CHAPTER 26 (2) : Black Robe, Man within the Fall



(PS - Astaga pak! Gue bener-bener bikin Chapter ini kepanjangan, karena Final Battle yaudahlah ya... Sampai 3500 kata cuy! Happy Reading!)

PART 2 

"Hyaaaa!" Karolina Stral melancarkan serangan sihir terkuat yang ia bisa untuk membunuh Aldridge dalam sekali serang.

Aldridge yang menunduk terdiam tak berdaya, kini bangkit kembali dengan tatapan tajam. Ia mengelak sedikit dan menerima aliran listrik bertegangan tinggi di tangan kirinya. Lalu dengan tangan kanan ia menggerakkan pedangnya, dan...

"Kena Kau !!"

CRESSSSHHHTT !!

.

.

.

.

.

"Ohoggg!! Ka-Kau!!?" Perut Karolina kini ditikam Aldridge hingga tembus dan memuncratkan darah segar dari tubuhnya, terlebih Karolina Stral juga memuntahkan darah. "D-Dua kali sudah... Aku terkena serangan setelak ini."

Karolina tampak lemas dan dingin badannya. Tapi disisi lain, tangan kiri Aldridge juga terluka parah akibat sambaran listrik tegangan tinggi dari Relampago.

"HEALER!! CEPAT SEMBUHKAN AKU!" 

"Heal !!"

"Heal !!"

Healer dari pihak White Bear secara bersamaan menyembuhkan Karolina Stral dan Aldridge. Luka-lukanya sembuh dalam waktu singkat. Setelah itu Karolina langsung lompat kebelakang menjaga jarak dengan Aldridge.

"Hosh... Hosh... Meski kau terlihat masih muda. Tapi kau tidak mati oleh serangan terkuatku."

Aldridge yang berdiri tegap setelah disembuhkan, kini langsung tersungkur pingsan ditahan kedua tangannya yang menapak di tanah. "Se-serangan... A-aku takut sekali."Tubuhnya berkeringat dan gemetar. Meski sudah disembuhkan. Aldridge masih merasakan Shock secara psikologis di tubuhnya.

"Memang tidak menyenangkan jika bertarung disertai Healer." Ujar Karolina Stral sambil mengibas-ngibas Rapiernya yang sudah kembali normal. "Kau berlima, melawan aku seorang. Jadi, bagaimana kalau begini."

"Three Musketeers !!" 

Karolina membelah dirinya jadi tiga wujud bayangan. Salah satu dari ketiga bayangan dirinya adalah yang asli.

"Hehehe... Satu serangan mungkin bisa kau tandingi, tapi bagaimana dengan 3 serangan sekaligus?!"

"Aku... Ugh!? Sudah tak kuat lagi."

"Barrier !!"

"Lagi-lagi jurus ini!" Tak mau memikirkan cara lain. Ketiga Karolina Stral terus menyerang secara beruntun sampai Barrier milik Rynka hancur dengan sendirinya.

"Ugh... Aku sudah mulai kehabisan tenaga. Kalau begini terus..."  Ucap Rynka yang terus menerus mensuplai Aura pada Barriernya sebaik mungkin, yang ia bisa lakukan agar Barriernya tetap terjaga.

"Aldridge! Bangkitlah!" 

"Tapi... Aku tak sanggup lagi." Ucap Aldridge yang bimbang hatinya.  

TRAANNNGG !!

"Celaka!? Barriernya?!"

"Hahaha!" Tawa Karolina Stral kini seperti orang gila. "Satu tusukan lagi!"

"Diam disitu!" Rex bergegas bangkit dan meninju tanah tempat ia berpijak. "Earth Wall !!"

"GRAAAA! Lagi-lagi pengganggu!" Murka Karolina Stral. "Lightning Pierce !!" 

JEGGGGERRRR !!

"Temboknya!?" 

"Tinggal selangkah lagi!"

.

.

.

.

.

"Fire Fist !!"

Sebuah semburan api skala besar, menerjal Karolina dan membakar dirinya bersama-sama dengan dua ilusinya.

