CHAPTER 15 : Vale Snow Village
- Quistra Arc Start Here -
Setibanya mereka di perbatasan antara Valencia dan Quistra, Mereka berada di tanah yang kontras antara padang rumput dan padang salju.
"Wow! Keren! Semuanya putih semuanya tertutupi salju." Aldridge senang melihat pemandangan baru di Quistra.
"Sepertinya daerah yang tak terkena salju hanya disekitar Border Gate saja." ujar Rynka.
"Kalau sudah sampai di kota, TADAAA !! Untung besar... Wahaha rasanya sudah tak sabar ingin menjual ini semua." Vexxor melompat-lompat kegirangan.
"Haa?" Tatap Aldridge dan Rynka sinis.
"Ke-kenapa? Ada yang salah?"
"Jadi cuma itu yang ada dipikiranmu?" Kata Aldridge.
"Kamu cuma mikirin duit ya Vex?" Kata Rynka.
Lalu jawab Vexxor. "Loh... Keuntungannya kan buat kita-kita juga."
Sahut Aldridge dan Rynka. "Vexxor!"
"Kenapa sih?!"
***
Setelah melewati Border Gate Valencia - Quistra, sekitar kurang lebih 50 meter kedepan. Tanah masih hijau rerumputan ala-ala Valencia.
Tapi setelahnya seluruh pemandangan yang telihat, telah tertutupi salju Es yang putih dan dingin.
Northern Kingdom yang besar sekaligus ibukota dari Quistra itu, bahkan bisa dilihat dari Border Gate yang sebenarnya cukup jauh dari sini.
Northern Kingdom sering dijuluki oleh orang awam sebagai Istana Es. Karena tembok kota dan tembok istana tempat pemimpinnya tinggal saja, juga terbuat dari es.
***
Mereka bertiga melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dan singgah untuk beristirahat di Vale Snow Village atau desa salju Vale. Mereka singgah disebuah sebuah inn tua di desa ini.
Di Inn itu seorang nenek dan cucunya yang berumur 12 tahun membicarakan sesuatu,
"Sudah hampir 30 tahun lamanya Quistra tak berhenti turun salju ya nek." keluh seorang anak kecil bernama Kino.
"Kenapa kau masih khawatirkan soal itu? Salju ini takkan pernah berhenti, mitosnya tanah ini dikutuk dewa Es. Tapi kalau sudah berlangsung selama 30 tahun, rasanya jadi bukan mitos lagi." marah neneknya ke Kino.
Kino melanjutkan ucapan angan-angannya. "Kalau nenek pernah ke negara tetangga kita. Dalemantia, Valencia atau Griffinia. Nenek pasti akan memikirkan salju ini adalah sesuatu yang bodoh, udara disana sangat hangat dan tak perlu sesak-sesak menghirup udara dingin ini setiap hari. Ahh... Andai aku sudah cukup dewasa, aku ingin berkelana saja. Aku tak mau..."
PLAAAK!
Neneknya memukul Kino.
"Aduh...! " Kino mengusap-usap kepalanya. "Sakit nek!"
"Kau mengatai nenekmu bodoh, dasar kurang hajar!" Marah neneknya. "Aku yang merawatmu dari kecil tahu."
"Sakit tahu... Siapa yang bilang bodoh ke nenek. Kau selalu seperti itu nek, menyebalkan." jawabnya dengan kesal.
"Sudah berkali-kali kubilang kan. Salju ini sudah turun dari aku muda dulu. Terus turun sampai sekarang. 30 tahun lamanya." Ujar Nenek Kino.
KRINCING, KRINCING, KRINCING!
Aldridge masuk ke Inn dengan membunyikan bel,
"Permisi... Di luar dingin sekali, kami ingin menginap di Inn ini. Berapa biayanya ya?" kata Aldridge dengan sopan.
"Huaaaaa! Ada pengunjung!" Kino dan Neneknya kaget.
"Kenapa mereka?" Tanya Rynka yang berada di belakang Aldridge.
Jawab Vexxor. "Auu dah..."
