EPISODE - Fake
< Author POV >
Jng.. Jng... Jng!
Gelombang tak kasat mata disebarkan Malaikat Hujan, dari tempatnya mulai bermunculan titik air hujan secara perlahan dan lingkungan sekitar Natsumi seketika menjadi abu-abu-- tak berwarna.
"Gawat. Fake itu telah membuat dimensinya sendiri.." umpat Seira panik.
"A-Apa maksudnya semua ini?" pekik Natsumi melihat badannya perlahan menjadi abu-abu, bukan Natsumi saja tapi Seira juga terkena dampaknya.
"Tenangkan dirimu, Natsumi. Ini tidak memiliki efek apa-apa, hanya warna saja yang berubah..
"Tapi 'dia' melakukannya bukan untuk hal ini, bukan?"
"Aku harap kau benar Natsumi.."
Seira menguatkan genggamannya. "Sekarang kita berada di Dimensi Buatan. Fake membuat dimensi ini untuk memperkuat diri mereka sebelum 'pergi' ke sisi lain-- dunia nyata tepatnya. Jika dia berhasil maka akan terjadi hal yang berbahaya seperti bencana alam atau kecelakaan.."
"Maksudnya?"
"Kekuatan Supernatural..!"
"?!"
"Fenomena alam atau kecelakaan yang merenggut korban karena kekuatan tersebut. 'mereka' akan mengumpulkan energi negatif lalu meledakkan diri, dan disanalah dimulainya fenomena supernatural. Contohnya bencana alam atau orang yang mati secara tiba-tiba.."
"Darimana anda mengetahui itu, Seira-san?" batin Natsumi facepalm.
"Natsumi, kita harus mengalahkannya sebelum 'dia' keluar dari dimensi ini.." seru Seira.
"Tapi akibatnya apa? Kan cuma hujan saja?"
"Memang benar, tapi hujan dapat menghasilkan energi negatif lebih banyak dari yang diduga. Misalnya ibu-ibu yang tidak jadi menjemur pakaian, mereka mengumpat. Orang kantoran yang bekerja, mereka dipecat. Anak sekolah yang sengaja tidak turun, mereka jadi malas. Semuanya adalah energi yang dapat menciptakan Black. Itulah kenapa ada Spesialis di dunia ini. Kita melawan dengan cara kita sendiri!"
"Jng!!" Malaikat Hujan menghentikan penyebaran gelombangnya, beralih ke penciptaan makhluk kecil yang terbuat dari air.
"Sebenarnya aku tidak mempunyai masalah dengan hujan tapi karena hari ini Akagi menjemur celananya, jika basah maka bau Akagi tidak dapat aku cium. Intinya, aku akan menebasmu..!"
"Penyeruanmu ambigu.." facepalm Seira.
Seira tersenyum dan mulai beraksi. "Dasar brocon!"
Drrrt...
Tanah bergetar hebat, pohon, batu dan semua benda yang ada di atas dan dalam tanah mulai terangkat berkat kekuatannya Seira.
"Mengamuklah Natsumi. Kita tidak berada di dunia nyata, jadi tidak masalah jika kita hancurkan..!"
"Hay! Dengan penuh semangat!"
Malaikat Hujan mengibaskan lengannya ke depan, hujan langsung berjatuhan ke tempat Natsumi.
Slash!
"......."
Sesosok bayangan melesat dengan sangat cepat, cahaya memotong tangan yang terkibas itu.
Seorang lelaki berambut putih jabrik dengan jaket merah api tudung hitam kebiruan, baru saja memotong lengan kanan Malaikat Hujan menggunakan pedang api yang dikelilingi aura warna-warni.
"Sial. Aku terlalu cepat.." batinnya.
Lelaki itu memutar badannya cepat dan mendarat di atas salah satu tiang listrik. Niatnya tadi adalah memotong leher Malaikat Hujan, tapi karena terlalu kuat menolak akibatnya dia menerjang dengan sangat kuat tak terkendali.
