4

Peluh membasuh tubuh ketika pemuda itu terbangun. Air matanya menganaksungai, keluar sendiri tanpa diperintah.

Keramaian kota Tokyo tidak lagi merasuki pendengarannya. Semua begitu sunyi, dibungkam oleh ketidakpercayaan akan kepergian gadis itu.

Kiro meletakkan tangan di dada, meremas bajunya sekuat mungkin. Rasa sakit mengaliri seluruh tubuhnya, menyisakan rasa sesak yang enggan bersikap lembut barang sedetik pun.

Kelopak matanya terpejam sempurna, berharap bahwa semua ini hanyalah bagian dari mimpi buruknya.

Sekian menit berlalu, kenyataan menamparnya keras. Ini bukan mimpi atau halusinasi semata. (Name) benar-benar pergi, meninggalkannya seorang ini, menyisakan segudang perasaan yang tidak dapat diluapkan.

Kiro tertunduk, menyesali setiap perbuatannya. Seandainya ia datang lebih cepat, mungkin semuanya akan berubah.

Mungkin saja dia masih bisa melihat senyuman gadis itu, menikmati setiap momen bersama dengannya.

Akan tetapi, semua justru berakhir seperti ini. Sungguh tragis.

Pemuda itu membuka kedua telapak tangannya, menyadari beberapa helai mahkota bunga sakura jatuh melambai ke arahnya.

Di antara angin yang berembus dengan manja, Kiro dapat mendengar suara yang begitu jelas, melodi sederhana yang sering diciptakan gadisnya ketika berjumpa dengan rasa bosan.

"Kamu harus tersenyum, Kiro. Jadilah Kiro yang selalu kukenal." Sakura itu kembali berbisik lembut di tengah isakan Kiro.

Kiro menutup kembali telapak tangannya, meletakkan mahkota bunga merah muda itu sedekat mungkin dengan dirinya. Ia terisak, membiarkan duka melenyapkan energi positif di dalam dirinya.

"Biarkan aku seperti ini dulu, (name)...." Ia memandang ke atas, memaksakan senyum kepada langit. "Aku janji suatu hari nanti aku akan bertemu denganmu lagi. Dan saat hari itu tiba, kita harus makan yang banyak, ya!"

-End-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top