CHAPTER 29 : New Departure






Selena menjelaskan "Dia, Karolina Stral adalah pemimpin pemberontakan Quistra melawan Dalemantia, sekitar 2 tahun lalu. Mereka sudah mulai terbentuk sebelum Fall of Dalemantia terjadi."

"Tunggu, tunggu, tunggu... Jadi dengan kata lain." Kata Aldridge. "White Bear punya andil dalam Fall of Dalemantia?"

"Bisa dikatakan begitu. Tapi aksi mereka saat itu, masih tak semencolok seperti sekarang. Dari pernyataannya, Ia mengakui melakukan konspirasi dengan seorang pria misterius yang menyatakan dirinya dari Arcales Empire. Tapi kau tahu? Pada saat pertama kali mereka bekerjasama... Arcales belum menjadi Arcales Empire yang kita ketahui sekarang, dan orang itu adalah..."

"Anzel..." balas Aldridge dengan tatapan benci.

"Ya... Anzel. Penasehat Roswell sejak 13 tahun lalu. Yang sekarang telah menjadi Raja Arcales  Empire. Dan kau tahu apa artinya ini?" tanya Selena.

Balas Aldridge dengen geleng-geleng kepala.

"Dia dihasut..." Ungkap Selena. 

"Dihasut?" 

"Karolina tak mengenal dengan baik dengan siapa ia bersekutu. Ia hanya disuplai senjata oleh Anzel ini dan menjalankan rencana yang bertujuan untuk menjatuhkanku. Tapi sampai akhir, ia tetap tak berhasil. Terima kasih untuk kalian, kakakmu Vayne dan Bounty Hunter terbaik Quistra. Kalian semua bekerja sama dengan sangat baik."

"Terima kasih Ratu Selena. Suatu kehormatan bagiku... Tapi kenapa aku masih belum mengerti?" tanya Rava.

"Sudah kubilang... Dia dihasut." jawab Selena.

"Dihasut?" Aldridge dan Rava tak paham.

"Kau tahu? Orang bernama Anzel ini pandai sekali mempengaruhi orang lain. Ia memutar balikan fakta. Dilihat dari berapa lama ia bertahan dalam pemeritahan Dalemantia, pastinya orang seperti ini punya kemampuan retorika yang sangat mahir."

"Retorika? Apa artinya itu." Tanya Aldridge.

"Seni bicara untuk membujuk orang," Jawab Rava. "Tapi sayangnya meski bicaranya terlihat menganggumkan, tapi kata-katanya tidak jujur dan tulus dari dalam hati."

"Menurut pengakuannya tadi, Anzel ini merancang sedemikian rupa, agar Karolina ini berpikir... Akulah yang membunuh kedua orang tuanya. Sekaligus aku juga yang jadi penyebab salju abadi... Alasannya hanya karena aku penyihir es sesederhana itu. Dan ia sudah percaya..."

"Kau membunuh orang tuanya?" Aldridge bertanya. "Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?"

"Aku tak bisa menyangkal itu, itu benar. Aku membunuh orang tuanya..."

"Apa?! Tapi kamu kan pemimpin negeri ini. Kenapa..."

"Aldridge dengarkan dulu sampai selesai."

"Aku membunuh kedua orang tuanya... Tapi secara tidak langsung." jawab Selena dengan perasaan sesal.

"Ratu kau membuat kami bingung. Jelaskan dengan cara lebih ringan saja." balas Rava.

"Tidak langsung, dalam arti... Kelaparan membunuh orang tua Karolina Stral sewaktu dirinya masih anak-anak. Sekitar 5 tahun pertama salju abadi ini berlangsung, kami masih berharap bencana ini akan segera berakhir segera. Mungkin Rava pernah mengalami ini?"

"Ya... Waktu itu adalah masa-masa sulit." Kenang Rava akan masa kecilnya. "Seketika kami tak bisa bercocok tanam lagi dan hidup di Quistra jadi demikian sulit."