"Maafkan kami... Kami begitu terkejut melihat ada yang datang." Balas Nenek Kino dengan malu-malu.
"So-Soalnya, akhir-akhir ini. Kita sudah jarang dapat pengunjung." Ucap Kino dengan gaya anak kecilnya.
Sambung Nenek Kino. "Ayo nak silahkan masuk."
***
Aldridge masuk dan Inn itu terlihat seperti bangunan tradisional jepang yang dibuat dari kayu dan pintu geser serta tempat tidur lesehan yang hangat, dengan pemandangan sekitarnya salju putih dimana-mana.
"Berapa semalam menginap disini?" tanya Vexxor.
"Terserah kalian saja, aku sudah lupa saking lamanya tak ada pengunjung."balas nenek itu.
"Oke! Terserah ya? Nih..." Vexxor mengeluarkan 1 koin dan menghentakannya ke meja.
"1 Rez."
PLAAAK!
Nenek itu memarahi Vexxor dan memukulnya dengan tongkat sama seperti yang dilakukannya ke Kino."Terserah... Bukan berarti seenaknya begitu bodoh."
Balas Vexxor "Aduh... Tadi katanya terserah."
"Ini nek apa segini cukup?" Aldridge membayarnya dengan 1000 Rez.
"Wuahh... Cukup-cukup... Kino! Kau urus tamu kita ini." pinta Neneknya.
"Siap nek!" Kino bergegas mempersiapkan kamar untuk mereka bertiga.
Kamarnya cukup luas karena hampir tak ada perabotan disana, hanya ada 3 tempat tidur lesehan dan lantai tatami ala jepang.
Pencahayaan hanya dari lampu kayu berbentuk balok yang di tempel di tembok dan di gantung di langit-langit kamar. Karena pintu gesernya transparan maka cahaya bulan yang cukup terang disini masuk menyinari ruangan ini. Temperatur udaranya dingin kalau jendelanya dibiarkan terbuka.
Dan yang jelas gak ada nyamuk kayak di puncak.
***
"Baiklah... Pagi ini kita akan melanjutkan perjalanan lagi. Jadi sekarang kita tidur dulu." kata Aldridge. "Selamat tidur!"
"Inn-nya biar sedikit usang tapi nyaman, udara disini enak. Dingin!" kata Rynka.
"Pagi cepat datang, aku ingin menjual Firestone ini segera! Ihiy!" kata Vexxor yang masih merasakan kegembiraan imajinatifnya sambil mengangkat kedua tangannya seolah habis memenangkan sesuatu yang besar.
"Vexxor kau bersemangat sekali sih... Hahaha" Rynka tertawa melihatnya.
"Berutungnya kalian punya aku disini..." Vexxor membanggakan dirinya. "Kalau enggak, bakal repot kemana-mana gak ada duit."
"Zzz..."
***
Mereka tertidur lelap sekali. Ada sekitar 4 jam mereka tertidur.
Namun...
Jam 2 malam,
DOOORRR!!
Terdengar suara tembakan di dekat desa.
"Bangun nek... Guild White Bear itu datang lagi." Kino gelisah.
"Aduhh... Katanya datang seminggu lagi. Ini belum seminggu sudah datang mengacau lagi. Kino... Kamu siapkan uangnya sana, biar nenek segera keluar." perintah neneknya.
"Tapi nek, kita gak dapat pelanggan selama ini. Tak ada uang lagi?!"
"Ahh iya, nenek lupa. Tanpa sadar, uang kita makin habis... Kalau gini bisa-bisa dia nembak orang lagi."
***
(Note - Mulai dari sini, maaf ya, pakai lu-gue. Karena lebih pas untuk bad guy)
"Bangun semuanya!"
Satu persatu orang keluar dari rumahnya masing-masing. Berlutut takut, di depan pintu rumah mereka.
"Keluar kalian semuanya!" ancam ketua dari Guild White Bear itu. "Atau gue tembak langsung pas tidur!"
Saking terbiasanya, warga desa Vale sudah tahu harus membawa sejumlah uang besar atau kecil sebelum keluar rumah tapi tentu saja tak ada yang senang membayar upeti kepada penjajah.
