Kikasa (KiseKasa)-5
Catatan:
Semua tokoh KnB BUKAN milik Author. Lalu, Typo dan OOC kemungkinan besar akan terjadi.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kasamatsu berdiri diam di bawah pancuran shower. Air membasahi tubuhnya. Sudah 5 menit dia mematung si bawah pancuran shower yang terus mengalir deras. Sejak dia masuk dia belum menyentuh botol sabun atau shampo sekalipun.
Saat ini, laki-laki bersurai hitam itu sedang memikirkan sesuatu. Entah kenapa dan bagaimana, sejak Kise pergi detak jantungnya semakin tak terkendali. Kasamatsu bahkan memikirkan bagaimana kalau dia ternyata punya sakit jantung. Bahkan dia nekat menelepon Himuro, hanya dijawab dengan 1 kalimat.
"Pikirkan sendiri, Dasar lugu!"
Kasamatsu menjambak rambutnya sendiri. "Kenapa coba aku sampai kayak begini?"
Kasamatsu bergegas menyelesaikan mandinya dan menuju wastafel. Memandang pantulan dirinya di cermin. Rambut hitamnya menempel ke wajah, air tak berhenti menetes dari ujung rambut dan dagunya.
Pikirannya kembali melayang ke perasaan aneh yang dirasakannya ketika Kise menutup kedua matanya. Begitu Kasamatsu tersadar bahwa dia kembali memikirkan Kise, dia menampar kedua pipinya sendiri.
"Sepertinya aku menjadi gila seperti si narsis itu."
Kasamatsu menggeleng dan buru-buru memakai pakaiannya. Dia langsung keluar, ingin segera beristirahat. Siapa tahu setelah tidur dia dapat merasa lebih baik.
Tempat tidurnya memang tempat ternyaman yang pernah ia temui di seluruh penjuru sekolah ini. Aroma mint yang menjadi aroma khas dirinya tercium ketika ia menghempaskan diri ke tempat tidurnya.
Lalu, dia mencium aroma citrus. Aroma yang selalu menguar dari rambut kuning Kise. Kasamatsu menggeleng-geleng. Dia kembali memikirkan pacarnya itu.
"Sepertinya aku sudah gila."
***
Tepukan di bahu membuat Kasamatsu bangun dari tidur lelapnya. Dia duduk, bersandar ke papan kepala sambil mengucek kedua matanya. Mengerjap-ngerjap dan melihat Himuro yang tengah berdiri di samping tempat tidurnya.
"Sudah pulang, Himuro?" tanya Kasamatsu.
Himuro menunjuk ke arah jendela. "Sudah jam 6. Tentu saja aku sudah pulang."
Himuro memberikan mangkuk plastik sekali pakai yang berisi sup asparagus. "Apa ini?" tanya Kasamatsu.
"Kamu melewatkan makan malam," kata Himuro. "Jadi, kubawakan saja sup asparagus. Ah! Ini dari pacarmu."
Kasamatsu memandangi benda yang baru saja diletakkan Himuro di nakas. Sekotak jus apel yang kadang ia beli sebelum ke ruang OSIS. "Hm. Makasih."
Himuro mengangguk singkat sebelum masuk ke kamar mandi. Kasamatsu dapat melihat lampu kamar mandi dinyalakan. Tidak lama kemudian, terdengar suara air dari pancuran shower.
Kasamatsu memandang sup asparagus dengan tidak minat. Dia ingin sekali tidak makan dan lanjut tidur, namun perutnya yang berbunyi cukup keras membuatnya terpaksa menyantap sup tersebut.
Setelah habis, Kasamatsu hendak meminum jus apel tersebut. Namun, dia merasakan sesuatu yang ganjal. Rupanya ada sticky note berwarna kuning yang ditempelkan di kotak jus tersebut. Tulisan yang Kasamatsu kenali sebagai tukisan Kise tertoreh di atas kertas kuning itu.
Kenapa Yukio-cchi tidak datang makan malam? Apa Yukio-cchi sakit? Ini jus apel kesukaan Yukio-cchi, kan. Kuberikan pada teman sekamarmu karena Kuroko-cchi sudah menyeretku kembali ke kamar.
Jangan lewatkan makan malam lagi, ya, Yukio-cchi!
Kise.
Tanpa Kasamatsu sadari, kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman. Bukan senyuman yang lebar, namun itu senyuman yang tulus dari hati.
