CHAPTER 5 : I Don't Wanna Live Like This
Di sebuah ruangan besar dalam istana ini, Aldridge dan Chaos bertarung di tempat minim penerangan, yang hanya disinari api dari tangan Chaos dan pedang yang glowing berwarna merah biru milik lawannya.
Mereka melawan dua orang Swashbuckler yang sedang tidak beres kondisinya. Di tambah banyak perabotan tua yang sudah rusak dan lapuk, membuat pergerakkan mereka tidak begitu leluasa disini.
Sosok kedua lawannya ini adalah dua wanita yang identik mirip, mengenakan pakaian bajak laut dengan desain serupa dan menggunakan topeng tengkorak khas topeng masquerade yang hanya menutupi mata dan hidung mereka.
Gaya bertarung Swashbuckler bisa dibayangkan dengan cara Jack Sparrow berpedang. Dengan menghindar, menangkis dan menusuk lawan, menebasnya dengan cepat oleh pedang Cutlass yang ringan, khas digunakan para pelaut dan bajak laut itu sendiri.
Dan masing-masing dari kedua Swashbuckler ini punya pedang cutlass dengan yang satu berwarna merah yang dihadapi Aldridge, sedang yang satunya lagi berwarna biru yang dihadapi Chaos.
***
TRANG! TANG! TANG!
Aldridge menganalisa bersamaan dengan terus menepis serangan-serangan cepat yang datang bertubi-tubi. "Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka sih? Aura-aura hitam keluar dari tubuh orang-orang ini?"
"Jangan pikirkan itu dulu! Fokus kita adalah menghentikan mereka terlebih dahulu!" Sahut Chaos yang juga menangkis dengan tangan dan lengannya yang berselimut api.
"Kalau diperhatikan, pola gerakkan mereka sama persis." Aldridge masih terus menghindar dan menepis serangan mereka. "Karena kita tak punya banyak waktu lagi, begini saja..."
Aldridge membuat pusaran bola angin di tangan kirinya, lalu digunakan ketika lawannya mendekat, Aldridge menempelkan bola angin itu ke perut lawan.
"Wind Caliber !!"
Serangan Aldridge memberikan tekanan pada lawannya dan mementalkannya jauh-jauh hingga membentur tembok yang tak kelihatan jelas karena minim cahaya.
"Untung senjata mereka mengeluarkan cahaya! HYAAAA!" Aldridge langsung berlari mendekati lawannya yang sudah tersudut di tembok, bersiap menyerang lawan dengan tebasan pedangnya.
DRUSSSTTT !!
Lawannya menggulingkan badan ke sisi kanannya dan berhasil menghindarinya sambil dengan cepat mencoba bangkit.
"Wind Caliber !!"
Sesaat lawannya ini baru mencoba bangkit. Aldridge menghempaskannya lagi ke ujung tembok yang lain, menabrak berbagai kayu-kayu lapuk yang sisi tajamnya bisa sangat menyakitkan, hingga membentur tembok untuk kedua kalinya.
"HYAAAAA !!" Aldridge datang berlari, menyerang sekali lagi hingga kedua pedang mereka saling beradu. Saat pedang Aldridge bersinggungan langsung dengan Cutlass berwarna merah itu, sesaat terlihat percikan-percikan api keluar dari Cutlass merah itu.
"Jadi begitu maksudnya...Arti merah dan biru pada senjata mereka."
***
Sementara itu Chaos di sisi yang lainnya. Yang masih sibuk bertahan dari serangan cepat lawannya ini.
"Sial! Ini aneh, perlahan apiku padam seketika senjatanya bertabrakan langsung dengan tangan apiku ini."
"Chaos! Ayo berganti lawan!" Sahut Aldridge yang masih sibuk bertarung.
"Kenapa?"
"Lawanmu itu memiliki senjata elemen air, biar aku saja yang lawan!"
"Lalu lawanmu?!"
"Cepat kesini, kau ladeni orang ini! Biar aku yang urus lawanmu."
"Dimengerti!" Chaos langsung berlari ke sudut ruangan dimana Aldridge berada. "Oke Aldridge! Minggir!"
Aldridge langsung melompat, menjauh dari lawannya saat ini dan meladeni yang satunya lagi.
Chaos langsung berbalik, menyerang target yang lain dengan kobaran api besar di kedua tangannya yang sekaligus memberikan penerangan di ruangan gelap ini. "Dengan begini, serangan ini pasti kena!"
