapat sepeda, kendaran/motor, mobil, kapal, pesawat dan roket.

Aku bangkit dan menelusuri ruangan ini, mataku tertuju ke arah ruangan tengah. D isana telah menunggu dua laki - laki, yang satu mengenakan hoodie ungu muda dan satunya....

"Yo~~ lama tidak berjumpa...... Rey!!!"

<Luukie POV>

Aku berkeringat banyak sambil tersenyum masam ke depan dimana Hyaku dan Shiina berada.

"Shiina, terimakasih karena telah mengabulkan permintaanku..." kata Hyaku berterimakasih.

"Hahahha... Aama - sama Hyaku - tan. Kita'kan teman..." balas Shiina sambil memberikan jari jempol, Hyaku tersenyum kemudian menatapku datar.

"Bisa kita mulai?" tanya Hyaku.

"T - Tunggu. A - apa kita bisa bernegosiasi dul---" saranku terhenti setelah melihat pedang hitam Hyaku mengarah ke leherku.

Aku miringkan kepalaku ke kanan dan membiarkan tusukan pedang hitam itu lewat, pada waktu bersamaan pintu besi yang ada di belakang hancur setelah terkena cahaya hijau.

"Sepertinya tidak bisa ya?!!" kataku pelan.

Hyaku terkejut melihatku mencengkeram pundak kanannya kuat. Aura hitam muncul di tanganku, Hyaku yang menyadari itu segera melompat ke belakang tapi terlambat. Tongkat karet yang berwarna hitam muncul di tangan kananku dan aku pukul perut Hyaku sampai terpental ke sisi kananku. Aku hentakan kaki kiriku dan memerangkapkan Shiina ke dalam penjara hitam.

"Lepaskan aku..." pinta Shiina sambil memukul penjara hitam itu dengan tangan kecilnya.

"Tunggulah sebentar di situ, ada yang ingin aku lakukan..." pintaku lembut kepada satu loli kucing ini.

Aku berlari ke depan seraya menghancurkan pintu besi di depanku menggunakan aura hitam Al. Sesampainya di dalam aku mendapati Asia tengah terikat dengan tali merah darah. Tanpa berlama - lama aku menyerang tali merah darah itu menggunakan tombak hitam yang besar, tombak hitam besar itu mengecil pada saat bersentuhan dengan tali merah darah itu tapi juga berhasil memutuskan tali merah darah itu dari tubuh Asia.

"ASIA!!!!"

[Yuuto Vs Zakuro]

<Asia & Luukie POV>

Luukie berlari ke depan dan mengangkat tubuh Asia pelan.

"Asia, kau baik - baik saja?" tanya Luukie cemas.

"Luukie - san? Apa yang kakak lakukan disini?" tanya Asia walaupun kesadarannya belum kembali sepenuhnya.

"Kau ini menbuatku khawatir saja, Asia..." kata Luukie yang tiba - tiba memeluk Asia.

Cukup lama untuk Asia sadar, muka Asia menyemburkan asap putih dan mukanya memerah. Luukie melepaskan pelukannya dan membantu Asia untuk bangkit.

"Ayo Asia kita pergi dari sini!" kata Luukie yang menggenggam erat tangan kiri Asia.

Asia tersenyum kecil mendengar perkataan Luukie.

"Luukie - san..."

"Hmm???"

"Aku sudah mengkhianati Hana - chan dan lainnya. Apa mereka dapat memaafkanku??" tanya Asia dengan raut wajah sedih.

"Apa yang kau katakan? Asia, kau mengorbankan dirimu untuk melindungi teman - teman yang sangat berarti bagimu'kan?" tanya Luukie dan di jawab anggukan kecil oleh Asia.

"Nah.. Itu sudah cukup. Aku yakin.....mereka pasti akan memaafkanmu, Asia..." seru Luukie.

"Luukie - san..."

Airmata terlihat keluar dari kedua kelopak mata Asia, Luukie menghapus airmata Asia sebelum airmata itu jatuh.

"Menangislah setelah kau meminta maaf kepada mereka..." saran Luukie, sekali lagi Asia mengangguk sembari memberi senyuman manis.

Daar?!

Pintu besi yang ada di belakang Luukie hancur akibat tebasan hijau, kini tebasan hijau itu terbang ke arah Luukie.

Luukie menciptakan tembok hitam untuk menahan tebasan hijau itu. Mata Luukie membulat lebar setelah melihat Shiina berhasil keluar dari penjaranya, yang lebih parah Shiina sudah siap untuk meniup serulingnya.

Tangga Kematian : Suara Kegelapan

Pada waktu bersamaan sesuatu yang gelap bercampur biru tua keluar dari belakang Shiina dan terbang ke arah Luukie. Sesuatu itu berubah bentuk seperti sesosok arwah yang telah mati, arwah itu siap mencekik Luukie sampai mati.

"Membekulah..."

Keadaan menjadi sangat hening tidak ada suara yang keluar dari mulut Luukie maupun Hyaku dan Shiina. Sekarang seluruh sudut ruangan, tidak... Kini ruangan yang ditempati oleh Luukie terdiam di dalam dingin es. Dengan kata lain ruangan ini membeku.

"Aku hampir lupa kau ada disini, Asia..." kata Luukie seraya melirik Asia yang telah membekukan ruangan ini, bukan ruangan saja tapi arwah yang keluar dari belakang Shiina juga ikut membeku.

"Dengan ini hutangku padamu telah impas'kan?" tanya Asia sambil tersenyum kepada Luukie.

"Iya - iya.."

<Yuuto & Zakuro POV>

Yuuto maupun Zakuro terdiam setelah mendengar suara ledakan dari luar museum.

"Apa itu tadi?" batin Zakuro bertanya.

"Woi. Kemana kau melihat?" tanya Yuuto yang sudah siap dengan serangannya.

Katana merah Yuuto berubah menjadi katana hijau kebiruan yang mengeluarkan hawa dingin yang kuat.

"Kau akan menggunakan es?" tanya Zakuro tidak percaya.

"....." Yuuto tidak menjawab pertanyaan Zakuro, dia berfokus pada katana-nya.

Zakuro yang melihat itu mendecih kesal.

"Kenapa semua orang seperti itu?" batin Zakuro bertanya.

Zakuro menciptakan api di tangan kanan dan petir di tangan kirinya.

"Kenapa aku harus melawan seseorang yang lemah? Perempuan lagi!" gerutu Yuuto kesal pada dirinya sendiri, Zakuro yang tanpa sengaja mendengar itu di buatnya kesal.

"AKU TIDAK SELEMAH ITU!!!" teriak Zakuro seraya menyerang Yuuto dengan petir.

"Tidak secepat itu..."

Yuuto mengayunkan katana-nya ke sebelah kanan menghalau sambaran petir, petir itu berbelok arah ke sisi kanan Yuuto dan membeku.

"D - Dia baru saja membekukan petir?!!!" kata Zakuro tidak percaya.

"Sekarang giliranku..." kata Yuuto yang mengangkat katana-nya tinggi ke atas.

Tebasan Es Abadi

Tebasan es vertikal lurus muncul di depan Yuuto setelah Yuuto mengayunkan katana-nya.

Zakuro menyerang tebasan es itu dengan apinya tapi tebasan es itu tidak meleleh atau hancur. Akibatnya Zakuro terkena tebasan es itu di sisi kirinya dan terjatuh.

"K - Kenapa tidak hilang?" tanya Zakuro bingung sambil menahan rasa sakit di sisi kirinya.

"Itu sudah jelas, bukan. Itu karena kau lemah..." jawab Yuuto sambil menatap Zakuro dengan tatapan merendahkan.

Zakuro bangkit sembari menahan rasa sakitnya lalu menatap Yuuto tajam.

"Aku tidak... Lemah..." cetus Zakuro, terlihat garis cahaya horizontal di pupil kedua mata Zakuro.

"O~~~"

"Kalau begitu bagaimana dengan ini?" tanya Yuuto yang mengubah katana-nya yang dingin menjadi sangat panas.

Tebasan Api Penyiksa

Tebasan Api ungu kemerahan horizontal lurus kini terbang ke tempat Zakuro.

Zakuro menghentakkan kaki kanannya pada saat bersamaan muncul dindung api yang di selimuti angin yang tengah berputar.

Drrrrrr....

Tebasan api Yuuto dan dinding api Zakuro saling beradu yang sama kuat. Kedua elemen api membesar setelah terkena angin yang berputar di depan dinding api itu kemudian meledak hebat.

"Dia menciptakan angin untuk membesarkan dinding apinya kemudian memaksanya ke titik terakhir, karena tidak kuat menahan banyaknya angin yang masuk maka dinding itu kehilangan kendalinya kemudian meledak dengan sendirinya. Pintar tapi naif sekali..." batin Yuuto mencoba menangkap aksi yang Zakuro lakukan tadi.

"Aku akui kau hebat tapi itu tidak membuatmu keluar dari kata 'lemah'. Bertarunglah dengan kekuatan penuhmu..." tantang Yuuto.

Pedang Kuno : Dewa Matahari

Katana Yuuto berubah menjadi sebuah katana kuning yang memiliki ukiran lidah api orange di mata pedangnya.

Pedang Anugerah

Cahaya kuning yang sangat terang keluar dari mata pedang Yuuto, cahaya itu kemudian berubah menjadi dua pedang emas di sisi kanan dan kiri Yuuto dan kedua pedang itu dalam posisi melayang.

Sementara di tempat Zakuro....

"Lemah? Aku?" batin Zakuro kesal.

Zakuro menggenggam erat tangan kanannya pada waktu bersamaan angin berputar cepat mengelilingi lengan kiri Zakuro. Angin itu kemudian berhenti berputar saat itu juga luka yang ada di lengan kiri Zakuro hilang.

"Aku terima tantanganmu..." kata Zakuro yang mengangkat wajahnya ke depan dan menatap Yuuto penuh percaya diri.

"Mata yang bagus. Tunjukkan padaku, seberapa lemahnya dirimu.." kata Yuuto mencoba untuk menganggu emosi Zakuro.

Kedua pedang yang ada di kanan dan kiri Yuuto meleset ke depan dalam posisi menusuk. Zakuro memukul kedua pedang itu menggunakan tangan kanannya yang di selimuti api dan tendangan berputar oleh kaki kiri yang mengeluarkan angin kuat. Kedua pedang itu terpental agak jauh, saat itu Zakuro berlari ke depan begitu juga dengan Yuuto.

Tebasan Cahaya Matahari

Yuuto mengayunkan katana-nya ke depan dan mengeluarkan cahaya kuning yang sangat terang.

Pedang Naga Petir Api

Pedang yang terbuat dari api tiba - tiba keluar di tangan kanan Zakuro, pedang itu mengeluarkan percikan api yang keluar dari setiap sudutnya.

Zakuro menusukkan pedang itu ke depan seperti sebuah tombak menggunakan kedua tangannya.

Blaaar?!!

Tusukan Zakuro berhasil menghancurkan tebasan cahaya Yuuto.

Tiba - tiba saja pedang yang sama keluar di atas Zakuro. Zakuro mengambil pedang itu dan melemparnya, Yuuto yang melihat itu merubah katana-nya menjadi katana es. Yuuto menebaskan pedang itu dan membekukannya, Yuuto terkejut melihat Zakuro telah berada di depannya.

"TERIMA INI!!!" teriak Zakuro seraya menghantamkan pedangnya.

Dhuuaar....

Pedang Zakuro dan katana Yuuto saling beradu untuk pertama kalinya, lantai yang di pijak oleh Yuuto hancur setelah menerima dan menahan hantaman pedang Zakuro.

Pedang Kuno : Naga Hitam

Aura hitam keluar dari katana hijau kebiruan Yuuto, aura hitam itu menyebar ke seluruh badan katana dan merubah katana menjadi warna hitam keunguan.

Aura hitam muncul di bawah telapak kaki Yuuto dan melompat ke depan Zakuro dan menyerangnya. Zakuro terpental ke belakang, darah keluar dari mulut Zakuro, pakaian Zakuro mulai robek yaitu di bagian pundak, perut dan kaki serta sedikit darah yang ikut keluar disana.

"Urgh..." pekik Zakuro sakit di sekujur tubuhnya.

"Lumayan juga bisa memaksaku menggunakan Naga Hitam..." cetus Yuuto.

"A - Apa itu pujian?" tanya Zakuro sembari tersenyum kecil dan menahan rasa sakit.

"Pujian? Ah. Itu pujian..." jawab Yuuto kemudian menutup kedua matanya. "Aku tarik kata - kataku tadi..." lanjut Yuuto.

"..??"

"Kau tidak lemah!"

<Zakuro POV>

Ingat Zakuro. Semua orang itu tidak lemah, tidak ada!

Lalu kenapa mereka memanggilku dengan sebutan itu? Kenapa?

Itu karena mereka tidak tahu!

Tidak tahu? Tentang apa?

Kekuatan sejati!

Kekuatan sejati? Apa itu Onii - san?

Hahahahah.... Nanti bila ada seorang musuh yang memanggilmu tidak 'lemah', kau harus membalasnya!

Membalas?

Ya... Dengan cara menunjukkan kekuatanmu!!!

<Yuuto & Zakuro POV>

Kedua kelopak mata Yuuto melebar sangat lebar merasakan tekanan aura yang sangat besar yang keluar dari tubuh Zakuro yang diselimuti luka itu.

"Berikanlah aku kekuatanmu, Dewi Elemen..." setelah mengucapkan itu aura biru keunguan keluar dari sekujur tubuh Zakuro.

Pakaian yang di kenakan oleh Zakuro menghilang di gantikan beberapa perban coklat yang menutupi seluruh bagian tubuhnya seperti pakaian pada umumnya. Jarum - jarum es keluar dari lantai yang berada di kaki kiri Zakuro, kobaran api membara di kanannya, angin berputar mengelilingi Zakuro dengan tenangnya, petir yang terus menyambar - nyambar di atas langit - langit ruangan.

"D - Darimana gadis ini mendapatkan kekuatan sebesar ini???" batin Yuuto terkejut.

Entah kenapa Yuuto tiba - tiba tersenyum lebar dan menatap Zakuro kagum.

"Kau.... Kau adaah lawan yang memiliki tekanan aura terkuat yang pernah aku lawan. Kau HEBAT sekali..." girang Yuuto.

"Terimakasih..." balas Zakuro menatap lembut Yuuto.

Yuuto mengembalikan katana-nya menjadi bentuk semula yaitu katana yang berwarna merah, lalu mengangkatnya tinggi ke atas.

"Akan aku lawan kekuatanmu dengan kekuatan yang sama kuat..." cetus Yuuto seraya mengeluarkan aura merah pekat.

Pedang Kuno : Segel Dunia

Bersamaan dengan itu aura merah pekat Yuuto menyebar luas dan membuat gelombang angin yang sangat kuat. Katana Yuuto berubah menjadi sebuah pedang baja yang mata tumpulnya berwarna merah pekat dan mata tajamnya hitam pekat juga, di belakang Yuuto melayang empat pedang yang sama bedanya cuma di warna saja. Pakaian Yuuto juga berubah, kini Yuuto mengenakan jaket hitam dengan mantel jubah hitam bergaris merah.

Yuuto menerjang ke depan seraya menebaskan pedangnya, tebasan pedang Yuuto ditangkis dengan mudahnya oleh dinding es yang di buat oleh Zakuro. Serangan Yuuto tidak berhenti sampai di situ, dua pedang yang ada di belakang Yuuto melompat ke atas kemudian menyerang Zakuro dengan menembakkan cahaya hitam dan putih. Angin yang ada di sekeliling Zakuro bertiup kencang di depan Zakuro dan mengubah arah tembakan cahaya Yuuto. Zakuro mengangkat tangan kanannya yang di selimuti api yang panas, Zakuro menembakan bola api raksasa dari telapak tangan kanannya.

Pedang baja yang berwarna hijau kebiruan terbang ke depan Yuuto dan membuat benteng es yang menahan bola api Zakuro sampai lenyap. Pedang baja berwarna merah keunguan meleset ke samping kiri Zakuro kemudian menyemburkan api yang sama panas, petir yang ada di langit - langit ruangan tiba - tiba turun di sisi kiri Zakuro dan membentuk tembok petir.

Yuuto mundur ke belakang bersamaan dengan itu keempat pedang baja Yuuto juga ikut mundur. Zakuro terlihat mengeluarkan sedikit keringat di tangan kanann dan kedua kakinya pada saat menangkis dan menyerang Yuuto barusan.

"Waktunya tinggal sedikit aku harus menyelesaikan ini semua..." batin Zakuro kelelahan.

"Sial... Qaktunya hampir habis. Aku harus mengakhiri ini..." batin Yuuto kesal.

Yuuto mengangkat pedang bajanya ke atas pada waktu bersamaan keempat pedang baja milik Yuuto menyatu menjadi satu dengan pedang baja yang ada ditangan. Sementara Zakuro, dia menciptakan burung api, naga es dan bola ungu kehitaman yang merupakan gabungan dari elemen angin dan petir.

"Sepertinya kau siap mengakhiri pertarungan ini..." cetus Yuuto santai.

"Kau juga?" tanya Zakuro dan di balas senyuman kecil dari Yuuto.

"Namamu!"

".....???"

"Berikan namamu!" pinta Yuuto.

"Zakuro. Itulah namaku yang sering di sebut oleh teman - temanku..." jawab Zakuro datar.

"Teman ya? Apa kami dapat berkumpul seperti biasanya?" batin Yuuto bertanya.

Yuuto mengembalikan tatapannya ke depan, bersiap untuk mengakhiri pertarungannya dengan Zakuro. Yuuto memegang pedang atau Longsword hitam yang memiliki warna pelangi di tambah hitam dan putih di mata tumpulnya itu.

Ancient World

Elemental Strike

BLAAAR!!

<Author POV>

Guncangan yang sangat kuat dapat di rasakan oleh Alfharizy, Rey dan temannya.

"D - Darimana asal guncangan ini??" tanya Alfharizy panik merasakan tubuhnya bergoyang hebat.

"Yuuto..."

<Yuuto & Zakuro POV>

Kumpulan asap debu menyelimuti tempat yang menjadi arena bertarung Yuuto dan Zakuro. Di ujung sudut terlihat Yuuto yang bersandar di depan tembok, dia tidak sadarkan diri sementara Zakuro, tubuhnya lemas dan kini tengah di gendong oleh seorang pria berambut biru tua pekat yang mengenakan kemeja jaket biru dan celana jeans hitam.

Perlahan Zakuro membuka matanya dan melihat mata manik merah pria itu, pria itu tersenyum kepada Zakuro begitu juga dengan Zakuro.

"Kau sudah berjuang dengan sangat hebat, Zakuro..." pujinya.

"Terimakasih.... Onii - san!!"

[Seseorang Yang Kembali]

<Riza POV>

Aku terjatuh ke belakang setelah terkena guncangan yang sangat kuat dari bawahku pada saat bersamaan lima rantai api dan es menyerangku bersamaan. Aku angkat Gladius ke depan menangkis hantaman kelima rantai itu tapi tidak berhasil, Gladius terlempar dari tanganku dan kelima rantai itu hancur.

Dengan cepat aku memutar badanku ke belakang dan mengambil Giant di punggungku lalu aku hantamkan ke depan. Hantaman Giant membuat jalur tebasan yang besar ke tempat Hikari. Hikari menyilangkan kedua tangannya dan menciptakan perisai yang terbuat dari rantai hitam, perisai itu hancur setelah terkena jalur hantaman tebasan Giant.

"Masih belum cukup.." cetus Hikari membuatku bingung.

"Apa yang belum cukup?"

Seketika itu juga aura tubuh Hikari di selimuti aura hitam yang mencengkeram sangat kuat bahkan kakiku dibuatnya bergemetaran.

"Kekuatan macam apa ini?"

<Author POV>

Alfharizy berdiri mantap menghadap Rey dan teman lelakinya. Tidak ada yang mengeluarkan satu patah kata pun dari ketiga mulut itu sampai Alfharizy menyerang Rey tiba - tiba.

Dua tombak hitam yang tipis meleset dengan sangat cepat ke depan, Rey menarik keluar pedangnya dan membelah kedua tombak. Teman Rey melakukan dash ke depan seraya mengangkat tangan kirinya dan membuka telapak tangannya.

Tebasan Pembelah Ruang

Teman Rey menyerang Alfharizy menggunakan tangan kirinya seperti seekor singa yang mencakar mangsanya.

Alfharizy menundukkan badannya ke bawah seketika itu juga mobil - mobil dan pesawat yang ada di belakang Alfharizy terbelah menjadi beberapa bagian. Alfharizy menggerakkan tangan kanannya ke punggung kanan dan membuat jalur hitam, jalur hitam itu bergerak sangat cepat dan menghantam teman Rey.

Rey tiba - tiba sudah ada di depan Alfharizy seraya mengayunkan pedangnya vertikal ke bawah, Alfharizy menciptakan tembok hitam di depannya lalu melompat ke samping kanan pada waktu bersamaan tembok hitam yang di buat oleh Alfhafrizy untuk menahan tebasan Rey terbelah menjadi dua. Alfharizy menciptakan lima tombak dan tiga sabit hitam dibelakang, samping kanan, kiri dan atas. Kedelapan senjata itu terbang ke tempat Rey yang sudah mati langkah tiba - tiba muncul tiga lapis tembok hitam seperti milik Alfharizy sebelumnya, tembok hitam itu menahan semua serangan senjata Alfharizy.

"Waktu yang tepat, Xorcist.." cetus Rey, tidak lama kemudian teman Rey keluar dari kumpulan asap.

"Terimakasih Rey..." kata temannya.

Alfharizy masih diam di tempatnya menatap datar kedua lelaki di depannya.

"Maaf Alfharizy aku lupa untuk memperkenalkan temanku kepadamu. Xorcist.." seru Rey.

"Id Wattpadku adalah Xorcist dan kode namaku adalah AT yaitu Ability Taker yang artinya Pengambil Kekuatan..." seru Xorcist.

"Pantas saja kegelapanku tidak mempan terhadapnya.."

"Dia menghisap kegelapanku?!" batin Alfharizy.

"Mari kita mulai dari awal lagi..." kata Xorcist seraya mengeluarkan aura hitam di tangan kanannya dan aura tak kasat mata seperti yang ada di pedang Rey.

"Cih..."

<Rena & Yuki POV>

Rena dan Yuki berlari ke ruang binatang, bukan untuk melihat pameran disana melainkan menghindari setiap peluru yang di tembakkan oleh Akise.