"Kala itu, orang-orang Quistra belum siap menerima kenyataan bahwa tanah ini telah menjadi Land of Eternal Winter. Makanan sangat sulit di dapat sampai kami harus beli dari negara lain dengan harga yang melambung naik. Akhirnya yang mampu bertahan hanyalah Northern Kingdom yang sekarang menjadi ibukota Quistra."

"Karena kami bisa mendapat suplai dari North Azuria. Sedangkan 3 kerajaan lainnya... Western, Southern, Eastern... Tak mampu bertahan dan runtuh karena konflik internal... Ya semua penyebabnya karena perut mereka tidak tahan lagi. Hal yang patut disyukuri perang saudara berhenti seketika dan semua bersatu untuk menyambung hidup di Northern Kingdom. Mereka yang sampai akhir setia dengan kerajaannya masing-masing... Tak bisa makan apapun lagi dan akhirnya mati tanpa perlu berperang."

"Jadi begitu... Kenapa nama ibukotanya panjang dan aneh sekali." Komentar Aldridge.

"Menurut pengakuan Karolina Stral. Ia lahir di keluarga miskin... Sangat miskin. Sejak 30 tahun lalu yang dulunya adalah wilayah Southern Kingdom. Di era perang berkepanjangan... Keluarga Karolina Stral sudah hidup dalam kondisi sulit. Meski saat itu Quistra masih berupa tanah hijau nan luas layaknya di Valencia. Perang membuat mereka tak bisa tidur nyenyak, karena sewaktu-waktu. Pihak musuh bisa saja datang dan menjarah apapun di desanya."

"Sekarang, aku jadi kasihan padanya..."

"Ayah Karolina Stral diakui dirinya sendiri adalah seorang tentara kelas bawah. Jadi upahnya tak terlalu besar untuk menghidupi istri dan anaknya. Sedang ibu Karolina membesarkannya dengan kasih sayang dan iklas menjalani kehidupan yang sulit."

"Tapi kini... Ia berakhir jadi pemimpin Guild Criminal."

"Ya... Penjajahan yang dilakukan White Bear, terinspirasi oleh kejadian pahit di masa kecilnya. Lalu ketika Quistra dibekukan oleh penyihir misterius itu atau orang-orang mengetahuinya sebagai dikutuk Tuhan. Orang tuanya tak mampu membeli makanan lagi yang harganya naik berkali-kali lipat dengan tak wajar dan mati karenanya. Saat itu ia masih berumur 6 tahun. Bertahan hidup sebagai yatim piatu yang tak mengerti apa yang terjadi di Land of Eternal Winter seperti Quistra. Lalu ketika usianya sudah mulai dewasa... Ia tumbuh dengan kebencian yang dalam. Anzel dengan mudah menghasutnya. Memberikan informasi yang ia percayai lalu menghasutnya hingga ia percaya sebagai sebuah kebenaran. Meski itu bohong."

"2 tahun lalu sebagai orang asing yang datang menceritakan fakta buatannya sendiri. Anzel menghasut bahwa... Akulah pembunuh orang tuanya. Akulah penyebab kelaparan itu dengan sengaja dan aku juga penyebab salju ini dan ia percaya begitu saja karena sudah di kuasai dendam pada negri ini. Meski sudah kejelaskan berkali-kali, ia tetap tak bisa menerimanya. Doktrin Anzel tertanam begitu kuat padanya."

"Kupikir Quistra tak pernah menderita kelaparan hebat semacam itu. Waktu kudengar dari seorang bartender Holdrya." balas Aldridge.

"Ohh Boris, ia masih cukup muda. Mungkin ia masih bayi atau belum lahir waktu itu. Jadi tak pernah merasakannya masa-masa awal sekaligus yang tersulit waktu musim dingin ini tak pernah berakhir. Tapi sudahlah... Kelaparan itu sudah tuntas dan lama tak terjadi lagi." Balas Selena.

"Jika Karolina masih disini aku ingin jelaskan yang sebenarnya terjadi." ujar Aldridge yang menyesal dan menundukan kepalanya.