Chaos setelah kobaran api menyelimuti tangannya hingga ke pundak, ia berlari dengan kedua tangan lurus ke belakang, ketika sudah mulai dekat dengan lawan. Chaos meninjunya sekali dengan serangan sekeras mungkin.
"RAGING DRAGON STRIKE !!"
Lalu dengan instan, lawannya dibakar hangus sebuah kobaran api yang melahap dirinya secara keseluruhan. Panasnya api itu membuat tempat ini jadi hangat sekaligus juga jadi terang, Baik Aldridge maupun Chaos, jadi berkeringat oleh karena panasnya tempat ini.
"Hosh... Hosh..." Chaos merintih kelelahan setelah mengeluarkan skill barusan.
"Kau terlalu berlebihan Chaos!"
"Apa boleh buat... Hosh... Hosh... Sebelum mereka jadi lebih merepotkan."
Aldridge kini melawan si pengguna Cutlass biru, kini mereka berdua beradu pedang dengan kobaran api di sekitarnya. "Nah! Kalau terang begini kan enak!"
TRANGG! TRANGG!
Setelah dua kali lagi pedang mereka saling beradu, Aldridge mementalkan senjata musuhnya...
"Maafkan aku."
CRASSTT !!
Aldridge menusuk jantung lawannya dan membunuhnya di tempat itu juga. Cipratan darah lagi-lagi mengucur deras di sisi depan Aldridge. Tubuh lawan Aldridge langsung tergeletak di tanah, sesaat lawannya sudah tak lagi bernyawa.
"Karena terpaksa membunuhmu..."
Selang beberapa detik Aldridge memenangkan pertarungan, ia langsung terjatuh lemas bersamaan dengan pedang yang di lepas dari genggamannya begitu saja.
"Sial! Sial! SIAL!! Dua kali sudah aku membunuh orang dalam satu hari saja!" Aldridge meninju lantai keras-keras dan menyesal sekali.
"Tak ada cara lain Aldridge." Kata Chaos dengan dinginnya. "Kau dan aku, akan banyak mengalami kejadian seperti ini, membunuh atau dibunuh. Hukum alam yang tak pernah berubah."
Aldridge mengambil lagi pedangnya lalu berdiri sambil menyarungkannya. "Maafkan aku... Aku terpaksa."
"Ayo melangkah lebih jauh lagi, Rynka menunggu kamu kan?"
"Kau benar! Ayo Chaos!"
Mereka melangkah ke tingkat selanjutnya.
***
Lalu sesampainya mereka di lantai 2. Di lantai ini banyak terdapat kamar kosong, beberapa masih menyisakan tengkorak manusia yang dulunya mati disini tanpa pernah diapa-apakan lagi.
"Di lantai ini, sepertinya tidak ada siapa-siapa." Kata Chaos sambil membuka pintu satu persatu.
"Kupikir tempatnya tak akan seseram ini. Tapi lama-lama aku merinding juga ada disini."
"Kau percaya hantu itu ada?"
"Hei, hei! Cerita gitunya nanti saja! Gak tahu tempat ya?"
"Kutanya kau percaya hantu itu ada?"
"Enggak... Enggak percaya!"
"Terus kenapa takut? Kita berdua bisa sihir juga. Apa yang perlu ditakutkan. Justru hantu-hantu itu yang takut sama ki..."
"Cit! Cit!"
"HUAAA !!?" Chaos langsung meninju dengan api yang besar hingga hangus.
"Kupikir kamu gak takut..." Aldridge menatapnya dengan senyum sindiri.
"Hosh... Hosh... Ternyata cuma tikus." Chaos tersungkur jatuh, ia duduk di lantai berbedu dengan keringat dan jantung berdebar-debar
"Kalau tidak ada siapa-siapa disini, ayo naik ke lantai berikutnya."
"Tunggu Aldridge! Hosh... Hosh..."
"Ada apa lagi?"
"Kita gunakan potionnya dulu."
"Ohh iya... Tapi punyaku habis."
"Ambil ini!" Chaos melemparnya untuk di tangkap Aldridge.
"Terima kasih!" Aldridge lalu segera meminumnya. "Meski rasanya gak begitu enak, tapi efek menyembuhkannya cepat sekali ya."
