CHAPTER 5 : Iksel Vineyard
Saat pergi dari rumah menara,
Aldridge celingak-celinguk melihat sekelilingnya. "Yah... Aku asal main mau pergi saja, Tapi!? aku ini dimana!"
Aldridge mendapati dirinya tersesat di dalam hutan dibawah bukit, tempat ia berburu dulu bersama Alzen. Mereka sering kesini, menangkap hewan untuk dimakan.
"Tapi sepertinya aku salah jalan!?" Aldridge menyadarinya ketika sudah tersesat di tengah hutan. "Biasanya gak ada pemandangan begini?"
Aldridge terus berjalan mengikuti instingnya.
Grrrr...
"Waduh! Ada serigala lagi!?" Aldridge memasang kuda-kuda dan menggenggam sebatang besi miliknya erat-erat. "Ada berapa?"
Grrrr...
"Wah... Untung cuma satu." Aldridge mengusap keringat di dahinya. "Kalau cuma satu sih..."
Aldridge melesat maju dan menyerang serigala itu.
"Bisa diatur!"
***
"Phew! Hampir saja aku tergigit."
Serigala itu sudah bonyok-bonyok digebuk hantaman besi dari Aldridge.
"Nah! Sekarang kemana?"
Grrrr... Grrrr... Grrrr... Grrrr...
Aldridge berbalik melihat sisi belakangnya. "Hee!? Ka... Kali ini... Empat!?"
Grrrr... Grrrr... Grrrr... Grrrr...
"Kabur!"
Aldridge yang berlari panik, dikejar empat serigala sekaligus.
"Gak bisa lari lagi nih." Aldridge berancang-ancang melakukan serang balik. "Apa boleh buat."
Woof... Woof...
"Wind..." Tangan kiri Aldridge tegak lurus menghadap ke depan, sedang tangan kanannya memegang sebatang besi itu ke belakang. Perlahan-perlahan udara berputar kencang menyelimuti besi itu. Lalu dengan cepat. "Caliber!!" Sebuah tembakan bola angin yang besar, lurus bergerak menerjal apapun di dekatnya dan mementalkan ke-4 serigala tersebut. Serta pohon-pohon di depan Aldridge bergoyang dan menjatuhkan banyak daun karenanya. Satu persatu pohon itu tumbang karena tekanan angin yang besar tersebut.
"Hee!? Sedasyat itu tenaganya?" Aldridge sendiri heran akan dampaknya yang sebesar itu. "Tapi, yang penting aku selamat!"
"Apa!?" Aldridge mendapati senjatanya rusak. "Kok besinya bengkok-bengkok dan penyok begini."
Aldridge berjalan lagi, menyusuri hutan itu.
"Waaa! Aku ini sekarang dimana lagi!?" Aldridge kini mulai panik. "Gara-gara dikejar serigala tadi ya! Aku jadi gak tahu lari kemana."
Sambungnya. "Hutannya kayak labirin saja. Kayaknya aku balik ketempat yang sama lagi deh!"
Aldridge mencoba menganalisa. "Tapi sepertinya tempat ini seperti sebuah bola deh, jadi kalau aku terus menerus ke selatan, aku akan kembali lagi ke utara. Jadi supaya tak tersesat..."
"Aku mengerti!"
Aldridge bereksperimen dan mencoba menganalisa dan mengikuti instingnya sekaligus.
"Timur... Selatan, Timur lagi, Selatan lagi... Timur lagi."
***
Setelah susah payah menerjang hutan misterius itu... Aldridge tiba di desa kecil bernama Iksel Vineyard atau Desa kebun anggur Iksel. Yang berada di ujung timur hutan, dekat rumah menara Franquille, yang dulu digunakan tempat berburu bagi Aldridge dan Alzen.
"Wahh!" Mata Aldridge berbinar-binar. "Benar! Aku benar! Ternyata ada desa di ujung hutan ini!"
Aldridge melihat-melihat sekitarnya mencari tahu tempat apa yang ia tuju ini. "I... Iksel... Iksel Vine... Iksel Vineyard. Ohh jadi ini nama desanya. Iksel Vineyard?"
