CHAPTER 22 : Another Group Fighting Chief




Valdemar menebas mereka berdua secara horizontal dari kanan ke kiri.

"MATI KALIAN !!"

Pushhh!

"Es!?" Valdemar terkejut ketika sebuah tembok Es muncul tiba-tiba.

Sisi kiri Rynka terlindungi Es tebal, padat dan keras yang menghentikan tebasan guillotine Valdemar.

"Ini sihir! Tapi siapa yang melakukannya?!"

"Ahh..." Terdengar suara seorang pria yang keluar dari es tebal di samping Rynka. "Akhirnya kau tak bisa memenuhi janjimu kan, Aldridge."

.

.

.

.

.

"Kakak!?" Rynka tak habis pikir. "Kenapa kakak bisa ada disini!?"

"Maaf aku tak bisa menepati janjiku." Sesal Aldridge sambil berlutut lemas.

"Soal itu kujawab nanti saja ya... Yang pasti, lawan kalian ini. Jelas bukan lawan yang sepadan bagi kalian." balas Lexion Mirtel yang berdiri di depan mereka.

"Siapa kau?! Bagaimana kau bisa muncul dari es itu?" Valdemar heran.

"Ya gitu deh..." Sindir Lexion dengan mengangkat bahunya.

"GRRR!! Jangan bercanda!"

Valdemar mengubah fokusnya pada Lexion saat ini. 

"Kau juga MATILAH!!" Valdemar menghunuskan Guillotine-nya secara vertical.

Click! 

Lexion memetik jarinya.

SSSSshhhhh!

Seketika tembok es muncul secara cepat dan menahan serangan Valdemar.

"Biar kulihat dulu..." Lexion membaca poster buron kelima Chief White Bear di belakang perisainya.

"Es lagi!? Esnya keras sekali untuk ditembus senjataku." Valdemar merasa diremehkan sekali. "Dan lagi, saat bertarung serius. Dia malah ngapain di dalam situ?" 

Karena Es-nya transparan. Valdemar melihat Lexion secara samar, sedang sibuk melihat-liat lembaran.

"Nah ketemu! Jadi kamu Valdemar the Sadist, yang terkuat dari Kelima Chief Guild White Bear." Gumamnya di tengah-tengah pertarungan. "Tapi nyebelinnya, semua harganya dipukul rata."

"Kau ini! Serius bertarung apa tidak sih!"

"Silahkan nilai sendiri." Jawab Lexion dengan menengadah ke atas sambil tersenyum menyindir.

"GRRR! RAAA! RAA! RAAAAA!!" 

Hentak Valdemar pada es Lexion terus menerus.

"Ohh... Bisa retak juga ya? Namanya juga Es."

"Setelah tembok ini hancur! Kau takkan bisa selamat!"

"Ohh iya? Wow aku takut. Bagaimana kalau begini saja."

Click!  

Lexion memetik jarinya untuk melakukan sihir. 

Dicairkan tembok pelindungnya itu dengan sengaja, dan...

Click!  

Diubah jadi tikaman Es lancip dalam ukuran kecil dengan jumlah yang banyak.

"Tidak mungkin!?" Valdemar melindungi diri dengan sisi lebar Guillotinenya.

Click! 

Sebuah tembok es baru dibentuk lagi. 

"Cih... Kau bersembunyi dibalik tembok sialanmu itu lagi!" Kesal Valdemar. "Kau ini takut atau apa sih? Daritadi berlindung terus?"

"Siapa yang berlindung?"

Click! 

Tembok es itu diubah jadi sebuah tombak es raksasa dan langsung bergerak terbang, menikam Valdemar.

"UAGGHHHH! Aku lengah." Perut Valdemar tertikam sampai berdarah-darah. "Si-siapa kau sebenarnya?! Apa kau selalu meremehkan setiap lawanmu karena merasa dirimu itu kuat! HAH?!"

"Haha... Dia terpancing." Ucap Lexion dalam hati. "Amarah yang menggebu-gebunya perlahan turun jadi rasa kesal karena kuprovokasi."

