CHAPTER 9 : Sleeping Forest





Aldridge dan Rynka sekarang bertambah satu teman baru dalam petualangannya, yaitu Vexxor. 

Setelah semua yang terjadi sebelumnya, Aldridge melanjutkan perjalanan kembali. Mereka berjalan kaki menyusuri hutan tempat mereka diserang. Karena menurut peta, untuk masuk ke wilayah Valencia Kingdom, mereka harus melewati Sleeping Forest.

Ketika hari sudah sore dan matahari perlahan terbenam, mereka singgah di sebuah desa perbatasan bernama South Gale. 

***

Aldridge memasuki desa South Gale ini. Selang berapa lama, terjadi sebuah kehebohan.

"Gila! Siapa pria rambut merah barusan?! Nekat sekali pergi ke Sleeping Forest di malam hari seperti ini." Komentar salah seorang petualang pemula disana.

Sahut kapten berkumis tebal bernama Kariot, dengan sekumpulan knight berkuda . "Kalian semua pengecut!" Ejeknya. "Aku! Captain Kariot yang hebat! Juga akan pergi sekarang. Ngapain harus nunggu pagi dulu! Itu hanya untuk orang-orang lemah saja! Anak-anak ayo berangkat! Sebelum jalan masuknya tertutup akar bodoh ini."

"Hyaaaaa!" Teriak anak buahnya yang mengenakan armor besi dengan kuda dan senjata Knight Lance, mereka kira-kira berjumlah 10 orang.

Tak terima di bilang pengecut, petualang pemula itu balas memaki. "Apa katamu?! Pengecut? Justru kau yang pengecut! Pergi kesana saja harus pakai armor besi seberat itu dan bawa-bawa rombongan lagi! Kalau berani coba pergi sendiri sana!"

"Dasar pemula keparat!" Kesal Captain Kariot. "Kamu mau kujadikan sate ya!"

Lerai petulang lainnya yang berada di dekat sana. "Hei-Hei! Sudahlah! Tunggu pagi saja, Ngapain mesti berantem sih!"

"Tidak!" bentaknya. "Menunggu pagi perlu 12 jam! Itu sungguh pembuangan waktu yang tidak efektif. Aku harus pergi sekarang. Anak-anak! Ayo maju!"

"Hyaaaaa!"

"Baru saja pria rambut merah itu masuk sendiri, malah nambah satu kelompok lagi yang nekat menerobos Sleeping Forest di malam hari. Apa mereka ini cari mati ya?"

"Tidak!" Sahut petualang pemula yang tadi bersitegang dengan Captain Kariot. "Mungkin dia cuma bodoh saja."

"Bodoh sama nekat itu beda-beda tipis."

***

"Halahh! Baru juga masuk kota. Sudah ada ribut-ribut." Keluh Vexxor.

"Kita singgah di tempat apa sih?" Tanya Aldridge.

"Baca tuh!" Tunjuk Vexxor ke gapura.

"South... Gale?" Bacanya. "South Gale? Tempat apa ini?"

Vexxor menganguk-angguk lalu menjelaskan. "Desa kecil ini menghubungkan West Greenhill menuju North Gale yang ada di Valencia. Desa kecil ini dijadikan tempat para petualang pemula dari kedua negara itu untuk saling terhubung. Desa ini digunakan sebagai tempat menghabiskan waktu, hingga malam berlalu. Sehingga, ketika matahari terbit di pagi hari, barulah mereka pergi melintasi Sleeping Forest. Begitu!"

"Hee? Kenapa harus nunggu pagi?" Tanya Aldridge.

"Wah... Kau benar tak tahu apa-apa ya... Untung saja kamu mengajakku bergabung."

"Kau ini!" Aldridge kesal. "Jelasin saja kenapa sih?!"

"Aldridge, Vexxor. Ini desa apa?" tanya Rynka.

"Haduhh... Kamu malah nanya lagi." balas Vexxor.

