CHAPTER 14 : What is Aura?





"Celia!!?" Aldridge  dengan spontan memeluk Celia.

"Celia! Senang bisa melihatmu lagi!" kata Aldridge dengan penuh rindu di pelukannya. 

"Aldridge... Semua orang berpikir kau telah mati. Tapi... Tapi... Aku tetap menyangkalnya sampai hari ini. Dan kamu... " Celia meneteskan air mata.

"Kamu masih hidup..."

"Ya... Aku masih hidup... Hiks." balas Aldridge dengan senangnya.

"Haha... Hahaha... Maaf aku tak bisa menahan tawa. Takdir sedang mempermainkan kalian. Kebetulan sekali ya!" Kata Fesvaux.

"Ya! Kebetulan sekali!" Balas Aldridge.

"Aku juga tak menyangka bisa melihatmu lagi." Sambung Celia.

"Hei! Aku tak bermaksud merusak suasana haru ini, tapi sebaiknya kalian bicara di tempat yang pantas saja, jangan disini."

"Terus... Dimana?" Tanya Aldridge.

***

"Disini!" Fesvaux membawa mereka ke tempat latihan di puncak menara. Yang adalah lapangan luas dengan lantai batu dan udaranya sangat kencang diatas sini.

Jawab Celia. "Tapi, Komandan Fesvaux. aku kemari hanya untuk mengantar surat ini dan aku harus segera pulang ke Viria lagi."

"Jadi kau sudah mau pergi?" tanya Aldridge.

"Iya, sayang sekali. Padahal aku ingin bicara banyak padamu." balas Celia.

Fesvaux menerima surat itu tanpa membukanya. "Sudah! Kau disini saja Celia. Aku bisa cari-cari alasan ke Xin nanti. Jadi tenang saja. Kau bisa tinggal disini setidaknya untuk hari ini saja."

"Apa tidak apa-apa?" tanya Celia.

"Xin pengertian kok. Jadi tenang saja, serahkan padaku. Aku bawa kalian kesini untuk mengajari mereka bertiga cara menggunakan Aura."

"Apa itu Aura?" Aldridge bingung.

"Hee? Tapi aku... Aku tak sehebat itu untuk mengajarkan orang lain tentang Aura."

"Tak apa... Ajarkan yang kamu tahu saja. Kuserahkan padamu ya. Sampai jumpa." Fesvaux meninggalkan mereka.

"Dasar Fesvaux..." komentar Aldridge.

***

Di Puncak Menara Lumina ini. Tempat para Prajurit berlatih di area luas seperti landasan Helikopter tapi disini digunakan sebagai tempat berlatih. Saat ini hari sudah sore dan hanya ada mereka berempat berlatih disana.

"Baiklah, karena ini perintah dari Commander Fesvaux. Pertama-tama aku ingin tahu dulu. Kalian bisa menggunakan sihir?" tanya Celia.

"Aku bisa..." jawab Aldridge.

"A... Aku bisa." jawab Rynka.

"Aku tidak." jawab Vexxor.

"Uhm... Kalau tak bisa sihir, aku tak bisa mengajarkan banyak. Jadi kau boleh tidak ikutan."

"Baiklah. Aku menonton kalian saja." Vexxor duduk dan mengamati dari pinggir tembok.

"Nah... Kalau sudah bisa sihir maka akan lebih mudah. Sebelum itu biar aku jelaskan apa itu Aura terlebih dahulu."

"Iya bu guru!" Ledek Aldridge.

"Aura adalah energi dalam tubuh manusia yang bisa dibangkitkan karena suatu hal yang tak bisa ditebak. Orang yang sudah membangkitkan Aura umumnya bisa melakukan sihir elemen."

Sambung Celia. "Aura terbagi menjadi dua jenis. Positif dan Negatif. Hitam dan Putih. Darkness dan Light. Untuk jenis Black Aura biasa ditemukan oleh kriminal dan White Aura atau biasanya disebut sebagai Aura saja, adalah sebaliknya. Dari Aura ini... Baik hitam maupun putih dikonversi menjadi suatu elemen dan kita menyebutnya sihir."

"Aku pusing... " Ujar Aldridge.

Rynka berusaha mengerti.