Rena melompat jauh masuk ke dalam semak - semak dengan bantuan angin semantara Yuki masuk ke dalam toilet pada waktu bersamaan Akise dan Haruka memasuki ruang binatang.

"Gadis manis itu adalah milikku, Akise.." seru Haruka menatap ke arah semak - semak.

"Kalau begitu aku yang si loli berambut merah itu.." sambung Akise berjalan masuk ke dalam toilet perempuan.

Akise berhenti di depan pintu masuk dan matanya tertuju kepada sebuah tulisan yang terpajang di pintu masuk.

Lelaki di larang masuk!

Spontan saja Akise yang membaca itu berkeringat, Akise mendorong pelan pintu toilet itu.

"Kyaaaa..." teriak Yuki sambil melemparkan tisu gulung yang berhasil mengenai wajah Akise.

"DASAR MESUM!!!!" maki Yuki sembari terus melemparkan tisu toilet.

"A - Aku tidak mes---" kata - kata Akise terhenti setelah salah satu tisu gulung menghantam bagian bawah mulutnya membuat lidah yang keluar saat itu terjepit keras oleh kedua baris gigi kuat Akise.

Akise berteriak kesaktian di bagian lidahnya. Akise kembali menatap ke Yuki, wajahnya menjadi pucat.

"K - Kau yakin ingin melakukan ini, Yuki?" tanya roh air yang di panggil oleh Yuki.

"Tentu saja Aqua. Lakukanlah..." perintah Yuki sembari tersenyum lebar semantara Akise menggelengkan kepalanya sangat cepat.

"Sudah terlambat. TEMBAK!!!!!"

Brussshh...

Aqua menyeburkan air kuning bening dari kedua telapak tangannya dan sangat telak mengenai Akise.

"MASAM SEKALI!!!!!"

<SKIP POV>

Haruka melompat ke dalam semak - semak seraya menyerang Rena yang ada tengah bersembunyi disana, alhasil hutan kecil itu menjadi 'gundul'.

Rena keluar dari salah satu semak - semak dan melancarkan tinju yang di selimuti angin, Haruka menahan tinju Rena dengan telapak kirinya yang mengeluarkan genangan air.

"Usaha yang bagus, gadis manis, tapi sudah berakhir..."

Duri - duri air tiba - tiba muncul di sekitar Rena dan menusuknya, bukannya menusuk dan melukai Rena, air itu berputar pelan mengelilingi Rena.

"Air juga merupakan salah satu elemen alam.." jelas Rena tersenyum penuh kemenangan.

Air itu terbang ke belakang Rena dan memukul perut Haruka kuat yang membuatnya terdorong ke belakang. Haruka mengeluarkan darah dari mulutnya tapi dia tersenyum lebar kepada Rena, Rena yang melihat itu dibuatnya merinding.

"Apa kau bisa membuatku lebih senang lagi, gadis manis?" tanya Haruka sembari memberi senyuman yang sangat mengerikan bagi Rena.

Rena menyatukan kedua telapak tangannya pada saat bersamaan angin dan air yang mengelilingi Rena menjauh darinya diganti aura hijau yang keluar dari tubuh Rena.

Kekuatan Alam : Tingkat Kehidupan

<Author POV>

Perlahan Fister bangkit dan jatuhnya, Fister mengusap bagian belakang punggung yang sakit. Pada waktu bersamaan tanah yang ada di depannya hancur dan menjatuhkan seseorang, seorang gadis bersurai pirang keluar dari kepulan asap debu di depannya.

"Pergilah jika kalian tidak ingin mati.." saran Fister kepada Kuroko dan lainnya yang melihat Fister.

Kuroko memberi isyarat kepada lainnya untuk menjauh dari Fister ataupun daerah sekitarnya.

"Menyerahlah Kak. Kakak tidak akan bisa mengalahkanku..." seru Rumia.

"Apa yang membuat percaya diri sekali, Rumia?" tanya Fister yang telah berdiri.

"Karena kakak tidak akan pernah menyerang ataupun melukaiku..."

<Alfharizy, Rey & Xorcist POV>

Dinding yang ada di belakang Alfharizy terbelah menjadi empat bagian dan lenyap di makan aura hitam milik musuhnya. Alfharizy terpaksa mendapatkan luka yang tidak dia inginkan karena harus menghindari setiap serangan Rey dan Xorcist.

"Kenapa kau terus menghindarinya, MENYERANGLAH, RAJA HITAM!!" teriak Xorcist membuat tebasan hitam yang sangat kuat di depan Alfharizy.

Lantai yang di pijak oleh Alfharizy tiba - tiba hancur, jauh di tempat Alfharizy, Rey menancapkan pedangnya ke dalam lantai dan membelah struktur tanah dan semen yang ada di bawah. Alfharizy kehilangan keseimbangannya dan terpaksa menerima serangan Xorcist yang berasal dari miliknya sendiri. Alfharizy menutup kedua matanya tapi tiba - tiba terdengar suara ledakan di depan Alfharizy, Alfharizy membuka matanya dan mendapati 1, 2, 3, 4, 25 pedang berada di depannya melindunginya Alfharizy dari hantaman aura hitam Xorcist.

Tap... Tap... Tap...

Suara langkah kaki terdengar di belakang Rey dan Xorcist, seorang lelaki berambut hitam yang mengenakan koas hitam, kemaja orange dan mantel jaket putih seperti seorang profesor, profesor gadungan ini mengenakan celana jeans orange dan ikat perut putih dan hitam.

"Kau!!" kata Rey tidak percaya.

"Nama Id Wattpad Tora__Akagi, Kode Nama BS yaitu Blade Storm yang artinya Badai Pedang..." cetus lelaki itu.

"Halo Rey... Lama tidak bertemu..."

<SKIP POV>

Dua puluh lima pedang yang melindungi Alfharizy, mereka semua terbang ke belakang punggung laki - laki yang bernama Tora itu. Terlihat dengan sangat jelas di raut muka Rey, dia tengah sangat kesal.

"Halo Rey, ada yang ingin aku tanyakan kepadamu dan lainnya tapi aku rasa ini bukan waktu yang tepat, bukan..." cetus Tora santai sambil memperhatikan keadaan.

"Di lihat juga kau bisa mengerti..." geram Rey kemudian menerjang ke depan Tora.

Tora menciptakan dua pedang hitam di kedua tangannya dan menangkis tebasan Rey menggunakan itu.

"Kenapa kau menyeret mereka semua ke dalam masalahmu, Rey?" tanya Tora dengan tatapan tajam, menunjukkan bahwa Tora tengah marah sekarang.

"Aku tidak menyeret mereka, mereka sendiri yang ingin ikut bersamaku..." jawab Rey mendorong mundur Tora.

"Jangan berbohong kau REY!!!!"

Tiba - tiba sepuluh pedang besi muncul di atas Rey dan menghujaninya, bukan itu saja empat Longsword hitam tiba - tiba muncul di empat sisi perut Rey dan menjepitnya.

Badai Pedang

Seketika itu juga muncul lima belas pedang besi di sisi kanan dan kiri Rey, jumlah mereka semua ada tiga puluh. Ke- 30 pedang besi itu berputar cepat mengelilingi Rey seperti angin topan yang sangat besar.

Mode : Api

Sebuah percikan api terlihat disetiap ujung pedang yang tengah berputar itu, tidak lama kemudian ujung pedang itu mengeluarkan kobaran api dan membentuk topan api.

Blaaa....

Deessss.....

Topan api itu hilang atau lebih tepatnya, terbelah menjadi empat bagian.

Rey melompat dari dalam topan api itu dan menebaskan pedangnya vertikal ke bawah. Sebuah tebasan tak kasat mata terlihat terbang ke arah Tora dengan sangat cepat, Tora yang melihat itu menciptakan empat puluh pedang hitam di depannya untuk menahan tebasan Rey tapi Tora salah membaca pergerakan Rey. Rey kembali menciptakan tak terlihat kali ini posisi horizontal, Rey mengangkat jari telunjuk dan tengahnya ditangan kiri ke atas membuat kedua tebasan itu menyatu kemudian berputar cepat.

"Sialan kau Rey..." maki Tora sambil tersenyum kecil.

Dessss....

<Asia & Luukie POV>

"Apa rencana kita sekarang, Luukie - san?" tanya Asia yang tengah sibuk membekukan angin yang membawa suara seruling bersamanya.

"Aku punya rencana tapi ini sangat beresiko..." jawab Luukie yang menyerang tebasan hijau Hyaku.

"Apa itu?"

Luukie mendekatkan tubuhnya ke belakang punggung Asia lalu membisikkan sesuatu. Asia mengangguk kecil kemudian menatap Hyaku dan Shiina.

"Apa yang ingin mereka lakukan?" tanya Shiina cemberut. Kenapa tidak? Sedari tadi serangan Shiina terus di bekukan oleh Asia.

Luukie menggenggam tangan kiri Asia yang sangat dingin itu dalam waktu lama, tidak lama kemudian Luukie melepaskan genggamannya pada Asia.

"Ayo kita lakukan!"

Luukie berlari ke arah Hyaku, Luukie mengeluarkan aura hitam ditangan kanannya dan memukul Hyaku sementara Hyaku menangkis pukulan Luukie akibatnya Hyaku menghantam dinding dan dinding itu.hancur. Luukie mencengkeram kerah jaket Hyaku dan menyeretnya keluar ruangan menjauh dari Asia dan Shiina. Sementara di tempat Asia dan Shiina, Asia membekukan lantai yang dia pijak membuat lantai itu menjadi sangat licin.

Dug......

Shiina jatuh terpeleset karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya.

Asia memanfatkan itu untuk menyerang Shiina dengan menciptakan sepasang tangan es raksasa di sisi kanan dan kiri Shiina.

"Lepaskan..." kata Shiina memukul tangan es itu.

"Diamlah di sana, neko - chan..." kata Asia sembari menciptakan penjara es yang mengurung Shiina.

<Fister & Rumia POV>

Fister mengeluarkan sayap putih yang ada di punggung kirinya menahan jarum - jarum merah yang terbang ke arahnya, pada waktu bersamaan Rumia melakukan dash cepat ke depan Fister. Fister yang melihat itu mengalihkan sayapnya dan mengayunkan pedangnya horizontal lurus tapi Rumia melompat ke atas menghindari ayunan pedang besar Fister.

Darkness Devil's Claws

Rumia menciptakan empat tebasan merah di atas Fister.

Fister mengepakkan sayapnya kuat dan terbang ke sisi kanan menghindari tebasan Rumia. Fister membuka telapak tangannya seketika itu juga muncul tiga buah pisau disana, Fister mengambil pisau itu dan di lemparnya ke tempat Rumia. Rumia menyelimuti tubuhnya dengan aura merahnya, ketiga pisau itu terpental setelah menyentuh kulit Rumia.

Rumia merentangkan kedua tangannya ke atas dan mengayunkannya ke bawah, delapan tebasan merah tercipta di depan Rumia membuat Fister berdecih kecil.

Wind Fist

Fister memukul ke - 8 tebasan itu dengan tangan kanan yang diselimuti angin yang cukup kuat.

Dhuar?!

Tinju angin dan tebasan merah saling beradu dan menciptakan ledakan yang cukup kuat.

Fister terbang cepat ke tempat Rumia, Rumia yang melihat itu langsung menendang seperti tombak tapi dengan mudahnya di hindari oleh Fister. Fister terbang ke sisi belakang Rumia dan memeluknya.

"Sekarang bagaimana??" tanya Fister sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Akan aku hancurkan.." jawab Rumia yang mengeluarkan aura merah.

"Cih... Kau ini keras kepala sekali.." cetus Fister.

Fister melepaskan tangan kanannya dari tubuh Rumia, di ujung telapak tangan kanan Fister keluar sebuah tali merah darah. Dengan cepat - cepat Fister mengikat tubuh Rumia dengan tali itu, Fister maupun Rumia mendarat dengan mulus.

"Fister, kau curang menggunakan 'darah terkutuk'.." protes Rumia mencoba melepaskan tali merah darah yang mengikat tubuh kecilnya.

"Percuma saja Rumia, kau tidak akan pernah bisa melepaskan tali itu. Karena tali itu adalah benda yang sangat terkutuk di dunia kita!!!"

<Author POV>

Hana, Herlina, Kuroko, Lian dan Shiro berlari masuk ke dalam museum dan ingin membantu Riza dan lainnya.

"Kita hampir sampai..." cetus Herlina yang berada dibarisan paling depan.

"I - Itu apa?" tanya Shiro sambil menunjuk cahaya merah yang ingin keluar dari pintu masuk.

"SEMUANYA MENUNDUK!!" teriak Kuroko keras.

Kuroko menerjang ke depan lalu menciptakan dinding es yang sangat besar tepat di depan pintu masuk museum, pada waktu bersamaan api keluar dari dalam dan menghantam dinding es. Bukannya dinding itu meleleh melainkan hancur, dinding es itu hancur menjadi kepingan es yang sangat kecil setelah terkena hantaman api itu. Lian membakar semua keping - kepingan es yang ada di depannya sementara Herlina memindahkan semua kepingan es yang ada di atas mereka ke sisi kanan dan kiri.

"Sepertinya aku sangat beruntung malam ini..." kata Riisycho yang berjalan dengan santainya keluar dari museum.

Kuroko dan lainnya terkejut melihat kedatangan Riisycho yang tidak di duga itu.

"Mari kita mulai sambutannya..."

[Pengambilan Yang Gagal]

<Riisycho POV>

Aku mengehela nafasku mengusir hawa dingin yang menyusup ke dalam kulitku walaupun aku ini memiliki kekuatan yang sangat hebat tapi setiap orang pasti bisa sakit kecuali 'dia' yang mengatur dunia ini dari balik layar.

Aku kembali menghela nafasku kemudian berjalan masuk ke dalam museum meninggalkan kelima orang ini di luar museum, sebagai cadangan aku telah menyalakan api unggun...di tubuh mereka.

<Ichiro POV>

"Aku akui dia memang hebat, bahkan Kuroko tidak akan pernah bisa mengalahkan..."

Aku keluar dari balik persembunyianku yang ada di sudut kanan museum, dengan cepat - cepat aku mematikan kobaran api yang mau membakar Kuroko dan teman - temannya menjadi sate. Aku keluarkan aura merah darah di sekujur tubuhku, aku menyebutnya dengan Blood karena warna seperti darah yang merah.

Aku membawa mereka berlima ke tempat dimana aku juga menyembunyikan Zakuro, adikku.

"Sepertinya aku harus turun tangan nih.."

<Alfharizy & Xorcist POV>

Alfharizy kembali terpental terkena pukulan keras yang di lancarkan oleh Xorcist. Alfharizy mengeluarkan tangan hitam di punggung kirinya dan terbang menerjang Xorcist tapi Xorcist dengan mudah menghancurkan tangan hitam itu menggunakan aura hitamnya.

"Kau mengingatkanku kepada seseorang yang selalu menggunakan 'beban' untuk menyerang..." kata Alfharizy tersenyum kecil.

"Maksudmu Ramadhani! Dia telah kami tangkap, aku juga tidak tahu apa yang Ketua Riisycho lakukan padanya..." lanjut Xorcist.

"Ketimbang itu! Kenapa kau tidak mengkhawatirkan dirimu sendiri?" cetus Xorcist.

"Kenapa?"

" 'kenapa?" Kau bilang? Hmph!??"

"Itu mungkin karena kau akan mati sekarang..."

Pada waktu bersamaan muncul jarum kegelapan di belakang langit - langit Alfharizy dan berhasil menusuknya.

"Sayang sekali, sobat. Tapi aku tidak perlu mengkhawatirkan diriku..." seru Alfharizy kemudian secara pelan jarum kegelapan yang menusuk Alfharizy terserap ke dalam tubuhnya.

"Aku bahkan tidak bisa mati!!"

Alfharizy bangkit seraya mengumpulkan aura hitam yang cukup kuat di tangan kanannya.

"Cih... Aku terlalu meremehkannya. Seharusnya aku mendengarkan perkataan Ketua Riisycho dan Rey.." gerutu Xorcist dalam hati.

"Aku akan sedikit serius.." kata Alfharzy yang tiba - tiba menghilang di depan Xorcist.

"D - Dimana dia???" tanya Xorcist panik.

"Woh~~~ekspresi yang bagus..." kata Alfharizy yang tiba - tiba sudah berada di samping kanan.

Alfharizy melancarkan pukulan cepat ke wajah Xorcist tapi insting bertarung Xorcist baru saja menyelamatkan Xorcist sendiri. Xorcist berhasil melompat ke samping kiri membuat serangan Alfharizy cuma lewat saja bersama dengan tubuhnya, bukan keterkejutan yang Xorcist lihat di muka Alfharizy melainkan senyuman lebar. Kaki kiri Alfharizy tiba - tiba saja sudah menggait leher Xorcist, Alfharizy mendorong kepala Xorcist ke bawah.

Pukulan Naga Kembar

Dua aura hitam mengelilingi tangan kanan Alfharizy seperti seekor ular yang melilit sebuah dahan pohon. Kedua aura itu berputar sangat cepat membuat seluruh lengan kanan Alfharizy terselimuti aura hitam.

Alfharizy melepaskan kakinya dari leher Xorcist kemudian melompat ke atas Xorcist seraya memukulnya, Xorcist membuat pelindung menggunakan kedua tangannya.

Buag??!

Pukulan Alfharizy menerobos paksa pelindung tangan Xorcist dan berhasil mengenai wajah Xorcist telak.

Xorcist terhantam ke lantai dan membuat lantai itu hancur. Serangan Alfharizy tidak sampai disitu, aura hitam tiba - tiba keluar dari bawah lantai dan menerbangkan Xorcist kembali ke atas dan Alfharizy kembali memukul wajah Xorcist dengan cara menamparnya.

"Menyerahlah..." kata Alfharizy sambil mencengkeram kuat kerah kaos Xorcist dan melemparnya ke sudut lain.

" 'menyerah' kau bilang?!!" kata Xorcist bangkit. "Tidak akan pernah!" lanjut Xorcist menatap tajam Alfharizy.

Alfharizy, hanya membuang nafasnya dan menatap datar Xorcist.

"ADA APA DENGAN TATAPAN MERENDAHKAN ITU, HAH??!" teriak Xorcist marah.

"KAU PIKIR, KAU ITU HEBAT. KAU ITU TIDAK HEBAT, KAU ITU LEMAH!!" maki Xorcist.

Alfharizy tidak mendengarkan kata - kata Xorcist karena.... Itu sudah biasa.

<Alfharizy POV>

{Dia memanggilmu 'lemah', Al?! Apa kau tidak ingin membalasnya?}

"Diamlah. Aku tidak ingin bicara padamu..."

{Kejam sekali. Aku'kan dirimu, tepatnya sisi gelapmu!}

"Siapa peduli?"

{Aku. Jika kau mati maka aku juga dan 'dia' juga....}

{Alfharizy & Xorcist POV>

Aura hitam keluar dengan skala besar di belakang Alfharizy begitu juga dengan Xorcist. Dia mengeluarkan api, air, cahaya, dan lainnya dari seluruh bagian tubuhnya sepertinya itu adalah kekuatan yang Xorcist 'ambil' dari pemilik sebelumnya.

"Kau hebat juga memiliki kekuatan sebanyak itu walaupun telah aku ambil seperempat darimu..." cetus Xorcist yang mulai bangkit.

"Biar aku beritahu. Kekuatan ini bukan milikku melainkan milik orang lain..." sambung Alfharizy.

"Hmm??? Apa maksudmu, aku tidak mengerti?" tanya Xorcist.

"Nanti kau tahu sendiri..." kata Alfharizy yang mengangkat telapak tangan kanannya ke depan, pada saat bersamaan keluar tembakan hitam dari sana.

Xorcist menciptakan tembok air di depannya dan berhasil menahan tembakan hitam Alfharizy, Xorcist membuat api di tangan kirinya dan memukulnya ke tembok air tersebut. Tembok air itu memuncratkan bola - bola air yang sangat panas, terbang cepat seperti peluru mesin yang baru di tarik pelatuknya.

Alfharizy menciptakan tembok hitam di depannya api peluru air itu berhasil menembus tembok hitam Alfharizy, dapat dilihat setitik terangnya cahaya yang menyatu dengan gumpalan air itu.

Alfharizy yang tidak siap dengan itu terpaksa mendapatkan luka di beberapa bagian tubuhnya. Pada saat bersamaan Xorcist berlari ke bawah perut Alfharizy sambil melancarkan tinju yang di selimuti aura tak kasat mata.

Beban : 1 Ton

Bwaaar....

Tinju super kuat Xorcist berhasil mengenai telak perut Alfharizy membuat suara patah terdengar di sana, langit - langit yang ada di atas mereka hancur setelah terkena gelombang lanjutan.

Alfharizy melayang di atas dengan darah keluar di hidung dan mulutnya, Xorcist melompat ke depan Alfharizy dan mencekik leher Alfharizy serta menghantamkannya ke tiang dinding beton.

"Aku ambil kekuatanmu.."

Aura biru menyelimuti lengan kanan yang mencekik leher Alfharizy, aura itu seperti air yang mengalir.

"Argh!!!!" pekik Alfharizy merasakan sakit di tubuhnya tapi Alfharizy tidak melawan.

"HAHAHAHAHHA....... KUAT APANYA??? KAU SEPERTI IKAN TERI SAJA!!!!" tawa Xorcist.

"Begitu ya.." balas Alfharizy pelan.

"Matilah!!!"

Tiba - tiba saja kedua pupil Xorcist bergoyang hebat seperti baru saja terkena tersengat listrik. Kedua kaki dan lengan yang mencekik leher Alfharizy bergetar dan mengeluarkan air keringat yang banyak. Alfharizy membuka kedua matanya dan menatap datar Xorcist.

"Lepaskan..." seru Alfharizy seketika itu juga Xorcist melepaskan Alfharizy.

Alfharizy kini bebas dan Xorcist berdiri diam di depannya dengan tatapan tidak percaya.

"B - B - Bagaimana kau melakukannya????" tanya Xorcist takut.

"Ternyata memang benar kau tidak bisa mengambil 'lebih' dari satu kekuatan dalam waktu bersamaan..." seru Alfharizy yang kini menggerakkan tangan kirinya seperti tengah berolahraga.