"HUWAAAA!! Kurang Hajar! Siapa lagi ini?!!" Karolina Stral benar-benar ditelan amarah.

"Apa kau tahu Heimdall Lodier?"

Mendengar kalimat itu, Aldridge langsung menoleh keatas dan mencari-cari orang yang sering mengucapkan kalimat seperti itu. Lalu didapatinya. "Ch-Chaos!? Kenapa kau bisa ada disini? Bukankah kau dipenjara?"

"Soal itu... kujawab nanti saja." Jawab Chaos. "Tapi saat ini, bangkitlah! Sungguh memalukan! Tersungkur dihadapan musuh, padahal teman-temanmu mati-matian melindungimu. Kau anggap apa usaha mereka itu!" Bentak Chaos sambil memandang rendah Aldridge. 

"Aku kesal mendengar itu dari mulutmu." Aldridge lalu perlahan bangkit dengan mental yang membaik. "Tapi... Kau benar. Sampai akhir... Aku tak boleh menyerah!"

***

Kembali ke pertarungan kelompok Vayne melawan Blackjack.

"Phew... Akhirnya tumbang juga dia." Frey membasuh keringat dan menunjuk tubuh Blackjack yang kembali ke warna aslinya.  "Tapi Vayne, hampir seluruh tubuhnya tertebas oleh kita."

"Itu bukan masalah, yang penting tujuan kita tercapai. Ia tidak mati." Ucap Vayne sambil menyarungkan pedangnya di punggung. "Soal luka-lukanya, kuserahkan pada..."

"Biar aku yang tangani." Faylen inisiatif.

"Sembuhkan? Terus kalau sudah sembuh, kita harus melawannya lagi?"

"Aku tak tahu... Nantinya, Tergantung pilihan dia sendiri."

"Kita jadi Gambling lagi dong." Frey duduk beristirahat.

Faylen menyembuhkan luka-luka di tubuh Blackjack yang hilang perlahan-lahan dan menetralisir Aura Hitam yang sudah melemah di dalam tubuhnya karena diserang Vayne dan Frey. Hilangnya Aura Hitam dalam tubuhnya, membuat kesadarannya kembali normal.

"Ehh!? Tunggu dulu. Kenapa dia malah?"

"Ada apa?" Mereka bertiga penasaran.

"Lihatlah, tubuhnya perlahan berubah menjadi wujud manusia." ujar Faylen.

Blackjack tersadar dalam wujud seorang manusia muda. Yang sosoknya terlihat seperti remaja pria berumur 14 tahun. Parasnya tampan. Rambutnya hitam mengkilap lurus ke bawah, lumayan gondrong. Matanya berwarna biru muda. Dan kondisinya saat ini, sepenuhnya tanpa pakaian, kecuali pakaian kebesaran yang sobek-sobek ketika ia dalam wujud werewolf.

"Kyaaa! Dia telanjang!" Teriak Alicia sambil menutup mata.

"Haa? Kenapa dia berubah jadi manusia?" Faylen heran.

"Werewolf yang sangar tadi, berubah jadi anak kecil imut begini?" Komentar Frey.

"Cih, aku benar-benar tak mengerti." Vayne geleng-geleng kepala. "Ini efek dari kondisinya barusan atau bagaimana?"

"HUAAAAA! Kalian semua siapa?!" Teriak anak kecil itu.

"Haa? Maksudmu?" Frey menatapnya dengan terheran-heran. "Kami bertempur sengit melawanmu. Tapi kau malah tak ingat pada kami?"

Anak kecil itu menoleh ke kiri dan kanan melihat sekitarnya. "I-ini dimana pula? Area Salju semuanya? Perasaan beberapa saat lalu aku ada di rumah."

"Kita semua saat ini ada di Quistra Empire. Bagaimana kau tak mengingatnya? Kau bergabung dengan Guild Criminal White Bear disini. Masa kau lupa?" Tanya Frey.

"Begitukah!? Quistra Empire katamu? Quistra itu dimana ya? Aku baru pertama dengar nama itu." 