"Ahh... Pak?!" Aldridge bertanya pada salah seorang penduduk lokal di dekatnya. "Sebenarnya tempat apa ini ya?"
"Ohh... Kamu pendatang ya? Tempat ini adalah Iksel Vineyard! Sesuai namanya... Tempat ini adalah desa kebun anggur. Petani menanam anggur disini dan ketika sudah panen akan didistribusikan ke Mirtel Family untuk dijadikan Wine. Asal kamu tahu ya... Keseluruhan desa ini adalah hak milik Mirtel Family."
"Ahh begitu ya? Aku tak begitu mengerti sih... Tapi terima kasih pak!"Aldridge kemudian berlari masuk lebih dalam untuk melihat desa ini dengan lebih jelas.
"Ehh dek? Kamu datang dari hutan ini!? Yang bener saja!"
Tapi Aldridge sudah pergi menjauh.
Padahal di jalan masuk hutan ini sudah ditulis, DANGEROUS!
***
"Wahh... Rasanya kayak tiba di surga." Aldridge menikmati hembusan angin yang mengibas-ngibaskan pakaiannya dengan kedua tangan lebar-lebar terbuka. "Tempat apa sih ini? Sejauh mata memandang hanyalah lapangan luas dengan pohon anggur berjejer-jejer saja. Tokonya, dimana toko? Aku perlu beli senjata baru nih."
Saat Aldridge berjalan-jalan di Iksel Vineyard, Ia melihat dari jauh, tempat yang ada rumahnya dan menuju kesana. Di area yang ada rumah-rumahnya ini adalah Marketplace desa ini. Karena selebihnya desa kecil ini hanyalah lahan tani. Ketika Aldridge tiba disini, banyak orang disekitar sedang ramai memperdebatkan kabar berita yang tersebar dari koran belum lama ini.
"Mereka ngomongin apa ya? Sudah setahun rasanya hidup tanpa informasi. Si Kild itu padahal orang jenius, tapi beli koran aja enggak. Jadinya, gak tahu berita dunia luar sama sekali nih."
Penduduk lokal berbincang-bincang, memperdebatkan sesuatu.
"Sudah setahun kita berhasil merebut tanah jajahan kita dari Dalemantia."
Sahut yang lainnya. "Tapi kita tidak bertambah makmur sama sekali, rasanya sama-sama saja! Malah lebih parah!"
"Nih baca beritanya, gara-gara pemberontakan itu Dalemantia pecah menjadi dua negara."
"Aku rasa itu bukan pecah lagi! Seperti ada yang membuat kerajaan baru dari tanah Dalemantia itu!"
"Ya! Bisa jadi begitu! Dari nama kerajaan yang baru ini saja jauh sekali berbeda."
"Disini ditulis namanya adalah Arcales Empire, benderanya juga diganti, Hitam dan Merah. Kayak kerajaan setan aja. Hiiii... Aku jadi merinding."
"Arcales Empire? ... Tapi negara apa itu? Kalian pernah dengar tempat, kota atau negara dengan nama itu sebelumnya?"
"Entahlah aku juga tak tahu. Kita kan cuma buruh tani disini. Mana ngerti yang gitu-gituan."
"Bodoh... Justru yang begini-begini kita harus ngerti juga. Tuh disana itu tuh! Dulunya Dalemantia. Sekarang jadi apa tahu."
"Dalemantia... Ohh Dalemantia. Masih ada nyusahin. Udah mati makin nyusahin. Dasar negara tiran."
"Buahahahahaha. Bener-bener. Hahahaha..."
Mendengar perbincangan itu Aldridge geram. "Cih... Aku harus tahan diri." Tangan Aldridge telah di kepal keras-keras dan wajahnya sedikit berurat. "Tapi kalau kubuat masalah di desa ini akan jadi susah nantinya."
Aldridge pergi menjauh dari mereka dan biar faktanya menyakitkan. "Aku harus cari tahu dulu, apa yang mereka bicarakan benar adanya?" Sambil berjalan pergi Aldridge mencoba merenungkan-nya. "Soal namanya berubah menjadi Arcales Empire... Persis! Persis sekali seperti yang orang itu bilang. Dan kini, Orang itu adalah rajanya? Yang benar saja! Dia seorang pengkhianat! Tapi aku harus cari tahu dulu, dengan mata kepalaku sendiri. Tak bisa ditelan mentah-mentah saja!"