"Ya sayangnya kita terlambat. Ia sudah dibawa ke World Prison sekarang." balas Rava dengan reaksi yang sama.

"Kalian tak perlu merasa bersalah begitu. Hatinya sudah sekeras batu. Ia tak mau percaya siapapun selain yang ia percayai sejak dulu. Anzel ini sepenuhnya mencuci otak Karolina. Jadi tak perlu ada yang di sesalkan, apapun yang sudah kalian lakukan, bangkitlah dan terus maju. Jika ia tidak ditangkap segera, Quistra tetap dalam bahaya dan lebih banyak orang yang tak bersalah yang jadi korbannya." Selena mencoba mengarahkan mereka ke sudut pandang yang berbeda.

"Ya! Kau benar, orang seperti Barys akan menjajah desa kecil lagi." balas Aldridge.

"Dan jika dibiarkan terus Northern Kingdom bisa terancam." sambung Rava.

"Kalau kalian analisa lebih dalam... Guild White Bear, hanya jadi alat Anzel untuk bisa menjual senjata kepada mereka... White Bear perlu senjata untuk menggertak penduduk sipil dan karenanya mereka perlu banyak uang dengan cara menarik upeti seperti itu. Namun pada akhirnya semua keuntungan besar di kantongi Anzel. White Bear hanya dibutakan dengan ambisi dendam semata."

Aldridge dan Rava mengangguk setuju.

"Jadi kurasa itu saja yang mau kusampaikan pada kalian, kalian boleh kembali sekarang. Ohh iya?! Jangan lupa ini Bounty kalian! Apa rasanya menerima uang sebesar ini? Hadiah 10 jutanya dibagi 4 kelompok ya." balas Selena.

Rava mendapatkan 2,5 juta Rez, Aldridge mendapatkan 5 juta dengan setengahnya adalah titipan untuk Vayne. dan 2,5 Juta terakhir diberikan pada Rex di kemudian hari.

"Tapi ratu... Boleh aku tanya satu hal?" Kata Aldridge.

"Apa itu?"

"Bagaimana hanya Northern Kingdom yang berhasil bertahan hidup, sedang kerajan lain jatuh..."

"Sepertinya tadi sudah kubilang, Northern Kingdom punya akses pada jalur perdagangan laut dengan benua seberang yang kita kenal sebagai North Azuria."

"Benua seberang? North Azuria?"

"Iya, itu adalah tempat yang akan kami tuju selanjutnya." Kata Rava.

"Ohh jadi ada benua lain selain Azuria Continent ini?"

"Hahaha! Dunia terlalu luas untuk dipandang dengan pikiran sempit... Mungkin saja ada lebih banyak benua lagi di seberang sana."

***

Setelah itu Aldridge dan Rava mengunjungi tempat yang sama. Rumah sakit tempat Rynka dan Ronn dirawat.

Ronn sudah sembuh, ia terkena peluru dan tak ada luka fatal lainnya. Untuk pengobatan biasa mungkin ini fatal. Tapi untuk pengobatan dengan sihir penyembuh, regenerasi bisa dipercepat.

Tapi Rynka... Ia masih tak sadarkan diri...

"Aldridge, Bagaimana ini?! Rynka belum siuman juga." Vexxor panik.

"Apa yang terjadi?" tanya Aldridge pada para Healer disana.

Jawabnya "Dia terinfeksi suatu cairan Elemen Darkness yang kuat di dalam tubuhnya. Butuh Elemen Cahaya dengan tingkatan yang sama untuk melenyapkannya, tapi meski kami memilikinya... Tak ada yang cukup kuat untuk melenyapkan cairan itu dari tubuhnya."

Vexxor memberi tahu. "Aldridge lihat telapak tangan kiri Rynka. Ada sebuah mata merah menyeramkan dan benda aneh berwarna hitam seperti tumbuh di dalamnya."

Healer itu menjelaskan." kalau dibiarkan terlalu lama. Darkness itu akan menggerogoti seluruh tubuhnya dan pada akhirnya tangan kirinya akan jadi kegelapan yang tak bisa disembuhkan lagi."