Kasamatsu mencopot sticky note itu dan membuka laci nakas, mengambil jurnal yang ia sembunyikan. Dia menulis di halaman yang belum ia isi dan menempelkan sticky note itu.
27 Maret 2020,
Sepertinya aku sakit jantung sekarang. Tiba-tiba jantungku berdetak begitu kencang, tidak terkendali. Kenapa, ya? Lalu, aku tidak bisa menendak Kise keluar dari pikiranku. Sepertinya aku tertular sifat alay bin anehnya.
Ah! Aku melewatkan makan malam lagi. Himuro membawakanku sup asparagus. Sedangkan si Kise memberiku jus apel. Ada sticky note di kotaknya. Karena kupikir itu bisa menghias jurnal kaku ini, jadi akan kutempelkan. Sekian.
Kasamatsu Yukio.
Setelah sticky note tertempel rapi di pojok halaman, Kasamatsu langsung memasukkan kembali jurnal tersebut ke dalam laci. Dia membuang mangkuk plastik dan kotak jus yang kosong ke tempat sampah di dekat pintu kamar sebelum kembali melemparkan dirinya ke tempat tidur yang berderit di bawah beban tubuhnya.
Himuro keluar memakai celana training dan kaus hitam, setelan yang biasa ia gunakan untuk tidur. Rambut hitamnya menempel ke wajahnya, membingkai wajah manisnya. Sedangkan handuk putih yang basah mengalungi lehernya.
"Serius? Kamu mau tidur lagi?" tanya Himuro sambil menjemur handuk di jemuran logam kecil di balkon.
"Aku tidak tahu harus melakukan apa," gumam Kasamatsu. "Aku sudah mempelajari semua bab."
Himuro membalik kursi meja belajarnya dan duduk menghadap Kasamatsu yang menenggelamkan wajahnya di bantal empuk. "Apa kamu merasa kalau kamu berubah?"
Kasamatsu mendongak sedikit, memandang teman sekamarnya. "Hah? Berubah gimana?"
"Kamu yang biasanya akan kembali belajar karena ingin mengalahkan Kise." kata Himuro.
Kasamatsu duduk di tempat tidurnya, mengusap wajahnya yang tampak lelah. Rambutnya acak-acakan karena sedari tadi tidak dia sisir. Kasamatsu menyisir rambutnya dengan jemari-jemari tangannya yang kurus dan panjang.
"Aku hanya lelah dan ingin istirahat."
"Apa kamu yakin itu alasannya?" tanya Himuro.
Kasamatsu terdiam. Sebenarnya ini semua karena pikirannya tidak bisa lepas dari si Kuning yang selalu menganggunya. Tapi, tidak mungkin dia jujur. Himuro hanya akan meledeknya habis-habisa.
Kasamatsu mengangguk. "Ya."
"Menurutku tidak," kata Himuro. "Menurutku, ini ada hubungannya dengan kise."
Kasamatsu menelan ludah. Dia memandang teman sekamarnya yang memandanginya dengan serius. Kasamatsu tidak pernah dipandangi Himuro seperti ini. Ini membuatnya tertekan.
"Kamu benar." gumam Kasamatsu.
"Ada apa?"
Kasamatsu dengan enggan menceritakan semuanya. Mulai dari kejadian di depan kamar, jantungnya yang berdetak tak terkendali, dan Kise yang tidak pernah bisa dia tendang keluar dari pikirannya.
Namun, Kasamatsu salah menduga. Dia kira Himuro akan menggodanya habis-habisan. Ternyata si teman sekamarnya itu tertawa terbahak-bahak, seolah Kasamatsu baru saja menceritakan cerita paling lucu di seluruh dunia.
"Kenapa kamu ketawa?" tanya Kasamatsu.
"Pft... kamu itu polos banget tau!" serunya di sela tawanya yang tak kunjung berhenti.
Kasamatsu melempar bantalnya karena ia kesal. Walaupun Himuro menangkapnya dengan mudah dan mengembalikannya lagi.
"Sakit jantung kamu bilang?" kekeh Himuro. "Biar kubilangin, ya. Itu namanya jatuh cinta. Selamat karena menemukan cinta pertamamu, Kasamatsu!"
Kasamatsu memiringkan kepalanya. "Hah?"
to be continued
Terima kasih sudah membaca. Tekan tanda bintang dan komenlah bila ada yang ingin disampaikan.
Pelukan terima kasih dari semua karakter🤗
See you in next chapter!🙋♀️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top