***
"Satu Longsword, Harganya 8500 Rez."
"Mahal sekali!? Tapi... Ahh... Apa boleh buat. Ini uangnya." Aldridge mengeluarkan koin-koin dari kantung (Pouch) yang dibawa sebelumnya dari rumah menara Franquille.
"Jangan protes mas! Memangnya senjata gampang buatnya. Besinya aja udah mahal mas." Balas sang penjaga tokonya yang adalah wanita berumur 30an.
"Besi mahal? Kalau begitu besi bisa dijual gak?" Aldridge menunjukkan besi bengkoknya.
"Ohh bisa-bisa! Tapi harganya gak tinggi-tinggi amat mas. Potong harga 100 Rez saja ya."
"Hee? Memangnya buat apa kalau kamu beli ini? Ini sudah rusak kan?"
"Kan bisa dileburin lagi mas. Mau dijual apa enggak mas?"
"Harganya murah banget..." Komentar Aldridge. "Kalau peta dijual gak disini?"
"Enggak mas... Ini toko senjata, gak dijual peta mas."
"Yahh... Mungkin saja ada. Kalau begitu makasih ya!"
"Sama-sama mas."
Aldridge keluar dan tak sengaja menabrak seseorang dengan jubah putih dan hoodie coklat.
"KYAA!!"
"Ma-Maaf! Kau tidak apa-apa?" Aldridge mengularkan tangan membantu orang itu naik.
Aldridge melihat rambut panjang berwarna pirang keluar dari hoodienya dan sentuhan tangannya yang lembut menunjukkan ia adalah seorang wanita.
"Te-terima kasih." balasnya gugup dan tergesa-gesa mengambil *Club di rak senjata. Ia cepat-cepat membayarnya dengan menaruh uang koin di meja, kemudian ia pergi.
Aldridge mendengar sesuatu terjatuh, Lalu ia mengambilnya. "Hei tunggu! Kamu menjatuhkan sesuatu!"
***
Wanita itu berlari keluar menuju hutan tempat Aldridge datang. Keluar dari Iksel Vineyard, ia membuka hoodienya. Ia kelelahan sekali dan bernafas tersengal-sengal, ia seperti kabur dari sesuatu meski entah apa sesuatu itu.
Tak lama kemudian suara binatang buas terdengar, dan wanita itu ketakutan dan gemetar sekali untuk melihat ke belakang.
Kemudian, Munculah sosok beruang dari dalam semak-semak.
"KYAAA !!" Ia berteriak ketakutan dan mencoba memukulnya dengan club dan panik sekali.
Namun sayang sekali meski beruang itu terkena serangannya namun tetap bisa bangkit dan beruang itu kini menyerang balik dengan cakarnya.
"Tolong!" teriak wanita itu berharap seseorang akan menolongnya meski ini di tengah hutan yang jarang dilalui orang.
Beruang itu tiba-tiba saja tertimpa pohon yang jatuh dan membuatnya tak bisa bergerak untuk beberapa saat. Wanita itu berlari, mengorek-ngorek sesuatu dari tas kecil dengan tali punggung menyamping yang ia bawa.
Ia terus mencoba mencari-cari dengan panik. "Kristalnya! Di-dimana kristalnya! Kok gak ada !?"
Beruang itu berhasil bangun dan mengejar wanita itu lagi dan...
"Wind... Caliber !!"
Sebuah peluru angin besar ditembakkan dan beruang itu terpental beberapa meter ke samping menabrak banyak pohon di sekitarnya.
Wanita itu terus saja berlari dan berlari dengan paniknya sambil terus mencari Kristal di dalam tasnya. Ia berlari tanpa memperhatikan langkahnya dengan hati-hati...
"KYAA!" Ia tersandung jatuh karena tersangkut akar. "Aduh... Sakit!"