"Sudah... Berikan dengan contoh saja." Sahut Vexxor.

"Ba-Baiklah ... "Celia gugup.

"Ini kemampuan Auraku." Celia membungkus pedangnya dengan sihir es. "Aku ini tipe Enhance, jadinya aku harus mengeluarkan sihirku ke dalam suatu medium untuk bisa digunakan.

"Termasuk juga tanganku." Tangan Celia dibungkus es

"Wooow..." Mereka bertiga termasuk Vexxor kagum melihatnya.

"Tapi, untuk tipe auraku ini. Memiliki kelemahan."

"Kelemahan?"

"Kelemahannya adala, Aku tak bisa menggunakannya tanpa menyalurkan ke sebuah medium. Jadi umumnya tipe ini digunakan untuk memperkuat senjata penggunanya saja. Termasuk juga tangan kita sendiri. Makanya disebut Enhance."

"Kalau seperti ini?" Aldridge menembakan peluru angin dengan tangan kosong.

"Yang seperti itu. Orang-Orang menyebutnya sebagai Tipe Magic."

"Kenapa Magic? Apa bedanya?" Tanya Aldridge

"Tipe Magic memiliki ciri khas, mengkonversi Aura menjadi bentuk elemental. Jadi Aura bisa dikeluarkan langsung menjadi suatu jurus sihir."

"Hoo... Jadi begitu..." Ujar Aldridge.

"Termasuk sihir penyembuhan kah?" Rynka bertanya dengan penasaran.

"Iya... Termasuk untuk sihir penyembuhan juga."

Sambung Celia. "Tipe yang lainnya lagi disebut Weapon, dimana pengguna Aura bisa membentuk senjatanya sendiri yang sesuai dengan kepribadiannya."

"Aku belum pernah melihat yang seperti itu." Respon Aldridge.

"Ohh kamu belum pernah? Beberapa petinggi di Eternal Glory punya aura tipe ini sih."

"Lalu, terus-terus." Sambung Vexxor tak sabaran.

"Ahh... Oke. Selanjutnya ada Tipe Summon, dimana pengguna Auranya memiliki kepribadian lain dan bisa mewujudkan suatu monster dari dalam dirinya."

"Ada yang seperti itu juga ya? Aku belum pernah ketemu juga." Komentar Aldridge.

"Sama, aku juga." Sambung Rynka.

"Dan tipe terakhir, Namanya Tipe Eater. Tipe yang satu ini agak unik. Karena untuk bisa menggunakan tipe yang satu ini. Penggunanya haruslah pemilik Black Aura."

"Jadi harus jadi jahat dulu untuk bisa memiliki tipe ini?" Komentar Vexxor.

"Aku juga kurang begitu mengerti. Tapi ini, Tipe Eater ini...  Kemampuannya sangat berbahaya bagi lawan yang terlalu tergantung pada kemampuan Aura."

Vexxor berasumsi. "Eater? Memakan? Jadi ini kemampuan mencuri kemampuan musuh?" 

"Wahh! Kamu pandai menganalisis sesuatu ya!" Celia memuji Vexxor. "Yang kamu katakan itu benar! Setiap serangan yang dilancarkan tipe Eater bisa menyerap sedikit Aura musuh dan menggunakannya seperti miliknya sendiri. Tapi sifatnya hanya sementara dan setara."

"Sementara dan setara? Apa artinya?" Aldridge bingung. 

"Sementara maksudnya hanya bisa digunakan beberapa saat saja. Setara artinya jumlah yang dimakan, yah sama dengan yang bisa dikeluarkan. Jadi misalnya Aku sebagai Tipe Eater menyerap 10 Liter Air dari serangan musuh. Yah... Aku juga hanya bisa mengeluarkan maksimal 10 Liter Air yang aku serap itu." 

"Jadi begitu..." 

"Terus-terus! Ada tipe lainnya lagi?" Tanya Vexxor penasaran.

"Cukup 5 saja. Dan kalau ada diluar itu semua... Disebut tipe Spesial."

"Contohnya?" 

"Katanya sih banyak... Tapi aku juga belum pernah ketemu pengguna Aura Special itu bagaimana?" 

"Jadi begitu saja sih, yang aku tahu tentang Aura." Celia menutup penjelasannya. "Jadi... Apa kalian bisa mengerti?" 