"Ya, memang begitulah cara kerja Potion." Chaos membuka tutupnya dan segera meminumnya.
"Padahal Potion yang dikasih Jul dulu rasanya kayak Jus loh! Kalau ini Hoekk... Kayak minum obat. Pahit!"
"Jul?" Chaos tak bisa mengingatnya.
"Alchemist yang itu loh, yang waktu kita terjebak di Sleeping Forest. Yang anak kecil itu."
"Ahh anak itu... Jadi dia bisa membuat potion." Chaos membuang botol potion itu sembarangan saja.
"Ya! Rasanya lebih enak dibanding ini. Ngomong-ngomong, kau sering menggunakan ini?"
"Potion? Tidak juga, bahkan hampir tak pernah." Chaos lalu berdiri dengan kondisi yang lebih baik.
"Kenapa? Aku rasa fungsinya baik sekali, apalagi jika tak sedang bersama Healer seperti sekarang ini."
"Memang, tapi konsumsi potion secara berlebihan memberikan efek samping yang fatal."
"Fatal? Seperti?"
"Wajahmu akan terlihat seram dan malah berbalik melemahkan penggunanya."
"Haa? ... Sepertinya Vexxor dulu juga pernah bilang begitu padaku. Jadi, gak boleh sering-sering ya?"
"Kondisiku sudah lebih baik, ayo naik ke lantai berikutnya."
***
Lalu mereka beranjak naik satu lantai lagi ke lantai 3, lantai paling atas istana ini.
"Jadi inikah puncaknya?" Kata Chaos.
Aldridge dan Chaos tiba di ruang singgasana raja. Ruang ini besar seperti istana kerajaan yang umum ditemui mereka selama perjalanan disini, terdapat pilar-pilar dan karpet merah yang sudah robek-robek dan usang.
Tempat ini juga di penuhi jendela-jendela yang bisa dilihat dari sudut pandang lantai 3 kastil ini. Dan sama seperti di lantai 1 tadi, banyak meja-meja panjang beserta makanan busuk dan mayat-mayat yang mati disana, masih tersisa hingga jadi tulang belulang.
"Bukan main... Tempat ini sudah tidak ditinggali berapa lama?" Kata Aldridge yang terus mengobservasi sekitarnya. "Tapi kok aneh, lantai-lantai disini seperti banyak yang retak seperti dihantam sesuatu?"
"Quest ini menyebalkan, penjelasannya tidak detail. Kita dinyatakan telah berhasil ketika sudah mengalahkan siapa?"
"Lihat! Ada seseorang disana!" Tunjuk Aldridge pada orang yang tertunduk lemas, bagaikan raja yang mati di singgasananya sendiri.
"Kalau masih bagus kondisinya, tempat ini pasti adalah kastil yang bagus sekali."
Kemudian Aldridge dan Chaos mendekati mayat raja mati itu dan menganalisanya.
"Dia sudah mati?" Tanya Aldridge
"Bisa saja, tapi sepertinya dia baru mati belum lama ini?" Chaos menganalisa dengan memencet-mencet daging yang beberapa sudah jadi tengkorak.
"Kau tahu dari mana?"
"Pengalaman..." Jawab Chaos dengan menunjuk angka satu dengan tangannya.
Aldridge yang salah mengartikan gestur tangannya itu membuatnya menoleh ke atas, disana terdapat sesosok wujud Minotaur raksasa berdiri di belakang raja ini.
"Ohh tidak!? Chaos awas! Wind Caliber !!" Aldridge menembakkan sihir angin ke Chaos sehingga mementalkan dirinya berbarengan dengan Chaos.
DUUARR !!
"Gila!!? Kalau kena, bisa remuk badan kita ini!" Kata Aldridge pucat dengan jantung berdebar-debar. "Minotaur? Tapi darimana monster ini berasal?"
"Sudah jelas, kalau monster muncul tiba-tiba dari orang tertentu. Raja mati itu jelas-jelas masih hidup dan dia pengguna Aura tipe Summon."
"Aura tipe Summon? Aku baru pertama lihat yang seperti ini."
"Dengan ukurannya yang sebesar itu, ini akan jadi sulit!"
"Apa ini sama seperti Necromancer yang tadi?"
"Ya... Sama, tapi dia ini tak perlu medium untuk jadi summonnya."
"Dia? Maksudmu?"
"HRROOAAA !!"