Aldridge muncul di depan wanita itu."Hei! Kau menjatuhkan ini tadi." Aldridge mengembalikan kristal biru transparan yang seperti es itu, padanya.
Wanita itu melihat tangan laki-laki dengan Kristal yang dicari-carinya daritadi. "Kristal! Kristalnya!"
Ia langsung mengambil kristal itu dari tangan Aldridge.
Capeknya seketika terlupakan dan wanita itu bisa melompat gembira. "Hei dimana kamu menemu ... Aaa? Kau cowok yang tadi!" Wanita itu menatap kesal Aldridge. "Kau! Kau mencurinya ya?"
"Mencuri? Tidak-tidak" Balas Aldridge membela diri dengan mengayun-ayunkan kedua tangannya seolah bilang aku tidak bersalah. "Aku mau mengembalikan ini tadi tapi kamu sudah jauh."
"Hehe... Begitu?! Makasih ya..." Balas wanita itu dengan tersenyum tanpa curiga sedikitpun.
"Hee?" Aldridge tak menduganya. "Dia percaya begitu saja?"
"Tak kusangka aku harus menggunakan kristalnya secepat ini!" Ucapnya sambil menggenggam kristal itu, erat-erat dalam kepalanya.
"Memangnya itu Kristal buat apa?"
"Kamu lihat saja sendiri!"
Beruang itu tersadar kembali dan bersikeras kembali menyerang wanita itu dan juga Aldridge disampingnya, beruang itu melompat untuk menerkam dan...
GRAOORR!
"Ice Blast !!"
"Waa!? Waaaaow!" Aldridge terpukau melihatnya.
Beruang itu terperangkap dalam es berbentuk stalagmite, perutnya tertahan oleh bagian tengah es itu sehingga melumpuhkan gerakannya. Kaki depan dan belakang serta aumannya masih bergerak normal. Namun beruang itu sudah tak bisa berpindah tempat untuk maju dan menyerang. Karena tertahan Es itu di tengah-tengah perutnya yang membuat dirinya tak menapak tanah. Terlebih lagi dingin es yang menempel di perutnya. Tak main-main rasanya.
"Pheeww...Hampir saja." Kata wanita itu dengan perasaan lega.
"Sihir Es nya kok Hebat sekali!?" Aldridge terkesan. "Mirip yang dilakukan Celia dulu. Tapi ini... Ini, Ini jauh lebih hebat!"
Wanita itu tersenyum lega dan menjatuhkan lututnya seketika. Kemudian ia bertanya. "Puahh... Puas sekali rasanya! Uhm... Ngomong-ngomong. Kau ini siapa? Kamu bisa sihir juga?"
"Aku Aloysius Aldridge. Aku hanya petualang yang sedang menuju ke... Uhmm... Aaa... Da-Dalemantia! Dan soal sihir, aku sih... "
"Tu-Tunggu dulu!" Sahut wanita itu. "Kamu mau ke Dalemantia?"
"I... Ia..." balas Aldridge.
"Buat apa? Memangnya kau tidak tahu ya?!"
"Tidak tahu apa?" balas Aldridge tak mengerti.
"Dalemantia yang sekarang..."
"Yang sekarang kenapa?"
"Sejak setahun lalu... Negara itu sudah jatuh kan?!"
"Ia... Aku tahu..." Aldridge seketika murung.
"Sekarang negara itu sedang terpecah belah!" Ucap Wanita itu seperti bercerita kisah horor. "Ibukota Dalemantia yang besar itu menutup diri dari dunia luar, Tapi namanya berubah jadi apa ya... Aku lupa."
"Arcales! Arcales Empire namanya saat ini."
"I... Iya itu! Arcales! Dan yang satunya lagi berada di wilayah negara Valencia dengan memakai nama New Dalemantia.
"New Dalemantia!?" Aldridge terkejut. "Apa itu?"
"Tunggu! Tunggu! Kamu masa tak tahu soal berita besar ini? Benar-benar aneh deh."
"A-apa maksudmu?" Meski dalam hati Aldridge berkata. "Jadi obrolan orang-orang itu benar."