"Awalan yang bagus tapi kurasa kau terlalu terburu-buru, Ryusei. Lain kali bersabarlah sedikit lagi.."
"Maafkan saya, professor.." bisik lelaki itu ke alat pendengar ditelinga.
"Kau tidak salah, cuma salah.."
"Professor, itu sama saja.."
"Maaf..?"
"T-Tidak ada.."
"Sekarang tinggal keputusanmu. Kau ingin melawannya?"
Lelaki itu berdiri dan mengibaskan pedang apinya. "Saya akan bertarung, dengan nama Orora!"
"Hmm~aku tunggu kau di markas.." komunikasi mati setelahnya.
"Jng.." Malaikat Hujan menatap ke tempat lelaki itu, lelaki dengan nama Orora--Ryusei Orora.
Malaikat Hujan menembaki peluru air tapi diasapkan Ryusei menggunakan ayunan pedangnya. Pedang api Ryusei membuat peluru air menjadi embun. Ryusei mensejajarkan pedangnya dengan posisi Malaikat Hujan, aura berbagai warna mengelilingi tangan itu.
Aurora of Red : Flare Impact
Burn..!
Malaikat Hujan terbakar ditempatnya setelah cahaya merah yang mengelilingi pedang berpindah ke tempat Malaikat Hujan berada.
"Aku tidak tahu siapa kau, tapi terimakasih telah menarik perhatian.."
Natsumi mengalirkan tangan kirinya dengan aura, disamping kirinya bermunculan pedang dari berbagai jenis. Natsumi melempar semua pedang itu dan menusukkannya ke badan Malaikat Hujan.
Natsumi dan Ryusei membuat kuda-kuda siap mereka.
""Dia... Adalah targetku!!"" seru mereka bersamaan.
Ryusei menerjang dari tiang listrik, pedangnya terbakar di sisi kiri, sedangkan Natsumi melesat tinggi ke langit.
Aura biru menyala di Malaikat Hujan, dinding air langsung menyelimuti dirinya. Ryusei mendengus kesal dan Nastsumi menyeringai kecil.
"Tebas saja, dan hilangkan air itu dengan apimu. Ayo~~" batin Natsumi licik.
Natsumi menggenggam katana-nya agak miring, membuat pergerakannya sedikit melambat. Pedang Ryusei membara hebat hingga membuat dinding air perlahan mengeluarkan asap putih.
"Akan aku selesaikan dalam sekali tebasan..!" gumam Ryusei mantap.
"........"
"......."
Dhuar...!
Sampai tiba-tiba saja, terbang sekumpulan tanah ke dinding air, membuat air menjadi padat di udara.
"Pertahanannya sudah aku lumpuhkan, tinggal eksekusi saja.." cetus Seira tersenyum.
"S-Seira-san!!" batin Natsumi menjerit syok.
Ryusei hanya tersenyum tipis dan mendengus senang. Ia memamerkan senyumannya kepada Natsumi yang mengumpat. Mereka berlomba..?
Saber Aurora : Dragon Breath Slash
Ryusei menebas horizontal ke samping kanan, semburan api keluar dari pedangnya.
Wajah Natsumi menjadi gelap, perempatan merah tercipta disana. "Jangan kira kau sudah menang, telinga runcing!" teriak sebal Natsumi.
Katana Natsumi dikelilingi asap putih, tanpa jeda Natsumi melepaskan tebasan yang terbuat dari angin, tidak sampai disana, Natsumi melempar empat kapak rumah dan lima longsword sekuat tenaga.
Tebasan Ryusei dan senjata Natsumi sampai di saat yang sama.
"......"
"......"
Slash!
""HAH??""
Seorang pria dengan sabit hitam kematiannya menebas Malaikat Hujan tanpa ampun, dan dengan cueknya. Asap hitam melahap Malaikat Hujan hingga lenyap, lalu tebasan Ryusei serta senjata Natsumi baru saja lewat setelahnya.