Minotaur yang besarnya tiga kali manusia itu mengarahkan kapak besarnya ke Aldridge.
"Oh tidak, tidak, tidak! Dia ke sini! HUWAA!"
Aldridge langsung menggulingkan badan secara cepat ke kanan untuk menghindar. "Buset!? Ngeri banget !!?" Seketika ia bangun kembali, Wajah Aldridge sudah biru pucat melihat kapak raksasa siap menghantam dirinya.
"Hei Chaos! Maksudmu, Summoner Minotaur ini adalah raja mati itu?
"Ya! Meski sulit dipercaya, tapi kemungkinan satu-satunya hanya itu!" Jawab Chaos dengan saling bersahut-sahutan dari sisi yang berjauhan.
"Terus bagaimana melawannya ini?"
"Sama seperti Necromancer yang tadi, fokus pada Summonernya."
"Cih! Kau yakin? Kalau Summonnya adalah monster sebesar ini."
Aldridge dibuat merinding dan ragu-ragu, jelas saja. Lawannya adalah monster banteng raksasa yang bertanduk dua, bertubuh kekar berotot dengan anatomi manusia tapi berkaki banteng. Monster ini matanya merah dan dari kertak gigi di mulutnya, terlihat deru nafas dan air liurnya yang mengalir terus dari mulutnya seolah secara tidak langsung mengatakan bahwa monster ini haus darah.
"Wind Caliber !!"
Aldridge tanpa basa-basi menembakkannya langsung ke wajah minotaur itu.
"Tidak Aldridge! Jangan buang-buang tenaga! Fokus kita hanya penggunanya saja."
"Hei kau kira gampang untuk menggapai raja itu! Salah-salah dikit, bisa kesikat sama monster besar ini!"
"Benar juga, Serangan jarak dekat terlalu berisiko kalau lawannya seperti ini."
"Chaos, kau ada ide untuk melawannya?"
"Tidak, belum... Untuk sementara ini kita serangan dengan sihir jarak jauh dulu!"
"Wind Cutter !!"
Aldridge mengibas pedangnya secara horizontal dan membuat pisau angin yang beranjak lurus menargetkan Minotaur yang besar itu.
"Fire Breath !!"
Chaos menyemburkan api dari mulutnya dan mencoba membakar lawannya lewat semburan api yang terus menerus dari jauh.
"Sial! Minotaur itu menghalangi!"
"Aku rasa strategi melawan summoner tak cukup hanya satu saja."
Minotaur besar berwarna ungu itu melindungi si pengguna dengan lengannya yang menutupi raja mati itu dari segala serangan.
"Aldridge... Cepat pikirkan suatu strategi sekarang juga, sebelum kita jadi bubur kayu."
"Chaos, aku punya ide."
"Apa idenya?"
"Mungkin aku tak secerdas Vexxor untuk urusan mengatur strategi, tapi setidaknya. Taktik sederhana ini bisa menyelesaikan masalah."
"Yasudah cepat! Apa idenya?"
"Kau elemen api dan aku angin. Kalau Apimu bisa di perkuat dengan pusaran angin yang cepat. Minotaur itu akan setidaknya tergeser sedikit lalu..."
"HROAARRR !!" Minotaur itu kembali menyerang.
"Woy! Tunggu dulu dong !!?"
"Sudah jelas, Kita jadi bubur kayu nih..." Chaos pun dibuat pucat.
"Tak ada waktu untuk menjelaskan, kita coba saja rencanaku yang tadi."
"Mulai dari siapa dulu nih?"
"Kau serang dengan tinju apimu dari jarak jauh, nanti aku boost apinya dengan sihir angin. Tapi... Gunakan api dalam segala besar supaya tak padam terkena angin."
"Baik... Massive Fire Fist !!"
Lalu Minotaur itu langsung kembali melindungi raja mati itu.
"Begini Al?"
"Ya! Coba lebih besar lagi!" Di panas ruangan ini, Aldridge terus memaksakan diri, menganalisa dan memastikan rencananya berhasil. "Oke! Sekarang!"
"Aero Cannon !!"
Semburan besar angin datang menerpa api itu, hingga ketika kedua elemen itu bersatu, api Chaos menyebar mengikuti arah pusaran angin milik Aldridge. Dan dashyatlah serangan itu, layaknya seperti kobaran api yang mencar kemana-mana.