"Bukan-bukan! Maksudku, desanya kok ramai sekali, padahal tempatnya kosong melompong begini. Cuma dataran tandus dan rumah-rumah kecil. Tapi kenapa ramai sekali?" Rynka melihat-lihat desa ini hanya memiliki 2 bangunan saja. Yang pertama adalah Bar, yang satunya lagi adalah Inn. Sisanya hanya tanah kosong dengan sedikit rumput-rumput yang tumbuh dan banyak jejak kaki manusia juga kuda terjiplak di jalan. Karena saking banyaknya petualang yang datang dan pergi... Ohh, begitu saja.

"Benar juga!" Ucap Aldridge. "Desanya padahal kecil, gak ada temboknya, minim fasilitas, tapi ramai sekali."

"Hehe... Tentu saja ramai." Vexxor menjelaskan. "Banyak yang menetap disini, setidaknya sehari saja... Karena Sleeping Forest ini berbeda dengan hutan biasa."

"Berbeda? Apanya yang berbeda?" Tanya Aldridge.

"Tuh... yang ada disana itu! Tempat orang tadi bertengkar." tunjuk Vexxor ke jalan masuk ke Sleeping Forest. "Itu adalah satu-satunya jalur masuk ke Sleeping Forest. Akan tetapi ketika malam tiba, sebuah akar besar yang keras, kuat dan tidak dapat dihancurkan ini. Bergerak dengan sendirinya menutup sepenuhnya hutan ini, hingga pagi menjelang, akar-akar itu baru akan terbuka kembali. Di dalam Sleeping Forest... Saat paling berbahayanya adalah ketika di malam hari, dimana tak ada sumber cahaya sama sekali! Gelap sekali tempatnya dan bulan-pun jadi terasa redup."

"Wahh... Vexxor, kamu tahu banyak ya!" Ucap Rynka.

"Hehe iyaa dong!" Vexxor bangga. "Banyak yang bilang hutan ini tidur saat malam hari dan karenanya disebut Sleeping Forest. Begitu sih yang aku tahu."

"Padahal berbahaya, tapi banyak sekali yang mau lewat sini." Aldridge memberikan pendapatnya.

"Ya... Jawabannya, karena terpaksa sih." Jawab Vexxor. "Kalau tak mau lewat sini, ada jalan alternatif yang bisa ditempuh."

"Kenapa gak ngomong daritadi!"

"Tapi lewat sana kita harus bayar sejumlah besar uang dan surat izin pemerintah (sejenis pass) untuk dapat melewati Bordergate tanpa melewati tempat berbahaya seperti Sleeping Forest yang sebenarnya jalur ilegal, biasanya para pebisnis dan petualang yang punya cukup uang yang mau mengeluarkan uang untuk ini."

"Ahh... Yasudah. Kita singgah di Inn dulu sampai pagi.

***

Di saat Kariot sudah mau masuk, ia dihalangi lagi.

"Tolong! Tolong! Tolong anakku!"Kini, datang seorang ibu yang terlihat pucat dan lemah memohon-mohon sambil menangis dan bersujud pada Captain Kariot.

"Haa...?" Balasnya kesal.

 "Tolong! Anakku belum juga kembali dari hutan." Ibu itu memohon sampai dahinya tersungkur ke tanah. "Padahal sebentar lagi sudah hampir malam. Sleeping Forest akan segera tertutup oleh akar besar ini. Tapi anakku... Anakku masih di dalam sana. Bagaimana nasib anakku kalau dia masih di dalam sana! Tolong! Kumohon! Carikan anakku!"

"Memangnya kau siapa? Wanita tua!" balas Kapten Kariot dengan tatapan menghina.

Sambung anak buahnya. "Dasar wanita tua! Kita bukan orang yang menjalankan Quest, Cari saja orang lain yang mau. Jangan minta tolong pada kami, pergi ke Guild sana! Minta orang yang mau menerima Quest darimu."

"Tapi... Aku sangat miskin dan sakit-sakitan, aku tak mampu bayar orang guild, Cough... Cough... Yang mahal sekali biayanya."

"Euhhh... Dasar kere! Kalau begitu enyahlah! Jangan halangi kami lagi!" dengan teganya Kapten Kariot itu mendorong jatuh wanita tua renta itu. "Dasar tak berguna!"

