CHAPTER 24: Vayne Flashback





"Akhirnya..." Aldridge tak kuasa menahan air mata. "Aku menemukanmu."

"Kau baik-baik saja kan? " Vayne memeriksa seluruh bagian tubuh Aldridge lengkap atau tidak.

"Tenang saja kak..."

"Syukurlah... Kau selamat dari pemberontakan itu dan tanpa satupun bagian tubuhmu hilang." 

Lega melihat Aldridge, dengan spontan Vayne memeluk Aldridge, adiknya itu. Erat-erat.

"Vayne, siapa dia?" tanya Frey dengan polosnya.

"Kau bodoh ya? Tadi dia memanggil Vayne... Dengan sebutan kakak. Ya, jelas dia adiknya Vayne." balas Alicia jutek. "Begitu saja masih nanya."

"Ohh... Vayne punya adik." Frey berpikir.

Frey mendekat dan membisiki Aldridge dengan suara jelas. 

"Hati-hati ya adiknya Vayne, dia ini cewek judes." Tunjuk Frey terang-terangan ke arah Alicia.

Alicia menepak tangan kanan Frey yang menunjuknya. "Ngomong apa kamu barusan!"


"Mereka ini kenapa sih?" Aldridge tak biasa melihat Alicia dan Frey yang tak akur.

"Vayne, siapa nama adikmu ini?" Tanya Faylen.

"Aldridge, Aloysius Aldridge." Jawab Vayne.

"Ohh... Aldridge ya." Faylen mengusap rambut Aldridge. "Rambut pirangmu, mirip seperti elf. Tapi telinganya saja yang tidak panjang."

"Elf? Apa itu?" 

"Aaa... Bukan apa-apa." Balas Faylen canggung. "Aku cuma heran saja, warna rambut kalian kok tak sama? Kalian beneran saudara kandung?"

"Hahaha!" Vayne tertawa mendengarnya. "Kau orang keberapa ratus, yang menanyakan itu."

"Kita saudara kandung kok," Sambung Aldridge. "Aku mirip ibu, dan kakak mirip ayah. Begitu..."


"Sudah-sudah!" Selena merusak suasana. "Reunian yang indah ini ditahan dulu ya... Vayne? Mana chief yang kau tangkap?"

"Ahh soal itu..." Vayne garuk-garuk rambut. "Aku melepaskannya ..."

"Melepaskannya? Maksudmu?!" Tanya Selena dengan tatapan memaksakan arguemen-nya.

"Ya intinya aku ingin mengajaknya bergabung. Tapi..."

"Agh! Kau ini, seenaknya saja!"

"Tuh kan... Ratu Selena juga sependapat." Komentar Alicia dalam hati ketika mendengarnya.

"Kalau dia membunuh rakyat sipil lagi nanti bagaimana? Apa harga yang kuberikan tak cukup tinggi buatmu." Selena marah-marah gak karuan.

"Bukan begitu, 1 juta Rez cukup buat beli sebuah markas Guild yang sangat bagus. Tapi aku lebih prioritas mencari anggota saat ini. Terlebih lagi, aku lebih senang berpindah-pindah jadi..."

"Ahh! Masa bodoh! Aku tak peduli alasanmu!" Selena geram.

Abel mencoba menenangkan. "Tenanglah Ratu, tujuan kita menangkap semua Chief adalah untuk mengetahui markas mereka, kita sudah punya 2 tahanan saat ini jadi..."

"Kau tak usah ikut campur Abel!"

"Aa? Uhm..." 


"Hei kakak." Colek Aldridge.

"Hm?"

"Ngomong-ngomong, kakak punya Guild?"

"Saat ini sih... Belum." Jawab Vayne. "Anggota kami baru berempat termasuk diriku dan kami, tak punya markas untuk beroperasi sebagai Guild. Jadi saat ini kami disebut grup atau party."

"Begitu, berarti kita sama ya."


"Hei kamu! Adiknya Vayne." Sahut Frey sambil berjalan mendekat. "Apa kau kuat?"

"Tentu saja!" balas Aldridge dengan percaya diri.

"Haha! Baguslah..." Frey mengusap-usap rambut Aldridge.

.

.

.

.

.

"UAGHHH !!" 

Aldridge ditinju Frey sampai terpental secara tiba-tiba.

"Adududuh, sakit... Sakit..." Aldridge merintih kesakitan, memegangi perutnya yang ditinju Frey.

"Apa begini caramu berkenalan kepada semua orang ya?" Alicia mengomel.

"Begitulah, tradisi turun temurun. Baguslah kalau semakin mengenalku."