"HRROAAA !!" Minotaur itu tak sanggup lagi melindungi penggunanya, karena dirinya sendiripun ikut terbakar. Dan lepaslah proteksi Minotaur itu terhadap pemiliknya.
"Ini dia! Kesempatan! Aku tak boleh ragu, meski aku belum pernah coba cara ini. Tapi... Aku harus bisa."
"Wind Barrier !!"
Aldridge melapisi dirinya dengan pusaran angin yang membungkusnya bagaikan bola, untuk mencegah sebaran api itu mengenai dirinya. Lalu Aldridge, menerobos masuk kobaran api itu.
"Aku harus konsentrasi, salah sedikit saja, api ini bisa membakarku juga."
"Jadi ini strateginya." Chaos yang sudah kelelahan hanya mampu melihat Aldridge masuk ke kobaran api itu tanpa bisa berbuat banyak lagi. Karena separuh ruangan ini, seperti terjadi tornado api di dalamnya. Panas dan berbahaya sekali tempatnya.
"Ini benar-benar gawat. Aku benar-benar tak menyangka, serangan gabungan kami berdua jadi sedahsyat ini." Aldridge terus berjalan sedikit demi sedikit menembus pusaran api itu.
"Konsentrasi, konsentrasi, konsentrasi!" Aldridge terus berjalan sampai akhirnya ia sudah dapat melihat raja mati itu, duduk di takhtanya.
"Benar kan! Raja mati ini dilindungi Black Barrier juga." Lalu Aldridge menoleh ke atas, melihat minotaurnya sudah tak lagi berdaya dalam pusaran api ini. Minotaur itu hanya bisa merongrong kesakitan terbakar di tengah pusaran api ini.
Aldridge menggenggam pedangnya dengan kedua tangannya. Lalu menghunuskannya ke depan untuk menikam raja mati itu di tempat.
"HROAARRRR !!" Minotaur itu berteriak kesakitan dan perlahan-lahan memudar hingga hilang.
"Berhasil!" Aldridge kehilangan konsentrasinya, lalu Barriernya lepas. "Celaka! Apinya akan menghanguskanku seketika! Ini diluar perhitunganku!"
"Fire Control !!"
Chaos mengibaskan tangannya ke kanan dan ke kiri, memisahkan pusaran api menjadi dua seperti musa membelah sungai nil.
"Aldridge cepat pergi dari situ!" Teriak Chaos.
"Wind Caliber !!"
Aldridge mementalkan dirinya dan segera keluar dari jangkauan pusaran api itu secepat mungkin.
Setelah melihat Aldridge keluar dari sana. Chaos langsung melepas kemampuannya dan pusaran api itu masih berlangsung tak henti-hentinya.
"Hosh... Hosh..." Chaos tersungkur jatuh dengan hanya ditopang kedua tangan dan dengakulnya saja. Urat-urat terlihat jelas di wajahnya serta keringat yang membahasi seluruh tubuh Chaos, karena ruangan ini betul-betul panas.
"Chaos, ayo keluar dari sini!"
"Kau benar-benar... Hosh... Hosh... Salah perhitungan."
"Ya... Serangannya terlalu besar. Apalagi ini di ruangan. Benar-benar gawat! Kita harus lari Chaos!"
"Kau saja, aku tak bisa bergerak lagi. Capek sekali."
"Bicara apa sih kamu! Ini antara hidup dan mati!" Aldridge menggendong Chaos dan segera lari dari sana.
***
"HUWAAA !!" Aldridge melompat begitu saja dari lantai 3 ke lantai 2. Lalu mereka tersungkur di lantai 2.
"Tuh benarkan ada orang." Kata seseorang yang dilihat Aldridge dari bawah, Seorang penyihir berjaket tebal panjang, berwarna hitam. Mengenakan topi pesulap berwarna hitam.
"Jadi cuma dua orang anak-anak ini yang bunuh mainan kamu?" Kata seorang pria tua ubanan berambut panjang.
"Ya siapa lagi? Anak-anak ini sepertinya kuat." Kata si penyihir berjaket hitam itu.
"Ketua, dua orang ini kita bunuh saja atau bagaimana?" Kata seseorang dengan kulit biru keunguan yang sedikit pucat, rambutnya putih dengan mata merah darah.
Lalu terakhir kata ketuanya. "Aku putuskan, setelah membereskan kekacauan disini."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top