CHAPTER 12 : Dead Men





"Aduh!" Aldridge palm face. "Sifat buruknya kambuh!"

Di tengah situasi melawan 3 Giant Spiders sekaligus. Chaos tetap menantangnya langsung, kalau ia menang maka ia disebut berani. Tapi jika kalah, Chaos tak lebih dari orang nekat yang mati konyol.

"Biar kuhabisi kalian satu persatu!" Tantang Chaos.

GROOSAAAA !! GROOSAAAA !! GROOSAAAA !!

3 Giant Spider itu menyerang bersamaan dari kiri, tengah dan kanan menurut penglihatan Chaos.

"Chaos! Buruan minggir!!" Teriak Aldridge keras-keras.

Tanpa mempertanyakan tujuannya, Chaos langsung percaya saja bahwa Aldridge merencakan sesuatu. Ia langsung melompat dan berguling ke kiri dan membiarkan 3 Giant Spiders ditangani Aldridge.

"AERO CANNON !!"

Sebuah bola meriam angin sebesar tubuh Giant Spider itu, menerpa dan menerjang mereka bertiga sekaligus. Hingga mundur terpental sampai tembok menahan mereka.

"Hosh... Hosh..." Aldridge langsung terbungkuk lemas dengan badan berkeringat. "Woy Chaos! Sudah gila kau ya? Buruan kabur sebelum mereka bangkit kembali."

"Tapi... Aku akan melawannya."

"Kalau satu-satu sih bisa!" Aldridge membentak, "Ini tiga sekaligus. Pokoknya buruan kabur! Sebelum kita mati konyol."

Chaos menyanggupi dan berlari menyusul Aldridge, mereka terus berlari ke kemah Safe Spot di ujung sana. Beberapa Pirate Skeleton di sekitar sana masih coba menghalangi, tapi bukan apa-apa bagi mereka sekarang.

3 Giant Spiders ini kembali mengejar mereka kembali. Meski monster-monster ini sadar betul, matanya tersakiti sekali melihat gemerlap cahaya kemah petualang ini. Tapi amarah mereka belum surut juga.

"Lari! Lari! Ayo terus lari!"

"Daritadi juga kita sudah lari!"

"Maskudku, biar semangat saja."

"Tetap saja, capeknya tidak hilang."

***

Para pekemah melihat dua orang datang dengan begitu tergesa-gesa.

"Hei! Mereka siapa sih? Berisik banget mau datang kesini doang."

"Mereka pasti pemula, gak ngerti kelemahan Giant Spider disana."

"Aduh, bikin repot saja. Kita lagi istirahat juga."

GROOSAAAA !!

"Gawat!?" Kata Aldridge panik. "Mereka bahkan menyusul sampai sini."

"Biarin saja, yang penting kita sampai kemah itu dulu."

"Oi! Oi! Yang bener nih?" Komentar para Dungeon Explorer yang diam disini.

"Mereka malah mancing laba-laba itu kemari!?"

"Apa boleh buat kalau sudah begini!" Salah satu pekemah, Pria ber-usia paruh baya berambut putih disana, mengeluarkan senjatanya, sebuah tombak kayu dengan ujung tajamnya terbuat dari batu beton. "Kalian yang punya kemampuan bertarung tingkat tinggi! Bertarunglah, lindungi tempat ini!"

Tapi percuma, 60% mereka sudah tidur nyenyak. 20% yang masih terjaga tapi tak sedikitpun menoleh pada situasi yang terjadi. Pada dasarnya mereka memang tidak peduli dengan keamanan tempat ini. Mereka hanya tahu tempat ini sudah terjamin aman untuk waktu yang lama. Jika ada apa-apa, biar yang lebih kuat saja yang urus, begitu pikir orang-orang ini.

"Kalian betul-betul tak bisa diandalkan!"

"Ayo Chaos! Sedikit lagi sampai!"

"Aduh nafasku sesak sekali rasanya."

Beberapa langkah ke depan, Aldridge dan Chaos sudah berlari melewati orang-orang yang sedang beristirahat disini.