Lanjut wanita itu bicara. "Yahh... Aku tak tahu detailnya juga sih. Soalnya berita itu heboh sekali. Tapi sebaiknya kau ikut ke rumahku saja deh, kakakku tahu lebih banyak soal ini. Ahh... Tapi dia orang yang menyebalkan! Kalau aku cukup kuat, aku mending tak usah balik deh."
***
Sesampainya di rumah wanita itu... Yang disebut kediaman keluarga Mirtel. Yang terletak di tengah desa Iksel dan bangunan rumahnya melebar kesamping. Sangat besar dan mewah.
"Kerumahmu? Ini beneran rumahmu!?"Aldridge terkejut.
Balasnya. "Iya... Ini rumahku. Rumah kediaman keluarga Mirtel, yang ada di Iksel ini. Ohh iyaa... Ngomong-ngomong aku belum kasih tahu namaku ya? Aku Rynka Mirtel dan kau... Ahh tadi kamu bilang namamu Aloysius ya?"
"Aaa... Iya, tapi panggil saja aku Aldridge. Aloysius nama Keluargaku." balasnya.
"Baiklah, Aldridge... Yuk masuk." Rynka mempersilahkan dengan senyum ramah.
Aldridge masuk dan melihat sebuah rumah mewah nan besar ini. Bahkan rumahnya dulu tak sebesar ini.
***
Aldridge masuk, dan mendapati interiornya mewah sekali. Kursinya terbuat dari kayu yang dipahat indah, mejanya terbuat dari kristal, rumahnya melebar kesamping dan memiliki dua lantai. Di setiap ruangan selalu ditata rapih dan selalu menggunakan perabotan mewah.
"Rynka!" Marah seseorang berambut panjang berwarna biru muda. "Kau kabur dari rumah lagi! Dasar kamu ini!"
"Meski orang ini tidak terlihat seperti seorang penyihir, entah kenapa aku merasa ia ini seseorang yang sangat kuat." kata Aldridge dalam hati.
"Kak Lexion selalu begitu sih." balas Rynka dengan cemberut, menggembungkan mulutnya. "Habis aku bosan diam terus di kamar. Kan... Aku ingin berpetulang seperti kakak juga."
"Kamu tahu kan! Kamu ini punya kemampuan yang sangat penting!" balas Lexion kakak Rynka dengan membentaknya.
"Iya... Tapi kan... Aku juga ingin bisa bertarung seperti kakak." sambung Rynka dengan menggerutu.
"Kau tak perlu bisa bertarung!" Bentak Lexion sekali lagi.
"Uhm... Ohh iya! Kak, aku bertemu dengan petualang barusan, dia bilang ingin pergi ke Dalemantia."
"Lagi-lagi kau selalu merubah arah pembicaraan seenaknya." balas Lexion dengan kesal. "Pakaianmu kotor sekali. Buruan ganti pakaianmu dan cepat mandi sana."
Balas Rynka dengan tertawa kecil. "Hihi... Oke kak! Aldridge aku naik dulu ya. Nanti kutemui lagi."
"Ehem... Hei! Duduklah." Lexion mempersilahkan Aldridge duduk di sebuah sofa dan meja crystal transparan berwarna biru dengan vas bunga ditengahnya.
"Te-Terima kasih..."
"Mbak! Tolong bikinkan dua cangkir kopi panas untuk kami berdua." Pinta Lexion.
"Jadi siapa namamu?" Tanya Lexion.
"Aldridge... Namaku Aloysius Aldridge."
"Kau orang Dalemantia asli kan?"
"Benar, aku orang Dalemantia. Tapi!? Bagaimana kamu bisa tahu?" Tanya Aldridge.
"Intuisi." jawab Lexion dengan mengetuk-ngetuk kepalanya dua kali dengan jari telunjuk. "Tidak-tidak. Aku bercanda! Biar keren saja. Tak perlu ditanggapi seserius itu."
"Ahh... Lalu?"
"Logika saja! Siapa yang mau ke negeri tirani itu kalau bukan orang Dalemantia itu sendiri. Apa kau tak tahu? Kelima negara lain di Azuria ini membenci Roswell dengan Dalemantia Empire. 13 tahun! Perang meletus selama itu. Dalemantia Empire itu teror buat Republic of Greenhill . Tapi... Tentu bukan Greenhill saja. Semuanya! Semuanya! Merasakan terror dari Dalemantia juga."