"Ahh... Susah jelasinnya. Vayne, kamu saja yang ngomong." Frey habis kesabarannya.

"Begini..."

"Hei, hei, hei!" Alicia memotong. "Sebelum kalian ngobrol. Tutup dulu dong itunya anak itu. Pakai baju werewolfmu itu tuh."

Setelah itu, Vayne menjelaskan apapun yang ia ketahui, soal Blackjack selama di Quistra ini. Dari apa yang diperbuatnya, kelompok yang dimasukinya sampai ke pertarungan yang terjadi hari ini.

"Ahh jadi begitu. Berarti werewolf yang kalian maksud itu adalah wujud lain diriku."

"Wujud lain dirimu?" Tanya Faylen. "Dengan kata lain, kau memiliki berkepribadian ganda?"

"Kurang lebih begitu. Ini sering terjadi padaku, dan tiba-tiba saja aku berada di tempat lain yang aku tidak tahu. Seperti yang terjadi saat ini." Jawab anak itu. "Tapi ini yang terparah! Aku bahkan berada di tempat yang aku tidak tahu. Bergabung dengan Guild Criminal yang aku tidak pernah dengar. Memangnya sudah berapa lama aku jadi Werewolf?"

"Entahlah..." Jawab Vayne. "Tapi kurang lebihnya, sejak Guild White Bear berdiri. Kamu diketahui sudah bergabung dengan mereka. Itu berarti sudah 1 tahun lebih kau bersama mereka."

"1 Tahun Lebih!? Aduh... Pantas saja."

"Dan selama jadi Werewolf? Tak ada yang kau ingat?"

"Itu dia masalahnya. Aku dan wujud Werewolf-ku tak saling berbagi ingatan. Setidaknya, dulu temanku memberitahuku begitu. Jadi ketika aku dalam wujud manusia ini, wujud Werewolf-ku tak ingat apa yang aku alami selama jadi manusia. Begitu juga sebaliknya."

"Kalau begitu, Blackjack. Bergabunglah dengan kelompok kami. Mungkin kau bisa kembali ke kampung halamanmu jika bersama-sama kami." 

Anak kecil itu segera bangun dan berkata. "Namaku bukan Blackjack. Itu nama darimana? Namaku Lynx!"

"Lynx?"

***

Ke pertarungan Rava melawan Clive, satu lawan satu.

"Tak bisa mengenaimu? Apa benar?" Rava memanas-manasi.

"Grrr... Kau memancingku untuk jadi lengah. Tapi tidak akan pernah terjadi!" Clive membentak. "Aku konsentrasi sepenuhnya padamu. Jelas kau tak akan bisa mengenaiku!"

"Itu dia masalahnya. Kau terlalu berkonsentrasi padaku. Kau tak sadar? Kita ini sudah ada dimana?"

"Ada dimana?" Clive melihat-lihat sekitar dan mendapati dirinya sudah dipancing jauh-jauh dari markas utama. "Jadi ini rencananya!?"

"Sudah terlambat! Kau tak akan bisa lari lagi." Rava menfokuskan kekuatan Auranya pada Great Axe yang ia Gagangnya ia pegang erat-erat dengan kedua tangan.

"Energy Enhancement !!"

Tubuh Rava dibungkukkan sedikit sambil menghadap lurus ke depan. Ke arah Clive. Dengan ujung Great Axe yang memiliki dua sisi tajam digeletakkan menyentuh tanah bersalju hingga membentuk kemiringan 45 derajat.

Auranya mengalir pada senjatanya itu, kemudian perlahan-lahan merubah bentuk Great Axe-nya menjadi sebuah bentuk lain. Great Axe-nya diselimuti cahaya mengkilap transparan. Lalu...

.

.

.

.

.

"DESTROY ALL !!"

Rava menghempas tebasan 240 derajat ke depan dengan jangkauannya yang jauh dalam kecepatan yang luar biasa. Satu persatu pohon dalam jangkauan serangnya tumbang seperti kibasan Domino.

DRUAAAARRRRR !!