"Apa maksudmu? Aku hanya mengambil satu kekuat----" pernyataan Xorcist terhenti setelah Alfharizy memukul Xorcist keras di wajahnya menggunakan tangan kirinya.

Xorcist terlempar jauh ke belakang dan menghantam kapal Persia yang tengah berhenti di sana.

"Biar aku beritahu padamu, sobat....... Aku memiliki dua elemen kekuatan!!" kata Alfharizy yang kembali menggerakkan lengan kirinya.

"Ah! Kau merusak perbannya..." lanjut Alfharizy seraya menatap tangan kirinya yang di balut tebal oleh perban putih.

Alfharizy mengangkat mukanya dan menatap ke arah pameran pesawat luar angkasa.

"Apa dia baik - baik saja???"

<Rey & Tora POV>

Rey menciptakan tebasan tak terlihat di depan Tora, Tora menangkis tebasan itu menggunakan kedua pedang hitamnya membuat kedua pedang itu hancur. Tora melesat ke depan seraya menciptakan pedang yang berwarna emas, Rey ikutan melesat cepat ke depan dalam posisi menusuk.

Tring...

Tusukan dan tebasan pedang mereka berdua saling beradu di setiap tour pemeran pesawat laur angkasa.

Rey dan Tora berhenti di tanah Mars dengan posisi saling mengahadap dan menatap tajam.

"Seriuslah Rey. Bila terus begini kau tidak akan pernah menang..." kata Tora santai seraya menciptakan sepuluh pedang perak di sisi kanan dam kirinya.

"Jadilah kuat Rey atau.... Gina akan terluka!"

Seketika itu juga Rey menghancurkan sepuluh pedang perak itu dan menggores pipi kiri Tora.

"Jangan pernah kau bawa nama Gina dalam pertarungan kita atau kau akan mati.... Kawan!!!!"

[Badai Yang Menghilang]

<Rey & Tora POV>

Aura tak kasat mata menyelimuti mata pedang Rey sedangkan Rey menatap tajam Tora dan sementara Tora...

"Heeeeh???? Apa aku baru saja melakukan sesuatu yang tidak benar sampai membuat Rey marah???!!!"

Dassshh....

Rey tiba - tiba sudah berada di belakang Tora seraya mengayunkan pedangnya ke arah leher.

..........."

"Hei Rey, Gina mana?" tanya Tora santai.

Rey terkejut bukan main, Tora menahan ayunan pedangnya cuma menggunakan jari telunjuknya tanpa perlindungan sedikit pun. Keterkejutan Rey tidak sampai disitu, Tora tiba - tiba saja menarik jaketnya dan membuat wajah mereka sangat dekat.

"Gina mana, Rey???" tanya Tora seraya menatap kosong Rey, Rey yang melihat itu di buatnya berkeringat dingin.

Rey dengan cepat - cepat menepis tangan Tora yang menarik jaketnya, Rey melompat ke belakang dan membuang jaket merahnya menjauh.

"Gina tidak ada disini, kau puas!!" seru Rey marah.

"Syukurlah Gina tidak ada disini..." kata Tora lega membuat Rey tanpa sengaja menurunkan satu alisnya.

"Syukurlah karena apa?" tanya Rey.

"Syukurlah dia tidak melihat ini..." bersamaan dengan itu dua pedang Tora tiba - tiba menusuk punggung kiri Rey dan pedang emasnya menusuk perut Rey. "Bila Gina melihat ini dia pasti marah besar. Beruntung dia tidak ada ya'kan, Rey.." sambung Tora sambil tersenyum manis kepada Rey yang mengeluarkan darah di mulutnya.

Tora mencabut pedang emas itu secara paksa kemudian menendang Rey dengan tendangan berputar, tendangan Tora mengenai tepat dada tengahnya membuat Rey memuntahkan darahnya lalu terlempar ke belakang menghantam dinding.

Mode : Es

Sepuluh pedang yang ada di belakang Tora mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyerang kulit.

Kesepuluh pedang itu terbang ke depan Rey dan menghujaninya, Tora tersenyum kecil kemudian menggeser tangan kanannya ke sisi kanan pada waktu bersamaan kesepuluh pedang itu berpindah ke kanan dan...

Crasss....

Kesepuluh pedang itu berhasil memotong tangan kiri Rey, bukan hanya tangan tapi kaki juga.

Darah keluar dengan sangat deras di bagian kiri Rey, tangan kiri yang hilang dan kaki kiri yang terluka sangat parah.

"Jika kau bertanya siapa yang salah. Salahkan takdir yang membuatku turun tangan... Rey!" kata Tora tersenyum lebar.

<Tora POV>

"APA YANG KAU LAKUKAN? HENTIKAN SEMUA INI SEKARANG JUGA!!" perintahku kepada seseorang berambut hitam yang mengenakan pakaian yang sama sepertiku. Itu benar dia adalah diriku sendiri tepatnya sisi gelapku.

"Tenangkan dirimu, Tora.." kata diriku yang lain, dia memiliki rambut hijau.

"BAGAIMANA AKU BISA TENANG SEMENTARA DIA INGIN MEMBUNUH SAHABATKU???!!!" bentakku kepada diriku sendiri.

"Ah~~~berisik..." kata diriku yang lain, dia yang berambut merah.

"D - Diamlah n - nanti Tora marah..." kata diriku yang biru muda.

"Bukankah kau 'Tora' juga..." cetus yang merah.

"I - Itu...."

"Diamlah kalian semua...." seru yang hitam.

"DIAMLAH LEMAH!!!!"

<Rey & Tora POV>

Tora berjalan santai sembari mengayunkan pedang hitamnya ke sana - kemari mendekati Rey yang tidak bergerak lagi. Tora berhenti tepat di depan Rey tanpa berkata Tora memukul kepala Rey menggunakan bagian tumpul mata pedangnya.

"Dasar lemah..." seru Tora dengan tatapan merendahkan.

Rey masih tidak bergerak sepertinya dia kehilangan kesadarannya. Tora mengangkat tinggi pedangnya di atas kepalanya sendiri dan Rey.

"Apa yang ingin kau lakukan?!!" tanya Tora asli dalam tubuh.

"Sudah pasti, bukan..... Aku akan menghilangkan yang 'lemah'..." balas Tora 'hitam' tersenyum penuh kemenangan.

"HENTIKAN!!!!!"

Ceassss...

<Rey POV>

"Kenapa aku tidak bisa bergerak?"

"Apa yang terjadi padaku?"

"Gina? Tora?"

"Siapa?"

Rey....

<Rey & Tora POV>

Rey bangun secara tiba - tiba dan melompat ke sisi kanan perut Tora sambil mengangkat pedangnya dan...

Crasssh...

Rey berhasil menebas lengan bagian bawah tangan kanan Tora, Tora yang merasakan sakit di tangan kanannya spontan saja melepaskan pedang hitamnya.

Rey melompat ke belakang punggung Tora dan menendang perutnya, tidak sampai disitu, Rey menarik pedangnya ke sisi kiri kepalanya dan di tebaskannya vertikal miring ke atas kanan. Darah keluar dari bagian depan Tora dan membuatnya memuntahkan darah yang hampir sama seperti Rey.

"B - Bagaimana kau bisa bergerak???" tanya Tora 'hitam' kesal seraya memegangi luka tebasan yang dibuat Rey.

"Hah, Hah, Hah...... Itu karena aku memiliki sebuah janji, janji untuk tidak mati!!" jawab Rey.

Rey mencodongkan tubuhnya depan dengan mata pedang berada di pundak kiri.

"Cih.... Jangan sombong dulu, REY!!!" kata Tora 'hitam' kesal.

Badai Pedang

Empat puluh pedang hitam tercipta di belakang Tora dalam posisi menusuk.

Mode : Kegelapan

Semua pedang hitam itu mengeluarkan asap hitam yang sangat pekat dan juga tebal.

Ruang Kedua : Tebasan Terlihat

Tubuh dan pedang Rey mengeluarkan aura putih jernih, sama seperti Tora, Rey juga mengeluarkannya dalam skala besar bedanya Rey cuma menggunakan satu pedang sementara Tora empat puluh.

"MATI KAU, REY!!" teriak Tora 'hitam' girang.

Keempat puluh pedang kegelapan itu terbang menusuk ke arah Rey dan membentuk tombak hitam raksasa.

Tebasan Dimensi

Rey menebaskan pedangnya kuat ke depan, retakan putih tercipta di depan Rey. Retakan itu pecah (hancur) dan membuat lubang hitam yang menghisap tombak hitam Tora ke dalamnya.

"APA????" pekik Tora 'hitam' terkejut.

Dengan cepat Rey menerjang ke depan dan melompat ke atas.

"Waktumu telah habis..." kata Rey seraya mengayunkan pedangnya ke tubuh Tora.

Ayunan Rey membuat luka tebasan putih yang lebar pada waktu bersamaan asap hitam yang sangat pekat keluar dari dalam tubuh Tora.

"TIDAK!!!" teriak Tora 'hitam'.

Asap hitam itu keluar dengan sangat cepat dan sangat banyak sampai tidak tersisa lagi. Tora jatuh tidak sadarkan diri setelah asap hitam yang keluar dari tubuhnya hilang.

"Tidak semua badai akan terus berputar...... Tora!"

<Riza POV>

Aku melompat ke depan menghindari hujanan rantai dari atasku pada waktu bersamaan tempat yang ada di belakang meledak. Api, air, angin, tanah, cahaya, kegelapan dan petir kini berada di belakang Hikari dalam bentuk rantai, aku sempat merinding setelah menatap mata Hikari yang berubah menjadi ungu gelap begitu juga dengan Mizu, dia terkejut melihat perubahan dratis dari kakaknya tersebut.

"Kenapa aku seperti penjahat yang ingin menculik seorang perempuan ya??" batinku bingung setelah mendengar kata - kata yang di keluarkan oleh Hikari yaitu 'Jangan sentuh Mizu walaupun itu kulitnya'.

"Itu sama saja memanggilku sebagai penjahat 'hidung belang' walaupun aku tidak bisa menyangkal sih dengan postur tubuh Mizu yang sangat menggairahkan itu...."

Dengan cepat aku hilangkan pikiran kotor itu dan kembali berfokus pada Hikari yang tengah dalam mode 'iblis'nya. Aku benar - benar kehilangan akal, Giant dan Gladius sudah hancur karena terlalu banyak menahan serangan Hikari, tanganku mulai kelelahan untuk terus menulis dan juga..... Tinta pulpenku mau habis.

Aku hanya bisa menghela nafasku. Aku tidak tahu harus melakukan apa sampai aku teringat pada tali merah yang mengikatku dan Al. Cry bilang tali itu dapat memperlemah kekuatan seorang pengguna tapi..... Kenapa Cry tidak mengalaminya ya???

Aku terus berpikir sampai lupa dengan musuhku.

Rantai Naga Penjaga Gerbang

Ketujuh rantai beda elemen itu tiba - tiba berubah menjadi kepala seekor naga yang siap menyemburkan apinya.

"Heeeeh???? M - Mereka dapat menyemburkan api?!!! Aku harus cari jalan keluar, secepat mungkin!!!"

<Hikari, Mizu & Riza POV>

"TERIMA INI!!" seru Hikari seraya memerintahkan ketujuh kepala naga itu.

Ketujuh kepala naga itu menyemburkan tujuh elemen berbeda dari mulut mereka, dan ketujuh elemen itu menyatu berubah menjadi sinar pelangi yang indah + mengerikan.

Terlihat Riza menuliskan sesuatu di note-nya sebelum ketujuh semburan itu mengenainya.

Desss....

Ketujuh semburan itu tiba - tiba menghilang di depan Riza.

Tepat di tangan kanan Riza ada tongkat kayu yang berwarna merah darah sepanjang 2meter. Hikari dan Mizu yang melihat itu di buat Riza terkejut, Riza tersenyum kecil sepertinya ini semua sesuai dengan perkiraannya.

"Saatnya serangan balik..." bisik Riza pada dirinya sendiri.

Riza berlari ke tempat Hikari seraya membawa tongkat merah darah itu di samping kanannya, Hikari yang melihat itu menciptakan dua buah rantai hitam dan putih, kegelapan dan cahaya. Riza tiba - tiba berhenti membuat sepatunya menggesek lantai, Riza mengayunkan tongkatnya vertikal ke atas menghantam kedua rantai itu, kedua rantai itu hancur menjadi berkeping - keping seperti pecahan kaca.

Hikari mengeluarkan semua rantai yang dia miliki di belakang dirinya bersiap untuk menyerang Riza, Riza yang melihat itu kembali berlari ke tempat Hikari kali ini posisi tongkatnya di samping kiri.

1.000 Rantai Dunia

Semua rantai yang ada di belakang Hikari melesat cepat ke depannya dan menyerang Riza.

Riza melakukan dash sangat cepat sampai membuatnya seperti pengguna warp.

"..........."

"Argh!!!" pekik Hikari setelah tongkat merah darah itu memukul keras perut Hikari.

Pada waktu bersamaan semua rantai itu hilang dan Hikari jatuh terkapar tapi tidak pingsan sementara Riza berjalan santai ke tempat Mizu.

"PERGILAH MIZU, DIA AKAN MENANGKAPMU DAN MENJADIKANMU SANDERA MEREKA. PERGILAH!!!" teriak Hikari keras tapi terlambat, Riza sudah berada di depan Mizu.

Riza mengangkat tangan kirinya ke depan muka Mizu dan menepuk pundak kiri Mizu.

"Jagalah kakakmu, dia adalah kakak yang baik.." bisik Riza membuat Mizu tersenyum, sebuah senyuman yang telah lama hilang di dunia Hikari.

Hikari masih terdiam di tempat, tidak percaya apa yang baru saja dia lihat sementara Riza melanjutkan jalannya ke pintu besi biru malam yang ada di depannya.

"Sampai bertemu lagi, Mizu..."

<Pemanggil Para Monster]

<Akise & Yuki POV>

Aqua (roh air) dan Yuki terhantam ke dinding beton yang ada di belakang mereka, beruntung Aqua menyelimuti seluruh tubuh Yuki dengan airnya membuat Yuki tidak merasakan sakit dan mendapatkan luka. Seekor banteng setinggi 4meter mendengus mengeluarkan asap putih dari kedua lubang hidungnya, seluruh kulitnya berwarna ungu tua dan di sekujur tubuhnya di selimuti aura hijau tua.

Zodiac Taurus : Bull Destroyer

Akise berdiri dengan santainya di belakang Bull (sang banteng) tanpa takut sama sekali dengan si banteng sebaliknya banteng itu sangat bersahabat dengan Akise.

"Yuki, kau baik - baik saja?" tanya Aqua kepada Yuki yang ada di dalam pelukannya.

"Aku baik - baik saja, Aqua, terimakasih..." jawab Yuki sembari memberikan senyuman.

"Yuki, kita harus melenyapkan banteng itu terlebih dulu jika Yuki ingin mengalahkan laki - laki itu.." saran Aqua seraya menunjuk Akise.

"Aku juga berpikiran seperti itu.." seru Yuki.

"Jangan harap.." seru Akise pelan.

Akise menodongkan kedua pistolnya ke depan.

Zodiac Scorpio : Blazing Scorpion

Zodiac Gemini : Twin Astral

Cahaya biru dan putih keluar di mulut pistol Akise yang berwarna putih sedangkan pistol yang berwarna hitam mengeluarkan cahaya merah bercampur orange.

Dor...

Kedua cahaya itu tertembak(keluar) dari pistol Akise. Cahaya biru dan putih berubah menjadi dua sesosok manusia tengkorak yang memiliki kulit putih dan biru sedangkan cahaya merah bercampur orange berubah menjadi seekor kalejengking setinggi 5meter berkulit orange dan mengeluarkan api di sekujur tubuhnya.

Bahkan akuarium raksasa ini mendapatkan dampaknya yaitu air mulai menguap dan mengeluarkan asap putih yang terbang ke atas.

"Oh ya ketinggalan satu.." kata Akise kembali menodongkan pistol putihnya ke depan.

Zodiac Aries : Beast Warrior

Cahaya hijau terbang dari pistol putih Akise kemudian berubah menjadi sesosok manusia domba yang mengenakan baju zirah hijau dan hitam serta sebuah tombak hitam di belakangnya.

"Selamat berjuang..." seru Akise tersenyum lebar.

"Y - Yuki, kita dalam masalah sekarang..." cetus Aqua.

"Aku tahu, Aqua..." balas Yuki yang berkeringat sedikit di pelipis kanannya.

"Semuanya.... Serang!!!" perintah Akise, seketika itu juga semua monster Akise menyerang Aqua dan Yuki.

"Aqua!!!" panggil Yuki.

Aqua maju ke depan lalu menciptakan dinding air yang mementalkan Scorpion dan Bull ke belakang.

"Twin!!" panggil Akise santai.

Twin, mereka berdua tiba - tiba mata mereka menyala biru pada waktu bersamaan dinding air Aqua membeku dan juga bagian kanan tubuhnya.

"Yuki, aku tidak dapat menahan mereka lebih lama lagi.." cetus Aqua yang kini setengah dari dirinya telah membeku.

"Aku tahu, maka dari itu aku memanggil mereka..."

Pertama seekor ular hitam yang sangat panjang keluar dari lingkaran sihir berwarna hitam terang, kedua adalah seekor burung elang emas yang keluar dari lingkaran sihir emas dan terakhir adalah sesosok manusia setengah naga setinggi 5meter yang memiliki sisik api orange dan kuning, dibagian kepalanya terdapat dua tanduk kecil, ekor panjang tapi tidak memiliki sayap.

"Yuki....  Kau ini boros sekali..." kata Aqua dengan ekspresi murung.

Bicara soal Aqua, dia adalah seorang perempuan bersurai biru muda yang mengenakan daun biru muda sampai mata kaki.

"Aku serahkan sisanya kepada kalian berempat Aqua, Black, Gordon dan kau juga Max..." setelah mengatakan itu Yuki jatuh tidak sadarkan diri (pingsan).

"Serahkan kepada kami..." kata Black (ular hitam).

"Kami pasti akan memberimu kemenangan..." sambung Gordon (elang emas).

"Ayo kita kalahkan mereka..." lanjut Max (sang naga) seraya memukulkan tangannya ke telapak tangan satunya.

"Menyusahkan saja..." gerutu Akise sambil berdecih.

"Bull, Scorpion, kalian serang yan---" kata - kata Akise terhenti setelah melihat Max telah berada di depan Scorpion.

Max memukul kepala Scorpion sampai membuatnya terlempar ke belakang, Bull tiba - tiba menyeruduknya tapi di tahan oleh Max menggunakan satu tangan kirinya. Max menggenggam erat tanduk Taurus dan melemparnya ke kolam raksasa yang ada disamping kanan akuarium raksasa.

"Aqua, aku serahkan si banteng itu padamu..." kata Max.

Aqua melompat ke kolam raksasa itu setelah mendengarkan permintaan Max sementara Max kini dia berhadapan dengan dua kembar tengkorak (Twin). Kedua mata Twin kembali menyala pada saat bersamaan seluruh tubuh Max di selimuti cahaya biru muda yang terang.

"Sial aku tidak bisa bergerak..." seru Max.

Pada waktu bersamaa BK melompat di depan Max seraya menusukkan tombaknya, Gordon tiba - tiba terbang di sisi kanan pundak Max kemudian menyerang Aries yang mengambang di udara. Gordon mencakar Aries tapi di tangkis oleh tombak hitam yang ada di tangannya, dibawah Scorpio sudah siap untuk menembakkan bola api dari ekor mematikannya tapi di hentikan oleh Black dengan cara melilit tubuh Scorpion.

"Oya, oya, istirahatlah sebentar sobat..." kata Black seraya tersenyum menggunakan wajah ularnya (bayangkan sendiri).

Scorpion bergerak memberontak berusaha untuk melepaskan lilitan Black tapi semakin memberontak, semakin kuat lilitan Black.

"Percuma saja kau tidak akan pern----" kalimat Black terhenti setelah Black menatap mata Max yang berwarna putih, cepat - cepat Black melepaskan lilitannya dari tubuh Scorpio tidak lama kemudian Scorpion hancur menjadi pecahan cahaya setelah terkena pukulan telak dari Max bahkan Gordon yang ada didekat Max terbang menjauh.

"Rooooooaaar....."

Max meraung keras membuat lantai yang dia pijak, kaca yang terpasang menjadi retak bahkan hancur (pecah).

"B - Bagaimana dia bisa menghilangkan efek stun milik Twin???" tanya Akise terkejut.

Percikan petir kuning dan orange berkumpul banyak di mulut Max yang tengah membuka mulutnya yang sangat lebar itu.

Dragon Roar

Daaar....

Ledakan besar terjadi di depan Max setelah Max meraung dan menciptakan sambaran petir di depannya.

"Hey Max setidaknya beri tanda kepada kami jika kau ingin menggunakan teknik barusan.." protes Black.

"Black benar, Max.." dukung Gordon.

"Hahaha..... Maaf aku tidak bisa menahannya tadi..." balas Max tertawa kecil (sekali lagi : bayangankan sendiri).

"Yah. Setidaknya kita telah mengalahkan musuh kita.." kata Black yang menatap kumpulan asap yang menyembunyikan Akise dan monsternya.

"Ya..."

"........"

"Benarkah begitu?!!!!"

Black, Gordon dan Max terkejut mendengar suara Akise dari dalam kumpulan asap debu itu, mereka berdua menatap tidak percaya.

Tidak lama kemudian kumpulan asap itu menghilang setelah BK mengayunkan tombaknya untuk menghilangkannya, terlihat sekarang seluruh tubuh Akise diselimuti aura putih yang kuat dan di belakangnya berdiri sesosok raksasa setinggi 5meter sama seperti Max tapi raksasa itu memiliki kulit putih albino pucat dan empat tangan di masing - masing sisi, dua tanganya memegangi rantai yang menyatu dengan dua buah lentera besi tapi tidak memiliki lampu (cahaya).

"M - Makhluk apa itu?" tanya Black terkejut.

"Kyaaaa~~~" teriak Aqua sontak saja membuat Black, Gordon dan Max menatap ke samping kanan.

Terlihat Aqua tengah terkapar penuh luka dan di depannya berdiri sesosok Bull, kini penampilan Bull berbeda dia kini berdiri seperti manusia, tidak seperti binatang.

"A - Aqua.." panggil Max tidak percaya melihat keadaan Aqua yang penuh luka.

"Black, Gordon..." panggil Max, raut wajah Max terlihat sangat kesal.