"Bahahaha! Bagus! Kalian sudah mengerti rupanya. Aku jadi tak perlu repot."
"Disaat seperti ini, dimana peran pemerintah." Keluh salah seorang warga.
"Sabar bu... Yang penting anak-anak kita selamat."
"Mau ngelawan juga gimana? Ketuanya bawa shotgun. Anak buahnya ada 20 orang."
***
"Kino, kita cuma punya sisa uang terakhir 1256 Rez, aku bawa ini saja..." neneknya sibuk mengumpulkan sisa-sisa receh yang ada.
"Tapi nek itu semua sisa uang kita, kalau diberikan? Besok kita makan apa..." sahut Kino yang mau menangis.
"Kita masih punya 1000 Rez dari tamu kita tadi... Yang penting kau dan nenek selamat dulu. Uang dan makanan urusan nanti. Ohh iya! Bangunin tamu kita tuhh, suruh mereka kabur dari sini, jangan sampai mereka kena tembak juga."
Warga Desa Vale keluar dengan otomatis sambil membawa sekantung upeti di depan masing-masing rumah.
***
DOOORR !!
Tembak seorang pria paruh baya yang gemuk, berkumis dan berjanggut. Sifatnya kejam dan sangat suka menindas yang lemah, ia selalu berpakaian jaket tebal musim dingin dan membawa shotgun sambil diikuti anak buahnya.
"Tapi Barys, ini bahkan belum ada seminggu, kau sudah..."
"Banyak omong lo!" Barys menembakan Shotgunnya
DOOOOR!!
"WAAAAA!"
.
.
.
Meski meleset,
"Untung gak kena... Ngomong lagi gue tembak betulan loh!" Barys dibuat marah karenanya. Dan sebenarnya dia sudah menembak betulan hanya saja meleset.
"Sudah pak, kita tak bisa berbuat apa-apa." seorang ibu pasrah sambil memeluk suami dan anak-anaknya yang hampir saja tertembak.
"Asal kalian tahu ya! Guild White Bear kemarin diserang oleh para Bounty Hunter ibukota. Beberapa kemah kami hancur, kita perlu duit lagi buat ngebangun kemah baru, jadi gue harap setoran lu semua gak dikit ya."
***
Kino mencoba membangunkan Aldridge,
"Kakak-Kakak! Bangun dong! Kalian bangun... Bangun." Kino membangunkan mereka bertiga.
"Heh... Ada apa ini? Ada Apa?" Vexxor kaget sambil celingak-celinguk.
"Maaf kak, ada kekacauan disini."
"Aduhh tengah malam begini, ada apa sih ?"Aldridge masih ngantuk dan menguap.
"Aduhh padahal lagi enak tidur dingin-dingin begini, hmm nyem nyem..." ujar Rynka yang sedang enak tidur.
"Aku mohon maaf nih, ada kelompok orang jahat yang mengacau di waktu yang gak tentu begini."
"Orang jahat?" Tanya Aldridge.
"Iyaaa... Mereka dari Guild White Bear." Kino menjelaskan dengan tergesa-gesa.
"Siapa tuhh?" Vexxor bertanya dengan polosnya.
"Masa kakak tidak tahu? Itu Guild jahat yang suka mengacau di Quistra. Kerjaan mereka adalah menindas kami-kami yang lemah ini." Kino menjelaskan. "Ohh iya?! Kakak-Kakak ini pendatang ya, wajar tidak tahu."
"Hmm?" Rynka menoleh ke sekitar. "Dimana nenekmu?"
"Nenek di luar sekarang."
DOORRRR !!
"Aduhh gawat ,Si Barys sialan itu udah nembak tiga kali." Kino panik.
"Tenang Kino... Tunggu disini, biar kakak-kakak ini yang urus." Aldridge mencoba menenangkan Kino.
***
"Waduh, waduh, waduh... Apa-Apaan nihh?! Cuma 2400 Rez? Lu pikir ini cukup! Dasar bodoh! " Barys lagi-lagi marah dan asal tembak shotgunnya.
