SEKISAH JUANG UNTUK BANGKIT
[Cerpen ini sudah ditebitkan dalam sebuah antologi cerpen tema : Never Give Up (2018)]
Sakit itu hanya dia yang tahu, terluka dan hancur adalah temannya akhir-akhir ini, seolah mengelilingi kehidupannya yang terlihat manis tapi pahit di dalamnya. Gadis itu hanya terus tersenyum, dengan bekas air mata di ekor matanya yang bulat, menjalani kehidupannya yang normal dan bahagia dengan tawa palsu yang menohok ke ujung hati terdalam.
Keputusan diambil sepihak oleh orang yang sangat berharga dimatanya, perasaan yang menggebu-gebu di hati yang orang lain sebut cinta itu kini mulai padam, menyisakan sepercik rasa sesal dan kesal. Hal itu sendiri membuatnya mengeluh tiap hari tanpa rasa ingin mengetahui sesuatu di balik sana yang jauh lebih besar dan bermakna.
"Ya Allah, luka ini kapan sembuh?" Kalimat itu terus keluar dari mulutnya.
"Key, berhenti lah memikirkan hal yang tidak penting. Tahun ajaran baru akan segera dimulai, orang baru, teman baru atau mungkin jodoh baru, setidaknya hadapi ini dengan hati yang gembira." Senyum Tania membuncah, mencoba untuk menyemangati kawannya itu,
"Aku bahagia! Sekarang aku bisa tertawa, lihat!"
Keyla menepis komentar Tania, menunjukkan senyum setengah hatinya,
"Wajah mu mungkin tertawa, aku bilang hati mu, jika hati mu tak gembira, senyum dan tawa mu hanyalah kepalsuan,"
Keyla menghela nafas, pernyataan temannya itu memang ada benarnya, untuk apa berlarut-larut dalam kesedihan? Sementara di depan mata masih banyak kebahagiaan lain yang menunggu. Keyla hanya tersenyum lirih, Tania yang melihat itu pun hanya mampu mengelus pelan pundak temannya, memcoba untuk memberikan semangatnya.
Ke esokkan paginya, lembab embun yang turun ke bumi mulai memudar seiring matahari yang kian meninggi, meski belum setinggi puncak pohon mangga di depan rumah Keyla. Keyla perlahan menyimpulkan tali sepatunya, kemudian berdiri membetulkan letak hijabnya yang bercap MAN (Madrasah Aliyah Negeri) itu, Tania sudah menyapanya lima menit yang lalu, kemudian menunggu teman baiknya itu bersiap-siap. Selepas mencium tangan kedua orang tuanya, ia lalu pamit pergi.
Hari senin artinya upacara bendera, masih dengan pakaian MAN yang belum lengkap atributnya semua siswa dan siswi membentuk barisan sesuai kelas yang telah ditentukan. Keyla memandang lesu kearah barisan itu dari pintu ruang kelasnya.
"Woy! Jangan melamun!" Teriakan Tania menyerang dengan ganas,
"Hei!!!" Keyla meneriaki balik, Tania hanya tertawa mendapat respon seperti itu,
"Makanya jangan melamun, yuk!" Ucap Tania, sembari mengulurkan tangan,
"Katanya setelah ini ada sedikit tausiyah, mungkin hatimu akan lebih segar, setelah mendapat siraman rohani, dan semua iblis pengundang galau itu lenyap," Tania tersenyum jahil,
"Semoga,"Ucap Keyla, balas tersenyum.
Keyla berdiri di barisan kelasnya, bersama dengan teman-teman baru yang sebagian masih menunggu untuk saling mengenal, senyum canggung muncul ketika mereka saling bertatap muka, begitu pun dengan yang lain. Di balik semua itu, terselip sedikit bayangan di belakang sana, sosok yang membuatnya kembali terluka meski hanya memandang punggung orang itu. Perlahan orang itu berbalik, membuat Keyla harus membuang pandangannya ke sisi yang lain.
Selepas upacara yang berjalan dengan khidmat, benar seperti yang Tania katakan semua murid tetap berkumpul di lapangan untuk mendengar tausiyah dan sedikit pengarahan untuk murid baru, Tania menghampiri Keyla dan duduk berdampingan. Gadis manis itu memandang temannya, aura Keyla terlalu suram akhir-akhir ini, Tania yang biasa hanya berbicara sepentingnya saja, kini mulai membuat lelucon kecil hanya untuk menghibur. Keyla yang memahami temannya itu, pun hanya balas tertawa, hingga tawa itu tertahan ketika Pak Bowo Guru BP yang terkenal dengan ke killer-annya tapi juga bisa menjadi pelawak dadakan itu mengucap kata 'pacaran' diawal kalimatnya setelah terlebih dahulu mengucap salam.