Aldridge menelan ludah mendengar Lexion berbicara.
"Fel Kingdom, Griffinia, Quistra Empire dan Valencia Kingdom juga. Dan sampai 1 tahun lalu... Akhirnya tirani itu jatuh juga..."
"Aku tahu itu!" Bentak Aldridge menggebrak meja. "Tapi apa negaraku sejahat itu?"
"Yap... Itulah faktanya. 13 tahun berlangsungnya perang itu adalah masa-masa aku bertumbuh dari remaja ke orang dewasa seperti sekarang. Aku melihat banyak hal mengerikan selama perang itu berlangsung."
Balas Aldridge murung, ia membungkukkan badannya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Pada waktu perang berlangsung selama 13 tahun itu. Di sisi lain hidupku semuanya berjalan dan damai dan baik-baik saja. Karena situasi di Kingdom Area seperti tak terjadi perang. Damai sekali. Sampai-sampai aku bosan dengan kehidupan seperti itu. Raja Roswell seperti memanjakan kita yang ada disana. Sementara itu... Di luar sana, orang-orang berjuang hidup dan mati. Apa yang kulakukan selama ini."
"Menyesal sekarang juga tak ada gunanya." Ucap Lexion. "Tragedi itu sudah setahun lalu. Sudah terjadi dan tak bisa diubah lagi."
"Sial! Aku masih terlalu muda waktu itu untuk mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Pantas kakakku mau berjuang demi negara. Ia tahu apa yang terjadi sebenarnya."
"Roswell itu memanjakan kalian orang yang punya banyak uang biar bisa bayar pajak yang banyak. Biaya perang bisa ditangani. Itulah cara orang itu memimpin." Balas Lexion. "Kamu sebagai sisa-sisa orang Dalemantia yang selamat, apa kamu punya dendam pada kami?"
"Dendam? Apa maksudmu dendam?" Aldridge tak mengerti. "Yang harusnya dendam kalian kan?"
"Dulu! Iya! Kami semua membenci Dalemantia, kami dendam pada negaramu itu. Tapi semua sudah terbalas di Fall of Dalemantia."kata Lexion. "Jujur saja, waktu itu aku juga terlibat langsung mewakili Greenhill. Aneh sekali padahal aku orang Griffinia loh!"
"Siapa yang kau bunuh?" balas Aldridge dengan sinis.
"Maaf?"
"Adakah orang yang kau bunuh disana?" Tanya Aldridge dengan tatapan mengancam.
"Ada! Targetku! Dua orang suami istri di dalam rumahnya dan terpaksa aku juga harus menghabisi semua orang yang melindungi dirinya. Bukan karena alasan pribadi. Ini cuma pekerjaan. Aku ikut berperang juga karena dibayar." Jawab Lexion.
"Maaf, aku berusaha untuk mengendalikan emosiku, tapi bisa kau pastikan kau tak membunuh orang di kerajaan?"
"Tidak bisa kujawab, ini privasi klienku..." jawab Lexion.
"Seseorang berambut panjang berwarna putih?" tanya Aldridge.
"Kalau itu... Bisa kujawab... Tidak! Targetku berambut merah."
"Merah? Tapi syukurlah... Kalau begitu tak masalah." Aldridge menghela nafas. "Bisa kau jelaskan lebih detail lagi, apa yang sebenarnya terjadi? Setelah Fall of Dalemantia. Aku ditolong seseorang dan aku tinggal bersama mereka. Di tempat yang tak ada informasi tentang berita luar. Jadi aku tak tahu apapun soal ini. Informasimu berharga sekali." pinta Aldridge.
"Kau cukup dewasa sebagai anak remaja ya. Baiklah biar kuceritakan detailnya. Waktu itu... Kami pikir, kami sudah menang waktu itu. Namun setelah Fall of Dalemantia segala sesuatunya bertambah buruk sekarang. Dalemantia yang jatuh setahun lalu kini terpecah menjadi dua negara. Berita ini masuk dalam berita dunia."