"S-seperti yang dialami Karolina Stral?!"

"Ya... Seperti tangan kiri kepala guild criminal itu."

"Jadi apa yang harus kulakukan?!" Aldridge terlihat bingung dan putus asa.

"Kita butuh pengguna Elemen Cahaya yang sangat kuat." balas Healer itu.

"Tapi... Tapi dimana?" tanya Aldridge.

"Ada... Tapi tidak disini. Malahan sangat jauh dari sini. Aku takut kalian kehabisan waktu."

"Dimana? Seberapa jauhpun aku akan mencarinya!"

"Griffinia. Ada seorang nenek tua yang sanggup menyembuhkan infeksi ini."

"Oke, kita kesana sekarang." kata Aldridge yang dengan segera mengangkat Rynka.

"Hei tunggu ! Kalau dari Northern Kingdom ke Ibukota itu perlu 7 hari dengan kuda." Healer itu menjelaskan. "Sedang infeksinya bisa saja tinggal 3 hari lagi sebelum akhirnya bersifat permanen dan tak bisa disembuhkan lagi."

"T-tiga hari saja!?" Aldridge merasa putus asa dari dalam dirinya. 

"Apa tak ada cara yang lebih cepat?" tanya Aldridge dengan kalut.

"Aldridge, aku punya ide." jawab Vexxor.

***

Di luar Rumah sakit,

"Aldridge... Aku akan pergi ke utara sekarang." kata Rava untuk mengucapkan salam perpisahan.

"Jadi? Kau sudah mau pergi sekarang?" balas Aldridge.

"Iya... Maaf kalau kau masih ada masalah disini. Tapi aku tak mau menundanya lagi." balas Rava.

"Jangan kuatirkan aku. Aku dan Vexxor akan menyembuhkan Rynka, apapun caranya." balas Aldridge.

"Bolehkah aku memelukmu?" setelah bertanya tanpa menunggu persetujuan Rava langsung memeluk Aldridge.

"Hei, Hei, Hei, sakit, jangan keras-keras. Badanmu besar sekali." balas Aldridge.

"Ahh maaf, aku ingat kita bertemu karena Ronn menolong kalian secara kebetulan dan setelah itu banyak yang terjadi, tanpa kau Aldridge dan teman-temanmu ini. Aku takkan bisa sejauh ini... Terima Kasih!"

"Ya, aku juga ingin berkata begitu. Malah sebenarnya harusnya aku yang mengatakan ini lebih dulu. Terima kasih Rava. Tanpa ditolong kalian mungkin kami sudah mati tertimbun salju waktu itu." balas Aldridge.

"Dan semua ini berawal orang bodoh ini." Riel menyikut Ronn.

"Aww, sakit." jerit Ronn. "Betul kan bos? Perbuatan baik dibalas dengan hal baik juga. Makanya nolong orang jangan pilih-pilih."

"Aku tak tahu apa yang akan terjadi disana dan apa yang masa depan tunjukkan pada kami, Yang pasti aku harap kita bertemu lagi di lain waktu, Bye-bye Al, Vex dan Rynka meski ia tak bisa mendengarnya sekarang dan sampai jumpa."

Rava, Riel dan Ronn berpamitan pergi ke Utara untuk membuat Guild mereka sendiri dan memulai petualangan baru disana. Di belahan dunia yang jauh dari salju abadi Quistra.

"Ohh iya... Sebelum itu. Kalau kalian suatu hari ada di North Azuria dan bertemu kami disana. Aku akan senang hati menyambut kalian semua seperti tamu kehormatan. Tapi jangan terlalu cepat ya. Kita perlu waktu untuk membangun Guild yang hebat!"

"Ya... Aku menantikannya. Sampai jumpa!" Balas Aldridge.

Vexxor menangis terharu. "Huaa... Semua ini terjadi begitu cepat! Rava, Riel, Ronn aku akan merindukan kalian... Huaa!"