"Kalian tahu? Pacaran itu sebenarnya tak berguna, mending itu ta'aruf, berkenalan satu sama lain di hadapan wali atau orang tua dan biasanya setelah empat atau lima bulan akan menikah, kalian... pacaran bertahun-tahun tapi gagal menikah. Akhirnya? Sia-sia, yang ada dosa kalian menumpuk setinggi gunung. Terus orang dulu sering bilang, kalau pacaran berduaan yang ketiganya siapa?" Pak Bowo berhenti sejenak menantikan jawaban para murid,
"Setaaannn!!!" Kata para murid serempak dengan tangan yang saling menunjuk satu sama lain, sambil tertawa jahil,
"Nah, itu kalian semua sudah tahu. Jadi, bagaimana ? Masih mau berduaan? Masih? Teman setan berarti kamu," Pak Bowo nampak tertawa geli,
"Nanti habis putus galau-galau an, terus nangis di pojokkan, betul? Ada yang begitu,kan? Sayangi air matamu, Nak. Kalian pernah menangis untuk orang tua kalian? Mungkin ada yang pernah tapi jarang. Malu, Nak. Sadarkan diri kalian, lebih baik kalian membuat prestasi dari pada harus menangisi hal yang tidak berguna," Jari beliau mengarah ke sana kemari.
Sambil terus mendengar tausiyah Pak Bowo, Keyla memandang teduh dengan telinga dan hati yang menyimpan erat setiap kalimat yang beliau lontarkan, mungkin beliau nampak santai saja saat menyampaikan tapi Keyla memahaminya dan perlahan itu menyentuh hatinya yang terluka, menimbulkan secercah kepercayaan, bahwa putusnya hubungan itu akan membawa suatu hal yang lebih bermakna.
"Tan, aku yakin bisa move on, bukan dengan punya pacar lagi tapi dengan hal yang lebih bermanfaat."
"Bagaimana?" Tania bergaya seperti orang penasaran yang membuat Keyla tersenyum geli, tausiyah itu menyentuh tepat sasaran dan mengubah Keyla perlahan.
Pekat malam mulai menyerbu dunia, hawa sejuk khas malam pun mulai terasa, lembab tapi juga terasa tentram dengan suasana sunyi senyapnya, mengantar seluruh makhluk untuk kembali ke tempat ternyamannya masing-masing. Selepas maghrib Keyla masih sibuk di dalam kamar seperti biasanya, tapi kali ini yang dilakukannya di sana bukan hal yang biasa, dia mengulang pelajaran, hal yang terlampau jarang dia lakukan dulu.
"Mulai sekarang tujuan ku adalah untuk prestasi akademik dan ekskul, aku akan menjadi siswi yang aktif dengan peringkat Top 10," Keyla mengepalkan tangannya ke udara, berbicara sendiri dengan hatinya yang remuk, mencoba melekatkan kembali dan menutupi luka-luka itu.
Keyla terus berusaha setiap harinya walau dengan harapan kecil, mengingat dirinya dulu bahkan terlempar dari tingkat 20 besar hanya karena terlalu sibuk mengurusi cinta yang akhirnya menyerangnya balik dengan ganas. Namun, Tuhan selalu punya rencana, meski dulu Keyla nampak bodoh di mata orang lain, tapi nyatanya di semester pertama dia berhasil masuk ke dalam peringkat Top 10. Kemudian, disemester berikutnya pun peringkatnya kembali meningkat.
"Ayah, berapa peringkatku?" Keyla nampak gugup sembari menghampiri Ayahnya yang baru saja keluar dari ruang kelas.
"Ranking 5," Ucap Ayahnya lembut.
Keyla bersorak riang meski hanya dalam hati dan hanya bisa mengucap syukur kepada Tuhan.
Di kelas XI, Keyla tertegun. Perasaan campur aduk merundung dalam dadanya, dia harus masuk di kelas yang sama dengan pria itu, ada perasaan menohok dan takut, membuat Keyla sedikit meringis tapi dia kembali ke motivasinya, kali ini di kelas yang sama dia harus mengalahkan peringkat kelas pria itu, hal itu akan membuatnya lebih kuat. Perlahan tapi pasti, kembali Keyla masuk ke dalam Top 10 di semester awal di kelas itu, dia juga diminta untuk mewakili kelas sebagai kandidat ketua OSIS yang baru.
