MidoTaka-7

Catatan:
Semua karakter KnB BUKAN milik Author. Typo akan bertebaran dan OOC kemungkinan besar terjadi.

Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari ulang tahun sekolah tiba. Ini adalah hari kesukaan Takao. Kenapa? Karena hari ini sekolah diliburkan. Sejak pagi tidak ada pembelajaran karena semuanya harus menyiapkan stan dan acara malam.

Ya, acara ulang tahun sekolah memang ada 2 kegiatan. Satu ketika pagi-sore. Saat itu setiap kelas atau klub atau cafe-cafe yang diundang akan membuka stan. Pada kegiatan ini, orang luar juga boleh masuk. Lalu, ada pukul 15.30 stan-stan kelas dan klub akan ditutup. Akan ada pidato dari OSIS. Lalu, pukul 18.00 kegiatan malam dimulai. Saat itu para murid bebas berkeliaran. Puncaknya pada pukul 20.30. Akan ada kejutan dari OSIS yang berbeda setiap saatnya. Kemarin OSIS menghiasi taman tempat kegiatan malam dimulai dengan patung-patung berbentuk bunga dan sebagainya, ketika pukul 20.30 patung-patung itu akan menyala dengan aneka warna. Itu adalah pemandangan yang begitu indah, Takao masih ingat waktu itu dia menghabiskan waktu dengan Leta padahal yang lain pada bermesraan dengan pacar mereka.

Takao membawa setumpuk dus menuju stan cafe. Dia melihat Himuro yang sedang menata meja yang akan dijadikan tempat kasir. Lalu ada Maika yang menyiapkan kukis aneka rasa yang akan mereka jual bersama kopi.

"Takao-Senpai, apa itu dus terakhir?" tanya Himuro yang sedang menata uang untuk kembalian.

"Ya," jawab Takao. "Maika-san, aku harus taruh ini di mana?"

Maika mendongak dan menunjuk ke sudut stan. "Taruh saja di sana. Biar aku yang bereskan nanti."

Tanpa banyak tanya, Takao langsung menaruh dus yang beratnya minta ampun. Katanya itu alat untuk membuat kopi. Aduh! Pinggang Takao sakit. Ternyata bolak-balik sambil membawa dus melelahkan juga, ya.

"Senpai, soal angka nol itu-" Ucapan Himuro terpotong oleh suara keras yang ditimbulkan Takao karena meletakkan tumpukan gelas sekali pakai dengan kasar.

"Aku hanya suka angka 0," gerutu Takao. "Aku tidak tahu artinya seperti itu."

"Bohong."

Suara Leta membuat Takao tersentak dan Himuro yang sedikit berteriak. Takao berbalik dan melihat Leta duduk di meja kasir sambil mengemut lolipop.

"Leta, kenapa kamu tidak kembali ke stanmu?" tanya Takao.

Leta menghela nafas. "Stan kelasku benar-benar membosankan."

"Memangnya, apa stan kelas Senpai?" tanya Himuro.

Leta melirik Himuro singkat sebelum melompat turun dari meja dan berbalik menghadap dua laki-laki bersurai hitam. "Mereka menjual bunga dan coklat untuk orang yang akan menyatakan perasaannya nanti malam."

Takao masih asyik menata sedotan dan gelas sekali pakai. Memang setiap tahun ada saja yang membuka stan seperti itu. Karena kejutan OSIS selalu memiliki nilai romantis, tidak sedikit orang yang memanfaatkan kejutan itu untuk menyatakan perasaannya. Makanya hari ini bisa dijadikan Hari Pernyataan Perasaan untuk murid Teiko High School.

"Apa tugasmu?" tanya Takao sambil mencoba meluruskan tumpukan gelas sekali pakai.

"Membuat buket bunga." jawab Leta.

Takao membekap mulut, yakin kalau dia tidak membekap mulutnya maka tawanya akan meledak. Leta? Disuruh membuat buket bunga? Entah apa yang akan terjadi nanti.

"Jangan meledekku! Walaupun aku tidak yakin, setidaknya aku sudah mencoba menghafal arti setiap bunga yang kami sediakan!" gerutu Leta. "Aku sampai tidur larut malam karena itu!"

Takao terkekeh. Dia lupa soal kebiasaan temannya itu. Ketika Leta dibebankan tugas yang berkebalikan dengan sifatnya, dia akan berusaha keras. Terlalu keras malah. Tapi, itu juga yang membuat Leta nyaris bisa dalam segala hal.

Seorang gadis dengan dress warna pink pastel dan celmek putih mendatangi stan mereka. Gadis itu memakai mahkota bunga yang terbuat dari bunga-bunga kecil buatan yang dirangkai dengan indah.

"Ah! Momoi-san, ohayo!" sapa Leta.

Gadis bersurai bak gulali itu menyunggingkan senyum. "Ohayo, Leta-san. Aku ke sini karena disuruh ketua kelas, katanya mereka membutuhkanmu."

Leta menganggu. "Haik! Arigato, Momoi-san."

Momoi tersenyum. Gadis itu sedikit mengangguk kepada Himuro dan Takao sebelum berbalik pergi. Takao melirik Leta yang menghela nafas panjang.

"Kelasku membutuhkanku," kata Leta. "Aku pergi dulu, ya! Sampai jumpa nanti malam! Ah! Atau kalian akan bersama pacar?"

Takao memutar bola mata. "Kamu juga bersama Kei, kan? Kudengar mulai tahun ini, alumni sudah boleh datang ke kegiatan malam."