"Vexxor... Aku juga sedih tapi ada yang lebih penting dari itu saat ini. Kau bilang tadi ada ide? apa idenya?" tanya Aldridge yang panik dengan menggendong Rynka di punggungnya.

***

Aldridge dan Vexxor menemui Selena.

"Nah ini dia ideku..." ujar Vexxor.

"Huh? Kenapa kau kembali kemari?" tanya Selena.

Aldridge menjelaskan situasinya dan kenapa ia harus pergi ke Griffinia dengan segera.

"Ohh jadi begitu. Memang benar, 7 hari perjalanan..." jawab Selena. "Apa tak ada cara lain? " Tanya Aldridge.

"Tidak ada..."

"Jadi... Vexxor. Gimana nih?" Aldridge kebingungan.

"M-masa sih tidak ada?"

"Untuk jalur darat memang tidak ada." Sambung Selena.

"Jadi jalur laut? Jalur udara?" tanya Vexxor.

"Laut... Bisa ditempuh dalam kurang dari 1 hari." balas Selena.

"Benarkah !? Kalau begitu masih ada harapan." Aldridge merasa lebih tenang sekarang.

"Tapi bayarannya 100 ribu Rez sekali jalan." ujar Selena.

"Tak masalah... Kami punya banyak uang..." Balas Aldridge.

"Hei yang benar saja! Aku tidak sudi." Vexxor kesal.

"Tidak... tidak aku hanya bercanda. Mana mungkin tiketnya semahal itu. Ambil ini, dengan surat perintahku jadi gratis. Ambillah." Selena menyerahkannya pada Vexxor, karena Aldridge sedang menggendong Rynka.

Setelah menerima surat itu Aldridge dan Vexxor langsung menuju White Port yang berada di sebelah utara ibukota.

***

Disana berbarengan dengan kedatangan kapal yang mengangkut turis,pedagang atau penduduk sipil dan berbagai macam orang yang ingin singgah Quistra.

Aldridge berpapasan dengan seorang anak kecil yang tak sengaja menabraknya.

"Hei... Nak kalau jalan lihat-lihat dong!" balas Aldridge yang masih menggendong Rynka.

"Ahh maafkan aku kakak." balas anak itu.

Lalu kakaknya memanggilnya "Hei Igriss... kamu mau kemana? Kita mau kesana tahu..."

Balas adiknya yang bernama Igriss itu. "Baik! Kak Razendore... Aku akan segera kesana."

Lalu Igriss tersenyum menghadap Aldridge. "Kakak rambut pirang maaf ya... Karena menabrak kakak...bye-bye."

"Mama... Papa Tunggu aku !!" Sahut Igriss sambil belari menuju kakak dan kedua orang tuanya.

"Hmm... Igriss? ... Razendore? Sudahlah ... Aku harus segera naik kapal." ujar Aldridge.

***

Lalu sebelum menaiki kapal seorang pedagang dari kapal yang datang barusan adalah seorang kucing besar seperti manusia. Gemuk dan memakai topi dan tongkat seperti Charlie Chaplin. Bercorak hitam-putih gemuk memakai jas seorang pebisnis dan di tangan yang satu lagi sedang mengangkut koper hitam. Berkumis melingkar-lingkar dan mengisap pipa cerutu bersama anak buah, Yang adalah manusia-manusia yang memakai jas juga. Mengikutinya dari belakang.

"Hooman !! Kemarilah! Bantu aku bawa barang-barang ini dan jangan sampai ada yang rusak! Karena ini barang dagangan kualitas tinggi dan mahal harganya... Mengerti kalian HOOMAN !!" perintah kucing itu pada anak buahnya.

"Itu !? ... Kucing?? Ia bisa bicara bahasa manusia dan berjalan dengan dua kaki?" Vexxor terheran-heran.

"Ayo Vexxor kita harus cepat naik nih... Cepat tunjukkan passnya."

"Ahh iya-iya ... Passnya mana passnya?" Vexxor mencari-cari "Ahh... Ini dia?!"

"Ayo naik!" Kata Aldridge.