"Ya aku paham. Tapi aku belum tahu aku tipe apa?" tanya Rynka.

"Bisa gunakan sihirmu dulu?"

"Boleh..." Lalu Rynka menggunakan sihirnya pada Celia.

"Heal !!"

"Ohh jadi begini ya... Rasanya di Heal itu. Enak sekali rasanya."

"Ahh... Anu... Jadi apa Tipe Auraku?"

"Maaf-Maaf, Tipe Aura kamu, sama seperti Aldridge. Tipe Magic..." Jawab Celia.

"Begitu ya... Aku mengerti! Terima kasih." balas Rynka dengan gembira.

"Karena teorinya sudah selesai, Aldridge... Ayo kita sparing sebentar." Tantang Celia.

"Hoo... Baiklah! Tidak dengan sihir mainan seperti dulu lagi ya! Tapi sekarang kita lakukan dengan sihir betulan." Respon Aldridge dengan antusias.

"Ya! Bukan dengan mainan seperti waktu itu lagi. Haha! Lucu juga kalau diingat-ingat."

"Tapi apa?" Tanya Celia.

Aldridge mengeluarkan pedangnya. "Pedangku patah."

"Uhm jadi... Aku rasa tak masalah. Kamu tipe Magic, tak perlu senjata untuk bertarung dengan sihir." jawab Celia. "Tapi meski aku bisa tak bersenjata juga sih. Tapi aku tak bisa sama sekali, pakai tinju-tinjuan." 

"Baiklah!" Aldridge bertarung dengan tangan kosong. "Kita coba!"

***

Dan mereka berdua bertarung sama lain.

Aldridge memulai serangan dengan Wind Caliber-nya dan Celia terpental karena tembakan itu. "Ehh... Celia kau tidak apa-apa?" Aldridge minta maaf karena menyerangnya terlalu keras.

Lalu Celia bangkit dan mengibaskan pedang fencingnya, pedang yang utamnya digunakan untuk menusuk alih-alih menebas.

"Aldridge! Freeze Lancer !!" Celia melancarkan serangan dengan menusuk ke depan secara lurus dan Aldridge terkena hal yang sama. Ia terpental jauh dan tertahan oleh es milik Celia. "Jangan remehkan aku."

Aldridge ditikam oleh sebuah es lancip yang tertuju padanya. Mendorongnya cukup jauh.

"Hehe..." 

"Wooh... Tadi itu berbahaya sekali!?" Aldridge menahan laju esnya untuk tidak menikam dirinya dengan sihir angin. Menyayatnya sedikit demi sedikit hingga retak dan terpecah menjadi serpihan es batu. "Jadi, Celia pengguna sihir es... Mirip seperti Lexion."

"Apa!?" Celia tak menduganya sihirnya bisa dipatahkan semudah itu.

Kemudian ia melihat Aldridge sedang melakukan ancang-ancang mengumpulkan udara disekitarnya. 

"Aldridge apa yang kau lakukan?" Celia resah.

Aldridge melakukan kuda-kuda menunggu beberapa detik untuk bisa melancarkan Aero Cannon. Jurus yang baru ia kuasai sewaktu melawan Chaos beberapa saat lalu.

Jelas Celia tak tinggal diam. Dengan berlari cepat ia menghampiri Aldridge untuk mengagalkan Casting Time-nya (Waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu jurus)

"Aero..." Aldridge bersiap melepas jurusnya.

"Kau sudah selesai!?" Celia salah perhitungan.

"... Cannon !!" Aldridge menusuk dengan cepat ke arah depan.

Dan...

Celia mengibaskan pedangnya dari bawah ke atas. "Ice Wall !!"

Buuutttt... 

"Ahahahaha..." Aldridge tertawa keras.

"Haa?" Celia heran. "Apa yang terjadi?" 

Lalu ia mencairkan Ice Wall-nya untuk bisa tahu kenapa Aldridge tertawa. Setelah Es itu mencair Celia melihat Aldridge masih tertawa terus- menerus.

"Hei Aldridge... Apa yang kau lakukan barusan? Kok aku dengar suara kentut?"

"Hahahaha ... " Aldridge masih terus saja tertawa.