"Tradisi apanya... Itu sih kamu sendiri saja." 

"Maaf ya Aldridge... Temanku yang satu ini, memang begitu orangnya. Maklum." balas Vayne. "Tapi dia orang yang menolongku ketika Fall of Dalemantia."

Rava melihat itu dan marah pada Frey. "Kamu ini kawan atau lawan?! Hah!"

"Hei... Tenang-tenang. Maafkan kami telah membuat sedikit keributan." balas Vayne melerai.

"Aldridge, Vayne dan Rava!" Sahut Selena mengusir. "Kalian tak ada urusan lagi disini kan? Pergi sana!"

"Ba-baik!"

***

Party dari Aldridge, Rava dan Vayne. Memutuskan menyewa kamar di Inn yang sama untuk istirahat malam ini. Disana, mereka saling mengenal dan bicara satu sama lain di momen ini.

Aldridge menceritakan kisahnya selama setahun terakhir ini, dimana ia tinggal di Greenhill dengan seorang profesor Kildamash Franquille, sang Alchemist. Bersama anak tunggalnya. Alzen Franquille. Dan mengobati duka yang dalam akibat Fall of Dalemantia.

Rava yang sepanjang tahun ini beroperasi menangkap para buronan bersama Guild Snow Hunter yang ia masuki. Tak pernah terpikir bahwa mereka bisa menang melawan buronan senilai 1 juta Rez. Dan Rava tak henti-hentinya merasa berterima kasih pada Aldridge dan temannya. Setelah semua ini, ia sudah bulat untuk menjelajah negara-negara lain dan membangun Guildnya sendiri.

Mendengar nama Kildamash Franquille, Vayne langsung teringat. Kalau ia pernah sesekali bertemu dengan Alchemist yang dimaksud Aldridge itu. Ketika Kild, berkunjung ke Dalemantia untuk membeli bahan baku Alchemy untuk membuat Potion. Karena Dalemantia sedang dalam perang melawan Greenhill. Kild harus bertransaksi secara tertutup.

Lepas dari yang mereka alami masing-masing pasca melewati tahun 1900. Mereka saling memperkenalkan diri, dengan keunikan masing-masing.

Frey minta maaf soal yang tadi itu, dan bilang itu cara tradisi berkenalan Klan Swordia, sebuah suku di luar benua Azuria yang senang bertarung. Untuk orang lain sering dipandang sebagai sebuah Clan yang agak barbar. Tapi seiring jalannya waktu, beberapa dari mereka lebih beradab meski sebagian besar masih bar-bar.

Alicia menceritakan sedikit tentang kemampuan deteksinya, yang bisa melihat keberadaan makluk hidup dari jarak jauh dengan melihat siluet warna. Ia berasal dari Republic of Greenhill, tapi ia tidak bersekolah di Vheins, ia tinggal di ibukotanya.

Faylen adalah seorang Healer. Kemudian ia menunjukkan telinga panjang ala Elf-nya itu dan ia berasal dari negri yang jauh diluar benua Azuria. Di saat yang sama, ia menjelaskan apa itu ras Elf, pada mereka yang baru pertama kali melihat Elf. Faylen menceritakan, bahwa Elf pada umumnya berambut pirang. Meskipun ia sendiri berambut putih.

Setelah rekan-rekannya memperkenal diri,

Vayne menceritakan tentang segala sesuatu yang ia alami selama setahun terakhir setelah Fall of Dalemantia. Saat ia pergi dari Dalemantia dengan penuh luka. Saat itu Vayne berada di gerbang timur, yang mengarah ke barat, menuju Griffinia. Musuhnya itu. 

Meski cukup dekat jika menggunakan Caravan, tapi sangat terasa berat dengan tubuh terluka dan berlumuran darah pada saat itu. Terlebih lagi, ia berjalan kaki di saat hujan deras membahasi tubuhnya yang berdarah-darah.

.

.

.

(Flashback Start)  

.

.

.

Suatu waktu,

Vayne terkapar sekarat dengan tubuh berlumuran darahnya sendiri. Ketika hampir tiba di ibukota Griffinia, ia terkapar di sekitar hutan belantara. Dan secara kebetulan, seorang pemburu lewat dan membawa Vayne ke rumahnya. Orang itu adalah Frey Swordia. Rekannya itu.

Jadi Vayne punya hutang budi yang besar padanya. Karena jika saja Vayne tak segera di tolong, atau malah ditemukan terkapar sekarat oleh orang lokal Griffinia. Yang jelas-jelas punya dendam lama pada orang Dalemantia.

Sebelum berkelana dengan Vayne.