***

Aldridge melihat sikap orang itu dari jauh. Ia geram sekali melihatnya dan ingin meninju Kariot keras-keras. "Brengsek sekali orang itu! Dia punya bawahan banyak tapi sikapnya seburuk itu. Dia bisa menolong, tapi ia malah menghina orang itu. Biar kuberi pelajaran padanya!"

"Ehh... Aldridge, Aldridge... Tunggu! Tunggu dulu!" Vexxor menghentikan Aldridge yang menuju ke tempat pertikaian itu.

"Vexxor, pergilah!"Bentak Aldridge. "Kenapa menghalangiku?!"

"Aldridge! Ingat! Kita ini pendatang... Pendatang! Jangan bikin gara-gara di tempat seramai ini!"

"Tapi... Dia duluan yang buat masalah!" 

"Bukan soal itu! Lihat dong!" Tunjuk Vexxor. "Dia punya anak buah yang banyak. Bersenjatakan lengkap. Kita cuma bertiga! Pokoknya, jangan bikin masalah dehh!"

"A-Aku setuju dengan Vexxor." Sambung Rynka. "Kekerasan malah menambah lebih banyak masalah lagi nantinya." 

***

Setelah mencampakan wanita tua itu,

"Ayo! Anak-anak! Kita tempuh hutan yang katanya berbahaya saat malam ini! Biar kita tunjukkan, hutan ini bukan apa-apa buat-ku! Buat Captain Kariot yang hebat! Huahahahaha..." Kariot melambaikan tangan ke belakang, untuk mengajak. "Ayo masuk!"

 Kapten Kariot dan pasukannya masuk ke dalam Sleeping Forest.

***

Setelah Kariot masuk, 

Aldridg inisiatif mendatangi wanita malang itu."Dimana dia bu?" 

"Di-Dia, dia, dia di dalam hutan itu. Siapa yang mau menolongnya lagi. Aku tak bisa hidup tanpa anakku." Ibu menangis tersedu-sedu.

"Biar aku carikan dia bu."

"Ka-Kamu bersedia mencarinya? Benarkah? Aku tak salah dengarkan? Kumohon... Dia anakku satu-satunya." Tanya wanita malang dengan harap-harap cemas, memohon di bawah kaki Aldridge. Rela merendahkan dirinya, seperti sudah tak ada harapan lagi.

Aldridge mengangguk. "Iya bu! Aku akan mencarinya."

"Te-Terima kasih! Terima kasih! Kalau terjadi apa-apa sama anakku, aku tak tahu harus bagaimana lagi." Ibu itu terus menangis dan khawatir. "Terima kasih nak. Terima kasih!"

"Tunggu disini bu! Biar aku carikan dia." Aldridge langsung berlari menuju hutan tanpa pikir panjang akan resikonya.

"H-Hei! Aldridge! Aldridge! Tunggu!" Vexxor menggengam tangan Aldridge supaya jangan pergi.

"Ada apa lagi? Aku buru-buru nih!"

Vexxor memperingatkan. "Sleeping Forest bukanlah hutan biasa! Sudah kubilang kan! Kalau kamu terjebak disana! Kamu bisa mati tahu!"

"Tapi, kalau aku tak masuk. Anak ibu ini yang akan mati!" Bentak Aldridge, lalu pergi tanpa ragu, memasuki Sleeping Forest.

Petualang lainnya mencoba menahan Aldridge."H-Hei bocah rambut pirang! Kau! Hei kau! Jangan masuk!" 

Namun, Aldridge sudah terlanjur berlari masuk. Dan tepat pukul 6 sore. Matahari terbenam dan langit sudah gelap. Akar besar dan keras yang dibicarakan orang-orang disini itu bergerak dengan sendirinya seperti hidup. Menggeliat dan saling mengeratkan satu akar ke akar lainnya. Hingga membentuk sebuah penahan yang tebal. Membuat tak seorangpun bisa keluar atau masuk di dalam hutan ini. Sampai matahari menyinari akar besar ini kembali. 

"Aduh! Padahal sudah kuperingatkan juga!" Vexxor geleng-geleng kepala. 