Pohon yang saling tumbang dan bertabrakan satu sama lain memimbulkan suara yang berisik sekali. Dan dalam jarak serangnya. Clive berada disana.

"Ghh!!? GUAHHH!! TIDAK! TIDAK MUNGKIN !! " Tubuh Clive beserta Riflenya terbelah dua karenanya. Dialah Chief pertama dan satu-satunya dari kelima Chief yang mati terbunuh saking dahsyatnya daya serang yang dilancarkan Rava ini.

"Puaahhh!"

Rava langsung membuang Great Axe-nya kesamping dan membaringkan diri diatas tanah salju. "Sudah selesai."

Sementara itu Riel dan Ronn menyaksikan Pohon tumbang secara masif dari jauh.

"Bos!? Kau memang..." Riel menangis terharu. "Yang terbaik..."

"Menyeramkan!" Ucap Ronn yang melihatnya sambil berbaring jatuh karena tertembak oleh Clive. "Tapi kita menang."

"Dia sengaja memancing Clive jauh-jauh dari sini. Lalu ketika saatnya tepat. Ia pastikan tak ada yang kena serangannya itu selain Clive seorang." Ujar Riel menjelaskan. "Jurus hebat juga beresiko *Friendly Fire yang hebat pula.

***

Kembali ke Aldridge, Rex dan kini ditambah Chaos Lodier.

"Brengsek! Tak kusangka aku akan seterdesak ini." Bentak Karolina Stral dengan urat di kepalanya yang terlihat jelas. "Satu persatu pengganggu datang. Kalau begini, apa boleh buat."

Karolina mengeluarkan Dark Potion dari sakunya.

"Benda apa itu?!"

Karolina meminum cairan hitam itu segera. Hanya beberapa saat saja, reaksinya langsung bekerja.

"GRAAAAAA!! Sakit! SAKIT !!" Karolina terkapar jatuh dan menggeliat kesakitan dengan tubuh yang mengeluarkan asap hitam yang benar-benar hitam dari pori-pori tubuhnya. 

Sementara orang berjubah itu melihat dari atas atap batu goa itu dengan senyum jahat terlihat dari balik Hoodie-nya, "Bagus, bagus sekali! Akhirnya kau meminumnya juga. Hehehe..."

30 detik sudah Karolina Stral menggerang kesakitan.

"Ini kesempatan!" Ucap Chaos. "Fire Fist !!" 

Tembakan tinju api Chaos melaju cepat, untuk membakar Karolina segera. Namun asap-asap hitam itu secara otomatis memadatkan diri dan melindungi Karolina Stral dari intervensi serangan manapun. 

"Kenapa kalian diam saja! Bantu aku menghentikannya!" 

"Fire Fist !!"

"Wind Caliber !!"

"Earth Shaker !!"

Ketika ketiga serangan gabungan itu dilancarkan pada Karolina, ia kini sudah bangkit kembali dengan kesadaran penuh.

"STOP !!"

BUSSSHHHH !!

Aura Hitam dari Karolina Stral kini berjumlah sangat besar ketika dihempaskan, sampai-sampai menggetarkan apapun yang ada sekitarnya. Pohon-pohon keras di sekitar sana-pun jadi retak. Tak luput Aldridge, Rex dan Chaos ikut terhempas juga.

"Hahaha!" Karolina tertawa jahat. "Ternyata, cairan ini tak menghilangkan kesadaranku sama sekali, terlebih... Kekuatan ini sungguh terasa..."

"LUAR BIASA !!"

"Seperti yang kuduga, kau bisa mengendalikannya." Ucap orang berjubah itu dengan ekspresi bengis dan ia terlihat sangat menikmatinya. "Aku sampai harus menjebak anak Heimdall kemari untuk membuatmu terdesak dan mau menggunakannya. Nah, sekarang kita lihat, seberapa jauh kekuatan dari Dark Potion itu?"

Aldridge terkejut melihat yang terjadi barusan."Ada apa dengan dia ini? Semua tubuhnya memerah dan bola-bola hitam mengelilingnya."

"Aldridge, aku merasakan firasat buruk." Rynka ketakutan dengan tubuh gemetar dan lutut yang lemas menapaki tanah bersalju.