Frey bekerja sebagai *Carpenter, Hunter dan Sniper. Di sebuah hutan belantara di luar pinggiran kota. Ia hidup sendiri di hutan di arah barat Griffinia dan merawat Vayne sampai siuman. Dengan pengetahuan seadanya. Selang beberapa lama...  Luka Vayne kambuh lagi.

Frey tak tahu harus berbuat apa. Ia pergi mencari dokter di kota dengan panik dan tergesa-gesa. Setelah bersusah payah mencari kesana-sini. Di saat tak satupun menolak menyembuhkan secara cuma-cuma. Akhirnya Frey bertemu seorang Elf bernama Faylen yang akhirnya menyembuhkan Vayne sampai sembuh dengan sihir anginnya.

2 bulan berlalu. Vayne secara intensif dirawat sampai sembuh total,

Ia sangat berterima kasih dengan pertolongan Frey dan Faylen yang membuatnya masih terus hidup sampai sekarang. 

Mengetahui Vayne sudah tak perlu dirawat, Faylen memutuskan pergi ke tempat tak tentu seperti yang biasa lakukan. Setelah berinteraksi selama 2 bulan terakhir ini, Vayne menyadari bahwa Faylen punya kemiripan dengan Vayne. Sama-sama tak punya tempat bernaung. Ia pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk hal yang ia sendiri tak tahu gunanya.

Vayne punya ide lain. Di hari yang sama, ia langsung mengajak Frey dan Faylen untuk pergi berpetualang ke seluruh negri di Benua Azuria.

Tentu saja awalnya Frey menolak, ia lama tinggal disini sendiri dan tak siap menerima perubahan besar dalam hidupnya. 

Berbeda dengan Faylen yang terbiasa hidup mengembara untuk waktu yang lama. Ia menyetujuinya. Terlebih Vayne dan Faylen punya kombinasi yang baik antar petarung dan penyembuh. 

Mengdengar Faylen setuju melakukan petualangan. Frey merasa akan kehilangan mereka berdua untuk waktu yang lama. Karena tak pasti kalau mereka bisa bertemu kembali, jika tak memutuskan untuk ikut, dari sekarang.

Frey berubah pikiran dan setuju. Ia menjual harta bendanya untuk dijadikan modal dan pergi berpetualang bersama mereka.

Sehari sebelum melakukan perjalanan, 

Vayne pernah bertanya pada Faylen, tentang alasannya mau membantu orang asing yang datang sebagai orang tak dikenal. Meminta tolong untuk menyembuhkan temannya.

Faylen menjawab,


"Apa perlu alasan untuk menolong seseorang?"


Setelah itu mereka memulai petualangannya,

Dimulai dari Griffinia Port, ke Fel Kingdom, ke Republic of Greenhill dan disini, Alicia bergabung dengan mereka. Selanjutnya di Valencia Kingdom, Vayne bertemu dengan Fesvaux. Dan sampai akhirnya berada di Quistra Empire.

.

.

.

(Flashback End)

.

.

.

Lalu, keesokan harinya ...

Rex dan beberapa anggota Guildnya bertarung dengan Chief White Bear bernama Lanux, di salah satu kota Quistra. Kota itu telah menjadi sepi karena ditinggal penduduk aslinya. Malah ditempati komplotan Guild Criminal ini sebagai kemah mereka.

Lanux yang sedang duduk diatas box kayu, sambil dikelilingi beberapa anak buahnya yang sedang berpesta pora di tengah kota yang bernama Elgar Town. Dibanding, Vale dan Silica. Elgar Town memiliki ukuran 3 kali lebih besar karena ini bukan pedesaan semata. Tapi kota kecil yang berada di timur Quistra.

Jumlah anggota White Bear juga tak sedikit. Totalnya hampir mencapai 1000 orang anggota, namun semua dalam kuasa masing-masing dari kelima Chief White Bear.


"Bos! Bounty Hunter datang kesini!"

"Glek, Glek, Glek..." Lanux meneguk sebotol minuman. "Puah!"

"Siapa?! Siapa yang berani kemari? Mereka cari mati kalau mencoba bertarung disini."

"Jumlah mereka juga banyak bos Lanux! Saat ini mereka sudah menghabisi, lebih dari 50 orang kita!"

"Huh!?" Lanux terkejut. "Siapa mereka?! Seberapa banyak jumlah mereka?"

"Ti-tidak tahu bos. Aku buru-buru kemari untuk melapor, tapi secara kasat mata. Mereka berjumlah puluhan dan terorganisir!"

"Begitu ya, aku tahu siapa mereka."

Prangg!

Lanux membuang botol kacanya.