"Hei jawab aku..." Celia penasaran dengan wajah merah malu.

"Ahh... Maaf-maaf... Jurus tadi aku hanya bercanda, tak kusangka kau langsung reflek melindungi diri seperti itu."

"Haish... Kau mempermainku lagi ya!" Celia kesal.

Ia datang di depan Aldridge dan mencubit pipinya keras-keras.

"Adududuh... Tidak-tidak. Bukan begitu... Dengar dulu."

"Huu-uuu... Aku tak mau tahu!"

"Lihatlah kita ini di puncak menara Lantai 5, kalau aku menyerangmu tadi. Dan mendorongmu terlalu jauh... Kamu bisa jatuh dari sini."

"Kau berpikir aku tak bisa menangkisnya?"

"Gak tahu sih..." Jawab Aldridge. "Tapi kalau mau coba jangan disini tempatnya. Ngeri!"

Sementara itu Vexxor dan Rynka yang menonton mereka.

"Gak Aldridge... Gak si cewek rambut merah itu. Kedua orang ini sama-sama maniak bertarung ya." Komentar Vexxor di belakang.

"Tapi Aldridge sangat kuat ya." Kata Rynka.

"Halah... Dia tak pernah serius bertarung, kalau bukan pertarungan sungguhan." Ujar Vexxor. "Waktu melawanku dia sungguh-sungguh sekali."

"Lain kali jangan mempermainkan aku lagi ya!" Keluh Celia.

"Iya... Iya. Pfft..."

*** 

Malam harinya,

Mereka berempat tidur di Inn terbaik di Lumina ini, tentu dibayarin Fesvaux. Sekitar jam 2 Malam Aldridge dan Celia sama-sama naik ke Atas bangunan Inn tersebut untuk mengobrol dan bernostalgia bersama. 

Diatas Inn itu berbentuk persegi dan dikekilingi tembok penahan supaya tidak jatuh. Dari sana mereka mengobrol berdua sambil menikmati udara malam Valencia yang sangat sejuk ditambah pemandangan keseluruhan kota terlihat dari sana.

"Kau luar biasa sekarang Celia, kau seperti pasukan spesial saja dan lagi kau makin cantik." komentar Aldridge.

"Hahaha, pasukan spesial? Spesial gimananya?" Balas Celia. "Lagipula... Kau juga berubah, dari anak manja jadi pemuda tampan seperti ini."

"Padahal peristiwa itu baru satu tahun lalu, tetapi kita berdua banyak mengalami perubahan." balas Aldridge yang menyender di ujung tembok penyangga.

"Benar! Kadang musibah bisa jadi anugrah jika disikapi dengan cara lain. Tapi bukan berarti, aku ingin hal itu terjadi lagi."

Sambung Celia. "Ngomong-ngomong, kau dimana? Dan melakukan apa selama 1 tahun terakhir ini?"

"Tak banyak, aku dirawat oleh keluarga Alchemist yang aneh di Greenhill."

"Aneh?" Tanya Celia.

"Maksudnya aneh, karena mereka tinggal di rumah menara di tengah bukit sepi yang tak ada siapa-siapa." Jawab Aldridge. "Dan aku berteman dengan anaknya seusia denganku dan kamu juga, yang sekarang bersekolah di Vheins."

"Vheins? Wow!?" Celia melompat kaget. "Itu kan? Sekolah sihir terbaik dan terbesar di Azuria!? Kenapa kamu tak ikut jadi pelajar disana?"

"Ahh..."

 "Ohh... Ohh!? Kau kan tak tertarik dengan sihir ya." balas Celia.

"Bu-Bukan begitu..."

Sambung Aldridge. "Awalnya memang benar. Aku tak terlalu tertarik dengan sihir, tapi setelah tinggal bersama dia, aku dengan seketika menganggap sihir itu keren. Entah kenapa tapi keren saja. Sekaligus mengingatkanku pada kau Celia" jawab Aldridge.

Celia diam dan wajahnya sedikit memerah karena Ge-Er.

"Dia bukan pengguna Es. Tapi bisa 3 elemen!"

"Beneran !?" Celia terkejut.

"Yap... Beneran! Api, Petir dan Air. Itu elemen yang dia punya"

"Dia bisa Multi-Elemen seperti itu? Sampai tiga lagi!"