Jawab Lexion atas pertanyaan Valdemar. "Aku hanya pengusaha anggur biasa. Tapi orang-orang menjulukiku sebagai..."

"Master of Ice!"

"Master of Ice? Huh?! Konyol!" Valdemar tak mempercayainya.

"Nah, kuberi tahu satu hal ya. Aku tak suka buang-buang waktu. Karena waktu adalah uang, uang adalah waktu. Habis ini, aku ada job di tempat lain juga..." ujar Lexion. "Jadi..."

Lexion mengeluarkan sihir dengan memetikkan jarinya secara terus-menerus,

Click! 

Esnya dibentuk tebal dan langsung memborgol kedua tangan Valdemar.

"Borgol!?"

Click! 

Terbentuk sebuah portal dan 100 Es berujung runcing muncul dari situ untuk menusuk Valdemar secara bertubi-tubi, sekali lagi.

Click! 

Kini tubuh Valdemar dibekukan.

Click! 

Lexion membentuk sebuah balok es seukuran tubuh Valdemar di depan dirinya.

Click! 

Lexion menembak balok es itu seperti sebuah meriam.

Click! 

Ketika balok es itu hampir menyentuh Valdemar. Lexion segera mengubah bentuknya lagi dengan instant hingga menjadi kurungan jeruji es bagi Valdemar.

.

.

.

"Phew... Gak sampai 10 detik!" Lexion menepuk-nepuk tangannya.

"Lu-luar biasa!?" Aldridge terpukau melihat kemampuan Lexion yang sebenarnya. Keputusasaan Aldridge berubah jadi harapan.

"Ka-Kakak sangat kuat." Adiknya pun mengakui.

"Huft! Padahal aku sudah lama tidak bertarung... Yang seperti ini sih cuma pemanasan." balas Lexion. "Wah! Aku jadi rindu job-job lamaku."

"Tidak mungkin! Valdemar yang kuat itu dikalahkan semudah itu!" Ishvan tercengang melihatnya.

"Kau masih hidup rupanya." Rava heran.

"Aku beruntung. Aku terkena sisi sebelah Guillotine Valdemar yang tidak tajam, jadi...aku selamat."

"Heal !!" Rynka menyembuhkan Ishvan.

"Kau menyembuhkanku? Tapi kenapa?" Ishvan terheran-heran.

"Kau diberi kesempatan untuk tidak mati! Masa aku tega membiarkanmu sekarat menunggu ajal disini, padahal jelas-jelas kau masih bisa hidup." marah Rynka padanya.

"Tapi aku jelas-jelas musuhmu!"

"Terus kenapa?" Balas Rynka dengan senyum.

"Aku... Benar-benar tak mengerti. Aku musuh kalian. Tapi... Tapi, kau menyembuhkanku? Dan lagi, kalian tetap bertarung meski tahu tak mungkin menang, kalian tidak kabur untuk melindungi yang lainnya... Kalian... Kali..."

 "Huaaa! Aku jadi terharu."

"Sudah diamlah."

Click!

Selagi menangis, Ishvan dibekukan Lexion dengan cara dikurung seperti Valdemar.

"Oke! Tugas beres. Itu buron kalian, ini buronku. Aku akan membawa Valdemar dan kalian bawa dia. Aku harus segera pergi dari sini. Dadah!" Ucap Lexion sambil bersiap-siap sebelum pergi.

"Bos Rava, apa aku sedang bermimpi? Aku lihat Valdemar dan Ishvan membeku di situ." Tanya Ronn yang sulit percaya bahwa mereka sudah menang.

"Aku tak tahu, tapi aku melihat hal yang sama." balas Rava. "Jadi ini pasti fakta."

"Kupikir kita sudah ada di surga dan mati bersama." celetuk Riel. "Tapi... Kok jadi gini?"

***  

"Kakak, kok bisa muncul tiba-tiba begitu?" Tanya Rynka.

"Pendant-mu. Lihatlah, bola biru didalamnya hilang kan?" Lexion menjelaskan. "Ini alat khusus yang aktif dengan otomatis ketika ada serangan dekat denganmu, aku pikir bakal kurang dari 1 hari langsung aktif,

"Tapi ternyata," Senyum Lexion. "Aldridge bisa melindungimu lumayan lama juga."