"Yang bisa begini, Hanyalah..."

"Akhirnya ketemu juga, Chief White Bear ke-4. Lanux the Pyromancer." Sahut ketua gerombolan itu.

"Snow Hunter Guild. Dan menurut data, mereka di pimpin orang bernama Rex." Ucap Lanux, menatap Rex tajam. "Tapi siapa Rex itu? Seperti apa orangnya?"

"Kupikir White Bear Guild itu kuat-kuat semua. Yang tadi kulawan baru para ikan teri yang tak punya pengalaman bertarung."

"Jadi dia ketuanya?"

"Perhatian semuanya!" Sahut Rex pada musuh. "Kami kalah jumlah! Kami disini cuma 30 orang termasuk aku. Dan kulihat disini. Kalian berjumlah ratusan orang dan kelihatan-nya... Kalian sedang bersenang-senang."

Ucap Rex yang mendapati tempat ini penuh barang-barang pesta pora dan seperti ada karnaval di kota tanpa penduduk ini.

"Dia percaya diri sekali..."

Sambung Rex dengan penawaran yang menantang. "Meski kami kalah jumlah! Kami tak kalah dalam kualitas. Jadi begini saja. Kuberi dua pilihan. Mau satu lawan satu, ketua melawan ketua? Atau... Kalian semua, lawan kami semua?"

"Benar-benar orang yang sombong."

"Gimana? Kuberi waktu 30 detik untuk memutuskan? Toh targetku hanya orang-orang yang memiliki Bounty."

"Biar kuhitung 1... 2... 3..."

"Aku tak tahu seberapa kuat mereka. Tapi dari sikap percaya diri mereka. Setiap anggota Guild Bounty Hunter itu pasti kuat-kuat." Lanux mempertimbangkan masak-masak. "Jika pilihan pertama yang kuambil. Bisa saja aku kalah, karena informasi kemampuanku sudah jelas. Sedang aku tak tahu apa kekuatannya."

"11... 12... 13..."

"Jika aku ambil pilihan kedua. Dan ternyata mereka betul-betul kuat. Maka semua Captain dan Collector White Bear disini, bisa terbunuh semua. Ini jelas akan merugikan Guild, besar-besaran. Kedua-duanya memiliki kerugian yang sama. Antara aku atau anak buahku."

"21... 22... 23..."

"Tapi aku rasa... Aku tak harus memilih."

"26... 27... 28..."

Bussshhh!!

Lanux meninju dan menembakkan bola api berukuran sebesar rumah.


"Earth Wall !!"

Rex menangkisnya dengan mengangkat sebongkah tanah yang menghalau api.


"Keputusan telah diambil." Rex menurunkan kembali tembok tanahnya.


Dalam kepulan asap, Rex melihat sebagian besar dari mereka mencoba melarikan diri. Lanux sendiri ikut melarikan diri.

"Kalian semua bersiaplah! Kita pakai formasi C. Untuk menangkap mereka yang melarikan diri."

"Siap!" Sesuai perintah, para anak buah Rex atau anggota Snow Hunter Guild menjalani formasi mereka. 

Dengan *Battlefield kota. Lanux memanfaatkan sudut-sudut gang untuk bersembunyi.

"Jadi itu kekuatannya? Dia pengguna Elemen Tanah." Ucap Lanux sambil terus melarikan diri menuju luar kota. "Hari ini benar-benar sial! Diburu langsung oleh ketua Guild Snow Terror itu sendiri."

"Mary, Mory! Kalian ikut aku. Backup aku dalam kegaduhan ini." Perintah Rex pada kedua anak buah kesayangannya ketika menjalankan misi tingkat tinggi seperti saat ini.

Mary adalah seorang perempuan dengan rambut dikuncir seperti *Kunoichi pengguna pedang katana dengan tangan kiri alias kidal. Meski kidal, ia lebih sering menggunakan pedangnya dengan kedua tangan. Ia menggunakan pakaian dengan dominan warna merah.

Sedang Mory adalah seorang pria berambut pendek pengguna *Dual Dagger yang sangat lincah. Ia menggunakan pakaian dengan dominan warna biru tua


Lanux masih terus melarikan diri, secara berkala bersembunyi dalam rumah dan tujuan Lanux adalah keluar dari Elgar Town, secepatnya. Namun ketika sudah mencapai gerbang...

"Sial! Jadi ini formasi C yang mereka maksud? Setiap gerbang keluar di jagai masing-masing dari mereka." Ucap Lanux yang bersembunyi dari balik tembok. "Tapi tak ada salahnya dicoba, aku ini Chief. 5 orang berjaga di sana tak menjadi halangan buatku."