"Kalian! Bantu kami, sudah bikin masalah. Tolong tanggung jawab lah!" Bentak pria

"Tidak bisa, tidak bisa... Hosh... Hosh... Kami kehabisan nafas nih."

"Tunggu sebentar... Hosh... Hosh... Ngumpulin nyawa dulu."

"GRR! Yasudah! Biar party kami yang urus mereka!" Pria paruh baya itu menghunuskan senjatanya. "Ayo serang! Pertahankan tempat ini!"

"HWOOO!! Maju!"

Ada sekitar 12 orang ikut berpartisipasi melawan 3 Giant Spiders yang kelemahannya tak bisa dieksploitasi. Mereka mengakhiri pertarungan tanpa korban jiwa sama sekali, 7 luka-luka, 3 mengalami luka fatal dan hanya ada 2 orang dari 12 belas yang ikut bertarung yang bisa menggunakan Aura. Pria paruh baya itu dan satu partnernya, seorang Swordsman dengan Aura tipe Enhancer.

***

"Kalian ini ya! Datang-datang malah bawa malapetaka buat kami!" Bentak pria paruh baya itu sampai kepalanya berurat. "Kalian mau masuk dalam daftar buronan karena telah sengaja menggiring monster kemari?!"

"Maaf, maaf... Kami juga tidak melakukannya dengan sengaja kok. Itu cuma kecelakaan. Murni kecelakaan." Aldridge turut menyesal.

"Jadi ini yang namanya Safe Spot?"

"Hei rambut spike! Dengarin orang tua lagi ngomong!"

"Apa tempat seperti ini selalu ada di tiap dungeon?" Tanya Chaos. "Kenapa baru sekarang aku lihat orang kumpul sebanyak ini?"

"GRRR! Kau benar-benar tak peduli omonganku ya?!" Pria paruh baya itu dibuat mendidih wajahnya.

"Sudahlah pak, namanya juga pemula." Kata anaknya, seorang Swordsman yang ikut bertarung tadi melerai mereka. "Sesekali hal yang tidak rencanakan pasti terjadi."

"Awas kalau bawa masalah lagi! Biar sekalian kita ribut disini!"

"Boleh saja." Chaos membalas dengan senyum meremehkan.

"Apa katamu!?"

"Sudah, sudah pak. Tenang."

"Chaos ini manas-manasin aja sih." Tanggapan Aldridge, dalam hatinya.

Antara Chaos dan pria paruh baya itu membuat jarak, tak ingin saling dekat-dekat atau melihat. Tapi Chaos sepertinya tak terlalu peduli soal itu. Malah ia lebih sibuk melihat-melihat safe spot ini.

Di dekat kapal bajak laut yang sudah usang ini, dikelilingi lebih dari 50 orang yang duduk dan makan-makan disana, berbincang-bincang satu sama lain atau tidur di atas jaring nelayan maupun Sleep Roll yang mereka bawa sendiri.

Sampai-sampai orang jualan di dalam dungeon coba. Mereka yang berjualan disini tentunya menjual barang dengan harga jauh lebih tinggi dari harga aslinya. Parahnya bisa mencapai 2 sampai 3 kali lipat dari harga aslinya. Ya, memanfaatkan unsur keterpaksaan.

Sebelum masuk menantang bos, Chaos ingin memastikan luka gigit Aldridge betul-betul sembuh, bukan efek placebo semata. Ia memerlukan potion untuk mengobati luka Aldridge ini. Tapi sayang, tak sedikitpun uang ia bawa dan tak ada satu barang Loot sama sekali yang mereka pungut selama ini.

Lagian harganya juga kurang waras, di kota dijual 1.000 Rez di tempat ini dipatok harga 5.000 Rez. 5 kali dari harga aslinya. Alhasil, mereka tak membeli suatu apapun dari toko serakah ini.

Sudah dari siang sampai malam mereka di dungeon ini, rasa lapar dan lelah, mulai menjangkiti mereka. Tapi karena mereka harus menyelesaikan ini secepatnya, tak ada waktu untuk itu atau dengan kata lain, tak ada uang untuk itu. Karena mereka tak membawa uang sama sekali.