"Kau tidak usah memberitahu kami, Max. Kami tahu sendiri..." cetus Black dan diikuti anggukan kepala Gordon.

"Baguslah kalau begitu. Ayo kita bunuh dia!"

[Monster Roh Vs Monster Zodiac]

<Author POV>

Max menerjang ke depan seraya melancarkan tinju yang diselimuti petir kuning dan orange, Libra (monster yang membawa rantai) menciptakan pelindung tak kasat mata di depan tinju Max hasilnya tinju Max kembali padanya (terpental). Di sisi berbeda Black tengah menyelam di dalam kolam yang terdapat Bull di sana, Bull yang menyadari kedatangan Black mencoba untuk menyerangnya tapi pergerakan Bull melambat di air sedangkan Black semakin cepat. Di tempat Gordon, dia tengah sibuk melawan BK yang sangat lincah menghindari setiap cakaran cepat Gordon semantara Akise duduk santai di atas tiang beton yang hancur dan sesekali memainkan hp-nya.

Dragon Roar

Max kembali menciptakan raungan petir tapi cahaya putih tiba - tiba muncul di depannya dan menghilangkan raungan petir Max, di depan Max berdiri tegak Libra dengan senjatanya.

"Libra-ku memiliki kemampuan untuk menghilangkan serangan berskala besar dan menangkis serangan berskala kecil. BK-ku memiliki reflek yang kuat dan kekuatan sihir untuk menghilangkan semua objek yang ada di depannya tapi sayangnya kalian tidak menggunakan objek seperti pedang melainkan tubuh kalian. Bull-ku, dia adalah bintang terkuatku..." jelas Akise tanpa mengalihkan pandangannya dari hp-nya.

Pada waktu bersamaan Black terhantam dinding kaca yang ada di samping kanan Max.

"Black, kau baik - baik saja?" tanya Gordon yang menghentikan serangannya.

"Aku baik - baik saja dan...... SEBAIKNYA KAU PERHATIKAN LAWANMU!!!!"

BK tiba - tiba sudah berada di belakang Gordon dan mengembang di belakang Gordon. BK mengayunkan tombak bagian tumpulnya ke kepala Gordon dengan sangat keras membuat Gordon jatuh menghantam lantai. Gordon terbang dengan sangat cepat walaupun terhantam lantai tadi, Gordon terbang ke arah belakang BK dan mencakarnya tapi BK memutar badannya ke bawah membuat cakaran Gordon melewati bagian atasnya. Gordon tiba - tiba terbang berputar ke atas kemudian menendang BK tepat di tombaknya, tangkisan Aries tidak kuat dan membuatnya jatuh ke bawah.

Drrrttt.....

Lantai yang mereka pijak bergetar kuat sampai membuat butiran reruntuhan mengambang di udara.

"Woi, woi, woi..... Apa kau tidak mendengar penjelasanku barusan??!!!" seru Akise terkejut melihat Max kembali mengumpulkan percikan petir di mulutnya.

Dragon Roar

Raungan petir kuning dan orange menerjang Libra ganas tanpa ampun.

"Cih... Dasar bodoh. LIBRA!!!" decih Akise kesal.

Aura putih menyelimuti seluruh tubuh Libra di ikuti cahaya putih yang menghilangkan sambaran petir raksasa di depannya dan merubahnya menjadi kumpulan asap debu. Max tiba - tiba muncul di depan Libra seraya melancarkan tinjunya, tinju Max berhasil mengenai wajah Libra. Libra terdorong mundur ke belakang, serangan Max tidak sampai disitu, Max kembali mengumpulkan percikan petir tapi kali ini dalam skala kecil. Max menutup dan membuka mulutnya, sebuah bola petir kuning yang di aliri percikan petir orange.

Blaaar....

Max menembakkan bola petir itu tepat di depan Libra membuatnya terpental ke belakang sampai keluar dari akuarium raksasa.

"Black, Gordon..." panggil Max pada saat bersamaan Black melilit tubuh besar Max dan Gordon hinggap di pundak kiri Max sembari menunduk.

"Ayo kita mulai..."seru Max sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

"Kau yakin ini akan berhasil, Max?" tanya Black tidak yakin.

"Jika berhasil kita akan menang dan jika tidak kita akan mati..." jawab Max yang masih sempat menjawab pertanyaan Black.

"Sudahlah Black turuti saja perkataan Max, apalagi kontrak kita dengan Nona Yuki akan habis tahun ini..." cetus Gordon.

"B - Baiklah.." Black hanya bisa diam dan menuruti teman kerjanya ini.

"Wahai roh penjaga alam semesta, berikanlah kami kekuatan untuk mengalahkan kebencian di dunia ini dan berkahkanlah kami di bawah naungan awan suci..." seru Max yang tengah membaca mantra-nya.

Aura ungu menyelimuti ketiga tubuh mereka dan menciptakan cahaya ungu yang sangat terang, cahaya ungu itu semakin lama semakin terang dan menjadi putih seutuhnya.

"Merepotkan saja..." gerutu Akise.

Kemudian Akise memberikan isyarat kepada Libra untuk menghilangkan cahaya itu, Libra mengangguk paham dan menciptakan cahaya putih yang sama tapi kalah terang.

"..............."

Hening.

Tidak terjadi apa - apa. Cahaya putih yang menyilaukan itu masih di depan Akise dan monster zodiak-nya.

Sebuah telapak tangan raksasa menghantam BK secara tiba - tiba, setengah dari tubuh BK menjadi pecahan cahaya pada waktu bersamaan sesuatu yang sangat tajam menembus perut BK kemudian melemparnya ke belakang, benda itu adalah sebuah 'ekor'. Sesosok naga berkulit besi keluar dari kumpulan cahaya putih itu diikuti jeritan petir ungu yang berada disekujur tubuh naga itu, naga itu memiliki tinggi sepanjang 7.5meter memiliki dua kaki di depan dan belakang, sayap yang membentang lebar di kedua sisi dan memiliki ujung yang tajam seperti sebilah pedang sedangkan di bagian badan di selimuti zirah besi perak sampai ke leher di akhiri di kepala seperti seorang ksatria yang mengenakan helm besi.

"M - Makhluk apa itu?" tanya Akise tidak percaya, terlihat setitik air keringat jatuh dari pelipis Akise.

"L - Libra, Bull.." panggil Akise takut.

Libra dan Bull mengerti apa yang 'tuan' mereka inginkan, Libra menyelimuti seluruh tubuh Taurus dengan aura putih sementara Taurus menundukkan badannya bersiap untuk menyeruduk seperti seekor banteng.

Zodiac Skills : Star Bullet

Akise menembakkan peluru emas ke depan Max yang telah menyatu dengan Black dan Gordon. Peluru emas itu mengenai wajah Max dengan telak lalu terjadi ledakan yang besar pada waktu bersamaan Bull berlari ke depan dengan tanduknya di bagian paling depan, aura ungu terlihat di ujung tanduk Bull kemudian berubah menjadi dua tombak astral yang besar sementara di tempat Max....

Drrrrttt....

Lantai kembali bergetar oleh Max tapi kali ini getarannya lebih kuat dari sebelumnya, terlihat percikan petir ungu berkumpul di mulut Max yang terbuka sangat lebar.

Dragon Breath

Daaar....

Max mencodongkan tubuhnya ke depan kemudian menembakkan bola petir ungu berkecepatan hebat dari mulutnya.

Bola petir ungu itu mementalkan Taurus yang ada di depannya kemudian menghilang setelah terkena cahaya putih di depannya.

"B - Berapa kali aku harus katakan ini padamu. P - Perisai Libra tidak pernah kau temb----" kata - kata Akise terhenti setelah jarum besi yang sangat besar menancap di dada kanannya, bukan Akise saja. Libra juga terkena jarum besi itu bahkan di seluruh bagian depannya.

"Kau berisik sekali.." gerutu Max kesal karena tidak tahan lagi dengan ocehan Akise.

"I - Ini tidak mung---" sebelum Akise menyelesaikan kata - katanya, dia jatuh ke belakang bersamaan dengan itu Libra dan Bull menghilang.

Akise terkapar di depan Max bersimbah banyak darah, berpindah ke tempat Max, dia terengah - engah karena terlalu memaksakan tubuhnya untuk menggunakan sihir transformasi apalagi tubuhnya yang menjadi wadah perubahan bentuk.

Sesaat Max ingin kembali ke wujud semulanya pada saat itu juga cahaya coklat menyala tepat di depannya.

Zodiac Shot : Capricorn Aegis

Cahaya coklat itu membesar dan melahap seluruh tubuh Max seutuhnya, tidak lama kemudian Black, Gordon, dan Max keluar dari dalam cahaya coklat itu.

Zodiac Skills : Gemini False Mirror

Cahaya biru bersinar terang di depan mereka bertiga dan memunculkan Akise tanpa luka sedikitpun.

"B - Bagaimana kau tidak terluka?" tanya Max kelelahan.

"Kenapa kau bilang? Pffft..." seru Akise menahan tawanya.

"A - Apa yang lucu?" kali ini Black yang bertanya.

"Biar aku beritahu kepada kalian para roh yang sudah mati..." seru Akise sambil tersenyum meremehkan.

"Bagi Pengguna Kekuatan, kekuatan kami di bagi menjadi tiga tahap dan aku berada di tahap kedua dimana aku bisa menggunakan kekuatan Kode Namaku yang bukan hanya untuk memanggil 'bintang'ku saja tapi aku juga bisa menggunakan kekuatan keduabelas 'bintang'ku..." jelas Akise.

"Dan 'Tuan' kalian sepertinya hanya bisa memanggil kalian, dan tidak bisa menggunakan kekuatan kalian. Yah harus aku akui 'Tuan' kalian masih kecil untuk dapat menggunakan kekuatan kalian dengan kata lain.... Dia lemah!!" cetus Akise.

Seketika itu juga Black, Gordon dan Max menghilang menjadi asap abu - abu di depan Akise. Akise berjalan santai ke depan dan berhenti di depan Yuki yang terkapar tidak sadarkan diri.

"Aku mohon jangan lukai Yuki..." mohon Aqua yang masih bertahan di kolam raksasa.

"Maaf nona air aku tidak bisa melakukannya jika aku melakukannya, maka keselamatan teman - temanku dalam bahaya..." seru Akise mengangkat pistol putihnya ke arah Yuki.

"Aku mohon..."

"Maaf!"

Dor...

[Air dan Angin]

<Haruka & Rena POV>

Rena melompat ke sana dan kemari sembari menghindari setiap tebasan air yang ingin menyerangnya.

Rena menciptakan perisai angin di depannya dan membuat tebasan air hancur menjadi titik - titik air. Rena merentangkan tangan kanannya ke depan seketika itu juga titik - titik air yang ada di depan Rena mengembang di udara.

Peluru Air

Semua titik - titik air itu terbang kembali ke tempat Haruka seperti peluru yang baru saja di lepaskan.

Haruka menghindar ke kiri membuat peluru - peluru air itu mengenai pohon kelapa yang ada di belakangnya. Haruka menyentuhkan tangan kirinya ke lantai pada waktu bersamaan jarum air muncul dari bawah lantai sebelah kanan Rena, beruntung Rena dapat menghindar dengan cara merendahkan tubuhnya sedikit ke depan.

Gelombang Angin

Rena melebarkan kedua bola matanya sendiri pada saat bersamaan tercipta dua dinding angin yang menjepit Haruka di dalamnya.

Rena memanfaatkan kesempatan itu dengan berlari ke tempat Haruka sementara Haruka berusaha melepaskan dirinya dari jepitan angin yang menjepit tubuhnya.

Dhuar??!

Dinding angin itu hancur dan tangan kiri Haruka di selimuti air yang banyak, yang baru saja dia gunakan untuk menghancurkan dinding angin Rena.

Sementara Rena tetap berlari ke tempat Haruka, terlihat di tangan kanannya sekumpulan air berkumpul di tangan Rena bersama hembusan angin yang melindungi air itu. Haruka tersenyum lebar dan berlari ke arah Rena, mereka berdua terus.berlari tanpa merubah arah ataupun menghentikan langkah mereka.

Duuag...

Tinju Haruka dan Rena saling bertemu. Angin yang melindungi air yang ada di tangan Rena terbang ke wajah Haruka sementara airnya menahan tinju air Haruka.

Angin Rena menghantam kuat muka Haruka membuatnya terdorong mundur dan tinjunya melemah, hal itu di manfaatkan Rena untuk melakukan serangan berputar dan berhasil mengenai perut sisi kiri Haruka. Haruka terpental ke kanan, sesaat Rena dapat melihat Haruka tersenyum pada waktu bersamaan dua jarum air tiba - tiba keluar dari bawah lantai yang Rena pijak dan menusuk tembus perutnya.

Rena memuntahkan banyak darah sedangkan Haruka menghantam  dinding pembatas dengan keras. Rena jatuh berlutut sembari menutup lubang yang ada di perut dan mulutnya.

"Bagaimana rasanya..... Kesakitan??" tanya Haruka yang sudah bangkit.

Air mancur yang ada di dekatnya terbang mendekat lalu menempel ke semua luka yang ada di sekujur tubuh Haruka, dalam hitungan detik semua luka itu hilang.

"Biasa saja..." jawab Rena menatap tajam ke depan.

Rena bangkit dari berlututnya di ikuti asap putih yang keluar dari tubuh Rena, asap putih itu berasal dari luka yang menutup di perut Rena akibat serangan Haruka yang tiba - tiba.

"Kau akan mendapatkan balasannya..." seru Rena menyapu darah yang menempel di bibirnya.

"Hooh~~~menyeramkan sekali!"

<Author POV>

Dor!

Peluru timah panas itu terlepas dari sarangnya tapi tidak mengenai Yuki yang terkapar, melainkan dinding merah darah yang melindungi Yuki.

"A - Apa itu?" tanya Akise terkejut.

"Itu namanya adalah Blood..." kata Ichiro yang berada di belakang Akise.

Akise memutar tubuhnya ke kanan dan menodongkan pistol putihnya tapi Ichiro tidak ada.

"Kemana kau melihat?" tanya Ichiro yang tiba - tiba sudah ada di belakang Akise lagi.

Pada saat Akise ingin mengangkat tangan kirinya yang memegang pistol hitam, pada saat itu juga Ichiro menendang leher Akise dan membuat bola mata Akise menjadi putih. Akise jatuh dan tidak sadarkan diri lagi.

"Umm...... A - Ada apa ini?" tanya Yuki yang baru sadar.

"Oh~~kau sudah sadar ya, Yuki..." seru Ichiro sembari tersenyum.

"Ichiro - san. Apa yang kakak lakukan di sini? Heh? Kenapa Akise - san ada di sana??!!!" tanya Yuki bingung.

"Heheheh. Ceritanya panjang, nanti saja kakak jelaskan..." seru Ichiro tersenyum masam.

"B - Baiklah..."

"Kalau begitu. Ayo kita cari temanmu, aku rasa dia membutuhkan bantuan kita sekarang..." cetus Ichiro.

"Bagaimana dengan Akise - san?" tanya Yuki sambil menatap Akise kasihan.

"Dia? Hmm........" pikir Ichiro kemudian terlihat kilatan cahaya yang lewat di mata kirinya.

"Ayo kita tenggelamkan dia..." kata Ichiro tersenyum iblis.

"Heeeeeh????? K - Kita tidak boleh melakukan hal yang seperti itu, Ichiro - san?!" pekik Yuki terkejut.

"Iya - iya kakak cuma bercanda..." lanjut Ichiro kembali tersenyum ramah.

"S - Syukurlah~~~"

"Ayo kita bunuh dia!!!"

"HEEEEEEH????!!!!"

<Haruka & Rena POV>

Angin dan air yang ada di sekitar Rena kini berputar mengelilinginya dengan sangat cepat membuat pelindung angin yang sangat kuat.

Senapan Air

Rena mengangkat kedua telapak tangannya ke depan pada waktu bersamaan air yang berputar mengelilingi Rena berhenti dan berubah arah terbang cepat ke tempat Haruka.

Haruka merubah kakinya menjadi air dan menghindari semua peluru - peluru air itu dengan mudahnya, kemudian Haruka merubah kedua tangannya menjadi dua buah tentakel air yang sangat panjang dan menyerang Rena tapi kokohnya pelindung Rena membuat tentakel Haruka tertarik bersama putaran angin yang melindungi Rena. Haruka terbang ke arah Rena dengan sangat cepat. Rena mengumpulkan air dan angin ditangan kanannya bersiap memukul Haruka sementara Haruka memposisikan kedua kakinya ke depan, kedua kaki Haruka menjadi air sepenuhnya dan melilit satu sama main lalu berputar dengan sangat cepat membuat putaran bor air yang cepat.

Haruka menarik tentakel yang tertarik di putaran angin Rena membuat dirinya semakin dekat dengan pelindung angin Rena. Sementara Rena, dia menggerakkan tangan kanannya yang diselimuti air dan angin kemudian membuka telapak tangannya.

Taring Naga Air Angin

Pelindung angin yang mengelilingi Rena bergerak sedikit ke depan dan membentuk kepala seekor naga yang tengah membuka mulutnya dan menampakkan taring - taring yang terbuat dari air.

Bruak??!

Mulut naga itu tertutup rapat dan memakan Haruka seutuhnya.

Dssss....

Tiba - tiba cipratan air keluar dari lubang - lubang yang ada disekitar kepala naga itu, tidak lama kemudian kepala naga itu hancur dan menghilang.

Haruka menerjang ke depan Rena dan menendang Rena menggunakan kaki kirinya yang telah berubah menjadi bor air, Rena berhasil menghindari serangan Haruka tapi hampir semua bagian kiri sweater-nya robek dan cuma menyisakan bagian kanan dan tengah saja. Haruka mendarat di kolam yang di penuhi patung - patung anjing laut.

"A - Apa yang telah kau lakukan??!!!" tanya Rena sambil menggeram.

"Apa maksudmu?" tanya Haruka yang keluar dari kolam air itu dalam bentuk 'air'nya.

"K - Kau telah merusak sweater pemberian Nii - san..." geram Rena lagi, kali ini Rena menggenggam kuat tangan kanannya. "Kau tidak bisa di maafkan..." lanjut Rena sembari membalikkan badannya dan menatap tajam Haruka.

"Terus apa yang ingin kau lakukan? Menyerangku?!" cetus Haruka.

"Ya. Aku akan menyerangmu.." sambung Rena seraya menyilangkan kedua tangannya ke depan perut pada saat bersamaan putaran angin yang kuat berputar disana.

"Percuma saja, gadis manis. Selama ada air aku tak terkalahkan, hahahaha..." kata Haruka sambil tertawa.

"Bagaimana jika tidak ada air?!!!"

Seketika itu juga semua air atau titik - titik air yang ada di sekitar mereka berdua menghilang terkena hembusan kuat angin kecuali air yang ada di tubuh Haruka.

"Tidak ada gunanya kau menghilangkan semua air itu selama ada air di.sini..." seru Haruka sembari dalam posisi bersiap menyerang.

"Benarkah begitu..." kata Rena pelan.

Rena memisahkan kedua tangannya dan merentangkan kedua tangannya di dua sisi berbeda, seketika itu juga semua titik - titik air yang ada membeku. Bukan titik - titik air saja, bahkan tubuh Haruka ikut membeku walaupun hanya setengah saja.

"D - Dia menggabungkan air dengan angin lalu merubahnya menjadi es..." batin Haruka berkata tidak percaya.

"Mari kita selesaikan sekarang juga..." kata Rena dengan mata putih bersinar terang dengan sedikit garis - garis hitam horizontal disana.

Haruka yang melihat itu mengucurkan air keringatnya dan ingin meminta kepada Rena untuk berhenti tapi tiba - tiba mulutnya di bungkam oleh es yang sama dengan yang membekukan dirinya.

"Diam. Aku tidak ingin mendengarkan satu kata pun yang keluar dari mulutmu itu..." seru Rena masih dalam posisinya.

Haruka tidak bisa bergerak lagi. Seluruh tubuhnya membeku dan dia tinggal menunggu Rena menghancurkan es dan dirinya yang tengah membeku ini. Rena mengangkat kedua tangannya di atas kepala pada saat bersamaan angin berkumpul di atas Rena dan membentuk pedang angin raksasa.

Pedang Angin Pembelah

Pedang angin itu jatuh vertikal lurus ke bawah dalam kecepatan sedang tapi tetap saja Haruka tidak bisa menghindari, Haruka menggerakkan seluruh tubuhnya tapi sia - sia.

Blaaar...

Pedang angin itu hancur setelah beradu kuat dengan pedang merah darah yang tiba - tiba muncul dalam posisi horizontal dan terayun berlawanan dengan pedang Rena.

"Sudah cukup Rena. Jika kau teruskan maka kedua tanganmu akan kotor dan memperburuk namamu lagi..." kata Ichiro yang tiba - tiba telah berada di depan Rena.

"Ichiro - san..." panggil Rena pelan, terkejut melihat kedatangan Ichiro.

"Cukup Rena, kau tidak ingin membuat 'dia' tambah khawatir lagi, bukan?!!" seru Ichiro membuat angin yang berputar di seluruh ruangan berhenti.

Rena menurunkan kedua tangannya dan raut mukanya berubah menjadi sedih.

"Baik, Ichiro - san..." sahut Rena lirih.

"RENA - CHAN~~~~"

Yuki berlari dari sisi kiri Rena kemudian memeluknya.

"Kau baik - baik saja'kan, Rena - chan?" tanya Yuki cemas.

"A - Aku baik - baik saja kok, Yuki - chan.." jawab Rena berusaha tetap kuat dan tersenyum di depan Yuki.

Ichiro yang melihat dari kejauhan hanya tersenyum kecil kemudian pandangannya berlarih ke Haruka yang tengah membeku.

"Kau puas sekarang, Pengguna Air?" tanya Ichiro.

Sekilas sebuah senyuman terukir di bibir manis Haruka.

Ya....

[Rahasia Yang Terungkap]

<Riza POV>

Aku mendobrak pintu besi yang ada di depanku menggunakan tongkat merah yang ada di tangan kananku dengan cara mendorongnya.

Suasana di dalam sangatlah hening. Tidak ada suara sedikitpun atau lebih tepatnya mengucapkan satu katapun.

Di depanku berdiri Al dan seorang laki - laki berambut hitam kebiruan tua dan.... TANGAN KIRINYA TIDAK ADA!