"Ehh Aldridge. Kau gak merasa heran? Kapal ini mengangkut banyak penumpang aneh. Masa ada kucing sebesar manusia begitu!? Jalan dengan dua kaki lagi."

"Mana aku tak lihat?"

"Ahh... Kau terlalu fokus dengan Rynka sih." Kesal Vexxor.

"HEI TUNGGU !!" teriak seseorang dari kejauhan yang berlari mengejar Aldridge.

"Hee ...? Siapa lagi sekarang? ... Chaos !? Yang benar saja!?" Aldridge tak menduga.

"Disaat seperti ini dia malah mau ngejar-ngejar kita. Aldridge ayo buruan naik. Dia akan membakar kita !!" Vexxor panik.

"Hei kalian tunggu! Jangan naik dulu! Hosh... Hosh..." Ucap Chaos dengan nafas yang lelah. 

"Aldridge buruan naik! Dia mau ngehajar kita ya?"

"Aku... Aku..." Chaos membuang gengsinya dan memohon. "Tolong izinkan aku bergabung bersama kalian!" 

"Hee !? Yang benar saja!?" Vexxor keberatan.

"Tolong izinkan aku bergabung... Aku tak tahu harus kemana lagi setelah semua ini. Aku masih lemah dan kalau aku ikut kalian. Aku harap aku bisa bertambah kuat ... Dan dengan ikut kalian yang terhubung dengan orang yang bersama Heimdall waktu itu... Aku akan bisa menemukan Heimdall sekali lagi ... Aku mohon!" pinta Chaos dengan sangat.

"Tuh kan Aldridge ... Dia cuma memanfaatkan kita..."

"Vexxor... Ayo naik. " Aldridge mencueki Chaos dan naik ke kapal.

"Jadi.... Aku... Tak bisa? Tak bisa bergabung dengan kalian?" Chaos kecewa dan malu sekali setelah memohon dan merendahkan diri seperti itu. "Tolonglah... Terima aku. Aku bisa dipercaya dan akan jadi rekan yang berguna buat kalian."

"..." Vexxor dan Aldridge mengacuhkannya sambil perlahan menaiki kapal.

"Jadi... Ini jawaban kalian !?" Chaos kesal. "Baiklah... Aku..."

"Chaos... " Ucap Aldridge. "Kenapa masih disitu? ... Ayo naiklah." ajak Aldridge sambil menggerakan kepalanya.

"Benarkah !?" Chaos menangis terharu. "Sial... tak pernah aku sesenang ini." 

"Ehh...Ehh... Ehh... Dia menangis. Kau bisa menangis juga?" Vexxor mentertawainya.

"Tentu saja bodoh! " Chaos mengusap air matanya dan berjalan naik ke kapal.

"Aku juga senang... 1 lagi teman baru dalam perjalanan ini." Aldridge tersenyum.

"Tapi ngomong-ngomong kapal ini menuju kemana?" Tanya Chaos.

"Kita akan ke Griffinia!"


***

Dan perjalanan di kapal ini mengakhiri Arc Quistra yang selesai sampai disini.

Sekaligus Chapter terakhir yang mengakhiri Book 1 Spirit Weapon – Fall of Dalemantia.


Kisah ini menutup akhir cerita dan membuka cerita baru di seri buku Spirit Weapon selanjutnya.


Petualangan Aldridge belum usai sampai disini dan sampai bertemu di kisah selanjutnya.

Spirit Weapon

Book I

END

THANK YOU !!

Written and Illustrated By:

HensenFM


"Eitss... Masih ada Tambahan 1 Chapter di Secret Ending."


Untuk Sequelnya (Book 2) ... Sebentar lagi ya...  Planningnya, 7 April 2017 Rilis. Tetap Update Setiap Jumat, Diperkirakan Spirit Weapon S bakal pindah hari tayangnya guys (Haha, kayak Drama TV aja gue.)

Selagi menunggu, kalian bisa baca yang lagi...

ON GOING, Spirit Weapon S - Magic University
Bisa lihat di Profil saya. Update Setiap Jumat (At least sampai 7 April akan saya ubah)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top