CHAPTER 19 : Chief Hunter



"Ohh jadi tamu kita sudah datang... Suruh dia masuk!" perintah Selena.

"Ratu Selena, berikan informasi soal targetku ini. Aku akan segera menangkapnya kurang dari 24 jam. Jika tidak, garansi uang kembali." balas seorang pria tinggi yang mengenakan jubah penyihir.

"Seperti rumornya kau ini tak suka bertele-tele ya..." balas Selena.

"Waktu adalah uang. Uang adalah waktu." balasnya. "Besok aku ada panggilan tugas lagi di tempat lain. Jadi aku sangat sibuk." 

"Oke... Master of Ice, targetmu adalah menangkap 1 Chief dari White Bear Guild, hidup-hidup! Jika mati, harganya kupotong 30 persen dari reward bersihmu sebesar 1 juta Rez. Kita perlu informasi tentang keberadaan Guildmaster mereka." kata Selena. "Jadi aku perlu mereka untuk hidup."

"White Bear, aku tak pernah dengar, Guild Criminal baru?"balasnya.

"Baru atau tidak itu tidak penting, Yang jelas keberadaan mereka telah mengganggu kestabilan. Aku tak ingin buang-buang waktu, sama sepertimu. Kau boleh pergi sekarang!" balas Selena.

"Ba-bay!" dan orang itu pergi keluar, berjalan perlahan-lahan.

"Selena... Apa ini bijak? Kita mengeluarkan uang banyak sekali untuk memusnahkan Guild White Bear." komentar Abel.

"Apa boleh buat, kita tak ada pilihan lain." balas Selena.

***

Aldridge saat ini berada di area di luar Northern Kingdom, berjalan di Snowfield yang putih, dingin dan menyesakkan nafas. Mereka sudah disini berjam-jam lamanya.

"Gile bener si ratu es itu, belum apa-apa kita sudah disuruh mengincar Chief sebuah Guild sebesar White Bear." Vexxor berbicara sambil menggigil kedinginan.

"Biarpun aku juga takut, tapi aku merasa bersemangat. Seberapa kuat ya Chief itu." balas Aldridge.

"Kau selalu seperti itu ya Al. Takutmu tak pernah lebih besar dari antusiasmu." balas Rynka.

"Ahh tidak selalu juga sih, aku hanya mencoba untuk tidak jadi penakut meski sebenarnya..." balas Aldridge. "Vex , apa kau punya rencana untuk mencari Chief ini, rasanya sia-sia saja berjalan tanpa tujuan di tanah salju seperti ini?"

Ditanya begitu... Vexxor sudah terlihat lemas dan akhirnya terjatuh pingsan.

"Lohh Vex? ... Vexxor !!"

"Al, Vex pingsan!" sahut Rynka.

"Dia sepertinya tak kuat hembusan angin bersalju yang sedingin ini." sahut Aldridge. "Rynka, bisa kau sembuhkan Vexxor?"

"Entahlah... Biar aku coba."

"Heal !!"

"Tidak ada efeknya ya?"

"Kalau begini terus. Kita perlu singgah di kota terdekat dulu." kata Rynka.

"Tapi dimana? Kita seperti tersesat di tengah area salju ini." balas Aldridge. "Semuanya hanya salju dan badai ini."

"A... Aku juga tak tahu, sekeliling kita hanya ada pohon, batu dan sisanya hanya daratan putih. Bahkan langit rasanya sulit dilihat." Rynka ikut panik.

"Si...Sial. A-Aku jadi tak bisa berna...fas."Aldridge tumbang.

"Aldridge, bangunlah! Aldridge, Ald..." 

Lalu Rynka juga ikut pingsan.

***

Beberapa jam kemudian mereka bangun di sebuah Gua. Meskipun begitu hanya Aldridge yang sadarkan diri lebih dulu.

Di depan Aldridge nampak 3 orang yang juga sedang menghangatkan diri di dalam gua.

"Ohh satu orang telah siuman."

Orang pertama adalah pemimpinnya, ia bernama Rava, Pria besar dan berotot, berambut magenta dengan senjata Great Axe (Kapak Besar) dari perunggu di punggungnya. Singkatnya disebut Berserker.

"Wah... Akhirnya sadar juga."

Yang kedua adalah sosok pria berambut biru tua dengan tampang yang cukup tua atau boros dari usia seharusnya. Ia bernama Ronn, dari pakaiannya terlihat ia memakai jubah penyihir berwarna, dan ditangannya ia terlihat menggenggam Flame Spell Grimoire (Buku Sihir Api) sebagai senjatanya. Singkatnya ia disebut Pyromancer.