Hei Al, apa kau yang menghilangkan tangan kanannya?

Merasa seperti baru saja mendengar apa yang aku katakan dalam batinku, Al menggerakan kepalanya dan menatapku.

"Bukan aku yang melakukannya..." serunya.

"Aku tidak tanya (-_-)..."

"H - Hei Al, apa yang sebenarnya terjadi disini?" tanyaku langsung ke intinya.

Laki - laki berambut hitam kebiruan tua menggerakkan kepalanya dan ikut menatapku.

"Laki - laki berambut hitam yang mengenakan koas hitam dan kacamata biasa..." gumamnya.

"A - Apa dia baru saja menjelaskan penampilanku??"

Bulu kudukku tiba - tiba terangkat merasakan tusukan hawa dingin. Aku tatap Al, dia sedang mengeluarkan aura hitamnya dari tangan kanannya dan menatap ke depan. Aku kembali menatap laki - laki yang ada di kananku, dia juga sudah mengembalikan tatapan ke depan.

"S - Sebaiknya aku tidak usah ikut campur dalam urusan ini..." kataku pelan sambil berjalan berjinjit menjauh dari sana.

Slash..... Daaar....

Tiba - tiba dinding semen yang ada di samping kananku terbelah menjadi dua setelah terkena sesuatu yang tidak bisa aku lihat.

"Jangan harap kau bisa lari, kau adalah target utama Ketua Riisycho..." serunya menatapku dingin.

"Lawanmu adalah aku..." cetus Al yang sudah berada di atas laki - laki itu.

Tombak hitam yang panjang tercipta di tengah - tengah kedua tangan Al. Al melempar tombak hitam itu ke bawah tapi laki - laki itu berhasil menghindar, dia berlari ke depan lalu memutar badannya sekaligus mengayunkan pedang ke arahku.

Aku dapat merasakan sesuatu sedang terbang ke arahku dengan sangat cepat. Aku angkat tongkat merah darah ke depan pada waktu bersamaan tongkat merah darah itu terbelah menjadi dua setelah terkena sesuatu tapi anehnya aku baik - baik saja mungkin karena efek dari tongkat itu sendiri yang dapat menghilangkan kekuatan para pengguna.

"Riza pergilah ke lantai tiga, di sini biar aku yang menghadapinya..." pinta Al yang mendarat di depanku.

"Bagaimana denganmu? Apa kau bisa mengalahkannya? Kau lihat sendirikan dia dapat membelah tongkat tadi dengan mudahnya!!" kataku tidak yakin.

"Ternyata memang sulit bertarung hanya dengan menggunakan satu tangan saja ya.." kata laki - laki yang ada di depan kami.

Dia menancapkan pedang ke atas lantai kemudian mengambil sesuatu di saku kanannya dan itu adalah sebuah..... Botol.

Dia membuka tutup botol itu menggunakan jari jempolnya lalu meminum air yang ada di dalam botol itu. Saat itu juga asap putih yang banyak keluar dari tangan kirinya yang hilang (putus), dia memekik menahan sakit di tangan kirinya tidak lama kemudian darah keluar dari tangan kiri yang hilang membentuk urat dan syaraf - syaraf kemudian berubah menjadi sebuah tangan yang sempurna.

"Ramuanmu bekerja dengan luarbiasa, Gina..." serunya tersenyum senang.

"Baiklah kalau begitu.... Mari kita mulai!"

Dia menebaskan pedangnya vertikal ke depan dan Al menciptakan dua lapis dinding hitam, tebasan tak terlihat laki - laki itu menghantam bagian depan dinding hitam Al pada saat itu juga dua lapis dinding hitam Al terbelah dua lalu hancur menjadi berkeping - keping.

"K - Kita harus melawannya, kau tidak bisa mengalahkan dia sendirian Al.." kataku bersiap dengan note-ku.

"Siapa bilang aku sendiri, Riza. Dia ada bersamaku..." kata Al menghentikanku menulis, Al mengangkat tangan kirinya yang di selimuti oleh perban putih ke samping kiri.

"Dia adalah rahasia yang aku simpan dari kalian semua termasuk dirimu, Riza..." lanjut Al.

Aku terbelalak melihat Al tersenyum, sebuah senyuman yang baru pertama kali ini aku lihat. Senyuman kesenangan karena menemukan lawan yang hebat.

<Alfharizy POV<

{Oh~~aku tidak percaya kau mengatakannya tepat di depan musuhmu, Al?!}

[Kau diam saja, Tuan memiliki keputusan dan pilihannya sendiri]

{Siapa yang bertanya padamu?}

[Aku tidak menjawab pertanyaanku, aku hanya membenarkan perkataan Tuan...]

{Kau ini?!!}

[Ngajak berantem?!!]

'Hentikan kalian berdua. Musuh kita hebat, aku bahkan tidak bisa mengalahkannya sendirian!'

{Cih... Menyusahkan saja!}

[Baiklah jika itu keinginan anda, Tuan!]

'Kalian berdua siap?'

[Ya...]

(Ya...)

<Author POV>

"Kau pergilah dan temui Asia, aku akan tinggal di sini sambil melawannya..." pinta Alfharizy yang tengah membuka balutan perban ditangan kirinya.

"B - Baiklah tapi hati - hati. Awas jika kau kalah, aku tidak akan memaafkanmu..." kata Riza yang berlari ke tangga yang ada disamping kanannya, dimana tangga itu menjadi tangga menuju lantai ke tiga.

"Kau pikir aku ini siapa, huh?" kata Alfharizy yang sudah selesai melepaskan perban yang ada di tangan kirinya.

"Tidak akan aku biarkan lolos..."

Rey menciptakan tebasan tak terlihat ke arah Riza yang tengah berlari ke arah tangga.

"Ini sudah kedua kalinya aku mengatakannya...... 'Lawanmu adalah aku!'...."

Alfharizy mengangkat tangan kirinya ke arah tebasan tak terlihat Rey. Cahaya putih keluar dari ujung telapak tangan kiri Rey dan menghilangkan tebasan tak terlihat Rey.

"Lenyaplah!"

Cahaya putih yang sangat terang tercipta di depan Alfharizy dan membuat pandangan Rey menjadi terganggu sedangkan Riza... Dia sudah berada di lantai tiga (dalam perjalanan).

Rey membuka sedikit mata kirinya, mata kirinya terbelalak lebar melihat Alfharizy melancarkan tinju kirinya.

Buag??!

Tinju Alfharizy berhasil mengenai wajah Rey dan mementalkannya ke belakang menghantam tiang semen setinggi 5meter.

"Haaaah..... Ayo kita mulai pertarungannya!"

<Riza POV>

"Cahaya terang apa itu?"

Aku terus berlari naik ke atas tapi kedua mataku ini menoleh ke belakang, penasaran dengan cahaya putih yang melindungiku dari serangan musuh.

Apa mungkin itu kekuatan Al?

Jika benar, maka Al memiliki dua kode nama?!

Satu kode nama untuk satu pembimbing jadi...... Al memiliki dua pembimbing artinya?!!!

Pada umumnya Kode Nama dapat di miliki pada saat dirimu yang tidak memiliki kode nama memfollow seseorang yang sudah memiliki kode nama. Tapi dalam kasus Al dan Rena, mereka berdua memiliki Kode Nama yang unik. Rena memiliki dua kode nama yang masing - masing kode namanya menyatu dan membentuk sebuah kalimat yaitu Nature + Animalia yang artinya Penyuka Binatang Alam. Sedangakan Al, dia memiliki dua kode nama yang berlawanan satu kegelapan dan satunya lagi cahaya tapi aku tidak melihat kode nama kedua di telapak tangan kanannya melainkan di telapak kirinya. Kode Nama Al tidak membentuk kalimat melainkan kata - kata yaitu Darkness and Light yang artinya Kegelapan dan Cahaya.

Aku kembali mendobrak pintu besi yang ada di depanku, kali ini menggunakan badanku. Sesampainya di dalam aku tidak mendapati apa pun, aku berada di ruangan pemeran lukisan berjalan pelan sembari memperhatikan lukisan - lukisan yang terpanjang disana.

Kruk... Kruk....

Aku dapat mendengar suara seseorang sedang memakan semacam keripik entah apa mereknya.

Aku terdiam mematung setelah mendapati siapa yang tengah memakan keripik itu.

"K - Kenapa aku harus bertemu dengan orang ini??!" batinku bertanya tak percaya.

"Kau lama sekali...." kata Riisycho yang bangkit dari duduknya.

"Kau mau??" tawar Riisycho seraya menyodorkan Potato chip rasa keju kepadaku.

"Tidak, terimakasih..." balasku cepat.

"Sayang sekali..."

Riisycho menghabiskan Potato chip itu dalam sekali makan, sisanya dia bakar.

"Huuuuh~~~kenyang juga!" cetus Riisycho seraya menghapus sisa - sisa keripik yang ada dipinggiran bibirnya.

"Ayo kita mulai pertarungannya!!"

[Absolute Darkness & World Slash]

<Alfharizy & Rey POV>

Rey bangun dari jatuhnya seraya mengusap darah yang keluar dari bibirnya dan juga hidung.

"Padahal dia hanya memukul tapi...... Rasanya sakit sekali!" batin Rey.

"Hei ada apa? Apa kau takut, Tuan Pedang?" tanya Alfharizy menatap remeh Rey.

Rey mendecih kecil lalu bangun dari berlututnya dan menatap Alfharizy tajam.

"Mata yang bagus.." puji Alfharizy sambil membuat posisi bertahan, tangan kanan di depan dan tangan kiri tergampal di sisi kiri perut.

"Ayo kita mulai!"

"Hah?!!!"

Rey terkejut melihat Alfharizy tiba - tiba menghilang di hadapannya setelah kilatan cahaya muncul di depannya. Rey melompat ke depan pada saat bersamaan tempat yang di pijak oleh Rey di hujani puluhan bola cahaya putih.

"Kena..." kata Alfharizy yang sudah berada di belakang.

Alfharizy melakukan pukulan sabit di leher sisi kanan Rey membuat keseimbangan tubuh Rey melemah. Hal itu di manfaatkan Alfharizy untuk menedang kaki kanan Alfharizy dan Rey jatuh cepat di bawah Alfharizy.

Tinju Pelayan Surga

Alfharizy melancarkan pukulan menggunakan tangan kirinya yang di selimuti cahaya putih yang sangat terang.

Rey menggunakan mata pedang bagian tajamnya untuk menahan pukulan Alfharizy, hasilnya lantai yang ada d ibawah Rey hancur dan menjatuhkan dirinya.

"Aku belum selesai.." cetus Alfharizy tersenyum.

Alfharizy menciptakan tombak hitam di tangan kanannya dan di lemparnya ke bawah tepat mengenai Rey. Rey memuntahkan banyak darah dari mulutnya, tangannya bergerak cepat mengambil sesuatu di balik saku celananya dan itu adalah botol penyembuh sebelumnya.

Rey meminum botol itu dan sekali lagi di haruskan untuk menahan efek sakit dari ramuan botol itu. Lubang yang ada di dada Rey tertutup setelah beberapa lama menahan rasa sakit karena afek ramuan tersebut.

"Sial..."

Aura tak kasat mata mengalir di seluruh tubuh Rey dan menjalar ke pedangnya.

Ruang Ketiga : Tebasan Takdir

Seketika itu juga aura tak kasat mata yang ada di sekujur tubuh Rey membesar sampai membuat benda - benda dan lantai yang ada disana bergetar hebat.

"Dia sudah mulai serius..." kata Alfharizy datar kemudian tersenyum senang.

Alfharizy mengangkat tangan kirinya ke samping kiri dan keluarlah cahaya putih yang sangat terang, cahaya itu kemudian berubah menjadi sebuah perisai putih polos dengan garis cream melingkar. Alfharizy juga menciptakan sarung tangan hitam di tangan kanannya, Alfharrizy tersenyum lalu melompat turun ke lantai satu tepatnya ruang simulasi. Disana terdapat banyak komputer yang tertata rapi dan mereka berdua sekarang berada di tengah - tengah ruangan tersebut.

Rey tiba - tiba maju ke tempat Alfharizy. Rey menyerang Alfharizy vertikal lurus ke bawah, Alfharizy mengangkat perisainya dan menahan serangan Rey. Beberapa meja yang terdapat komputer yang ada di belakang Alfhafizy terbelah menjadi beberapa bagian setelah pedang Rey beradu dengan perisai Alfharizy. Rey terus menyerang Alfharizy tanpa memberi celah untuk Alfharizy menyerang balik.

{Hey bos, kita dalam masalah!}

"Aku tahu. Diamlah..." bentak Alfharizy pada sisi gelapnya.

[Akan saya bantu, Tuan!]

Rey terus menyerang Alfharizy tanpa rasa lelah sedikit pun. Alfharizy tiba - tiba menggerakkan perisainya ke depan wajah Rey, Rey yang melihat itu tiba - tiba menghilang seketika di telan bumi.

[D - Dimana dia???]

Alfharizy mencari keberadaan Rey di segala ruangan menggunakan aura hitamnya tapi tidak ketemu, Alfharizy mengganti aura hitamnya menjadi aura putih yang terang. Alfharizy tiba - tiba melompat ke samping kirinya pada waktu bersamaan Rey muncul dan menebaskan pedangnya ke tempat Alfharizy pijak sebelumnya. Lantai yang ada di bawah dan dinding museum yang ada di depan Rey terbelah telak menunjukkan tebasan besar yang membelah lantai sampai ke dinding.

"True Eyes milikmu sangatlah berguna, Pure.."

[Terimakasih Tuan!]

}Heleh.... Aku punya yang hebat juga}

"Hei Rey, Kenapa kau tidak menggunakan teknik andalan yang sangat kau banggakan itu?" tanya Alfharizy mencoba memprovokasi Rey.

"Kau tahu ya..."

"Siapa yang tidak tahu setelah melihat gunung itu terbelah..."

"Begitu ya.... Kau ingin melihatnya?" tanya Rey menatap remeh Alfharizy.

"Tentu saja. Kenapa tidak?" balas Alfharizy lalu menghilangkan perisai dan sarung tangan besinya.

Rey menghela nafasnya sambil menutup kedua matanya, aura tak kasat mata Rey menyusut dan menempel pada tubuhnya.

Ruang Keempat : Tebasan Jiwa

Aura tak kasat mata yang ada di seluruh tubuh Rey berpindah tempat ke mata pedangnya dan kedua tangannya.

Rey mengangkat pedangnya di samping kanan tubuhnya dengan ujung mata pedang mengarah ke belakang sedangkan Alfharizy membuat kuda - kuda bertahan seraya mengeluarkan dua aura berbeda di kedua telapak tangannya.

"Majul--- Heh?" kata - kata Alfharizy terkejut setelah melihat Rey sudah berada di depannya seraya mengangkat pedangnya tinggi ke atas.

Rey menatap Alfharizy? dengan tatapan bersinar gelap dengan mata sebelah kanan menggelap.

Tebasan Pemotong Sudut

Slash....

Tebasan vertikal lurus ke bawah Rey berhasil memotong bagian kiri tubuh Alfharizy, tepat di bagian dada kirinya. Tebasan Rey menembus tubuh Alfharizy dan membelah dinding, dinding dan dinding lagi yang ada di depannya sampai ke bagian terluar museum bahkan dari sudut pandang Rey, Rey dapat melihat pohon dan aspal jalanan yang terbelah oleh tebasannya barusan.

Desssh...

"Urgh!!!"

Pekikkan kecil Rey terhenti setelah tangan kanan Alfharizy mencekik lehernya. Dari dalam kumpulan asap, Alfharizy tersenyum lebar dengan mata kanan menyala bagaikan cahaya rembulan malam.

Alfharizy menarik tubuh Rey ke belakangnya dan membanting Rey ke atas lantai sampai lantai itu hancur. Rey mengambang di udara pada saat Rey mengambang di udara Alfharizy mencengkeram kuat kaki kiri Rey, Rey yang melihat itu terkejut dan berusaha untuk melepaskannya tapi terlambat. Alfharizy kembali menarik tubuh Rey dan membantingnya ke lantai lagi, lagi dan lagi sampai Rey tidak mengambang lagi di udara.

Tapi Alfharizy tidak berhenti sampai di situ. Alfharizy meletakkan tangan kanannya di atas lantai pada saat bersamaan Rey kembali mengambang ke udara akibat dorongan kecil dari aura hitam milik Alfharizy yang tiba - tiba keluar dari bawah lantai yang di tempati oleh Rey. Alfharizy mengeluarkan cahaya putih di tangan kirinya dan menggenggamnya kuat - kuat.

Duag...

Pukulan cahaya putih Alfharizy tepat mengenai ulu hati Rey membuat Rey terpental jauh dan memuntahkan darah.

"Hahahahahaha...."

{H - Hei Pur...}

[A - Apa Cur?]

{Al, dia...}

[Aku tahu. Tuan, dia...]

[..... Kehilangan akalnya!]

(..... Kehilangan akalnya!)

Rey bangkit sekali lagi dan menatap Alfharizy yang tersenyum lebar seperti orang gila.

"Apa - apaan dia ini? Dia kuat sekali!" batin Rey tidak percaya.

"Ada apa? Apa kau takut, Tuan Pedang?" tanya Alfharizy menatap remeh Rey.

"Cih.... Diam dan lihatlah, brengsek!" batin Rey marah.

Rey membenarkan posisi berdirinya, Rey mengangkat pedangnya ke samping kanan tubuhnya hanya dengan tangan kanan saja. Rey terlihat sangat fokus untuk kali ini berbeda dengan Alfharizy yang terlihat santai saja tapi itu tidak benar seutuhnya.

[Tuan, waktuku tinggal sedikit lagi!]

{Aku juga sama!}

"Aku tahu. Salah satu dari kalian akan tertidur tapi sekarang adakah giliranmu untuk istirahat, Curse..."

{Yeeaah~~~akhirnya cuti juga!!!}

Dhuar??!

Tiba - tiba angin yang ada di depan Alfharizy meledak, terlihat beberapa puing - puing bangunan yang sangat kecil mengembang di udara akibat aura tak kasat mata milik Rey.

The Last Room : The Last Slash

Aura tak kasat mata itu meledak di sekitar Rey lalu berkumpul ke satu titik yaitu pedang Rey.

"Kalian berdua siap...." teriak Alfharizy.

[Ya!]

(Ya!)

Tak...

Alfharizy menyatukan kedua telapak tangannya bersamaan dengan itu aura hitam dan putih keluar dari tubuh Alfharizy seperti asap api.

Rey melakukan dash cepat ke depan Alfharizy, Rey lalu memegang pedangnya dengan kedua tangannya dan menggenggamnya erat - erat. Kini Rey sudah berada di depan Al yang sedang fokus pada tekniknya.

"Dengan ini.... BERAKHIR SUDAH!!!!!"

Tebasan Penebas Dunia

Slash....

"............"

"............"

"Haaah..." Rey menghela nafasnya panjang - panjang.

".........."

"....... Aku terlambat!"

Prang????!

Mata pedang Rey tiba - tiba patah setelah terkena pundak kiri Alfharizy, bukan mata pedang saja tapi semua bentuk pedang sampai genggaman pedang Rey. Semuanya hancur atau lebih tepatnya lenyap tak tersisa.

Alfharizy berdiri tegak di depan Rey, seluruh tubuhnya di selimuti warna hitam cuma matanya saja yang menyala putih besar.

Awakening Mode : Dark God

Warna hitam itu sedikit demi sedikit menghilang, digantikan dengan penampilan Alfharizy yang berubah yaitu jaket hitam dengan garis merah di tengahnya dan jubah hitam yang bagian lidahnya telah hancur membentuk lidah api.

Alfharizy berjalan sebentar dan berhenti tepat di depan Rey. Mata merah Alfharizy menatap dingin Rey yang tak bersenjata lagi. Alfharizy mengangkat telapak tangan kanannya tepat di depan muka Rey.

"Heh...... Maafkan aku Gina, aku tidak bisa menang!"

Absolute Darkness

Aura hitam keluar dari ujung telapak tangan Alfharizy, aura hitam itu menghantam Rey terlebih dulu kemudian menenggelamkannya ke dalam kegelapan.

Alfharizy menurunkan tangan kanannya yang mengendalikan kegelapan yang tengah melahap Rey. Pada waktu bersamaan cahaya yang sangat terang berwarna emas keluar dari dalam kegelapan Rey, seketika itu juga kegelapan yang melahap Rey menghilang.

"Rey..." panggil suara perempuan dari arah pintu masuk ruangan simulasi, terlihat seorang gadis bersurai merah muda yang mengenakan sweater hitam polos dan syal merah darah yang melilit lehernya.

"G - Gina..." kata Rey lemah, bersamaan dengan itu Rey tak sadarkan diri.

Gadis bernama Gina itu berlari menghampiri Rey sambil meneteskan airmatanya. Gina meletakkan lembut kepala Rey di bantal paha miliknya, Gina menatap sedih kondisi Rey saat ini, meratapi seseorang yang sangat berarti bagi dirinya.

"Tenang saja. Dia tidak mati ataupun cacat anggota tubuhnya..." kata Alfharizy tiba - tiba.

"T - Tapi kenapa aku tidak bisa merasakan aura milik Rey?" tanya Gina dengan nada sedih.

"Itu karena...... Aku telah menghilangkan Kode Namanya!"

[Nada Yang Bangkit]

<Shiina POV>

Wah~~lagu yang bagus. Darimana adik belajar lagu itu?

Dari mama!

Mama, aku minta maaf.

Aku minta maaf karena tidak bisa membuat Mama tersenyum. Aku minta maaf!

........... Shiina!

Aku membuka mataku. Aku mainkan sulingku, nada sulingku membuat bongkahan es yang memerangkapku hancur. Aku mendarat halus di atas lantai dan menatap kosong ke depan.

Lagu dapat membuat seseorang tersenyum!

Benar. Dan orang itu adalah aku.

Saatnya memainkan tangga terakhir.

<Alfharizy POV,>

Aku menonaktifkan Awakening Mode yang tengah aku gunakan, kini aku kembali ke wujud semula yaitu hanya mengenakan kemeja putih dan celana hitam panjang serta kedua buah bola warna mataku kembali seperti sedia kala yang tadinya merah darah sekarang menjadi hitam polos.

"Apa yang sedang kau lakukan, Gina?" tanyaku melihat Gina yang tengah melakukan sesuatu dengan cahaya emas yang ada dikedua telapak tangannya.