Tak seperti mayoritas petualang disini yang mencoba menunggu pagi lebih dulu. Aldridge dan Chaos langsung bergegas maju. Karena juga tak ada pilihan lain untuk mereka berdua.

***

Mereka masuk melalui pintu masuk kapal bajak laut ini, melewati genangan air dan menaiki tangga hingga menuju ke lantai berikutnya. bertarung melawan boss lantai 3, hanya berdua saja.

Setibanya di luar, mereka muncul dari ruang bawah menuju sebuah dek kapal bajak laut yang mengingatkan mereka pada malam badai di serang bajak laut yang baru saja terjadi kemarin. Dek kapal inilah Arena untuk Boss Monster lantai 3 ini.

Kapalnya tak terlalu besar, dengan pillar kayu di tengah-tengah kapal, tempat layar di pasang. Cahaya biru muda yang terang benderang menyinari tempat ini dengan sangat jelas. Lalu dari roda kemudi, ada orang disana. Orang itu melompat turun dari kemudi itu dan turun menantang mereka berdua.

Orang ini adalah Boss Monster-nya, seorang kapten bajak laut, mengenakan Corsair dan jubah kapten berwarna biru tua, tapi karena cahaya tempat ini seolah membuat bajunya terlihat biru muda. Mukanya terlihat jelas seperti mayat hidup, dagingnya membusuk dan giginya terlihat jelas tanpa dilapisi mulut. Nama monster ini adalah Dead Sword.

Pada tangan kanan, dibawanya sebuah cutlass yang terbuat dari murni perak yang telah berlumuran darah kering, di tangan kirinya terdapat senapan shotgun, yang jadi ganti tangannya seperti Hook yang umum dimiliki bajak laut.

"Kau siap Aldridge?"

"Sangat siap!"

Mereka memasang kuda-kudanya masing-masing. Aldridge memegang pedang di tangan kanannya dan tangan kirinya lurus di depan seperti mengeker sesuatu. Sedang Chaos dengan kaki melebar, tangan kiri diatas dan tangan kanan di samping punggung, sudah siap dengan kobaran apinya.

"ZRAAAA..." Kata Dead Sword dengan nada seorang zombie.

"Biar aku duluan!" Chaos berlari menuju Dead Sword yang masih tetap berdiri di posisi semula, "Flame..."

Dead Sword tahu Chaos sudah ada di sisi kanannya, Shotgun di tangan kirinya sudah menempel di perut Chaos. Yang kapan saja bisa ia tembakkan.

"...!?" Chaos menyadari itu segera, ia langsung memutar badan ke samping

DOOOR !!

Chaos dengan putaran badannya berhasil menghindar, ia merubah gaya serangnya dan lebih fokus menyikut leher belakang Dead Sword itu. Tapi percuma saja, Dead Sword langsung membungkukan badan dan menghindarinya dengan mudah.

"Jangan pikir seranganku cuma segitu!" Chaos yang masing melayang di udara, menggerakkan kaki kanan untuk menendang sekeras yang ia bisa pada Dead Sword yang membungkuk ini.

"UARGHHH !!"

"Kena kau!" Chaos tersenyum.

"UARRR..." Namun Dead Sword seolah tahu ini mungkin terjadi, pedang di tangan kanannya ia lepas beralih fungsi untuk menahan kaki kanan Chaos supaya tak lepas dari sekitaran mulutnya. "ZRAAAA !!" Mulut zombie dari Dead Sword ini telah siap menerkam daging segar dari Chaos.

"C-Celaka!?" Celana panjang yang dikenakan Chaos langsung sobek, sesaat setelah gigi-gigi Dead Sword itu menyentuhnya. Hingga gigi zombie mampu menggapai kulit Chaos.

"ZRAAA !!"

"Wind Caliber !!"

"UGGHHH !!?" Tanpa Dead Sword itu sadari, ia sudah terpental hempasan angin yang kuat hingga membentur dinding kayu dalam lintasannya.

Akan tetapi, Chaos juga ikut terkena serangan Aldridge barusan. "Reflek yang baik, Aldridge."