"Ampun tuan Barys, ampun!" orang itu sujud di hadapan Barys.
"Tuan Barys... Bagus juga." Barys tersipu. "Hee... Tapi kamu bohong ya?"
"Ti-Tidak Tuan Barys... Tidak."
"Kalau begitu. Cium kaki gue nih."
"Ta-Tapi."
"Cepet! Sujud dan cium kaki gue."
"Ba-Baik."
Dengan tubuh gemetar dan takut. Orang itu rela merendahkan dirinya sampai sejauh itu.
"Wahahaha! Bagus-Bagus! Kali ini kau mendapat kebaikan hatiku, kapan-kapan gue dateng lagi. Minimal lu bawa 2500 Rez... Dasar Miskin! Kalau enggak. Cium sikil gue lagi nih!" Barys berkeliling dari rumah ke rumah untuk menagih upeti.
"Oke... Selanjutnya!"
"Padahal cuma selisih 100 Rez doang, si Barys ini memang biang onar." komentar salah seorang penduduk yang tak sengaja terdengar oleh Barys.
"Lu ngomong apa barusan?" Barys langsung menghampirinya dan marah-marah di depan mukanya. "Coba ngomong lagi! Gue tembak lu di tempat!"
Tak tahan dengan perlakuan Barys, salah seorang penduduk Vale terus mengolok-ngolok Barys
"IYA !!"
"Huh?"
"Kau itu bodoh, perhitungan banget, pelit, gampang marah, gendut, lemah, modal shotgun doang dan Kau..."
DOORRRR !!
"UAGHHH!"
Tangan kirinya ditembak shotgun dan kali ini kena.
"ARGGGHH !! Sakit! Sakit sekali! Tanganku!? Waaaahh! Tanganku!"
"Hee bocah! Mulut lu dijaga ya ,sekali lagi gue tembak pas di mulut lu!"
Lalu bisik orang sekitarnya pada orang yang ditembak itu.
"Sudah dibilang sih... Jangan ngelawan. Bahaya!"
***
Barys kembali menarik upeti lagi dan tiba akhirnya sampai di nenek Kino, yang sudah deg-degan daritadi.
"Haa... Serius nih? Cuma seribu Rez doang? Lu yang paling sedikit dari semuanya. Mana lagi! Lu punya Inn juga, jangan coba-coba sembunyiin duit lu." Barys membentak tanpa kenal belas kasihan.
Komentar penduduk yang lainnya. "Si jahat Barys jahat sekali... Sama nenek-nenek pun dia begitu."
Nenek Kino menjawab dengan gemetar dan menangis. "Ini gara-gara kelompok kalian sering mengacau tiba-tiba begini, petualang yang singgah disini jadi enggan menginap disini. Makanya! Kami gak dapat penghasilan sama sekali. Selama kalian terus menerus mengacau!"
"Bo-Do-A-Mat..." Ejanya,
"Tak berguna bicara ini padamu!" Bentak Nenek Kino.
"Itu urusan lu nenek tua." Barys menoyornya. "Pokoknya gue cuma ingin tahu duit yang lu setor tuh berapa dan ketika gue datang nagih, duitnya siap. Selesai."
"A-Aku sudah mantap, aku tak akan memohon pengampunan darimu..."
"Mau sok jagoan rupanya?" Barys mengarahkan shotgunnya ke wajah nenek Kino.
"Bagiku yang tua renta ini, kau manusia rendahan... Yang tak mengerti hormat pada orang-orang tua."
"Jangan bicara seolah seperti ibuku saja!" Bentak Barys.
"Ibumu juga pasti sedih... Punya anak seperti kamu!"
"Diam u! Kalau gini hidup lu, gue kelarin sekarang! Lagian lu juga udah bau tanah, gue cepetin aja lu masuk tanah!"
"Ki...Kino... Maafkan Nenek."
DOOORRR!!
"NENEK !!"
***
Catatan Penulis :
Sudah di Revisi
Versi 1.05
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top