"........." Gina tidak menjawab pertanyaanku, dia lebih memfokuskan pada aktivitasnya.

"Percuma saja Gina, Rey tid----"

"-----Kalau belum di coba mana kita tahu. Aku pasti...... Akan mengembalikan Kode Nama milik Rey!" kata Gina lembut yang memotong perkataanku.

Gina membesarkan cahaya emasnya, semua luka yang ada di tubuh Rey seketika itu juga hilang tapi Rey tidak siuman.

"Percuma saja, Gina. Absolute Darkness adalah teknik terhebat ketiga milikku yaitu kekuatan yang dapat menghilangkan kekuatan seseorang..." kataku pelan.

Pada saat bersamaan aku dapat merasakan getaran gravitasi di kedua pundakku dan itu berasal dari lantai tiga. Aku berjalan menjauh meninggalkan Gina dan Rey pergi ke lantai tiga.

"Hei Shiina, apa kau ingin membunuh lawanmu?!!"

<Asia & Shiina POV>

Aura hitam keunguan keluar dari seluruh tubuh Shiina, aura itu kemudian membentuk sesosok roh manusia tepatnya seorang perempuan bersurai hitam panjang dengan mata merah yang tengah menangis darah. Perempuan itu memeluk Shiina seperti anaknya sendiri, bersamaan dengan itu kedua warna biru Shiina berubah menjadi warna merah darah sama dengan roh perempuan yang memeluknya dan juga warna surai Shiina ikut juga berubah menjadi hitam.

Asia yang sedari tadi melihat itu, badannya bergemetar hebat terutama pada saat roh perempuan itu tersenyum kepada Asia, itu membuat Asia hampir berteriak.

Tangga Kebangkitan : Roh Pelindung

Pada saat bersamaan terdengar lagu yang sangat membuat diri seseseorang menjadi sedih, setiap tangga nadanya sangatlah suram dan ber- arti sangat dalam bagi pemiliknya.

Seketika itu juga muncul kabut hitam bercampur kabut merah darah di belakang kabut hitam, kedua kabut itu menutupi setiap sudut ruangan KWU yang tengah di tempati oleh Asia dan Shiina.

Shiina mengangkat mukanya kemudian tersenyum lebar kepada Asia.

"Semoga kau menyukai laguku, Asia - san..." bersamaan dengan itu Shiina dan roh yang ada dibelakangnya menghilang tertutup kabut miliknya sendiri.

Asia mencari Shiina dari segala arah tapi kedua kabut itu membuat Asia susah mencari keberadaan Shiina.

Tiba - tiba dua jarum hitam terbang di depan Asia, Asia melompat ke kanan dan hanya mendapatkan luka gores di lengan kirinya. Jarum - jarum hitam itu kembali terbang di depan Asia kali ini lebih dari 10 jarum hitam. Asia menciptakan perisai es ditangan kirinya dan merubah bagian tengah sampai bawahnya menjadi es, perisai es Asia berhasil menahan jarum - jarum yang mengarah di atasnya dan jarum - jarum yang mengarah di tengah dan bawah tubuhnya terpental setelah terkena lapisan es yang menyelimuti perut, pinggang dan kedua kaki Asia.

Tangga Roh : Jiwa Tersesat

Seketika itu juga semua kabut - kabut yang ada di sekitar Asia berubah menjadi sesosok roh, anggap saja seperti kuntilanak bedanya mereka berpakain hitam dan tidak memiliki muka hanya mata merah terang yang menyala di tudung hitamnya.

Badai Pisau Es

Udara yang ada di sekitar Asia membeku lalu berkumpul menjadi satu membentuk pisau, dan mereka ada banyak.

Semua pisau itu berputar mengelilingi Asia membuat angin topan yang memotong roh - roh bertudung hitam itu.

Roh perempuan yang memeluk Shiina tadi tiba - tiba muncul di belakang Asia tepatnya dari bawah lantai yang ada di belakang Asia. Roh itu menangkap kedua kaki dan tangan Asia, Asia berhasil membekukan keempat tangan yang menangkapnya lalu menghancurkannya tapi tiba - tiba keluar tali hitam dibawah kaki Asia dan melilit seluruh tubuhnya.

<Asia POV>

"Tali ini menyusahkan saja..." gerutuku dalam hati seraya mencoba melepaskan tali hitam yang melilit tubuhku.

Tak... Tak...

Suara langkah kaki terdengar di belakangku, sebuah langkah kaki yang kecil. Shiina datang dari belakang dan berhenti disamping kananku, ekspresi wajahnya sangatlah dingin tanpa mengekspresikan apa pun lalu Shiina tersenyum sendiri.

Kepalanya bergerak secara pelan melirikku, kepalanya seperti robot saja atau orang yang tengah kesurupan.

"Neh Asia - chan, apa kau senang?"

<Author POV>

Empat bayangan hitam tengah berdiri di depan gedung museum, mereka mulai berjalan santai melewati para anggota Organisasi Roar yang terkapar tidak sadarkan diri.

"Hei Sei, kau yakin dia ada disini?" tanya laki - laki berambut ungu tua keputihan kepada seseorang yang berpakaian kemana hitam kotak - kotak dengan garis vertikal ke bawah serta mantel abu - abu bergaris ungu tua. Dia mengenakan syal ungu buram panjang dengan garis cahaya putih menyilang dan dasi dua lidah api.

Dia terlihat seperti laki - laki dan diwaktu yang sama dia juga terlihat seperti perempuan.

"Apa kau meremehkan kemampuanku, Ride?" tanya seseorang bernana Sei itu kepada laki - laki berambut ungu tua keputihan yang bernama Ride itu di samping kirinya.

"Tidak juga.." jawab Ride santai.

Di depan mereka berdua ada seorang gadis bersurai coklat terang dengan dua rambut coklat pendek ada di disisi kanan dan kiri, perempuan itu menggunakan kacamata hijau yang membuat manik biru lautnya membesar, itu sudah menunjukan bahwa dia adalah rabun dekat. Gadis itu mengenakan kemeja putih buram, rok pendek coklat serta dasi kupu - kupu ukuran besar warna merah motif kotak - kotak. Di samping kanan gadis itu ada seorang laki - laki berambut hitam terang dengan jaket hitam dan mantel putih polos, dan sebuah pedang di pinggang kanannya.

"Igo, apa tak apa membiarkan mereka berdua begitu?" tanya perempuan itu.

"Biarkan mereka. Tujuan kita membawa Asia...." jawab laki - laki bernama Igo dengan nada datar.

".....Ayo Fanny. Kita harus cepat!!"

[Pihak Keempat?]

<Asia & Shiina POV>

"AAAAAAAA!!!" jerit Asia setelah jarum itu menusuk mata kirinya sedangkan Shiina yang melihat itu tersenyum senang bahwa ilusi yang dia buat berhasil.

Ilusi?

Benar!

Sekarang Asia termasuk ke dalam ilusi yang di buat oleh Shiina yaitu membuat Asia benar - benar menganggap jarum itu menusuk matanya walaupun semua itu hanya ilusi alias tipuan.

Shiina meningkatkan tingkat ilusi ke tingkat kedua yaitu 'Tingkat Penderitaan'. Ilusi Shiina memiliki tiga tingkatkan, pertama kesakitan, kedua penderitaan dan terakhir kematian.

Asia kembali menjerit penuh kesaktian, kali ini Shiina membuat Asia kehilangan kaki dan perutnya tengah di mutilasi (oke kita stop sampai disini).

Melihat Asia menjerit membuat Shiina semakin bernafsu untuk menyiksa Asia lagi. Shiina terkenal di Roar sebagai sang ahli interogasi dan sekarang korbannya adalah Asia. Shiina menjentikkan jari jempol dan telunjuknya membuat ilusi yang di terima oleh Asia menghilang, kini seluruh tubuh Asia basah dengan air keringatnya, mata Asia memancarkan keterkejutan dan ketakutan pada waktu bersamaan.

Shiina berjalan mendekat dan menatap wajah Asia yang ada di atasnya. Kedua tangan Asia terluka parah akibar kawat besi yang melilit kedua tangan sedangkan kedua kakinya baik - baik saja hanya bergemetar ringan.

"Neh Asia - chan, apa kau ingin lagi?" tanya Shiina dengan nada manisnya, pada waktu bersamaan wajah Asia terangkat dan dia....... Mengangguk.

Tidak. Lebih tepatnya di paksa mengangguk. Tepat di atas Asia ada tangan pucat milik roh perempuan Shiina. Asia tidak sanggup lagi bicara maupun bergerak, semua tubuhnya terkulai lemas tak berdaya.

Shiina melangkah mundur ke belakang kemudian bersiap menjentikkan kedua jarinya.

"Tingkat Ketiga : Kematia-----"

Slash?

Bagian kiri tubuh Shiina tiba - tiba tertebas dan memuncratkan banyak darah.

Seutas bayangan muncul di depan Shiina, dia adalah seorang laki - laki berambut hitam yang mengenakan mantel putih dan pedang putih. Shiina yang melihat kedatangan laki - laki ini terkejut dan melompat ke belakang tapi dia terkena tendangan sabit kaki kiri laki - laki yang ada di depannya, Shiina terpental ke sisi kiri dan berbenturan dengan dinding.

"Apa yang kau lakukan pada anggotaku?" tanya laki - laki yang bernama Igo seraya menatap Shiina dingin tanpa belas kasihan.

Kawat yang ada di kedua tangan Asia tiba - tiba menghilang dan menjatuhkan tubuhnya, beruntung seseorang yang bernama Sei menyambutnya dari belakang.

"Fanny..." panggil Sei cepat setelah melihat luka yang ada di kedua tangan Asia.

Gadis bersurai coklat yang bernama Fanny datang menghampiri Asia dan Sei. Dia berlutut di depan mereka sembari mengangkat kedua telapak tangannya.

Heal

Cahaya biru terang keluar dari kedua telapak tangan Fanny. Cahaya itu mendarat diluka Asia, seketika itu juga luka yang ada ditangan Asia sembuh dengan sangat cepat.

"Oke. Sekarang bagian lainnya!"

Berpindah ke tempat Shiina, kini di hadapan Shiina telah berdiri Igo dan laki - laki berambut ungu tua keputihan.

"Igo, serahkan dia padaku.." pinta Ride sambil menepuk dadanya sendiri.

"Jangan sampai gagal..." setelah mengatakan itu Igo berjalan menghampiri Asia, Fanny dan Sei.

Ride berdiri di depan Shiina yang tidak bisa melakukan banyak lagi karena luka tebasan yang ada di sisi kiri tubuhnya. Ride merentangkan tangan kanannya tepat di depan Shiina lalu menutup kedua matanya.

"Hard........ Song!!!!!"

Seketika itu juga seluruh tubuh Shiinab terasa seperti dihantam oleh gravitasi yang sangat kuat dari bagian depan, bersamaan dengan itu Shiina terdorong keras ke belakang menghantam dinding sampai dinding yang ada di belakangnya hancur.

Shiina terjepit di dinding itu dan tidak bergerak lagi.

"Sudah selesai!" seru Ride riang.

<SKIP POV>

Asia perlahan membuka matanya tapi belum sepenuhnya terbuka, Asia tiba - tiba saja sudah di peluk seseorang. Pada saat membuka matanya, Asia sangat terkejut sampai ingin pingsan lagi.

"R - RIDE - SAN!!!!" pekik Asia terkejut.

"MENYINGKIRLAH DARI ASIA, DASAR PENJAHAT KELAMIN!!!!" teriak Sei yang tiba - tiba saja memukul wajah Ride sampai membuat menghantam dinding.

"S - Sei - san, F - Fanny - san dan T - Taicho!!!!" pekik Asia hampir menjerit setelah melihat Fanny, Igo dan Sei.

"Asia, apa kau merasa lebih baik sekarang?" tanya Fanny lembut.

"Hmm! Terimakasih karena telah menyembuhkanku, Fanny - san..." jawab Asia sambil mengangguk.

"..T - Taicho juga, terimakasih telah menolongku.." lanjut Asia sambil memberi hormat kepada Igo.

"Kau tidak perlu sesopan itu kapada teman satu timmu, Asia. Kau adalah anggota Team Great.." cetus Igo datar.

"Igo benar, Asia. Kau adalah salah satu dari kami.." lanjut Fanny.

"Kau adalah teman kami.." tambah Sei.

Tanpa sengaja Asia mengeluarkan air di kedua kelopak matanya, Asia cepat - cepat menghapusnya sementara Fanny dan Sei yang melihat itu hanya tersenyum senang.

<Alfharizy POV>

"Apa ini?"

"Aku cepat - cepat datang ke sini tapi sia - sia. Sialan kau Igo, kenapa kau tidak memberitahuku jika kau bakalan datang?!!!" gerutuku dalam hati.

Aku menghela nafas kecewa karena usahaku sia - sia. Aku berjalan secara diam - diam menuju lantai tiga, menyusul Riza.

<Riza POV>

"Sial. Kenapa harus begini? Kenapa tintah pulpenku..... Habis?!" gerutuku kesal dalam hati.

"Ada apa, Author? Apa kau kehabisan tintah?" tanya Riisycho dengan senyuman mengembang dibibirnya.

Beberapa saat lalu Riisycho meningkatkan suhu yang ada di ruangan ini di atas 90 derajat celsius selama 1menit, selama waktu itu juga tintah yang ada di dalam pulpenku mencari dan menyusut menjadi sampai sekarang. Mungkin tintah ini hanya dapat digunakan untuk menulis tiga kata saja dan aku tau apa yang harus aku tulis tapi belum saatnya.

Riisycho terlihat bingung pada saat aku menyimpan pulpenku di saku kanan bagian belakang.

"Hei kau, apa yang kau lakukan? Aku sudah sengaja mencairkan tintah pulpenmu hanya untuk menulis 'Aku Ingin Menang'. Aku sengaja melakukannya tapi KENAPA?"

"Kenapa kau tidak menulisnya?" tanya Riisycho dengan tatapan tajamnya.

Tanpa aku sadari, aku berkeringat melihat tatapan tajam Riisycho tapi tekadku sudah bulat dan aku akan melakukannya.

"Aku tidak butuh kata itu. Yang aku butuhkan adalah.... Jalan. Jalan menuju tujuanku!"

Aku sobek selembar kertas yang bertuliskan 'Ciptakan Sarung Tangan Elemen Di Kedua Tanganku'.

Author Ability : Elemental Gauntlet

Cahaya pelangi keluar dari kertas yang tersobek itu. Kertas itu kemudian berubah menjadi pecahan cahaya yang sangat indah yang berasal dari semua warna pelangi. Pecahan cahaya itu menempel di kedua tanganku dan berubah menjadi sepasang sarung tangan berwarna putih polos dengan garis - garis pelangi vertikal/horizontal diatas dan bawah sarung tangan besi itu.

"Aku akan mengalahkanmu dengan kemampuanku sendiri..." kataku percaya diri sambil menghantamkan kedua sarung tangan itu.

Riisycho tersenyum lebar, dia terlihat sangat senang dan juga tidak percaya.

"Baiklah akan aku terima tantanganmu tapi jangan salahkan aku bila salah satu anggota tubuhmu hilang.." kata Riisycho masih tersenyum.

"Tidak masalah. Rena akan menyembuhkanku juga!" kataku sangat yakin.

Riisycho kembali tersenyum, senyuman yang lebih lebar.

"Ayo kita mulai pertarungannya!"

Wwuusssh??!

Riisycho tiba - tiba saja sudah berada di depanku, dia membuka telapak tangan kanannya lebar - lebar yang mengeluarkan asap putih disana.

"Kau kalah..." bisik Riisycho.

"Kau salah!"

Buag?!

Tangan kananku bergerak dengan sangat cepat memukul perut Riisycho dengan pukulan uppercut down - up, Riisycho memuntahkan sedikit darah setelah aku pukul perutnya.

Air berkumpul di tangan kiriku. Tanpa berlama - lama lagi aku pukul wajah Riisycho dan mementalkannya ke belakang, jauh menghantam kaca yang terdapat kapal Persia kecil.

"Biar aku beritahu dua kesalahanmu.." cetusku.

".... Pertama, itu karena kau sangat meremehkanku. Kau pikir aku hanya bisa menulis?! Kau salah! Kedua, kau telah membuatku marah karena telah membawa kami semua terseret ke dalam masalah yang sangat merepotkan ini. Divtambah kau sudah melukai teman - temanku. Aku.... Tidak akan memaafkanmu!!"

".........."

".........."

"HAHAHAHAHAHA....." tawa Riisycho keras sampai membuatku terkejut.

"....HAHAHAHAHAHA. Aku sangat ceroboh sampai tanpa sengaja membuatmu melihat ekspresi yang tidak ingin aku tunjukkan selama 5tahun ini. Kau membuatku marah, Author..." kata Riisycho sambil tersenyum dan menatapku dengan.nafsu membunuh.

Plok.... Plok....

"Sungguh hebat kau bisa membuat Tuan Riisycho marah kepadamu. Aku sungguh sangat salut padamu..." kata sesorang yang ada di belakangku.

"Siapa di sana? Apa kau juga salah satu anggota Organisasi Roar?!!" tanyaku tiba - tiba.

"Anggota?" katanya bingung.

Aku tidak dapat melihat wujudnya tapi aku dapat mendengar suaranya, dia terdengar baru saja kebingungan.

"Kau pasti pemula sampai - sampai kau mendugaku adalah salah satu anggota Roar tapi kau salah, aku bukan 'mereka'..." lanjutnya.

"Lalu kau siapa?" tanyaku.

"Kami sering melawan beberapa naga di Wattpad Parallel lalu memotong kepala naga itu kemudian kami pajang di dinding perhargaan..."

"...... Nama Organisasi kami adalah Head Dragon!!"

[Timbangan Yang Berat]

<Hyaku & Luukie POV>

Luukie menyerang Hyaku dengan menciptakan jarum - jarum hitam yang mengurung Hyaku dari segala sisi tapi..

Slash....

Hyaku memutar badannya sambil menebaskan pedangnya memutari tubuhnya. Seketika itu juga jarum - jarum hitam yang mengurung Hyaku terbelah dua.

"Apa kau tidak bosan dengan situasi selalu imbang seperti ini?" tanya Hyaku menatap datar Luukie.

"Apa maksudmu? Bukankah itu yang tengah kau lakukan. Kenapa kau tidak menggunakan kekuatan asli dari Kode Namamu, Hyaku Sang Pembatas..." cetus Luukie.

"Kalau aku menggunakannya maka pertarungan ini tidak seru lagi. Kau akan kalah dalam waktu singkat, itu semua membosankan..." seru Hyaku membenarkan posisi berdirinya.

"Aku juga punya amanat untukmu..... JANGAN pernah meremehkanKU!!!"

Seketika itu juga kedua kaki Hyaku membeku dan palu hitam muncul di atas langit - langit ruangan dan melempar Hyaku ke belakang. Serangan Luukie tidak sampai disitu, dia berjongkok sambil meletakkan kedua telapak tanganya di atas lantai.

Kuburan Jarum Hitam

Jraasssh....

Pada saat bersamaan jarum - jarum hitam keluar dari dalam lantai dan telah siap menyambut Hyaku yang ingin jatuh ke sana.

Perbandingan 2 > 1

Aura hijau keluar dari punggung belakang Hyaku. Hyaku jatuh ke jarum - jarum hitam itu tapi Hyaku tidak terluka, sebaliknya jarum - jarum itu yang hancur.

"Maaf meremehkanmu tapi aku berkata yang sebenarnya, bintang.." cetus Hyaku yang bangkit dari jatuhnya.

Hyaku berjalan santai keluar tumpukan jarum - jarum itu lalu berdiri berhadapan dengan Luukie.

Perbandingan 3 > 1

Tiba - Tiba saja angin berhembus kencang dari dalam pakaian Hyaku, auranya terlihat bertambah kuat dan tatapan matanya menunjukkan kemantapan.

"Aku mulai..." kata Hyaku sambil berlari kecil ke depan.

Lama kelamaan lari itu menjadi cepat kemudian menjadi lari sepenuhnya. Luukie menciptakan dinding es di depannya, Hyaku melompat tinggi ke atas melewati dinding es itu. Hyaku menusukkan pedangnya di atas Luukie tapi dihentikan oleh aura hitam Luukie yang menangkis tusukan itu. Saat yang sama muncul jarum es dan hitam dibelakang Hyaku, Hyaku memutar badannya menghindari tusukan jarum itu. Hyaku mendarat dengan mantap di atas lantai dengan mantel hitam kebanggaannya.

Hyaku mengangkat pedangnya di samping kanan tubuhnya, Hyaku menebaskan pedang ke kiri lalu ke kanan lalu ke kiri lagi dan seterusnya sampai menciptakan tebasan hijau yang sangat banyak. Luukie menahan semua serangan itu dengan perisai es dan hitamnya secara bersamaan membuat tenaga tenaga Luukie terkuras banyak. Hyaku memfokuskan auranya dibagian kaki lalu melompat ke depan menghancurkan perisai Luukie dengan pedangnya, Hyaku mengganti posisi mata pedangnya dengan mata pedang dibelakang dan genggamannya di depan.

Hyaku menghantamkan ujung pegangan pedang itu ke perut Luukie lalu melakukan tendangan berputar kaki kiri membuat Luukie terlempar ke sisi kiri (sudut pandang Hyaku).

Luukie bangkit sambil menghapus darah yang menempel di sisi kiri mulutnya.

"Kau sudah mulai serius ya? Kalau begitu..." Luukie bangkit dan berdiri tegak seperti sedia kala. "....aku juga!"

<Author POV>

Ichiro, Rena dan Yuki sekarang berada di tengah - tengah lantai dua dan satu gedung museum tepatnya di sebuah tangga menuju lantai tiga.

"Apa kalian mengerti apa yang baru saja aku katakan tadi?" tanya Ichiro yang berada dipaling depan.

"Tentu saja Ichiro - san..." jawab Yuki. "...iyakan Rena - chain?" lanjutnya pada Rena tapi Rena..... Rena tidak menjawab kata - kata Yuki, Rena tengah melamun.

"Rena - chan??" panggil Yuki sekali lagi.

"I - Iya R - Rena mengerti kok..." balas Rena terkejut.

"Rena?!!"

<Riza POV>

"Head Dragon??!!"

"Apa itu?" tanyaku pura - pura bodoh.