"Dia? Jangan-jangan!? Memakai benda hitam itu untuk mendapat kekuatan instan?!" ujar Rex.

"KAU!! Menjual dirimu pada kegelapan, sama seperti Heimdall!"

Karolina berdiri tegap, sambil pandangannya menatap ke langit, di sekitarnya dikelilingi asap hitam pekat bergerak secara spiral mengitari tubuhnya. Tanpa ia sendiri sadari, mata kirinya sudah menjadi hitam dengan pupilnya yang telah menjadi merah darah.

"Hahahaha! Benar-benar kekuatan yang luar biasa! Aliran Aura Hitam yang besar mengalir di sekujur tubuhku, terlebih lagi... Semua ini bisa kukontrol sepenuhnya! Hahaha!" 

Karolina mencoba mengendalikan dirinya lebih baik lagi, tubuhnya perlahan kembali normal dan tak memerah lagi seperti sebelumnya. Tapi tangannya kirinya seketika menghitam, dimulai dari mata kiri hingga ke ujung tangannya.

Semua bagian tangan kirinya dengan cepat digerogoti kegelapan, hingga sepenuhnya berubah hitam seperti tangan iblis, tak hanya itu setengah wajah kiri nya juga terinfeksi dan ia berbicara dengan nada suara menakutkan, seperti ada 2 orang berbicara disaat yang sama saat dirinya bersuara.  

"Nah sekarang..." 

Tangan hitam Karolina Stral itu seketika membesar dan menjadi tangan merah hitam layaknya tangan iblis.

"Kau akan kubakar sampai menjadi abu !!"

"Fire Fist !!"

Karolina mengeluarkan sihir dari tangan kirinya yang baru.

"Dark Force !!" 

Chaos terhempas oleh sebuah tekananan udara berwarna hitam.

Orang berjubah itu berkomentar dari kejauhan. "Tanpa perlu belajar, seorang pengguna elemen Darkness pasti bisa melakukan sihir itu dengan sendirinya. Namun sekarang, Karolina Stral... tunjukkan kekuatan barumu sampai batas akhir."

"Apa lagi yang bisa ditunjukkan kekuatan baruku ini?"

Chaos yang terhempas, bangkit dan menyerang balik.

"Meteor Strike !!" 

Chaos membungkus kedua tangannya hingga menjadi magma dan meninju beruntun Karolina dari dekat.

"Sialan! Dinding apa ini?!" serangan Chaos tertahan sebuah Barrier Hitam, meski begitu Chaos tetap menyerangnya berturut-turut.

"Cuma segitu yang kau bisa?" Karolina mencekik Chaos dengan tangan kirinya yang besar itu.

"Lepaskan Chaos !!" Aldridge sambung menyerang kembali namun tertahan kembali oleh Barrier Hitam itu.

"Sia-sia saja, Kegelapan ini melindungiku." balas Karolina.

"Ugh... Tubuhku!? Makin lemas rasanya, apa yang ia lakukan padaku?!"

Kemudian Chaos dilempar setelahnya, "Aku seperti merasakan sesuatu mengalir di tangan kiriku." kata Karolina.

"Sial, apa yang dia lakukan padaku barusan?" Chaos mencoba menyerang sekali lagi. "Apa? Kenapa? Api dari tanganku tak mau keluar."

"Flamethrower !!" 

Karolina membalas Chaos dengan semburan api dari tangan kirinya.

"Hahahaha, jadi begitu rupanya. Aku mengerti sekarang."

"Sial, bagaimana ini? Ia tak bisa diserang dan bisa mencuri kemampuan lawan." Aldridge kesal.

"Hahahaha ,dengan begini aku tak terkalahkan!" kata Karolina dengan sombongnya.

"Apa benar begitu?" Vexxor tiba-tiba sudah beberapa langkah di belakang Karolina.

"Hmmph?" Karolina menoleh ke belakang dan...

BOOOM !! BOOOM !! BOOOM !! 

Vexxor meledakan bomb di sekitarnya.