"Ngapain sih?! Kamu bawa-bawa orang asing kemari?"

Yang terakhir bernama Riel. Wanita berambut kuning pudar, matanya tertutup satu oleh eyepatch, dan terlihat seperti wanita yang judes. Tubuhnya langsing mendekati kurus dan agak kuntet seperti Vexxor, ia menggunakan dual flintlock sebagai senjatanya yang disangkut di ikat pinggang seperti cowboy atau lebih tepat disebut cowgirl. Singkatnya disebut Gunslinger.

"Ke-Kenapa aku bisa disini? Ohh... Aku ingat, tadi aku pingsan di tengah badai salju."Kata Aldridge

"Tadi gimana? Kalian sudah 6 jam lebih di sini." Ucap Rava.

"Benarkah!?" Aldridge tak percaya.

"Lihat saja sendiri, langit sudah gelap."

"Syukurlah kami menemukan kalian." Sambung Ronn. "Kalau aku enggak menemukan kalian. Pastinya kalian bertiga sudah jadi daging beku, Hahaha..."

"Siapa kalian?" tanya Aldridge dengan penuh curiga.

"Harusnya aku yang bertanya begitu lebih dulu." Balas Ronn. "Dari sikap kalian... Pasti kalian ini bukan orang Quistra."

"Tunggu dulu, kalian orang dari Guild White Bear ya?" Aldridge menebak-nebak.

"Ronn, kenapa kau selamatkan orang bodoh begitu." Kata Rava, bos mereka.

"Maaf bos Rava... Nyelametin orang mana bisa pilih-pilih, ini juga gak sengaja ketemu di jalan tadi waktu aku sedang memantau keluar." balas Ronn.

"Ketemu dijalan? Kau seperti menganggap mereka barang saja." sahut Riel.

"Riel, tolong kamu jelaskan pada si rambut pirang itu." perintah Rava.

"Baik." Lalu Riel menjelaskan. "Kalau kami anggota Guild White Bear, kalian sudah pasti mati di tempat tadi. Atau mungkin kalian kita bunuh di sini. Syukurlah kalian cukup beruntung ditemukan oleh kami..."

Sambung Riel. "Bounty Hunter Quistra, Trio R."

"Pfft... Namanya jelek sekali." balas Aldridge spontan sambil menahan tawa.

"Geez anak ini..." Riel geram. "Bos Rava! Dia boleh gue tabok gak?"

"Jangan permasalahkan hal kecil." Balas Rava. "Sekarang jelaskan pada kami, siapa kalian?

"Aaa... Aku belum percaya sepenuhnya pada kalian, yang pasti tujuanku melewati salju ini adalah menangkap salah satu Chief White Bear hidup-hidup."

"Aduh, Percayalah sedikit dengan orang, jangan terlalu curiga seperti itu." balas Ronn.

"Kau mau melawan Chief? Kau tahu tidak kekuatan Chief itu sebesar apa?"  Tanya Rava.

"Tidak, tapi aku pasti bisa mengalahkannya."

"Naif sekali nih anak!" sahut Riel. "Kami bertiga saja kesulitan menghadapinya." 

"Riel, tolong diam dulu." Tegas Rava

Lalu, sambung Rava berbicara. "Mungkin ini suatu karma baik buat kita, karena telah menolong orang yang membutuhkan, seperti kalian ini."

"..." Aldridge diam mendengarkan.

"Aku tak tahu seberapa hebat kalian dalam bertarung, sampai bisa percaya diri seperti itu. Tapi kekuatan Chief itu kurang lebih bisa mengalahkan seratus Guard di Northern Kingdom seorang diri sekaligus."

"100 orang!?" Aldridge tak menyangka. "Mereka pasti pengguna Aura ya?"

"Tentu saja. Apa kalian tahu itu sebelum melawan mereka? Atau cuma anak nekat yang bertarung tanpa strategi?"

"Jadi, mereka sekuat itu. Dan Itu berarti... Tu-Tunggu dulu, kalian tahu darimana kekuatan Chief itu? Dari berita? atau dari kata -kata orang?"

"Dari bertarung langsung dengan salah satu dari mereka." balas Rava dengan nada serius.

"Dan hasilnya?" tanya Aldridge penasaran.

"Kami kalah dan melarikan diri." jawab Rava. "Sejak itu kami bersembunyi disini. Saat ada kesempatan lagi, kami akan menyerang mereka kembali."