Leta hanya terkekeh. Takao tahu bahwa gadis bar-bar itu senang bisa menghabiskan kegiatan malam bersama Kei. Tahun lalu, Kei tidak bisa datang karena tiba-tiba saja neneknya meninggal dunia hingga ia harus pergi ke Kyoto untuk menghadiri acara pemakaman neneknya.

Leta melambai sesaat sambil berlari menuju stan kelasnya. "Terserahmu. Pokoknya, sampai jumpa!"

***

"Serius, Maika-san?!"

Maika mengangguk-angguk sambil terus menyambut pelanggan. "Kata Miyuki-san kalian boleh jalan-jalan setelah jam makan siang."

Takao tidak bisa tidak merasa senang. Walaupun tidak punya pacar yang bisa diajak melihat-lihat bareng, tapi dia tetap ingin berkeliling walaupun sendirian.

"Enak, sih," gumam Himuro. "Tapi keliatannya menyedihkan karena jalan-jalan sendiri."

Maika yang sedang memasukkan uang ke tempat uang hanya terkekeh mendengar gumaman Himuro. "Makanya cari pacar! Biar enggak ngenes!"

Takao mencibir sambil membuatkan kopi yang diminta pelanggan. "Ngomong, sih, gampang! Nyarinya itu loh yang susah banget."

Takao semakin kesal ketika Himuro menertawakannya. Yah, cuma dia doang yang pernah mengalami yang namanya ditolak secara tidak langsung. Himuro itu terlalu pemalu, dia selalu merasa bahwa dia kurang untuk orang yang dia sukai dan akhirnya selalu menyerah. Sedangkan Maika itu populer, dia sudah punya pacar.

Tepat pukul 12.00, seorang lelaki tinggi bersurai ungu datang. Takao nyaris mengumpati Himuro yang katanya tidak punya pacar.

Dasar penghianat!

***

Di jalan yang penuh sesak, Takao bersyukur akan tubuhnya yang terbilang kecil. Dia dengan mudah berjalan di antara orang-orang yang kebanyakan memiliki tubuh lebih besar darinya.

Dia asyik melihat-lihat stan. Ada yang menjual komik buatan sendiri, poster fanart anime, atau barang-barang berbau k-pop yang dibuat sendiri atau beli.

Dia berjalan menuju taman yang tergolong sepi. Dia hanya melihat beberapa pasangan yang sedang bermesraan. Di dekat danau buatan, Takao dapat melihat Kasamatsu dan Kise yang berjalan berdampingan sambil menikmati pemandangan mahkota bunga sakura yang berguguran. Pemandangan yang indah sekaligus romantis.

Karena tidak mau mengganggu momen romantis Kasamatsu dan Kise, Takao beranjak pergi. Dia duduk di kursi taman bercat putih dan menggambar pemandangan yang ia lihat di kertas kecil yang ia bawa untuk jaga-jaga.

15.25, Takao selesai menggambar. Dia memasukkan kertas ke saku dan nyaris menjerit ketika melihat Midorima berdiri menghadapnya, memandanginya sambil meminum ice americano.

"Sudah selesai menggambarnya-nanodayo?"

Takao tersenyum canggung. "Sudah."

"Boleh aku duduk-nanodayo?" tanya Midorima.

Mendengar itu, Takao refleks menggeser duduknya. "Tentu saja. Kenapa tidak?"

Takao menahan nafas ketika Midorima dengan santainya duduk di sebelahnya. Takao menelan ludah sambil melirik jam tangannya, berharap waktu cepat berlalu sehingga ia punya alasan untuk pergi dari sini.

"Apa kabarmu, Penggemar Rahasia?"

Takao nyaris tersedak ludahnya sendiri. Dia menoleh ke arah Midorima, memandangi Midorima yang masih menatap barisan pohon sakura.

"Hm... maksudmu?"

Midorima mendengus. "Aku tidak sebodoh itu-nanodayo."

Takao tidak bisa menahan rona merah yang mewarnai wajahnya. "... Maaf."

"Kenapa minta maaf-nanodayo?"

"Karena mengganggu privasimu?"

Midorima tersenyum singkat. "Justru kamu membantuku menang-nanodayo. Aku buntu ide dan gambar rumah pohonmu itu membuatku mendapat inspirasi-nanodayo."

"Ah... itu berlebihan." gumam Takao.

Takao melongo ketika melihat wajah Midorima memerah dan laki-laki itu membuang muka. "Bukannya aku berharap atau apa-nanodayo."

Takao memiringkan kepalanya, menunggu kelanjutan perkataan Midorima. "Ya?"

"Aku suka kamu-nanodayo."

1...

2...

3...

4...

5...

6...

7...

Takao terbengong. Melongo menghadap ke arah Midorima yang wajahnya semakin merah.

"Kepada murid Teiko High School, tolong datang ke aula sekarang juga. Terima kasih."

Midorima bangkit, membuat Takao tersontak kaget. Laki-laki bersurai hijau itu mengantongi tangannya dan mencoba mengatur raut wajahnya. "Ayo ke aula-nanodayo. Jawabanmu kutunggu nanti-nanodayo."

"Ah... ya... ayo."

not the end

Terima kasih sudah membaca! Tinggal dua couple lagi, nih. Terus book ini selesai. Tapi, cerita mereka tidak sampai situ. Author akan membuat series Season. Jadi setelah book ini selesai, Author akan langsung buat book Summer Season yang akan menyambung buku ini.

Untuk bisa membuat series, Author butuh dukungan kalian semua! Author selalu senang kalau lihat notifikasi dan tertulis kalau ada yang memvote dan berkomentar! Terima kasih semua!

Tekan bintang dan berkomentar supaya Author semakin semangat!

Next couple: AoKaga

See you next chapter!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top