Keyla memasuki dunia baru lagi, hidupnya sekaligus hatinya kembali bersinar, Keyla yang dulu perlahan kembali, dia sekarang sudah diperbaharui layaknya terlahir kembali. Tania yang sekarang juga anggota OSIS pun selalu memberinya semangat, mereka terus maju, meninggalkan titik-titik kelabu masa lalu. Namun, hidup akan terus berputar. Pria itu kembali perlahan mengusik hidupnya dengan menyangkut pautkan hubungannya yang baru dengan gadis manis itu, ia menyebut bahwa Keyla adalah orang ketiga dari kehidupan cintanya yang baru itu. Keyla tertegun, wajahnya merah padam menahan emosi dan akhirnya buliran bening itu kembali meluncur mulus di pipinya yang dingin.
"Aku tidak akan memaafkan kamu selama-lamanya."
Begitulah kira-kira isi pesan teks yang dikirimkan olehnya, perasaan marah dan benci itu menjalar, Keyla hanya berusaha acuh, mencoba untuk bersikap senatural mungkin. Namun, dalam kenyataanya pria itu hanya menjilat ludah sendiri, tak berselang lama, dia akhirnya meminta maaf ketika mereka berada dalam satu kelompok.
Pergolakan hebat itu, akhirnya membuat keadaan Keyla goyah dan beberapa hal seperti OSIS serta hal lain, membuatnya kehilangan fokus. Membuatnya harus berbesar hati ketika peringkatnya turun drastis dan sedikit menodai motivasi hidupnya. Keyla sebenarnya bukan gadis yang ambisius, hanya saja dia selalu memikirkan orang tuanya, setidaknya dengan peringkat yang baik, agar orang tuanya tidak khawatir dengan pendidikannya setelah ini, di bangku kuliah.
Kelas XII pun menjadi tempat ternyaman Keyla saat ini, di sini pun dia hanya harus memikirkan pendidikannya saja, masalah OSIS dan ekskul yang selalu menemaninya dulu sudah menjadi tempat para penerus mereka, sehingga mereka hanya fokus pada UN dan tes perguruan tinggi. Keyla menghela nafas, detak jantungnya perlahan semakin cepat, sekarang waktunya pengumuman hasil belajar mereka di semester awal kelas XII.
"Ibu akan umumkan dari ranking ketiga,ya?" Ibu Nani diam, ada jeda sejenak,
"Selamat kepada Keyla Rahmah, sebagai peringkat ketiga semester ini!" lanjut beliau.
Tepuk tangan riuh mengelilingi Keyla dengan hati ringan dia melakukan sujud syukur, kemudian bergegas untuk mengambil bingkisan beserta rapornya. Senyum manis itu kini telah menggantikan raut wajah gugupnya. Dia berhasil mengalahkan peringkat kelas pria itu, yang kini juga perlahan kembali menjadi kawan bagi Keyla.
Waktu berlalu dengan cepat, menyisakan rasa sedih mendalam mengetahui perpisahan sudah di depan mata, kali ini Keyla bukan menangisi seseorang, tapi semua orang yang menemaninya selama tiga tahun terakhir, mengenang kenangan manis dan pahit perjuangannya. Kemudian, hari yang paling mendebarkan datang, pasalnya di hari itu di sebuah amplop akan tertulis pernyataan lulus atau tidak lulus para murid. Sebelum semua membuka amplop, para guru membacakan peringkat Top 10 dari hasil UN sesuai dengan jurusan masing-masing.
"Peringkat keempat dari jurusan IPA, menjadi perempuan pertama yang masuk Top 10, selamat kepada Keyla Rahmah!"
Lagi, perasaan syukur yang tiada tara itu menyerbu ke dalam hati Keyla. Perjuangan selama tiga tahun itu terbayar, motivasi yang berasal dari keterpurukan itu pun berhasil membuatnya menggapai mimpi yang bahkan tidak pernah terbayangkan olehnya. Keyla yakin dengan sangat mantap dia sekarang sudah berhasil untuk MOVE ON!, move on di sini bukan berarti melupakan karena melupakan adalah hal yang tak mungkin bagi manusia yang berakal, melupakan semuanya juga bukan hal yang baik, karena setiap orang meski pernah melakukan hal yang buruk, mereka juga memberikan kenangan yang membahagiakan dulunya. Jadi, move on bukanlah melupakan tapi pada dasarnya adalah memaafkan bagi Keyla.
Banyak cerita yang mengisahkan perjalanan panjang seseorang menggapai citanya, menangkup rasa pahit dan manisnya kehidupan, membuat manusia menjadi seorang manusia, yang diberkahi akal pikiran untuk terus bergerak, bangkit dari keterpurukan dan bersyukur ketika mengecap sebuah kebahagiaan. Hidup itulah perjuangan yang sesungguhnya, bagi kita manusia.
-oOo-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top