Aldridge tersungkur dan menangis di tanah bersalju. "Maaf... Lexion. Aku lemah, aku sangat lemah, aku tak bisa memegang kata-kataku dan mengingkari janjiku. Aku tak bisa melindungi Rynka. Aku..."

"Aldridge..." Rynka memeluk Aldridge. "Semua sudah berakhir."

"R-Rynka!?"

"Jangan hidup dalam penyesalan, maafkan dirimu sendiri dan jangan terbelenggu oleh kejadian ini."

"Yap. Kau memang lemah Aldridge." Sambung Lexion. "Kalau aku serius, kau sudah kuhabisi waktu itu. Tapi apakah kamu merasa itu sudah batasmu? Apa kau tak bisa menjadi lebih kuat lagi? Jangan remehkan potensi manusia yang sesungguhnya dan benar kata adikku ini. Daripada terus diam dalam kekalahan hari ini! Bukankah? Sebaiknya kau bangkit, dan terus maju?"

"Ka-kau benar" Aldridge bangkit. "Aku akan menjadi lebih kuat lagi."

"Bagus! Mulai sekarang... Pendant-nya tak berfungsi lagi, buang saja kalau mau. Tapi kalau hal ini terjadi lagi... Aku takkan datang menolongmu seperti saat ini."

"Aku takkan kalah lagi!" jawab Aldridge.

"Yah... Terserahlah, masa depan siapa yang tahu?" Balas Lexion. "Rynka, kalau kau berubah pikiran. Tinggalkan saja si Aldridge ini."

"Tidak! Aku akan terus berpetulang dengan Aldridge!" Jawabnya mantap. 

"Oke-oke... santai." Ucap Lexion mengangkat bahu. "Persiapan beres! Baiklah! Aku pergi membawa orang besar ini ke Northern Kingdom dulu. Kebetulan macam apa ini, 2 hal dalam satu waktu." 

"Cuaca di Quistra benar-benar membantu sihirku berkali-kali lipat!"

Lalu Lexion pergi dengan menggerakan salju di sekitar sini, dengan menarik Ice Cage Valdemar bersamanya menuju Northern Kingdom.

***

"Di-dia kakakmu?" tanya Rava. "Orangnya terburu-buru sekali ya."

"Heal !!" 

"Tidak-tidak nona Rynka. Jangan gunakan sihirmu lebih banyak lagi." Rava menghentikan Rynka untuk melakukan penyembuhan. "Kami bisa memulihkan diri nanti setelah kembali ke kota. Jangan karena kami, nona Rynka menjadi semakin kelelahan."

"Baiklah." Rynka duduk di salju. "Tadi kamu tanya soal kakak ya?"

"Tadi benar kakakmu? Tapi kok gak mirip ya? Umurnya juga jauh berbeda." Sambung Ronn.

"Memang beda jauh sih. Kakakku sudah hampir kepala tiga. dan condong lebih mirip ayah."

 "Hei-hei sudah yuk!" Sahut Riel. "Kita balik ke kota, klaim hadiah buron kita. Tapi lebih dari itu, aku ingin istirahat, capek!"

"Haha! Aku setuju!" Jawab Rava. "Sebelum itu, kami jelas berterima kasih pada kalian semua. Kalau tak bertemu kalian, kami tidak mungkin melakukan hal seperti ini. Tapi ngomong-ngomong aku belum tahu nama lengkap kalian semua. Hahaha... Ini aneh ya, kita bisa bertarung begitu kompak tanpa tahu nama."

"Lohh!? Kupikir kamu sudah tahu."

"Ya... Kami sih cuma dengar kalian saling menyebut nama saja."

"Begitu ya. Namaku Aloysius Aldridge dan aku bukan Bounty Hunter. Tapi mungkin saja aku akan menjadi seperti kalian."

"Aku Rynka Mirtel, Aku ingin bisa bertarung tapi kemampuan penyembuhanku punya prioritas lain."

"Selanjutnya." Aldridge celingak-celinguk. "Ohh iya, Vexxor mana?"