"Kita tak punya pilihan lain selain menunggunya keluar, dengan selamat." Ujar Rynka

"Ya! Aku juga! Aku hanya bisa berharap, dia tak mati di dalam sana."

"Ka-Kalian temannya?" Tanya wanita tua itu.

"I-Iya!" Jawab Vexxor.

"Ibu sakit ya? Kurus sekali tubuh ibu?" Tanya Rynka. "Aku bisa Healing Magic, Akan kucoba sembuhkan ibu."

Selagi menunggu Aldridge. Rynka dan Vexxor, menyewa satu kamar di Inn.

***

Sementara itu Aldridge terjebak di dalam.

"Wahh... Sial! Jalan keluarku langsung tertutup akar aneh ini, hei terbukalah terbukalah!" Aldridge memukuli akar besar itu, namun tak ada reaksi apapun.

"Jadi ini yang di peringatkan Vexxor tadi? Tepat seperti yang dia bilang. Tempatnya gelap banget!" ujar Aldridge panik. "Aku harus cari anak itu kemana nih?Tak kelihatan apa-apa, gelap sekali! Api, aku butuh api. Aduh... Tapi aku tak bisa elemen api."

Di gelapnya hutan yang hanya disinari cahaya bulan yang menembus dari celah-celah pohon, yang gelapnya bisa dibandingkan dengan saat mati lampu tanpa ada yang menyalakan lilin atau lampu kendaraan. Kunang-kunang juga jadi sumber cahaya yang berarti disini. Sedang obor, adalah barang yang harus dibawa para petualang yang cukup nekat ini. 

Aldridge yang tak tahu bisa melihat dengan jelas, tak tahu harus mencarinya kemana, ia hanya mengikuti sumber cahaya yang terlihat olehnya saja.

***

Gerombolan petualang yang semuanya menunggangi kuda ini, masing-masing membawa obor dan bergerak bersama-sama dengan 1 orang pemimpinnya menunggangi kuda, Kapten Kariot.

"Captain! Tempatnya gelap sekali!"

Balas Kariot. "Sudah! Jangan mengeluh. Kita lurus saja ke utara, sampai ke gerbang North Gale."

"Aye Captain!"

Mereka berjalan-jalan menuruti insting selama 10 menit,

"Hei! Tunggu! Berhenti!" 

"Ada apa Captain?!"

"Dia! Si rambut merah itu. Yang orang nekat yang dibicarakan di jalan masuk tadi. Jadi dia penyihir rupanya?"

"Ohh disana! Dia pasti penyihir elemen api."

"Cih... Enak banget tuh orang! Tinggal nyalain api di tangan saja."

Orang yang dibicarakan itu ialah pria berambut merah darah, rambutnya naik, berpakaian hitam tanpa lengan baju dan pinggirnya cukup terkoyak dan ekspresi wajahnya terlihat hampa, sepertinya ia bukan tipe orang banyak bicara.

Ujar Captain Kariot yang sengaja menghampirinya. "Wooo... Jadi ini! Si pria nekat yang tadi itu, Sendirian mencoba bertahan di hutan berbahaya ini... Kau pasti sudah gila ya? Hahahaha..."

Pria berambut merah itu mengabaikannya dan bertanya ...

"Apa kau tahu... Heimdall Lodier?"

"Haa...? Bicara apa kau ini?" Kariot tak mengerti apa maksudnya.

"Kalau begitu, kau kuanggap tak tahu!" Pria berambut merah itu berjalan pergi meninggalkan mereka. "Enyahlah." dengan suara datar.

"Cihh Sombong sekali, mengabaikan aku Captain Kariot yang hebat! Pasukan Elit Ibukota Greenhill yang diutus untuk membasmi monster – monster jahat di Valencia dan apa kau tahu siapa aku ini? Aku kapten Divisi ke 19 dan belum lagi... Aku..."

"Masa bodoh..."

"Grrr... Dasar anak kurang hajar!" Kariot menyerangnya dari belakang dengan Knight Lance. "Hyaaaa!"

Pria rambut merah itu dengan cepat menyadarinya, ia langsung mengelak dengan bergerak ke samping lalu memutar arah tubuhnya berbalik. Tangan kanannya otomatis diselimuti api. Lalu

"UAgggggghhh!"