Sambung Ronn berbicara. "Harga buron 1 juta Rez untuk kepala mereka, jadi terasa terlalu kecil nih. Jika dibandingkan resiko kehilangan nyawa yang kami harus hadapi. Jadi Bounty Hunter itu taruhannya nyawa. Biar dibayar mahal juga kami tak bisa tenang."

"Buron? Tapi kenapa aku tak melihat poster soal itu di Bar?" balas Aldridge.

"Rava, usir saja anak-anak ini lah!" Riel kesal. "Mereka ini cuma pemula yang gak ngerti apa-apa. Nanti aku antar pulang ke mama-papa kalian, dan tidur nyenyak saja disana!"

"Sudah-Sudah Riel. Sudah." Ronn mencoba menenangkannya. "Tolong kamu jangan diambil hati ya."

Lalu bisik Ronn dengan menutup salah satu sisi mulut. Ia bilang pada Aldridge tanpa suara, hanya gerak mulut saja.

"Orangnya judes."

Aldridge juga tak ambil pusing.

Rava menjelaskan. "Ada poster buron yang khusus hanya untuk Bounty Hunter yang bergabung dalam Guild, atau dari perintah khusus dari orang tertentu. Sedangkan yang kalian lihat di bar hanya Wanted yang disediakan untuk publik. Jadi siapapun yang merasa dirinya cukup kuat untuk memburu targetnya. Boleh mengambilnya."

"Jadi begitu... Makin banyak yang kutahu soal profesi Bounty Hunter ini."

"Jujur saja, aku malah heran. Kalian yang bukan Bounty Hunter, bisa terlibat quest ini."

Kata Aldridge "Aku rasa, sekarang aku bisa percaya pada ka-..."

Rava mengayunkan kampaknya di depan Aldridge.

"Percaya kami kawan atau lawan, kalian tentukan sendiri. Aku menawarkan kerjasama karena kebetulan tujuan kita sama. Jadi kuharap kau bisa bekerja sama, tanpa jadi beban buat kami. Tapi kalau kalian terlalu lemah atau mungkin berkhianat di tengah jalan. Kami... Bounty Hunter tak pernah segan-segan melenyapkan orang semacam itu."

Lanjutnya. "Mengerti?"

Aldridge ketakutan "Gulp... Iya!? Ngerti-Ngerti..."

Vexxor terbangun dan langsung melihat kampak besar di depannya,

"Eit, Eit, Eit! ... Kenapa nih!? Tiba-tiba ada kampak gede banget di depan gue! Dewa kematian, tolong jangan cabut nyawaku sekarang... Hutang-Hutangku masih belum lunas dan aku bahkan belum menikah."

"Huh? Tuh orang ngomong apa sih?" komentar Riel.

"Satu lagi orang bodoh datang, hahaha!" komentar Ronn.

Plang!

"Kau juga bodoh kan?" balas Riel setelah mengeplak kepala Ronn. "Lulus dari Vheins sampai 7 tahun. Padahal 2-4 tahun saja cukup dan... Hmmphh!? Rewpawsin! (Lepasin!)"

Ronn menutup mulut Riel. "Jangan buka-buka aib dong."

"Tenang Vexxor, dewa kematian kan pake sabit, bukan Great Axe." ujar Aldridge.

"Ohh iya!? Terus kalian siapa?" tanya Vexxor.

"Hadehh..." Rava palm face. 

"Rewpawsin! Rewpawsin!"

.

.

.

Aldridge menjelaskan pada Vexxor.

"Ahh... Begitu! Bounty Hunter ya, Ehh!? Mereka tahu aku buron ya? Mereka ingin menangkapku ya? Aldridge kenapa... Kenapa kau tega!"

Aldridge menutup mulut Vexxor "Sudahlah... Tenang dulu. Mereka bukan musuh kok."

"Haduhh... Hosh... Hosh!" Rynka terbangun. "Haa? ... WAAA! ... Dimana ini!? Kita... Kita... ?"

"Hei... Hei..." Rava mencolek-colek Aldridge.

"Ya?"

"Jadi Party Leader pusing ya."

***

Waktu berlalu, dan mereka sudah saling mengenal satu sama lain.

"Oke... Mari kita diskusikan rencana kita, Ronn... Grimoire-mu sobek sini. Kita butuh kertas." perintah Rava.

"Enak saja!" balas Ronn. "Grimoire tak boleh di samakan seperti buku biasa, nih pakai ini saja. Lagian aku punya buku tulis."

"Yasudah cepat keluarkan." 

"Nih..."

Rava membuka buku tulis kosong tanpa garis-garis itu.

"Oke... Jadi begini rencananya..."

***

Catatan Penulis -

Sudah di Revisi

Versi 1.05

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top