"Maksudmu si rambut putih itu ya? Tadi dia kabur, saat kita semua dalam kesulitan. Payah!" Riel kesal.

.

.

.

.

.

Kejadian malam itu disaksikan seluruh penduduk Silica Village. Setelahnya, peristiwa itu menjadi cerita sehari-hari mereka. Diceritakan ke anak-anak sebagai kisah dongeng kepahlawanan.

Bagaimana mereka bertarung sengit, sampai-sampai mempertaruhkan nyawa tanpa mengharapkan imbalan sama sekali dari penduduk desa.

Dan sejak saat itu Silica menjadi salah satu desa kecil Quistra, yang bebas dari membayar upeti pada Criminal Guild. 

Para warga mengadakan pesta besar untuk merayakannya. dan Aldridge serta yang lainnya beristirahat disini sampai pagi tiba.

***

Setelah itu,

Mereka mendapati Vexxor kembali dengan wajah lelah dan sangat mengantuk di pagi harinya. Di perjalanan pulang, dengan mobil tumpangan dari salah seorang penduduk Silica. Sambil membawa Ishvan yang terikat kencang di sisinya.

Namun Ishvan sepertinya tak ada keinginan untuk kabur, hukuman penjara seolah ia terima dengan iklhas.

Meski Vexxor sangat mengantuk, ia masih saja terus bercerita banyak, tentang hal yang dilihatnya selama ia melarikan diri semalam. Vexxor kabur lumayan jauh, sampai matahari telah terbit dan tak sengaja melihat sebuah kelompok sedang bertarung dengan Chief White Bear yang lain. Di suatu tempat yang tak jauh dari situ.

Tentu saja Vexxor melihat kejadianya dari semak-semak secara sembuny-sembunyi.

"Vayne... Ketemu!" kata seorang wanita bernama Alicia. "50 meter ke arah barat, ada banyak kemah dan orang disana. Tidak salah lagi, pasti salah satu tempat persembunyian mereka."

"Aku tak menyangka semudah ini menemukannya... Hahaha!"

Alicia adalah seseorang berpakaian merah hitam berkacamata dengan merah terang. Ia tidak menggunakan senjata apapun dan tak berperan sebagai petarung. Ia tipe support jarak jauh.

Kemampuannya adalah mendeteksi keberadaan makluk hidup dan bisa melihat kekuatan Aura musuh dari perbedaan warna. Yang lebih hebatnya ia bisa mendeteksi musuh dalam range 100 meter, atau jika ia memaksakan diri, jaraknya bisa mencapai 1 km. Kemampuan ini sering disebut dengan nama Detector.

"Tentu saja, Kau Detector yang sangat hebat! Alicia." balas Aloysius Vayne, kakak dari Aldridge yang saat ini, Vexxor belum mengenalnya.

Aloysius Vayne saat ini tidak lagi memakai Dalemantia Soldier Armor lagi. Ia mengenakan pakaian yang lebih casual sekarang. Dan kali ini, ia memimpin sebuah grup atau party kecil bersama beberapa temannya yang ia temui setelah tragedi peristiwa Fall of Dalemantia.

Vayne membawa Great Sword yang ia pakai sejak dulu sebagai senjata utamanya. Great Sword itu disarungkan di punggungnya.  

"Sekarang, ayo kita serang mereka secara tiba-tiba!"  Vayne menarik pedang dari punggungnya dan dipegang dua tangan menghadap lurus ke depan.

"Vayne, mereka sepertinya terlihat kuat?! Serahkan padaku... Biar aku sendiri saja yang kalahkan Chief White Bear." sahut seorang pria bernama Frey yang bersiap mengeluarkan senjatanya untuk menyerang.

Frey adalah seorang Sniper dengan pedang tajam di sisi bawah *Rifle-nya. 

Disebut Rifleblade.

Dengan senjatanya ini, Frey bisa menjadi tipe petarung jarak jauh yang sangat *Stealthy. Sekaligus jarak dekat yang dipersenjatai sebuah mata pedang yang tajam. Ia berperan dalam party sebagai petarung utama. Bekerja sama dengan Vayne. Kesukaannya adalah bertarung dengan orang kuat.  

