KATANYA MENYIMPANG?

Suasana lembab sehabis hujan kemarin masih terasa ketika aku berhasil duduk di kantin kampusku, hawa dingin pun kini mulai menusuk ke dalam kulit lenganku yang hanya di tutupi setengah. Suasana kantin yang hening kini berubah perlahan layaknya suasana kantin biasa, ramai, bau bumbu masakan dan asap rokok pun menjadi satu. Kini meja panjang yang ku tempati terasa penuh dengan kehadiran empat gadis yang tak ku kenal asalnya.

"Eh, sudah dengar berita?" gadis berjilbab merah memulai pembicaraan,

"Apa? Apa?" gadis berjilbab biru yang merespon pertama kali

"Katanya artis SJ ditangkap karena kasus LGBT," gadis berjilbab merah berbicara dengan setengah berbisik,

"HAH?" seketika teman-temannya gadis berjilbab biru, hitam dan hijau pun terperangah,

Aku yang berada di dekat mereka pun juga sempat terlonjak karena suara sangar mereka ketika bergosip.

"Masa,iya'? Dia kan orangnya alim, rajin shalat katanya. Apalagi kalau wawancara, biasanya nyebut-nyebut nama Tuhan terus, ya kan'?" kini gadis berjilbab hitam menimpali,

"Kita tidak bisa menilai orang dari luarnya saja, ada orang memang kelihatannya buruk tapi dalamnya baik dan bisa juga sebaliknya" gadis berjilbab hijau kini juga bersuara,

Aku mengangguk mengiyakan kata-kata gadis berjilbab hijau, tapi aku berusaha untuk tidak terlalu kentara.

"Jadi merinding, ya'!"

Gadis-gadis lain mengiyakan, suasana hening pun mulai tercipta. Sekarang aku kembali tenang karena tidak mendengar percakapan mereka lagi.

"Ngomong-ngomong kalian mau tahu tidak, ciri-ciri pria LGBT?" gadis berjilbab merah membuka suara,

"Bagaimana? Bagaimana?" Gadis-gadis yang lain pun ikut berkicau kembali

Aku pun hanya menutup wajah dalam kedua tanganku untuk meredam kesal, tapi telingaku masih saja menangkap percakapan meriah mereka.

"Pria LGBT itu, biasanya rambutnya rapi, licin, sampai-sampai kutu terpeleset,"

Perlahan namun pasti aku merasakan sesuatu tengah mengarah padaku, aku membuka tangan sedikit, gadis-gadis itu melirik ke arahku, aku yang mendengar percakapan mereka spontan mengacak rambut. Mereka pun kembali berbincang.

"Pria LGBT itu juga biasanya memakai celana jeans ketat,"

Kini tanpa aba-aba aku pun memperhatikan celanaku "Yes, celana kain," batinku dan berpura-pura berdiri untuk memastikan pesananku sudah siap. Aku melirik, mereka tidak memperhatikan lagi. Aku menghela nafas dan duduk kembali. Stay cool!

"Pria LGBT juga biasa pakai baju warna cerah,ya kan'?" gadis berjilbab biru kini ikut bereaksi,

Lagi kini mereka serentak melirik ke arahku, mimpi apa aku kemarin malam? Pagi-pagi begini sudah berurusan dengan gadis-gadis aneh yang berbincang mengenai LGBT.

"Kalau dilihat dari kasus SJ, SJ kan ada jenggotnya sedikit!" gadis berjilbab hitam langsung mencetuskan hal yang mengerikan.

Canggung. Aku langsung berdiri dari tempat dudukku, karena tidak tahan dengan lirikan yang kini sudah berubah menjadi tatapan aneh mereka, kebetulan hari ini aku memakai baju warna biru muda dan lupa harus bercukur tadi pagi.

"Heh, yang benar saja," aku menggumam pelan dengan sepiring nasi uduk di tanganku.

Aku kembali duduk dan menyantap sarapanku yang sedikit terlewatkan tadi, untungnya di tempat ini cukup sepi. Aku kembali terhenti ketika temanku Randy si pendiam mendekat dan duduk di depanku, tampilannya terlihat sama, tapi tiba-tiba telihat aneh di mataku, rambut yang ditata rapi, baju warna ungu muda dan celana jeans hitam, serta tak ketinggalan rambut-rambut halus di dagunya. Aku kembali menelan sarapanku dan membuang pikiran aneh yang sudah merambat dalam otakku. Dia tiba-tiba menghela nafas, raut wajahnya terlihat lelah.

"Aku LGBT, Han."

Bagai disambar petir disiang bolong, sendok dan garpu yang tengah ku genggam terlepas begitu saja dan berjatuhan di lantai, aku menelan ludah mungkinkah selama ini dia jarang bersosialisasi karena hal ini. Lalu, mengapa dia mengatakan ini padaku? Bukan berarti dia tertarik padaku,kan'?. Aku menatapnya, kosong, aku benar-benar tidak tahu harus mengucapkan apa.

~oOo~

Kelas mata kuliah Psikologi hari ini pun berakhir, tapi sebelumnya dosen kami harus mengumumkan beberapa kalimat yang hanya dengan mendengarnya saja membuat telinga ini seperti mengeluarkan api.

"Kita sudah bagi kelompok ya,? Jadi, setiap kelompok harus mengumpulkan makalah minggu depan, mengerti?"

Perkataan dosen tadi disambut dengan helaan nafas dan suara protes lainnya dari para mahasiswa, ketika yang lain sibuk sendiri memikirkan makalahnya, Randy tiba-tiba berdiri.

"Maaf, Pak. Sebenarnya saya ini LGBT !"

Ucapan Randy sontak membuat semua mahasiswa terdiam, tak terkecuali aku. Tatapan kami pun tertumbuk ke Randy seorang. Apa lagi ini? Mengapa dia mengaku di depan semuanya? Apa dia ingin menyatakan cintanya padaku di hadapan semua orang? Kenapa aku jadi ke Geer-an begini?. Tiba-tiba saja aku merinding.

"Maksud kamu apa,Randy?" Dosen kami pun hanya bisa bertanya ragu,

"Saya LGBT,Pak. L... Lagi, G... Galau, B... Banyak, T... Tugas. Jadi, tolong jangan kumpulkan minggu depan makalahnya,Pak. Karena tugas kami masih banyak yang belum selesai." Munculah tatapan nanar dari seorang Randy.

Pak Dosen hanya bisa terdiam dan melangkah keluar, aku menatap Randy dia salah gaul ternyata. Kami yang hampir serangan jantung pun akhirnya satu persatu berpencar untuk kembali ke tempat masing-masing.

Dewasa ini terlalu banyak hal-hal anehbermunculan, sebagaimana halnya dengan kasus LGBT itu, kasus yang tidak senonohsebenarnya jika harus dipertontonkan di media, hanya kita yang bisamenyikapinya dengan bijaksana. Aku menghe nafas, sekali lagi hari yang cukupberat terlewati.

-TAMAT-

CERPEN INI PERNAH DIPUBLIKASIKAN DI MAJALAH KAMPUS LEMBAGA PERS MAHASISWA SUARA KRITIS MAHASISWA (LPM SUKMA, UIN ANTASARI BJM)(2016)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top