Sementara kekacauan terus terjadi. 2 gerbang keluar kota ini dijagai masing-masing 5 orang anggota White Bear. Sedang sisanya bertempur menghabisi satu persatu, mulai dari yang terdekat dari mereka. Dan benar... Setiap anggota White Bear mengusai senjata mereka masing-masing dengan sangat baik. Sebuah senjata api yang digunakan orang tak berpengalaman, akan sulit mengenai mereka.

"Orangnya terlalu banyak, disaat begini anggota dengan kemampuan Detector, menjadi begitu penting." Ucap Rex yang masih terus mencari.

"Kita berpencar saja." Mory menyarankan.

"Apa pendapatmu bos?" Tanya Mary.

"Jangan! Kalau ketemu malah akan sulit jadinya. Kalian tetap ikuti aku." Balas Rex. "Menurut informasi tertulis, Lanux adalah seorang *Battlemage Elemen Api. Ia akan banyak menggunakan bela diri, dicampur dengan sihir apinya."

"Api ya..." Komentar Mary.

"Di tempat bersalju begini akan jauh lebih mudah." Komentar Mory.

"Ingat! Jangan pernah remehkan musuh."


Sementara itu, Lanux...

"Kita coba saja! Fire Stance !!" Lanux berlari setelah dirinya diselimuti kobaran api yang berputar-putar di sekelilingnya.

Saat berlari, Lanux mengumpulkan kobaran api kedua tangannya hingga menjadi kecil dan terpusat. 

"Double Fire Pierce !!" 

Lanux meninju anak buah Rex dengan sebuah tikaman api yang ditembakkan seperti laser.

2 dari 5 anak buah Rex. Terkena serangannya dan langsung mencari tempat aman.

"Ketua Rex! Dia disini!"

"Diam kalian!" Lanux mengumpulkan api di tangan kanannya. Lalu membesarlah apinya itu, hingga menjadi sebuah api berbentuk tangan manusia. 

"Explosion Smash !!" Lanux menghempaskannya ke tanah bersalju dan membuat sebuah ledakan besar di sekitar situ.

Satu lagi, anak buah Rex tumbang.

"Mundur! Dia berbahaya!" Sahut anak buah Rex sambil menggendong yang terserang tadi supaya bisa ditolong.

"Sekarang para pengganggu sudah lenyap." Lanux langsung berlari ke luar gerbang.


"Mory! Kejar dia!"

"Siap bos!" 

Dengan bantuan Elemen Petir, Mory langsung melesat cepat menggapai Lanux dan menyayat kakinya dengan Dual Daggernya. Kaki Lanux yang tersayat membuat dirinya tumbang.

"Kalian semua mundurlah, urus anak buahnya. Biar Lanux aku yang urus!" perintah Rex.

"Meski sudah sejauh ini, ujung-ujungnya berakhir di pilihan pertama ya." kata Lanux dengan wajah benci dan tersungkur di atas salju.

"Termasuk yang kedua." Balas Rex yang berjalan mendekatinya. "Guild War terjadi, One by One juga. Kau sama saja memilih keduanya."

"One by One apanya! Kau bertiga!"

"Kita bertiga, tapi kita satu." 

"Cih! Tak kusangka aku akan seterdesak ini." 

Cklek!


"Kau melakukan apa barusan?"

"3 lawan 3... Aku memanggil Chief lainnya kemari!" 

"Memanggil Chief!? Kalau begitu..." Rex langsung terlihat cemas. "Aku harus menghabisi kau sebelum yang lainnya datang."

"Kau pikir mudah mengalahkanku?" Lanux bangkit dan memasang kuda-kuda bertarung, dengan tangan dan kaki berselimutkan api.

***

Catatan Penulis

Sudah di Revisi

Versi 1.05


(Carpenter - Tukang Kayu, Hunter - Pemburu, Sniper - Penembak Jitu.)

(Battlefield adalah arena pertempuran. Dan setiap tempat memiliki kelebihan dan kekurangan untuk dimanfaatkan.)

(Battlemage adalah salah satu gaya bertarung seorang penyihir. Yang mengandalkan pada bela diri dan kecepatan untuk melakukan sihir. Jadi, seorang Battlemage jarang menggunakan sihir yang memerlukan Cast.)

(Kunoichi itu ninja perempuan... Gue mencoba untuk gak jejepangan banget sih. Tapi memang masih cocok buat konsep disini. Budaya lokal juga kalau Fit akan saya coba masukkan sebagai penulis indonesia. Tapi saya gak mau memaksakan.) 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top