"Oke... Silahkan saja." Jawab Vayne. "Aku tunggu kamu di belakang ya."

"Wah... Asik!" Frey mengarahkan senapannya mencari-cari target. 

"Frey, ingat. Jangan sampai kau membunuhnya. Ratu Selena menginginkan semuanya hidup-hidup." sahut wanita bertelinga panjang bernama Faylen.

Faylen yang berperan sebagai *Support. Ia seorang Healer dengan dasar elemen angin. 

Rambutnya putih panjang berponi dan kulitnya lebih halus dari wanita pada umumnya, dilihat dari telinga panjangnya. Menggambarkan ciri paling umum ras Elf. Di samping sebagai Healer, ia juga bisa sedikitnya bertarung dengan sihir jarak jauh dan meningkatkan kecepatan team dengan baik.  

"Iya... Iya... Aku tahu." balas Frey menggerutu. "Alicia! Yang mana Chiefnya? Ada banyak sekali orang di kemah itu."

"Alicia, coba deteksi Aura yang paling kuat dan menonjol." Sambung Vayne.

"Dasar Frey bodoh... Secara kasat mata juga kelihatan kok. Chiefnya adalah Werewolf Hitam itu loh... Yang duduk di depan api unggun itu." Alicia menjelaskan selagi matanya merah dan membentuk sebuah lingkaran cincin ketika melakukan Deteksi. "Monster itu yang memiliki Aura paling kuat dari semua yang ada disini." 

"Baiklah!" Frey langsung membidik Werewolf itu...

.

.

.

.

.

DOOORR !!

Frey menembak perutnya, bukan kepala. Supaya tidak membunuhnya.

"Aduh!? Aku lupa pakai peredam lagi." Ucap Frey. "Mereka jadi tahu keberadaan kita deh."

***

"Cough, Cough, Cough!" Werewolf itu menahan sakit di tubuhnya. 

"Chief! Kau tertembak!?"

"Kalian waspadalah! Seseorang menyergap kita. Hati-hati dengan Sniper di sekitar sini."


"Frey, anak buahnya ada banyak sekali." Ujar Vayne. "Kita habisi dulu mereka satu persatu. Untuk sementara, kau main jarak jauh. Aku jadi umpan. Sampai Chief itu tinggal seorang diri. Baru kita lawan."

"Oke-oke!" Frey lansung membidik lagi.

DOOORR !!  


"Dengar semuanya! Aku Vayne!" Sahut Vayne di hadapan seluruh pihak musuh. "Aku cuma butuh Chief kalian. Jika tak ingin memakan korban lebih banyak lagi. Sebaiknya kalian mundur dan serahkan Werewolf ini seorang."

"Vayne? Sosokmu cukup familiar. Jadi kau adalah Vayne yang diperingatkan ketua." Balas Werewolf itu.

"Aku Blackjack! Tidak pernah kuduga-duga. Kalian men-snipe tubuhku yang sangat kuat ini." 

Blackjack adalah nama Werewolf itu, Dan juga nama yang tertera dalam Wanted Poster. Ia adalah seorang Chief No.2, yang hanya 1 tingkat dibawah Valdemar yang dibuat gentar hanya karena nama.

"Aku sudah tahu." Jawab Vayne. "Kuperingatkan sekali lagi untuk mundur. Aku cuma butuh kau seorang."

"Auuuuu!" Blackjack melolong, seperti serigala pada umumnya.

Blackjack mengeluarkan cakarnya dan bergerak maju dengan kecepatan seekor serigala.

"Hyaaa!" 

Cakar Blackjack beradu dengan pedang besar Vayne.  

TRAAANGG!

***

Catatan Penulis

Sudah di Revisi

Versi 1.05


(Rifle itu senapan laras panjang ya...)

(Stealthy itu nyerang tanpa ketahuan. Kayak ninja atau sniper yang nembak entah darimana.)

(Support itu kerjanya bukan bertarung. Tapi dukung rekan sekawannya untuk bisa bertarung lebih baik, atau paling umum bisa sihir penyembuhan.)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top