"Bocah keparat! Sejak kapan ada bomb disini!"

"Habis daritadi kau ngomong terus sih!" balas Vexxor dengan entengnya.

"Lihat! Bomb itu berhasil mengenai dirinya." kata Rex.

"Kau benar, jadi masih ada cara untuk melawannya. Jadi kita serang dia terus menerus." balas Aldridge.

"Hehe... Sesuai rencanaku." Ucap Vexxor penuh percaya diri. "Aldridge! Barrier-nya memiliki jeda waktu beberapa detik sebelum aktif kembali. Serang terus-menerus tapi dalam selang waktu yang berbeda-beda."

"Aku mengerti! HYAAA!"

Aldridge menyerang lebih dulu, sebelum disambung Rex kemudian. Mereka melakukan tepat seperti yang Vexxor bilang barusan dan sampai beberapa detik. Kegelapannya tak melindungi Karolina kembali. Disitulah celah menembus Barrier-nya

Karolina berhasil tertebas beberapa kali dengan cara itu.

"KURANG HAJAR !!" 

Karolina dibuat marah dan sekali lagi menghempas Aura kegelapannya ke segala arah, membuat mereka semua tumbang kembali.

Sementara Chaos di belakang hanya bisa meninju-ninju tanah bersaljut terus menerus, saking kesalnya. "Sial! Di saat penting seperti ini, aku malah tak bisa mengeluarkan apiku sama sekali dan aku tak mengerti kenapa bisa begini."

Rex sudah terlalu lelah untuk bangkit "Di-Dia terlalu kuat."

"Beuuhh, hampir kena gue, untuk gue agak jauh tadi. Kalau enggak, udah modar nih gue." Vexxor dengan reflek menghindarinya.

"Kalian jangan menyerah!"

"Healing Circle !!"

VUUUUMMMM !!

Sebuah lingkaran cahaya muncul mengitari mereka semua dan menyembuhkan luka mereka, memulihkan stamina dan menenangkan emosi mereka untuk bisa kembali bertarung lagi. Dalam jangkauan lingkaran itu pun tak bisa memilih teman maupun lawan. Karolina juga ikut terkena efek dari Healing Circle tersebut, namun...

"HUWAAAAA !!" Karolina berteriak kesakitan selama berada di tengah-tengah lingkaran tersebut.

Karolina jatuh dengan ditopang kedua tangannya, mukanya pucat dan berkeringat seperti mau muntah. 

"Kenapa? Kenapa dia tidak jadi sembuh seperti yang terjadi pada kita?" Aldridge bertanya-tanya.

"Karena dia sudah jadi kegelapan itu sendiri." Jawab Chaos. 

"Karena itu... Sihir penyembuh Rynka malah berbalik untuk menyerangnya?"


Tak lama kemudian, Karolina bangkit kembali. "Hahaha! Bodohnya aku, mengabaikan seorang pengguna elemen cahaya disini. No... Dia sekaligus seorang Healer yang amat baik rupanya. Tapi yang kulihat, kau sudah begitu kelelahan ya?"

Karolina berjalan langkah demi langkah ke arah Rynka.

"Hei! Hei! Kau mau apakan Rynka!" Aldridge gelisah.

"Biar aku akhiri lelahmu sekarang juga!" Karolina berlari menggapai Rynka. "HYAAAA !!"

"Tidak! Tidak! Tolong hentikan!" Aldridge reflek berdiri untuk menolong Rynka segera.

"Sekarang! Ku lenyapkan nyawamu!" Tangan kiri Karolina menggapai Rynka untuk menyerap kekuatannya.

"Kubilang...

CRASSSHHHTT !!

"HENTIKAN !!"

"Agh!?" 

Tangan kiri Karolina terpotong oleh sebilah pedang Aldridge yang dilapisi angin yang bergerak layaknya gergaji mesin. Pecahan daging-daging tangan iblis itu berceceran, darahnya yang berwarna hitam kental seperti kecap muncrat dan mengenai tangan kiri Rynka.