"Sekarang, giliranku!" Aldridge melesat maju untuk memenggal kepala Dead Sword. "HYAAA !!"

Dengan kecepatan jauh lebih tinggi dibanding Chaos tadi, Aldridge bergerak dalam lintasan lurus dibantu oleh angin di belakangnya. Gerakkan itu pun disadari Dead Sword segera dan langsung reflek mengarahkan shotgun di tangannya ke Aldridge, dan...

DOOOR !!

Aldridge mengelak dengan berputar badang selama di lintasan, ketika dirinya sudah dekat. Dalam putarannya, Aldridge menebas dan memenggal kepala Dead Sword itu hingga terlempar dan memantul dua kali sesampainya di darat. Aldridge dalam posisi membungkuk dengan tangan kanan diatas membentuk garis miring, sungguh serangan pamungkas yang Cool sekali buatnya.

Chaos datang menghampiri kepala Dead Sword itu, "Enyahlah!"

CRASSSTTT !!

Kemudian menginjaknya hingga darahnya muncrat kemana-mana, bagaikan menginjak tomat busuk.

"Kok aneh?" Aldridge merasa lawannya ini terlalu mudah. "Kupikir setiap bertambahnya lantai, semakin sulit lawannya?"

"Memang sulit dipercaya, Boss Monster kali ini mudah sekali." Gumam Chaos.

"Huft!" Aldridge menyarungkan pedangnya kembali. "Tak sampai dua menit menang loh."

"Tapi sebentar deh Aldridge." Chaos menyadari sesuatu.

"Ada apa?"

"Kok pintu untuk ke lantai berikutnya belum..."

Wok! Wok! Wok!

Suara putaran pedang terdengar dari belakang mereka. Melesat dengan cepat, tanpa diketahui asal serangannya, yang tahu-tahu sudah menikam Chaos dari belakang.

"UAGHHH !!" Teriak Chaos merintih kesakitan terkena serangan fatal itu hingga jatuh tersungkur, tertahan oleh pijakan kedua tangannya.

"Chaos!?" Aldridge segera menghampirinya. "Sejauh mana kau terluka?"

"Hosh... Hosh... Tenang saja Aldridge." Chaos menjawab dengan kondisi tubuh bercucuran berkeringat. "Aku masih hidup kok. Hosh... Hosh..."

"Aku mengerti sekarang, jadi Boss Monster sesungguhnya adalah pedang itu."

Selagi tersungkur menatap ke depan, dengan pandangan kabur Chaos melihat tubuh zombie Dead Sword yang sudah tanpa kepala itu, masih bisa menggerakan tangannya sambil perlahan-lahan mengarahkan Shotgunnya kepada mereka.

"Aldridge tiarap!"

"Haa?" Aldridge langsung tiarap, tanpa bertanya lebih lanjut.

DOOOR !!

Wok! Wok! Wok!

Pedang melayang itu mengarah ke Aldridge sekarang, dengan putarannya, pedang itu berniat melakukan hal yang sama dengan apa yang ia lakukan ke Chaos.

Aldridge bisa mendengar suaranya mendekat dan makin kencang, tanpa melihat dan memastikan. Aldridge langsung menebas secara diagonal dari sisi kiri bawah ke kanan atas.

TRANGG !!

Adu pedang terjadi dan Dead Sword versi pedang itu, terpental jauh setelah berhantam langsung dengan pedang Aldridge.

"Hosh... Hosh..." Chaos perlahan bangkit, meski tubuhnya dingin dan kepalanya berkeringat. Sambil menahan darah yang mengucur dari perutnya. "Sepertinya memang harus di basmi sampai tak bersisa." Chaos berjalan perlahan-lahan ke tubuh zombie Dead Sword.

Aldridge tahu tugasnya, tanpa secara lisan di perintah, ia memfokuskan diri pada Dead Sword versi pedang sambil mengamati polanya. "Pedang itu, setelah terpental. Jatuh ke lantai dan tak ada yang mencurigakan sama sekali. Tapi jika tak ada seorangpun melihat pedangnya, tiba-tiba langsung terbang berputar di udara dan menikam siapapun dari belakang. Bahkan, benda matipun bisa selicik manusia."