Pria itu mendarat di tiang listrik Ryusei tempati tadi, Ryusei menciptakan selancar api dibawah kakinya dan melayang di langit. Natsumi hanya bisa terperangah dibawah.
"Kalian banyak gaya. Aku ambil permatanya.." kata pria itu menujukkan permata biru dengan aliran air di dalamnya.
Lalu dia pergi.
"Setidaknya perkenalan dirimu.." batin Natsumi menggeram.
Ryusei menghilangkan pedang api auroranya dan juga ikutan pergi, Ryusei lenyap menjadi kobaran api. Natsumi mendesah panjang, dimensi tiba-tiba retak dan mereka kembali ke dunia nyata.
Di dunia nyata...
Natsumi menatap horor sepatunya yang basah.
"Seira-san, kenapa aku basah? Bukankah tadi cuma dimensi buatan??" tanya Natsumi horor.
"Aku tidak bisa bilang jika dimensi buatan dan dunia nyata masih terhubung, saat ini. Bisa-bisa Natsumi menebasku.." batin Seira keringatan.
"Kerja bagus kalian berdua. Natsumi-san, Seira-san.." tidak lama kemudian seorang perempuan bersurai emas menghampiri Natsumi dan Seira di atap sekolah.
"Ketua.." panggil Seira.
Natsumi memasang ekspresi kaget. "B-Bukankah dia Ketua OSIS??!"
< Change POV >
"Sangat disayangkan kau gagal mengalahkan Fake. Yah, setidaknya kita sedikit untung. Kekuatanmu dapat mengalahkan Fake dalam satu lawan satu, itu sudah baik.."
"Kerja bagus, Ryusei.." puji wanita bersurai hitam panjang.
"Maaf sekali lagi, professor.."
"Bukan salahmu~Dark adalah orang licik, begitu juga dengan anak buahnya. Kau tidak salah, cuma salah.."
"Professor, itu sama saja.."
"Maaf..?"
"T-Tidak.."
Perempuan itu menepuk tangan. "Mari kita ke phase berikutnya~"
< Another POV >
"Kerja bagus, Rei. Kau memang selalu dapat diandalkan.." senang orang bertudung hitam.
Ia menerima permata biru yang berhasil didapatkan pria sabit tadi.
"Semuanya berjalan sesuai rencana, tapi sebenarnya apa yang ingin kau lakukan dengan permata Fake, Dark..?" tanya pria sabit-- Rei Hotaka.
"Jangan membuatku mengulanginya 'lagi', Hotaka. Sudah pasti, bukan..? Yaitu membuat dunia yang damai bagi 'kita' semua.."
"Ke rencana selanjutnya, Rei.."
"Haaah... Akan aku bunuh kau nanti."
"Khukukuhu... Kau sudah membunuhku sebanyak 24x tapi aku 'belum' mau mati, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan Demon Emblem."
"Terserah kau. Tapi jika ada yang tidak aku suka, maka aku akan langsung membunuhmu.."
"Silahkan aku keberatan. Itu jika aku masih 'belum' mau mati..?"
Preview Next EPISODE
A : Malam semuanya, ane update hari ini karena sabtu juga update tetapi beda series xD
A : Pertarungan udah done dan tinggal perkenalan OC di lain kesempatan
A : Bakal banyak OC yang muncul di minggu depan, ane rasa. Jadi patut ditunggu~~
Akagi : Heei A~~aku kpn main?
A : Bersabarlah~~
Eliora : Aku juga belum -_#
Riza : Aku juga '-'
Reza : Masih lama?
A : Kalian semua merepotkan #_#
All : Kau yang LEBIH merepotkan!
A : *ngeluarin deadlist*
All : *ciut*
Seira : Sampai Jumpa di Episode berikutnya. Salam damai, semuanya^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top