"Kyaaa! Apa ini Aldridge!?" Rynka ketakutan mendapati tangan kirinya juga mengalami hal yang sama seperti yang terjadi pada Karolina Stral.

"Rynka? Kau kenapa? Apa yang terjadi? Tanganmu?!" 

"Aldridge... Maafkan aku, aku sudah tidak kuat lagi." Lalu Rynka terkapar jatuh, kehilangan kesadarannya. 

"Rynka! Bangunlah Rynka! RYNKA !!" teriak Aldridge dengan begitu sedihnya, namun tetap Rynka tak sadarkan diri juga dan dari tangan kirinya terlihat benda hitam menggerogoti tubuhnya perlahan.

"Kau akan membayar semua ini, Karolina Stral." Ucap Aldridge dengan kepala tertunduk sambil matanya menatap ke Karolina Stral di belakangnya.

"Harusnya aku yang bilang begitu! Kau memotong tanganku begitu saja!"

Aldridge mengambil pedangnya kembali dan berjalan maju, menyerang dengan Steel Swordnya tanpa sepatah katapun lagi keluar dari mulutnya.

Aldridge mengayunkannya dari atas ke bawah

TRANGG !!

Kedua pedang tersebut saling beradu, hingga pedang Aldridge patah.

"Kau pikir bisa mengalahkanku, Hah?! Sekarang kau sudah tak ada sen..."

Aldridge meninju wajah Karolina terus menerus dan Karolina terkejut dengan pukulan Aldridge yang begitu melukainya.

"Ini untuk Kino!"

"Ini untuk Nenek penjaga Inn!"

"Ini untuk Rex!"

"Ini untuk Chaos!"

"Dan terakhir... INI UNTUK RYNKA !!" Aldridge meninjunya sampai ia tersungkur ke tanah.

"Darimana kekuatan bocah ini berasal? Ohogg! Ohogg!"

Aldridge meninjunya kembali namun kali ini ditahan dengan tangan kanannya.

"Matilah !!" 

Karolina menebas Aldridge dengan pedang fencernya yang terinfeksi kegelapan juga.

Aldridge tertebas dan tersungkur di tanah, namun ia bangkit lagi. "Heh! Aku pernah sekali, hampir mati 1 tahun yang lalu dan kali ini aku mengalaminya lagi."

"Kau bicara apa bocah SIALAN!"

Lalu Aldridge perlahan-lahan bangkit sambil menahan rasa sakit. 

"Aku orang asli Dalemantia Empire yang masih selamat. Sebelum pemberontakan itu, aku hanya anak orang kaya yang manja, yang menyebalkan, yang tak bisa apa-apa selain mengeluh, komplain akan kebosananku dan tak pernah bersyukur atas apa yang aku punya... Padahal aku punya banyak hal yang tak orang lain punya. Tapi dalam lubuk hatiku, aku merasa sebagai orang yang tak punya apa-apa selain uang yang banyak. Lalu kemudian semua itu berubah dalam 1 hari saja..."

"Ayahku dibunuh di depan mataku, kakakku menghilang saat aku membutuhkan perlindungan dan ketika aku sadar, aku sudah tinggal dengan Alchemist miskin bersama anaknya yang seorang maniak sihir itu. Aku gagal ujian di Vheins, Jadi rasanya aku bukan orang yang bisa jadi penyihir hebat sama sekali..."

"Geez ... Bicara apa kau ini?" Karolina terheran-heran , Tapi Aldridge terus bicara.

"Tapi karena semua itu, aku sekarang ada disini! Aku bukanlah orang yang sama seperti yang dulu. Aku memulai semuanya dari nol dan saat itu aku... Aku... AKU! Bersama teman-temanku Rynka... Vexxor yang kutemui dalam situasi yang tak kuduga-duga."

"Hentikan !! , Kau ini bicara apa !!" balas Karolina.

"Kau takkan mengerti, karena meskipun kau ini ketua, kau tetap sendiri, Kau mengkhianati anggota setiamu, kau membiarkan anggotamu mati begitu saja dan akhirnya jatuh dalam pengaruh kegelapan, hanya demi kekuatanmu sendiri. Apa yang membuatmu jadi seperti ini?"