Pria itu meninju Kariot keras-keras sampai memuntahkan darah.

"Cih... Untung saja aku pakai Heavy Armor. Jika tidak, perutku sudah bolong terbakar api nih!?" Ucap Kariot dalam hati. 

"Kalau kau ingin cari gara-gara, kau berurusan dengan orang yang salah." Ucap pria rambut merah itu dengan nada datar dan tenang.

"Hehehe... Kau cuma sendiri! Kami ada 11 orang! Kau bisa apa?" Balas Kariot seolah sudah unggul. "Anak-anak maju!"

"Hyaaa!!"

***

Sementara itu Aldridge.

"Hyaaa!!" 

"Suara apa itu?" Aldridge tak sengaja mendengarnya. "Terdengar dari arah sana. Dan disana bercahaya. Pasti ada orang ya!"

Aldridge menghampiri tempat mereka bertarung dan menontonnya secara tersembunyi dari balik kegelapan. "Yang benar saja!?"

Aldridge melihat Pria rambut merah itu meninju satu persatu dengan cepat, melawan 10 orang sekaligus.

Pria rambut merah itu meninju satu dari sepuluh anak buah Kariot.

"1 Tumbang." 

Lalu pria rambut merah itu menunduk, memutar kakinya dan menghempaskan api dari kakinya. 

"3 Tumbang." 

"Hyaaa!" Mereka kini menyerang dari dua arah sekaligus dengan tikaman Knight Lance mereka.

Pria rambut merah itu mundur selangkah lalu,

"UAGGGHHH!!" Ia membiarkan keduanya beradu senjatanya sendiri.

"5 Tumbang."

"Aiih... Dia kuat sekali!" sisa 5 lagi dan mereka sudah ketakutan.

"Fire Fist !!" Sebuah serangan seperti hembusan naga menerpa sisanya.

"HYAAAAAAAA!!" Kelima-kelimanya hangus terbakar  dalam hembusan api yang besar dari serangan pria rambut merah itu.

"HIIII!! KABUR!" Kariot lari terbirit-birit.

Chaos mengejarnya. "Kau yang mulai, aku yang akhiri. Apa nyawamu berharga."

"Ma-Maafkan aku... Ma-Ma-Maaf! Aku salah! Aku salah!"

"Mana yang kau pilih? 5 nyawa sisa anak buahmu atau nyawamu sendiri?"

"Nyawa-ku! Nyawa-ku! Tentu saja Nyawa-ku!"

"C-Captain!? Kau menjual kami!?"

"Kalian cuma pengikut biasa! Kalau kalian tak ada yah... Tinggal kucari yang baru lagi!"

"...!?"

"Sesuai permintaanmu." Pria rambut merah itu menjatuhkan Kariot dari genggamannya. "Dasar Sampah!"

Chaos meninju wajah Kariot dengan api di tangannya. 

"UWAAAGGHHHHH!"

"Sisanya tinggal kalian."

"Wind Caliber !!"

Pria rambut merah itu terpental jauh oleh karena serangan elemen angin dari Aldridge secara mendadak.

"Kalian berlima! Kalau masih sayang nyawa! Pergilah!"

"Aku tidak tahu siapa kau! Tapi, Te-Terima kasih."

"Kalian pikir kalian bisa kabur?"

"Fire Fist !!"

"Uaaggghhh!" Jerit kelima anak buah Kariot yang tersisa. Terbakar hidup-hidup oleh api.

"Kau masih bertahan rupanya. Tak heran, kamu pengguna elemen angin."

"Ya! Apimu bisa kuubah haluannya dengan memusatkan angin di depan tubuhku. Tapi... mereka semua!?" Aldridge mendapati orang yang mau ia lindungi, sudah hitam gosong tak kelhatan lagi sosoknya. Yang tersisa hanyalah mayat hitam terbakar dengan armor tebal yang bertemperatur tinggi. 

Lalu muncul seorang anak usia 12 tahun dari balik semak-semak. "Kalian ini ngapain sih?Ssssttt... Jangan berisik, hutan lagi tidur."

***

Vexxor


Chaos Lodier

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top