Di sisi yang berlawan, Aldridge menghadap ke belakang memastikan pedang itu tak berbuat macam-macam. Sedang Chaos di sisi sebaliknya, menghampiri balik zombie tanpa kepala itu, yang tangannya masih banyak bertingkah.

"Hoo... Kau berniat menembakku ya?"

DOOOR !!

"Lambat..." Sindir Chaos pada seoarang monster.

DOOOR !!

"Lambat!" Chaos mengelak lagi, ia cuma perlu bergerak kesamping sedikit untuk menghindarinya.

DOOOR !! Cklek! Cklek!

"Hah... Kau sudah kehabisan peluru ya?" Chaos telah tepat berdiri di depan zombie tanpa kepala itu.

"RAGING DRAGON STRIKE !!"

Dalam sekali serang, seluruh tubuh zombie itu hangus terbakar dalam kobaran api sampai hitam tak bersisa.

"Hosh... Hosh... Sudah sele..."

Wok! Wok! Wok!

Pedang itu merasa punya kesempatan lagi, meski Aldridge masih terus mengawasinya, pedang itu melayang kembali dengan berputar-putar di udara, menikam Chaos untuk kedua kalinya.

"Mau kemana kau pedang tengil!"

DZZINGG !!

Aldridge menepis pedang itu dengan menghantamnya balik, dengan efek angin dari Windsong Sword. Dead Sword versi pedang itu terhempas jauh hingga menancap kayu ujung kapal dalam-dalam, hingga tak bisa bergerak lagi. Pedang itu terang-terangan ingin melepas diri, bergerak seperti seorang manusia yang kakinya tersangkut.

Tentu, kesempatan ini tak akan dibiarkan Aldridge begitu saja, ia berlari menghampirinya dan mengangkat pedangnya tinggi-tinggi untuk menebas secara vertikal dari atas ke bawah.

TRANGG !!

Setelah beradu untuk ketiga kalinya, pedang cutlass itu retak dan terbelah menjadi dua. Segera setelah pedang itu patah, pintu untuk ke lantai berikutnya terbuka. Pintu tersebut adalah pintu masuk ke ruang kapten kapal yang berada tepat di depan roda kemudi atau dengan kata lain, di tempat zombie itu terbakar.

Aldridge merangkul Chaos untuk masuk ke pintu itu, mengabaikan peti harta yang selalu muncul ketika Boss Monster berhasil di kalahkan. Dari pintu itu, mereka berjalan menuruni tangga.

"Chaos, kau sudah mendingan?" Tanya Aldridge sambil perlahan menuruni tangga sambil merangkul Chaos yang kekar itu.

"Ya... Lumayan, tapi darahnya." Kata Chaos sambil terus memegangi perutnya.

"Kau masih punya potionmu kan? Segera minum potionnya."

"Tidak, tidak usah... Simpan buat nanti saja." Meski dalam hati Chaos merasa bahwa potionnya tak akan berguna banyak, karena ia salah ambil sewaktu di markas Maerhard. Dengan alasan sedemikian rupa, Chaos tak ingin mematahkan efek placebo pada cidera Aldridge.

"Minum saja, kau terluka begitu."

"Tidak apa, ini karena aku lengah. Aku tak akan lengah lagi."

Mereka terus berjalan menuruni tangga. Sampai di dasar, sesuatu yang agak janggal terjadi, ada sekitar 8 orang petualang menunggu dalam kapal, duduk tak jelas menunggu sesuatu.

"Haa?" Aldridge terheran-heran, "Kapal inikah lantai 4 nya?"

"Aldridge, tunggu sebentar." Lepas Chaos dari rangkulan Aldridge. "Bukannya... Orang itu sudah mati?"

"Siapa?" Aldridge menoleh ke arah kepala Chaos melihat. "W-Wulmar !?"

***

Illustrasi Permintaan Pembaca ---


Aldridge with his Windsong Sword.

Req from AhmadRizani ... Aneh tidak bisa Mention nih...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top