Aku sangat mengerti, malahan sangat mengerti bahkan mengetahuinya saja membuatku sedikit takut. Maksudku adalah ada suatu organisasi yang sama seperti Roar dan menjadi pertanyaannya adalah....... Apa kami akan melawan mereka?

"Tuan Riisycho, apa perlu dia aku bunuh?" tanya laki - laki berambut hitam culun yang mengenakan kemeja putih dan jas hitam lengkap dengan sarung tangannya dan dia menggunakan kacamata sama sepertiku.

"Jangan Fatur. Dia adalah aset berharga yang ingin aku miliki, aku ingin kau membuatnya tidak dapat bergerak untuk sementara waktu saja..." jawab Riisycho.

"Baiklah jika itu perintah anda, Tuan Riisycho..." balasnya sambil memberi hormat. ".... Jadi apakah telah siap?" tanyanya.

Mata kirinya tiba - tiba berubah menjadi merah gelap dan aura merah gelap juga keluar dari tubuhnya.

Dinding Merah

Pada saat bersamaan dua buah dinding berwarna
merah kusam keluar dari dalam lantai di sebalah kiri dan kanannya.

"Elemen tanah ya?!!"

Fatur menggerakkan tangannya ke depan pada waktu bersamaan dua buah dinding merah yang ada di kiri dan kanannya bergerak kasar ke depanku.

"Kau pikir kau saja yang dapat menggunakan dinding. Aku juga..." kataku tidak mau kalah

Aku letakkan kedua telapak tanganku ke atas lantai bersamaan dengan itu lantai yang ada di depanku terangkat dan bertabrakan dengan dua buah dinding merah Fatur.

Neraka Tanah

Lantai yang kami pijak bergetar kuat lalu memunculkan jarum - jarum tanah dari segala arah.

Fatur membuat dinding merah di lima arah yaitu kiri, kanan, depan, belakang dan atas sementara Riisycho menyelimuti seluruh tubuhnya dengan api panasnya dan membuat jarum tanah milikku meleleh pada saat menyentuh kulitnya. Langit - langit ruangan yang ada di atas Riisycho terbuka dan mengeluarkan hujan air yang jatuh tepat mengenainya, asap putih panas terlihat keluar banyak dari tubuh Riisycho dan dia menatapku marah.

Tubuhnya tiba - tiba mengeluarkan hawa yang sangat panas disusul api yang melelehkan semua cat, jarum - jarum tanahku dan properti lainnya.

"Aku bingung denganmu, Riisycho..." cetusku.

"Apa maksudmu?"

"Kau memiliki kekuatan sehebat itu tapi.... Kenapa kau membutuhkan kemampuan Asia untuk menjalankan rencana jahatmu itu? Kenapa Riisycho? Seharusnya kau melakukan dengan kekuatanmu sendiri tanpa harus menggunakan kekuatan Asia ataupun milikku untuk menguasai Indonesia..."

"Diamlah lemah. Aku tidak mau mendengarkan perkataan itu darimu..." marah Riisycho.

Riisycho menerjang ke depanku sembari membungkus tangan kanannya dengan api panasnya. Aku juga maju ke depan sedekat mungkin bahkan sangat dekat. Riisycho terlihat sangat terkejut melihat pergerakanku, dia melambatkan gerakannya dan menurunkan tekanan panas pada tangannya.

"Kau tidak akan membunuhku karena kau menbutuhkan kekuatanku. KESERAHKAHANMU ITULAH YANG MEMBUATKU KESAL!!!" bentakku.

Aku gempalkan tangan kiriku dan menciptakan percikan petir. Tanpa berlama - lama aku pukul wajah Riisycho ke kanan lalu menendangnya dengan kaki apiku, Riisycho terpukul mundur ke belakang sambil memegangi wajahnya.

"AKU..... SANGAT MEMBENCI SESEORANG YANG SEPERTI ITU!!!!"

Aku ciptakan api dan angin dikedua tanganku lalu mengumpulkannya ditangan kananku.

Tinju Burung Putih

Duagh....

Tinju kananku bersarang di dada tengahnya. Api merambat membakar dadanya kemudian angin mementalkannya ke belakang.

Riisycho terhantam ke dinding dan berdiam di sana untuk sementara waktu saja.

"Sebaiknya kau pergi tidur saja sana...."

<Hyaku & Luukie POV>

Aura hitam keputihan keluar dari tubuh Luukie, aura itu sangat mengganggu bagi Hyaku dan paling membuat Hyaku kesal adalah Luukie akan melakukan sesuatu yang sangat merepotkan.

Keberuntungan Untuk Berevolusi

Hawa dingin keluar dari bagian bawah kaki Luukie kemudian menyebar ke segala ruangan, membekukan apa saja yang ada di sana kecuali dirinya dan Hyaku.

Mode : Iblis Es Terkutuk

Prang....

Kaca - kaca jendela yang ada di sana pecah seketika di susul bongkahan es abu - abu gelap di dinding ruangan.

"Aku rasa kau akan memulai sesuatu yang sangat merepotkan..." cetus Hyaku.

Hyaku mengangkat pedangnya ke belakang punggungnya, pedang Hyaku mengeluarkan percikan petir hijau. Sebuah layar kecil transparan muncul di depan Hyaku, layar itu di khususkan hanya untuk Hyaku dan Luukie tidak bisa melihat layar transparan tersebut. Kedua bola mata Hyaku terbelelak setelah melihat isi dari layar kecil itu, layar itu berisi ;

3 < 5

Hyaku tanpa sengaja menjatuhkan air keringatnya setelah melihat isi layar tersebut. Hyaku menghilangkan layar kecil transparan yang sejak awal tak terlihat itu, Hyaku kembali menatap Luukie yang seperti tengah kerasukan sesuatu.

"Ada apa, Hyaku? Apa kau takut?" tanya Luukie sambil menatap Hyaku dengan senyuman mengejek.

"Tidak..." jawab Hyaku cepat tapi matanya menunjukkan keterkejutan yang hebat.

"Kalau begitu..... Tahan INI!!"

Luukie mengangkat tangan kirinya ke depan dan membuat tiga pasak es abu - anu gelap yang sedang. Ketiga pasak es itu melesat cepat ke depan, Hyaku menghancurkan ketiga pasak es itu dengan pedang hitamnya.

"Cih... Merepotkan saja!" batin Hyaku.

Hyaku melompat mundur ke belakang kemudian memutar badannya menghadap tembok pembatas bangunan. Hyaku membelah tembok itu dengan pedang hitamnya yang membuat tembok itu terbelah dan menciptakan jalan untuk melarikan diri.

"Hei... Hei.... Hei... Apa kau melarikan diri?!!" celetuk Luukie.

Hyaku tidak menanggapi perkataan Luukie, Hyaku meneruskan aktivitasnya yaitu melarikan diri.

Hyaku berlari ke atas atap gedung museum ini, di belakangnya mengikuti beberapa pasak es dan juga burung es. Hyaku menghindari semua serangan tersebut membuat semua serangan itu hanya mengenai benda mati, dinding, dan anak tangga. Dua ekor ular es tiba - tiba berada di samping kanan Hyaku, Hyaku yang tengah sibuk menaiki tangga terpaksa menghentikan aktivisnya dan melawan dua ular es tersebut.

Hyaku melompat melewati kedua ular es itu, dua tebasan hijau tiba - tiba keluar dari tubuh Hyaku dan memotong kedua kepala ular tersebut.

"Sial. Aku harus naik tangga lagi..." gerutu Hyaku kesal setelah mendarat dengan mulus disatu anak tangga.

Hawa dingin terasa dibelakang punggung Hyaku membuat Hyaku refleks menundukkan tubuhnya, pada saat bersamaan pasak es abu - abu hitam keluar dari belakang Hyaku. Hyaku memutar badannya dan membelah pasak es itu menjadi dua, dua buah pasak es kembali keluar dibelakang punggung Hyaku. Hyaku melakukan backflip dan mendarat di atas pasak es itu, Hyaku tidak menghancurkan pasak es itu, dia melompat tinggi ke atas dan berhasil sampai di pintu atap gedung.

"Di sinilah kita akan bertarung..."

Hyaku membuka pintu besi itu dan keluar dari gedung, masuk ke atap gedung. Hyaku berhenti ditengah - tengah atap museum, saat itu juga muncul beberapa peluru es abu - abu gelap dari pintu yang di buka oleh Hyaku. Hyaku membalikkan badannya dan mengayunkan pedangnya ke atas, bawah, kiri dan kanan menghancurkan semua peluru es itu.

Pada saat bersamaan Luukie keluar dari pintu besi itu dengan hawa dingin di tangan kirinya dan kedua matanya menyala merah.

"Apa kau sudah menyerah, Hyaku? Karena aku sudah tidak sabar lagi untuk membekukanmu ke dalam penjara es yang terkutuk ini..." kata Luukie tapi cara bicaranya seperti orang lain, mungkin itu adalah efek dari menggunakan kekuatan dari Alfharizy dan Asia pada waktu bersamaan dan membuat jalan pikiran Luukie sedikit terganggu.

Luukie mengangkat tangan kirinya ke samping kiri tubuhnya bersamaan dengan itu keluar bongkahan es dari dalam lantai. Luukie memasukkan tangan kirinya ke dalam bongkahan es itu, pada waktu bersamaan bongkahan es itu hancur menjadi berkeping - keping. Anehnya pecahan es itu tidak jatuh ke lantai melainkan terbang mengelilingi Luukie dan juga tangan kirinya.

"Apa yang ingin kau lakukan dengan benda aneh it---" pertanyaan Hyaku terhenti setelah salah satu pecahan es itu melesat terbang di pipi kirinya dan membuat luka gores kecil serta mengeluarkan cairan merah disana.

"Lihat Hyaku, kau membuat pengawasanmu turun. Kau harus lebih serius dalam melawanku atau kau akan MATI..."

Seketika itu juga pecahan - pecahan es yang ada di sekitar Luukie terbang ke depan menyerang Hyaku secara membabi buta, Hyaku berhasil menahan beberapa dari pecahan - pecahan es, sisanya berhasil melukai.Hyaku membuat mantel hitam dan pakaian hitam yang dia kenakan memiliki lubang dan beberapa sisi pakaian Hyaku menjadi robek.

Luukie tiba - tiba meletakkan telapak tangan kanannya di atas lantai bersamaan dengan itu keluar dua golem es dari depan dan belakang Hyaku. Kedua golem itu menjepit tubuh kecil Hyaku ditelapak tangan mereka, di atas Hyaku terdapat bongkahan es berbentuk sebuah rudal. Rudal es itu meluncur cepat ke bawah lalu menghantam Hyaku bersama kedua golem es dan.....

Triinngg....

Hyaku dan kedua golem itu membeku di dalam penjara es abadi.

Luukie masih ditempatnya, air keringat jatuh banyak dari pelipis mukanya dan tubuhnya terlihat sangat kelelahan.

"Seharusnya aku tidak perlu memaksakan tubuhku agar dapat menggunakan kemampuan hebat seperti tadi..." gumam Luukie sambil tersenyum kecut.

Trak?

".......!!!!"

Luukie mengangkat mukanya ke depan dan mendapati penjara es yang mengurung Hyaku retak kecil di bagian depannya.

Aura hijau keluar dari celah retakan itu, aura hijau itu naik ke atas penjara es lalu membesar seperti kumpulkan awan, bedanya adalah awan yang ada di depan Luukie berwarna hijau cerah. Awan hijau itu mengeluarkan titik - titik air yang merupakan jarum - jarum super kecil, semua jarum itu membuat retakan kecil tapi lama - kelamaan menjadi besar dan....

Ttraaanng....

Penjara es yang mengurung Hyaku.hancur menjadi pecahan - pecahan es yang indah, Hyaku berjalan pelan keluar dari kabur es yang mengelilinginya.

Awakening Mode : The Balance

Pada waktu bersamaan aura hijau keluar dari seluruh sisi tubuh Hyaku dan menghilangkan kabut dan pecahan - pecahan es. Aura hijau itu tidak hanya menghilangkan kabut dan pecahan es tapi juga menghancurkan pagar pembatas yang ada di sisi kiri dan kanan Hyaku.

"S - Sial... Waktuku sudah h - habis!!" setelah mengatakan itu Luukie jatuh dengan posisi bagian depan badan menghadap ke atas lantai, Luukie pingsan tidak sadarkan diri.

Hyaku berjalan pelan dan berhenti tepat di depan Luukie yang sudah tak sadarkan diri.

"Kau sudah tahu kekuatan kode namaku tapi..... Kenapa kau masih melawanku walaupun kau tahu, kau tidak akan pernah menang?!!!" seru Hyaku.

"Kode Namaku adalah B yaitu Balance yang artinya Keseimbangan. Dengan kekuatan ini aku dapat mengatur kekuatanku maupun kekuatan musuhku, aku juga dapat menghilangkan Kode Nama seorang pengguna dalam jangka tertentu dan tentu saja..... Aku juga dapat menggunakan kekuatan yang sama yang di miliki oleh Pengguna Kekuatan yang lainnya!!!" jelas Hyaku masih menatap Luukie yang tidak sadarkan diri. "Membunuhmu sekarang tidak ada gunanya maka dari itu aku akan----" kalimat Hyaku terhenti setelah merasakan sesuatu datang dari arah belakangnya.

Refleks Hyaku melompat kecil ke kanan tapi dia mendapatkan luka tebas di lengan kirinya. Hyaku mengangkat pedang hitamnya ke depan dan beradu dengan sesuatu yang tidak terlihat.

"Tunjukkan dirimu..." perintah Hyaku menatap tajam ke depan, pada saat bersamaan aduan pedang Hyaku berhenti.

Sesuatu atau seseorang itu, dia melompat ke belakang menjaga jarak dengan Hyaku. Bayangan transparan terlihat di depan Hyaku lalu bayangan transparan itu menghilang di gantikan dengan kehadiran seorang gadis berambut hitam sepanjang dada yang mengenakan jaket belang - belang hitam dan putih.

"Kau'kan Karoko dari Team King. Apa aku salah?" seru Hyaku terkejut.

"Tidak. Kau benar, dia adalah Karoko dari Team King dan aku..."

Sesosok bayangan laki - laki berjaket hitam pekat dan berambut pirang, di pipi kiri dan kanannya ada gambar garis horizontal mirip kucing seperti seorang tokoh anime.

"...... Dan aku adalah tokoh utama di malam ini!!!" katanya.

".........."

".........."

"Dicky?!!"

[Tahap Menuju Akhir]

<Riza POV>

Aku menerjang ke depan seraya melancarkan tinju tangan besiku ke arah Riisycho yang tidak dapat bergerak di depanku karena terjepit di sela - sela lubang tembok bangunan.

Graaaa...

Pada waktu bersamaan dinding merah tiba - tiba muncul di depanku, alhasil tinju besiku hanya mengenai dinding merah itu.

Fatur berdiri di belakangku, jarak kami kira - kira 2meter. Fatur mengangkat kedua tangannya ke depan lalu menyatukan kedua telapak tangannya, seketika itu juga muncul dua dinding merah setinggi 3meter dan panjang 1,5meter. Kedua dinding itu menghantamku keras.

"Sial aku tidak bisa bergerak.." cetusku dalam hati.

"Tuan Riisycho, anda baik - baik saja?" cemas Fatur.

"Aku baik - baik saja, Fatur, dan juga... Terimakasih karena telah menangkap tikus ini untukku..." kata Riisycho yang sudah keluar dari jepitan tembok bangunan.

"Syukurlah anda baik - baik bila tidak nanti Master akan marah pada saya..."

"Akan aku pastikan dia tidak akan marah padamu..."

Riisycho berjalan mendekat ke tempatku, dia berhenti tepat di depanku.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang, Author?" tanya Riisycho dengan senyumannya.

Aku hanya mendengus kesal meratapi ketidakberdayaan diriku dan juga kecerobohan bodoh ini. Aku lupa jika aku memiliki dua lawan.

"Seandainya aku tidak sendiri..."

Tap... Tap...

Riisycho kembali berjalan, kali ini dia mengempalkan tangan kanannya, aku rasa dia ingin membalas pukulanku beberapa saat yang lalu.

"Sebelum itu.... Aku ingin membalasnya!" kata Riisycho tersenyum iblis kepadaku.

Asap panas keluar dari tangan kanannya di ikuti percikan api kecil disana dan......!!!!! Riisycho tiba - tiba saja sudah berada di depanku dengan tangan kanannya tengah naik ke atas daguku.

Daaaar?!!

Tiba - tiba langit - langit ruangan di atas kami hancur dan memunculkan sesuatu yang berwarna merah darah. Benda itu melesat cepat turun ke bawah, Fatur menciptakan dinding merah di atas kami berdua lewat tembok bangunan yang ada di belakang Riisycho. Dinding merah itu berhasil menahan benda merah darah itu.

"Kerja bagus Fatur..." seru Riisycho.

"TUAN RIISYCHO, AWAS!!!!"

"Heh?"

Buag??!

Seketika itu juga Riisycho terpental ke sisi kananku setelah terkena tendangan seseorang dan orang itu adalah.....

"R - Rena!!!" pekikku.

"Argh..."

Aku dapat mendengar suara seekor burung dari atasku, setelah aku lihat itu memang seekor burung tapi burung phoenix.

Phoenix itu berubah menjadi api yang melelehkan dinding merah yang menjepitku ditengahnya.

"PANAS!!!" teriakku merasakan sakit panas di bagian depan dan belakang tubuhku.

Penyembuhan Alam

Cahaya biru keluar dari telapak tangan Rena dan cahaya itu menghilangkan luka bakar yang ada di tubuhku.

"YUKI, KAU HAMPIR SAJA MENBUATKU MENJADI SATE MANUSIA!!!!" marahku kepada Yuki yang bersembunyi dibelakang phoenix.

"M - Maaf..." maaf Yuki.

Aku hanya menghela nafasku lalu menatap Rena.

"R - Rena, terimakasih dan juga maaf.... Membuatmu terus menyembuhkanku..." seruku.

"Tidak apa kok, ini sudah menjadi tugas Rena sebagai anggota tim..." balas Rena.

"Rena benar, Riza..."

Seorang laki - laki berambut biru tua terang bermanik merah keluar dari belakang phoenix dan dia tersenyum kepadaku.

"Siapa?"

"Dia adalah Ichiro - san, kakak dari Kuroko dan Zakuro..." cetus Rena.

"B - Beneran..." balasku terkejut, Rena mengangguk pelan dan dia tersenyum melihat ekspresi keterkejutan yang aku perlihatkan.

Blllrrr...

Pada saat bersamaan dua dinding merah kembali muncul di kiri dan kananku dan siap menjepitku kembali tapi kali ini bersama Rena.

"Aku tidak akan terkena jebakan itu untuk ke dua kali..."

Aku hentakkan kaki kananku ke atas lantai seketika itu juga muncul dua jarum tanah dari atas langit - langit ruangan yang menghancurkan dua dinding merah yang ingin menjepitku dan Rena.

Fatur berdecih kesal setelah melihat kedua dindingnya hancur dan menatapku kesal.

"Riza, kau urus Riisycho dengan Rena. Aku akan melawan 'dinding' ini bersama Yuki..." cetus Ichiro datar.

"SIAPA YANG KAU BILANG 'DINDING'?!!!" teriak Fatur kesal.

Seketika itu juga lantai yang kami pijak berguncang hebat lalu memunculkan beberapa dinding merah vertikal ke atas dan membuat kami terasa termasuk ke dalam sebuah labirin.

"Kode Namaku adalah RW yaitu Red Wll yang artinya Dinding Merah. Dengan kekuatan ini aku dapat membuat dinding merah sesukaku, HAHAHAHAH....."

<Author POV>

"Hei Allyn, kau ada dimana sekarang?" tanya Dicky kepada seseorang yang ada di seberang telepon.

"............."

"Cepatlah nanti kita kehabisan buruan kita..." setelah mengatakan itu Dicky mematikan panggilannya kemudian membalikkan badannya.

"Karoko, bagaimana keadaan disana?"

"Disini sudah selesai..."

Karoko menyimpan pisaunya ke dalam jaket sebelah kiri dan berjalan ke tempat Dicky meninggalkan Hyaku yang terkapar di sana sendirian.

"Hacchuu.... Malam ini dingin sekali ya, Karoko..." seru Dicky yang mengusap tubuhnya sendiri.

"Hmm..."

<Rena & Riza POV>

"Rena, kau baik - baik saja?" tanya Riza kepada Rena yang duduk manis di depannya.

"Rena baik - baik saj---- ugh!!!"

"Rena kakimu..." seru Riza terkejut melihat darah keluar dari kaki kiri Rena. "..... Rena, apa kau bisa menyembuhkan lukamu sendiri?" tanya Riza.

"R - Rena bisa kok.."

Rena menggerakkan tangan kirinya ke atas kaki kirinya dan keluarlah cahaya biru yang menyembuhkan luka yang ada disana.

"Bagus Rena, kau----" kata - kata Riza terhenti setelah sebuah bola api meledek di sisi kiri wajahnya.

"Nii - san!!!"

"Hei.. Hei.. Hei.. Apa ini? Kenapa kau tidak menyadari kedatangan bola api yang aku lempar itu padahal kau bisa dengan mudahnya menghindari pukulanku dengan mudahnya. Ada apa denganmu, Author??!!" tanya Riisycho yang ada di sudut kanan ruangan.

Mereka bertiga sekarang berada di dinding merah berbentuk kotak persegi empat dan hanya mereka bertiga saja yang ada disana.

"Kerja bagus, Fatur, dengan ini aku dapat menghabisi tikus sialan ini..."

Riisycho membuat dua buah bola api seukuran tubuhnya dikedua tangannya.

"Rena, berlindunglah di belakangku..." pinta Riza.

"T - Tapi luka kakak bagaimana?" tanya Rena cemas.

"Ini hanya luka bakar saja, besok juga bakalan hilang dengan sihir air dan cahaya milikku..." jawab Riza tapi pandangannya terfokus pada Riisycho yang ada di depannya. "Dengar Rena. Aku akan membuatkan jalan keluar untukmu lalu kau cari Kak Ichiro untuk datang dan membantuku..."

"TIDAK!!!!"

Riza terkejut mendengar bentakan Rena, seingatnya Rena adalah gadis yang polos.

"Rena tidak akan meninggalkan Nii - san sendirian menghadapi orang jahat itu, Rena akan ikut membantu dan juga..... Rena minta maaf karena telah merusak sweater pemberian kakak..." kata Rena memegangi erat sweater yang sudah rusak setengah bagian itu.