"Jatuh? Pengaruh ? Jangan gila! Aku mengkontrol kegelapan dengan kemampuanku... Aku ini KUAT! SANGAT KUAT!"

"Hehehe, kekuatan sejati bukan seperti itu..." balas Aldridge, Tangan kanan Aldridge mulai bersinar dan sinarnya membentuk sebuah Dualblade, pedang yang dipegang di tengahnya dan di kedua sisinya terdapat pedang.

"Jadi kau pengguna Aura tipe Weapon?!"

"Aku tak terlalu mengerti tentang Aura, tapi yang aku tahu aku bisa mengalahkanmu." 

"Huh? Jangan sombong dulu bocah!"

Dengan senjata barunya. Aldridge langsung bergerak sangat cepat dan menyerang Karolina dari segala sisi, Karolina terus berusaha menangkisnya.

"Sampai sejauh mana kau bisa bertahan?"

"Kau bertambah cepat, tapi semua seranganmu bisa kutahan... Jadi percuma saja!" balasnya

"Lalu cobalah tahan seranganku ini!" Aldridge membelah dualbladenya menjadi dua ,dibentuk seperti dual dagger dan...

"Aero Assault !!" 

Karolina tertebas 25 kali dalam 3 detik dari segala arah. Tak satupun dari serangan ini bisa ditangkisnya.

Orang berjubah itu terkejut ketika mengamatinya dari kejauhan. "Dasar bodoh! Karolina kalah karena ia terlalu banyak bermain-main dan bocah itu, kalau dipikir-pikir sepertinya aku pernah bertemu dengannya dulu."

"Sial... Kenapa tiba-tiba kau jadi sekuat ini!" Karolina kewalahan menangkisnya.

"Kalau aku lemah, segala sesuatu yang kumiliki akan hilang!" Jawab Aldridge, sambil terus menyerang.

"Mana mungkin aku kalah! ... Aku kuat! Sangat-sangat kuat!" Karolina terus menyangkal.

Aldridge menggabungkan kembali senjatanya dan menjadi dual blade lalu ia melompat ke langit dan melemparkan senjatanya itu layaknya sebuah Javelin, ketika senjatanya mendarat ke tanah, sebuah tebasan angin menyayat-nyayat dalam jarak setengah bola di sekelilingnya.

Karolina bagaikan diblender oleh sayatan angin untuk 3 detik lamanya sebelum akhirnya ia jatuh terkapar, dengan banyak darah serta luka sayat di seluruh tubuhnya. Ia kini telah pingsan dan tak berdaya sama sekali.

Aldridge kembali menapak ke tanah dan menepuk-nepuk tangannya. "Kalau kau benar-benar kuat... Harusnya aku tak mungkin menang."

***

Setelah Karolina Stral kalah...

Vayne dan Rava datang menyusul kemari, mendapati hanya Aldridge seorang yang berdiri di tengah-tengah sana, sementara yang lainnya tumbang, kecuali Vexxor yang berhasil sembunyi. 

Di tempat Karolina Stral terkapar, seluruh salju disana menghilang dan keliatan hanya tanah coklatnya saja yang membentuk lingkaran sempurna. 

Orang berjubah itu segera menampakan diri dari atas atap gua, dia memberikan tepuk tangan Memberikan ucapan selamat pada mereka semua. "Luar biasa!! Karolina Stral berhasil dikalahkan. Sungguh luar biasa!"

"Siapa kau?" balas Aldridge dengan tatapan marah.

"Jadi aku tidak salah ingat, kalian anak orang itu ya?"

"Apa maksudmu?" balas Aldridge.

"Apa kau ingat wajahku ini." orang berjubah itu melepas hoodienya dan menampakkan wajahnya.

"Ka-kau !!" Aldridge terkejut. 

"Tak kusangka kalian bertumbuh sekuat ini, putra Aloysius..."

***

Catatan Penulis -

Sudah di Revisi

Versi 1.05


(Friendly Fire adalah serangan yang mengenai kawan sendiri.)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top