"Berita dunia!?"
"Beberapa wilayah berhasil direbut kembali oleh desa kecil masing-masing negara. Ya mungkin itu satu-satunya kemenangan kami yang ikut memberontak. Dalemantia yang pecah jadi dua negara kini bernama New Dalemantia dan Arcales Empire. Sebuah negara baru yang didirikan dari negara yang sudah ada."
"Arcales Empire?" Aldridge mengingat-ingat hari ayahnya dibunuh. "Itu nama yang disebut-sebut Anzel dulu."
"Dengan pembagian wilayah yang agak kurang adil. Haha tentu saja... Perang tak pernah adil. Wilayah Dalemantia Empire yang dulu. Tak sedikitpun disisakan untuk New Dalemantia. Karena itu mereka saat ini terpaksa mengungsi yang kasarnya menumpang hidup, menjadi parasit di Valencia."
"Kau ini!" Aldridge marah.
"Haha... Ironis, Negara kecil yang dulu, mereka serang terus menerus. Dengan baik hati mau memberi tempat mengungsi. Yah... Karena apa lagi jika bukan karena Eternal Glory Guild. Sedang 80 persen menjadi milik Arcales Empire. Tapi anehnya mereka hanya mengurusi ibukota dan beberapa wilayah di sekelilingnya saja, desa dan kota kecil yang jauh dari ibukota jadi tak terurus atau hanya diambil upetinya saja."
"Mereka jadi seperti penjajah." Balas Aldridge
"Yang pasti Arcales adalah negara yang buruk. 20 persen sisanya. Ya... Hanya 20 persen yang diambil negara-negara disekitar yang dulu direbut oleh Dalemantia, dan juga lebih dari separuh warga asli Dalemantia membelot ke Arcales karena mereka menjanjikan hidup yang lebih sejahtera daripada New Dalemantia sendiri yang sekali lagi, lebih seperti parasit di Valencia. Yap... Itulah kondisi negaramu tercinta saat ini."
"Lalu New Dalemantia?" Tanya Aldridge.
"Dan... New Dalemantia hanya berisikan tentara kecil yang ingin merebut wilayahnya kembali. Lucu sekali... Sekarang posisi Dalemantia jadi sama seperti negara-negara yang ingin merebut balik tanah kepunyaan mereka."
"Lalu? Arcales Empire. Siapa mereka sebenarnya?" Tanya Aldridge.
"Ini masalah! Tak seorangpun tahu... Mereka negara yang baru terbentuk belum lama ini. Dan kita tidak tahu seberapa kuat Arcales Empire sekarang. Karena saat ini negara bekas Dalemantia Empire itu, terisolasi dari dunia luar setelah Fall of Dalemantia. Mereka hanya menerima orang luar untuk mengantar barang impor seperti anggur kami dan informasi mengenai mereka sulit diselidiki karena kami tak bisa pergi lebih dalam. Yang kutahu hampir semua pejabat Old Dalemantia (sebutan untuk Dalemantia sebelum kejatuhan) sekarang pindah ke Arcales. Informasi itu saja harus kuketahui dari anak buahku dengan susah payah." balas Lexion.
"Termasuk penasehat King Roswell?" tanya Aldridge.
"Ya termasuk dia, politik Dalemantia tak loyal dan korup." jawab Lexion.
"Jadi kau kenal penasehat bernama Anzel itu?" Tanya Aldridge dengan begitu penasaran.
"Hanya sedikit. Aku tidak tahu detailnya. Tapi kuakui dia orang yang licik sejak beberapa tahun lalu aku bertemu dengannya." jawab Lexion.
Jawab Aldridge dengan geram."Orang itu! Dia pembunuh ayahku... Di depan mataku sendiri!"
***
Glossary ---
(Rez adalah mata uang disini. untuk pengingat aja. 1 Rez = 100 Rupiah.)
(Club adalah Pentungan yang terbuat dari kayu. Di Game pada umumnya digunakan sebagai senjata seorang Penyembuh.)
Rynka Mirtel
Hoodie Version
Aloysius Aldridge
Adventurer Outfit
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top