Riza tersenyum kecil. Riza berlutut di depan Rena lalu memberinya jaket hitam miliknya untuk menutupi bagian 'terlihat' di tubuh Rena.

"Jagalah jaket ini untukku..." kata Riza sambil tersenyum lebar.

"Nii - san?" Rena terdiam melihat Riza tiba - tiba memeluknya.

"Maafkan aku, Rena..." bisik Riza.

Riza mencengkeram kuat kerah jaket sisi kiri lalu melempar Rena tinggi ke atas keluar dari dinding persegi empat ini dan melewati beberapa dinding merah.

"Nii - san!!!"

<Riza POV>>

Aku tersenyum senang melihat kepergian Rena. Eh? Bukankah aku yang mengusirnya? Ah biarlah ini demi kebaikannya juga.

"Apa sudah selesai dengan perpisahannya?" tanya Riisycho yang ada disamping kananku.

"Kau bisa melihatnya sendiri, bukan..." jawabku sembari menatap tajam Riisycho.

"Tentu aku bisa melihatnya..."

<Author POV>

Ichiro maupun Yuki, mereka berdua tengah sibuk mencari jalan keluar dari labirin dinding merah yang di buat oleh Fatur.

"Ichiro - san, bukankah lebih mudah jika kita mencari jalan keluar dengan melihat keadaan lewat atas saja?!!" kata Yuki sambil menunjuk ke atas.

"Kau ada benarnya Yuki tapi aku tidak ingin juga dengan 'itu' membuat keberadaan kita diketahui..." balas Ichiro.

"M - Maaf.."

"Kau tidak perlu minta maaf, sebaliknya aku kagum dengan saranmu itu..." puji Ichiro membuat muka Yuki memerah.

"Pertama kita har---" kata - kata Ichiro terhenti setelah mendengar suara teriakan dari depan mereka.

Ichiro mengeluarkan Blood dari tangan kanannya dan membentuk tangan raksasa, Ichiro mengangkat tangan raksasa itu ke atas dan berhasil menangkap seseorang.

"R - RENA - CHAN?!!!" pekik Yuki.

Yuki berlari ke tempat Rena setelah Ichiro menurunkannya.

"Rena - chan, kenapa kau menangis?" tanya Yuki khawatir melihat muka Rena basah.

"Rena, bukankah itu jaket milik Riza?" tanya Ichiro tapi Rena tidak menjawab.

"Nii - san..."

<Riza POV>

"A - Apa ini? Kenapa dia... Urgh!!!"

Aku memuntahkan banyak darah dari mulutku dan membasahi lantai di sana. Riisycho tersenyum lebar melihatku tersiksa.

"Hah, hah, hah..... A - Apa kau sudah lelah denganku?" tanyaku masih sadarkan diri.

"Ya. Aku sudah lelah. Kalau di ingat kembali kata - katamu saat itu ada benarnya juga, aku memiliki kekuatan hebat dengan kekuatan ini aku pasti akan menguasai Indonesia dan menjadikannya milikku..." jawab.Riisycho. "Dengan kata lain aku tidak membutuhkan kekuatan dari Kode Namamu lagi.."

"Sial!!!"

Aku hanya bisa pasrah setelah mendengar itu, dengan luka seperti ini tentu aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

"Ayo kita akhiri pertarungan ini, Riza..." kata Riisycho tersenyum lebar.

"J - Jangan meremahkanku.." kataku seraya mencoba bangkit dan berdiri tegak.

"Hah, Hah, Hah..."

Aku menghirup nafas dalam - dalam lalu menghembuskannya keluar. Seketika itu juga api dan petir menyala dikedua tanganku.

"Aku siap kapanpun kau siap..." kataku menatap fokus ke depan.

Riisycho tersenyum senang setelah aku mengatakan itu lalu dia membuat api yang sangat panas di tangan kanannya, api yang sangat panas.

"Aku adalah Riisycho Ketua Pertama di Oraganisasi Roar, Kode Namaku adalah B yaitu Blaze yang artinya Api. Siap untuk serangan terakhir..."

"Aku Rizani Ketua dari Team Virus, Kode Namaku adalah A yaitu Author dan aku juga siap..."

Api dan petir berkumpul di tangan kananku dalam skala yang cukup besar dan juga mungkin seimbang dengan api panas yang ada ditangan kanan Riisycho, yang menentukan pemenang dalam pertarungan ini hanya kecepatan dan.... Keberuntungan.

Hening.

Tidak ada yang bergerak hanya ada suara jeritan dan kobaran api dan petir di antara kami berdua.

Dash.....

"HAAAAAAA!!!!!"

<Author POV>

Tangan itu menembus cepat dada kirinya api dan petir menghilang hanya menyisakan angin yang berhembus pelan diikuti cairan merah yang kental membasahi lantai yang mereka berdua pijak.

Tubuh yang berlubang itu jatuh dengan bagian punggung terlebih dulu menyentuh lantai, pupil matanya menghilang diganti dengan warna abu - abu semuanya.

"H - Hampir saja aku mati tadi..." katanya sambil melirik tembok bangunan yang hancur tak tersisa di belakangnya.

Dia mengambil jaket hitam yang ada di dekat tembok yang hancur itu lalu memakainya.

"Pertarungan ini aku yang menang..."

<SKIP POV

"Ada apa Kak Dicky? Kenapa raut mukanya seserius itu?" tanya Karoko melihat ekspresi yang terpajang di muka Dicky.

"Tidak ada apa - apa..." jawab Dicky dengan senyuman.

Dicky kembali menatap ke depan menikmati pemandangan pagi.

"Siapa yang mati???"

< Fister & Rumia POV>

"LEPASKAN AKU!!!&" teriak Rumia keras membuat Fister terpaksa menutup kedua lubang telinganya.

Pada saat bersamaan mereka berdua tiba - tiba menjadi hening, tidak ada yang mengucapkan satu kata pun.

"Siapa yang mati?" tanya Rumia.

"Aura yang hilang ini? T - Tidak mung---"

BOOM!!!

Pada waktu bersamaan tanah yang ada di belakang mereka berdua hancur dan membuat perkataan Fister yang barusan terpotong.

"Apa yang kalian berdua lakukan disini????"

Fister dan Rumia berkeringat dingin setelah mendengar suara itu atau lebih tepatnya mereka tahu siapa pemilik suara itu.

"PAMAN?!!!!"

< Rena POV>

"Rena - chan, apa kau baik - baik saja?" tanya Yuki melihatku berkeringat dingin.

Deg...

Pada waktu bersamaan aku merasakan sakit yang teramat sangat di dada kiriku, Kode Namamu terbakar.

"Nii - san... Jangan - jangan?!!!"

<Alfharizy POV>

Tadi aku tengah menuju ke lantai tiga tapi langkahku tiba - tiba terhenti setelah merasakan sesuatu yang aneh.

"Kenapa aku tidak bisa merasakan aura Riza? Apa dia pergi ke suatu tempat tapi itu tidak mungkin. Riza bukanlah orang tipe yang suka melarikan diri, lantas apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku meraskaan firasat buruk?"

Aku melanjutkan aktivitasku menuju lantai tiga. Aku harus cepat - cepat, aku merasakan firasat yang sangat buruk.

<Rena POV>

Aku menjerit kesakitan di bagian dada kiri dan tangan kananku. Aku tahu ini bahwa sesuatu yang sangat buruk akan segera terjadi.

"Yuki, ada apa dengan Rena sebenarnya?" tany Ichiro - san yang terlihat sangat khawatir dengan keadaanku.

"Aku juga tidak tahu..." jawab Yuki sedih. ".... Elaine, apa masih belum?" tanya Yuki kepada roh elf berambut biru panjang yang ada disamping kanannya.

"Maaf Nona Yuki, aku tidak bisa melakukannya.." jawab roh elf yang bernama Elaine.

"KENAPA?"

"Ini bukan luka ataupun kutukan, ini adalah sebuah pertanda..." jelas Elaine menatap sedih ke tangan kanan Rena yang tertulis huruf 'A'.

"Pertanda?"

"Ini hanya spekulasi saja mungkin tanda ini untuk menujukkan bahwa sesuatu telah terbuka, semacam segel atau yang lainnya..."

"Segel? Tapi siapa??"

<Author POV>

"HAHAHAHAHHA....."

Riza bangkit sambil tertawa keras, dia lupa bahwa dada kirinya sekarang telah terdapat lubang. Riisycho yang ada di depan Riza terkejut tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Dada kiri yang tadinya berlubang kini tertutup atau kembali seperti semula, sekali lagi Riisycho harus memperlihatkan ekpresi keterkejutannya.

Asap keluar dari tubuh Riza. Kode nama yang ada di dada kirinya menjalar ke sekujur tubuhnya dan membuat sebuah tato yang menutupi seluruh tubuhnya, kedua mata Riza berubah menjadi biru laut yang indah tapi senyuman dan ekspresi yang diperlihatkan olehnya sangatlah menakutkan.

"Jadi..... Siapa yang harus aku bunuh?"

<Author POV>

Asap putih keluar dari mulut Riza di ikuti seluruh tubuhnya yang juga ikut mengeluarkan asap putih. Riza menatap ke depan dengan mata biru lautnya dan tersenyum lebar kepada Riisycho, pada saat bersamaan terdengar suara seruling yang indah diantara mereka berdua seketika itu juga Fatur, Hyaku dan Shiina tiba - tiba sudah berada di depan Riza.

"Maaf Tuan Riisycho, saya terlambat.." kata Fatur yang lagi berkeringat.

"Maaf Riisycho tapi aku telah berhasil di kalahkan oleh salah satu anggota Team King.." lanjut Hyaku yang menggenggam erat tangannya karena kesal.

"Team King? Kenapa mereka bisa ada disini?" tanya Shiina terkejut.

"Soal Team King nanti kita pikiran, yang lebih penting.... Ada apa dengannya? Kenapa tekanan auranya sangat berbeda pada saat kita melawannya pertama kali?!!!" cetus Hyaku semakin berkeringat melihat penampilan Riza yang tak wajar.

"Biar saya yang urus, Ketiga Ketua sekalian..."

Fatur mengangkat kedua tangannya ke depan pada saat bersamaan di sekitar tubuh Riza tercipta butiran - butiran cahaya hitam, butiran cahaya itu berbentuk huruf - huruf mulai dari A sampai Z, dan mereka semua mengelilingi Riza. Kembali ke tempat Fatur, Fatur meninggikan kedua tangannya ke atas seketika itu juga muncul empat dinding merah mengurung dan mengunci pergerakan Riza.

Huruf - huruf yang ada disekitar Riza berputar cepat mengelilinginya kemudian tiba - tiba berhenti dan memperlihatkan sebuah kata yang bertulis 'Hancur'.

Daaar....

Keempat dinding merah itu hancur pada saat kata 'Hancur' itu muncul, agap saja kata itu seperti Rune Magic.

Fatur, Hyaku, Riisycho dan Shiina yang melihat itu terkejut, mereka berempat terdiam. Mereka berempat berpencar setelah Riza tiba - tiba mengangkat tangan kirinya dan....

"Heh???"

Tiba - tiba sebuah kata terpajang di dada Fatur, kata itu bertuliskan 'Hilang'. Seketika itu juga Fatur menghilang di tiup angin.

"F - Fatur?????"

Riisycho maupun kedua temannya terdiam tak bergerak setelah melihat Fatur tiba - tiba menghilang di depan mereka. Riisycho menggertakkan giginya dan menatap kesal ke arah Riza.

"Beraninya ka----" perkataan Riisycho terhenti setelah melihat Riza sudah berada di depannya seraya melancarkan tinju tangan kanan.

Di punggung tangan kanan Riza terdapat tulisan 'Mati'. Riisycho melebarkan matanya, dia memfokuskan semua tenaganya ke matanya bersamaan dengan itu kata 'Mati' pada punggung tangan Riza menghilang setelah dibakar oleh Riisycho. Tapi tinju Riza tetap mengenai Riisycho tepat didepan mukanya. Riisycho terpental ke belakang dan menghantam keras tembok bangunan, Hyaku dan Shiina yang melihat itu berlari ke tempat Riisycho.

Hyaku menciptakan tebasan ungu vertikal lurus di depannya. Riza mengangkat telapak kirinya yang memiliki kata 'Hilang', tebasan hijau Hyaku seketika itu juga menghilang setelah bersentuhan dengan telapak kiri Riza. Pada waktu bersamaan roh wanita berambut hitam milik Shiina tiba - tiba muncul dibelakang Riza dan menusuk Riza tapi tusukan roh wanita itu hanya menusuk angin hampa, tanpa ada Riza disana. Sebuah jari telunjuk menyentuh leher roh wanita itu dan jari itu adalah milik Riza. Riza bergerak dari sisi kanan leher roh wanita itu ke sisi kanannya membuat garis melingkar hitam, tidak lama kemudian mata roh wanita itu membiru dan kepala terlepas dari tubuhnya. Asap hitam muncul setelah roh wanita itu tidak memiliki kepala lagi. Riza membalikkan kepalanya dan tersenyum kepada Hyaku dan Shiina, mereka berdua tiba - tiba saja tidak dapat bergerak setelah melihat senyuman mengerikan Riza.

"Jika di diamkan begini terus maka kalian bertiga akan mati.."

"Heh?"

Hyaku dan Shiina kembali terkejut setelah menyadari jika ada seseorang lagi bersama mereka. Orang itu berjaket hitam dengan topeng putih yang tidak memiliki mata disana.

"S - Siapa kau?" tanya Hyaku takut.

"Kau tak perlu tahu siapa aku karena kalian tidak akan peduli tapi aku tidak bisa membiarkan bocah bodoh itu menjelekkan nama baikku lebih dari ini..."

Dia atau CryVirus mengangkat tangan kanannya ke depan Hyaku, Shiina dan Riisycho yang tidak sadarkan diri.

"Menghilanglah..." bersamaan dengan itu Hyaku, Riisycho dan Shiina tiba - tiba hilang ditelan bumi.

CryVirus menghela nafasnya dalam topeng kemudian menatap malas Riza.

"Riza...." panggil CryVirus.

Riza tidak membalas panggilan CryVirus. Riza menatap CryVirus seperti hewan buruan yang siap di santap.

Riza tiba - tiba menerjang cepat ke depan seraya siap mencengkeram CryVirus dengan telapak tangan kanannya yang terdapat kata 'Mati' disana.

CryVirus mencengkeram pergelangan tangan Riza sebelum Riza berhasil mencengkeramnya terlebih dahulu.

"Tidurlah....... Riza!!!"

<Riza POV>

Kenapa disini gelap sekali?

Apa yang sudah terjadi?

Apa aku sendirian?

Dimana ini?

Siapa?

??????

Siapa dia??!!!?

Perlahan aku buka kedua mataku. Terangnya cahayalah yang menyambutku pertama kali, sebuah cahaya yang keluar dari bola lampu yang ada di depanku.

"I - Ini dimana?"

Aku lirik ke kiri dan kanan, tempat ini terlihat seperti kamar tapi punya siapa.

Pada waktu bersamaan pintu kayu yang ada di samping kananku terbuka dan mengeluarkan....

"CRY!!!!!" pekikku terkejut.

"Kau sudah bangun ya? Padahal ini jam 2 pagi lo.." katanya.

"A - Apa yang kau lakukan disini?" cetusku.

"Itu adalah perkataanku..."

"Hah?"

"Kenapa kau melanggar peraturanku dan pergi ke sana?!!!" katanya, kali ini dengan nada mengancam.

Aku yang mendengar itu hanya bisa pasrah dan menelan air liurku sendiri.

"I - Itu..." kataku mencari opsi jawaban yang tepat supaya Cry tidak menghukumku.

"ITU APA??!!!!" bentaknya keras

"AKU TIDAK TAHU!!!!"

Keadaan menjadi hening setelah aku mengatakan hal itu.

"Aku..... Tidak tahu. Pada saat itu hatiku berkata 'aku harus pergi' dan 'aku harus menyelamatkan Asia', aku hanya mengikuti hatiku berkata..."

"Kenapa?"

"Karena hanya itu yang aku bisa lakukan..."

<Author POV>

Alfharizy, Asia, Ichiro, Rena dan Yuki kini duduk di ruang tamu menuggu CryVirus keluar dari pintu kamar yang ada di depan mereka.

"Apa kak Riza baik - baik saja, aku mencemaskannya..." seru Yuki.

Alfharizy dan Rena yang mendengar itu hanya bisa diam, tidak ada yang perlu mereka katakan.

"Riza pasti baik - baik saja, Pembimbing Cry adalah orang yang bijak...." cetus Afharizy sambil memejamkan kedua matanya dan menyandarkan satu kakinya di atas kaki yang berdiri.

"Dan sekarang masalah hanya satu..." seru Ichiro.

"........."

"........."

"........."

"Apa yang akan kau lakukan sekarang, Yuki?"

"Eh? Aku?"

"Iya. Maksudku Asia dan Zakuro sudah memiliki tim sedangkan Hana, dia akan pulang kampung dan kau.... Sendirian disini...."

".... Aku ulangi sekali lagi. Apa yang akan kau lakukan sekarang, Yuki?" tanya Ichiro membuat Alfharizy dan Rena menatap Yuki.

"Ichiro - san benar, tidak mungkin aku bisa sendirian. M - mungkin a - aku a - akan meminta kak R - Riza untuk..." kata Yuki malu.

"Untuk apa?" tanya Rena antusias.

"..... U - Untuk menerimaku menjadi anggota tetap T - Team Virus..." lanjut Yuki malu.

Alfharizy, Ichiro dan Rena yang mendengar itu tersenyum.

"Baguslah kalau begitu..."

<Riza POV>

"Heh? K - kau m - memaafkanku?!!!" kataku tidak percaya mendengar perkataan Cry barusan yaitu 'aku memaafkanmu'.

Aku diam masih tidak percaya sementara Cry, dia berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamar.

"Pastikan kau datang ke Wattpad Parallel dengan anggota lengkap. Aku tunggu kalian di sana..."

<Author POV>

Riisycho membakar tiang semen yang ada di depannya dengan apinya, Hyaku dan Shiina mereka masih terdiam mungkin lebih tepatnya trauma.

"SIAL!!!!" teriak Riisycho sambil memukul tembok semen yang ada di depannya.

Di ruangan ini hanya ada mereka bertiga, tidak ada tiga monster ataupun anggota Organisasi Roar satu pun hanya mereka bertiga.

"Usahaku yang aku bangun selama 4tahun hancur dalam satu malam, dan itu karena tikus sialan itu..." kesal Riisycho.

"Menyedihkan sekali..."

"SIAPA ITU???!!" teriak Riisycho setelah mendengar suara itu.

Suara langkah kaki terdengar di belakang pintu besi yang ada di depan mereka, tidak berselang lama dua laki - laki dan satu gadis membuka pintu besi itu. Hyaku dan Shiina terkejut melihat kedatangan ketiga orang ini beda dengan Riisycho yang menatap kesal mereka bertiga.

"Dasar pengecut. Kau menyerang kami pada saat kami 'pincang', kau ini benar - benar seekor tikus yang pengecut, Allyn..." hina Riisycho.

"Diamlah. Seseorang yang kalah dengan satu pukulan tidak pantas mengatakan itu..." seru laki - laki berambut hitam rapi dengan setelan hitam mencoloknya, dia adalah Allyn.

"Kurang ajar..." geram Riisycho. "... Hyaku, Shiina..." panggil Riisycho dan kedua temannya ini mengangguk kecil.

Hyaku mengeluarkan pedang hitamnya, Shiina bersiap meniup seruling dan Riisycho telah bersiap dengan bola api dikedua tangannya. Allyn tidak melakukan apa - apa. Dia tersenyum begitu juga dengan kedua temannya.

Ctk...

"Jangan bergerak atau kau akan mati..." ancam Karoko yang tiba - tiba saja sudah berada dibelakang Shiina dengan pisaunya menempel di tenggorokan.

"Shiin---"

Dhuar....

Sesuatu.... Bukan. Seseorang tiba - tiba jatuh di atas Hyaku dan menindihnya, dia adalah seorang perempuan berambut albino dengan dress bangsawannya.

"Timing yang tepat, Marina..." kata Dicky sambil memberikan isapan jempol pada perempuan bernama Marina.

"Sialan kau, ALLYN!!!!"

Riisycho menerjang ke depan Allyn. Allyn mengangkat telapak tangan kirinya ke depan, tiba - tiba saja Allyn mencengkeram leher Riisycho lalu membantingnya ke lantai yang terbuat dari semen.

"Hoi Allyn, kau membuatnya pingsan..." cetus Dicky melihat kedua mata Riisycho memutih.

"Kau terlalu berlebihan, Allyn.." tambah Marina.

"Biarlah kita masih memiliki satu san-----dera lagi..."

"........"

"........"

"........"

"Apa??" tanya Karoko polos yang baru saja memukul Shiina sampai pingsan.

"Hadueh..." Lette menepuk jidatnya sendiri melihat kekonyolan yang ada di depannya.

"Kita harus bagaimana lagi?" tanya Dicky.

"Haaaah.... Beruntung aku telah menyiapkan rencana cadangan.."

Lette merentangkan tangan kanannya ke depan, pada waktu bersamaan Mizu dan Hikari tiba - tiba saja berada di depan mereka dengan terikat terpisah.

"Nice Lette..." seru Allyn.

Allyn berjongkok di depan Mizu atau lebih tepatnya di depan kepala Mizu.

"Kau memiliki satu kesempatan saja kawan. Siapa yang telah membuat Roar menjadi seperti ini? Aku ingin tahu siapa namanya?" tanya Allyn kepada Hikari yang ada disamping kiri Mizu, Allyn mengangkat telapak tangan kirinya tepat di dekat kepala Mizu.

"Jangan katakan pada mereka, kakak..." seru Mizu. "..... AAAAAA!!!!" teriaknya setelah terkena serangan dari Allyn tapi tangan Allyn tidak bergerak sedikit pun hanya menurun lebih rendah dari sebelumnya.

"Apa kau yakin?" tanya Allyn.

Hikari mengigit bibirnya dengan giginya tapi tidak ada darah yang mengalir, tidak lama kemudian Hikari membuka mulutnya dan siap mengucapkan sesuatu.

"Kakak j - jangan..." kata Mizu pelan.

"Namanya Riza, Id Wattpad AhmadRizani dengan Kode Nama A, Author..."

E.N.D.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top