"Ya... Dia sangat berbakat dan antusias sekali terhadap sihir beserta buku-bukunya." jawab Aldridge. "Makanya aku jadi tertarik setelah tinggal bersama dia dan ayahnya itu."

"Hei-Hei Aldridge, Jangan bilang kau tak mengerti seberapa langka penyihir Multi-Elemen seperti itu?" Celia mempertanyakan Aldridge.

"Ti... Tidak" Jawabnya santai sambil menyadarkan kepalanya di kepalan tangan yang ditaruh di belakang kepalanya.

"Multi-Elemen itu bakat. Jadi hanya seseorang yang diberi talenta seperti itu sejak lahir yang bisa memilikinya. Dan lagi... Temanmu sampai 3 Elemen lagi."

"Lalu?" Aldridge tak tertarik.

"Errr... Kau ini" Celia menjedukkan kepalanya.

"Auww!"

.

.

.

Ucap Aldridge mengingat masa lalunya. "Tapi aku jadi sadar. Waktu itu kami berdua mendaftar beasiswa tahunan Vheins untuk 3 orang dari ratusan, orang yang mendaftar. Aku gagal dalam ujian kekuatan sihir. Dan temanku itu lulus dengan luar biasa."

"Jelas sekali. Dia punya 3 Elemen seperti itu. Mana mungkin Vheins menolaknya."

"Dan karena aku gagal dan ayahnya tak bisa membiayai aku tanpa Beasiswa itu karena kita disana terbilang cukup miskin. Bahkan sangat miskin."

"Sepertinya baru saat itu kau merasakan tak punya uang untuk membayar sesuatu. Padahal kau dulu tak perlu repot-repot mikirin uang."

"Kau juga sama saja." Balas Aldridge." Tapi aku harus bersyukur karena tak diterima disana."

"Kenapa?" tanya Celia.

"Aku tak menyesal. Misalkan aku diterima disana. Aku harus membaca buku tiap hari. Masuk kelas dan berlatih sihir tiap hari. Aku tak bakal tahan disana rasanya, Hahahaha." Jawab Aldridge. "Tapi terlebih lagi. Aku takkan bertemu denganmu disini dan kedua teman baruku selama perjalanan. Rynka dan Vexxor yang menemaniku berpetualang bersama, sampai kesini."

"Ouhh... Jadi kau sekarang seorang petualang." Komentar Celia.

"Entahlah... Awalnya aku hanya berniat mencari kak Vayne. Itu saja. Dan Title Petualang itu, aku tak pernah berpikir untuk dipanggil begitu." Jawab Aldridge. "Ngomong-Ngomong. Kau Sendiri Celia? Apa yang terjadi padamu setahun terakhir ini?"

"Sama sepertimu, banyak yang kulalui. Setelah mengungsi ke barat Dalemantia. Jujur saja aku menangis karena gagal membawamu bersama denganku waktu itu dan yang kupikirkan kau pasti akan selamat, tapi ternyata... Orang-orang terus bilang padaku. Bahwa kau sudah mati."

"I...Iya..." ucap Aldridge. "Semua beranggapan begitu."

"Komandan Fesvaux mengajariku untuk kuat dan tidak cengeng untuk menghadapi keadaan yang telah berubah sepenuhnya dan bukan hanya menimpa diriku saja. Tapi semua penduduk Dalemantia turut mengalami hal yang sama. Setelah 6 bulan, aku akhirnya berlatih militer dan belajar sihir, jadinya..."

Celia mengeluarkan pedang fencing-nya. "Aku bisa sihir Es ini." 

Pedang Celia terselimuti Es.

"Dan Aku..." 

Celia menembakan tikaman Es dari pedangnya.

"Hey! Jangan merusak kota dong!" marah salah seorang penduduk yang rumahnya tak sengaja terkena tembakan es Celia.

"Maaf- Maaf."

"Hoaahhhmmm..." Aldridge menguap. "Aku sudah ngantuk nih."

"Sama. Tapi aku puas ngobrol denganmu." Celia senyum.

"Ya, Aku juga. Ayo tidur, aku harus berangkat besok."

Dan mereka berdua kembali ke tempat tidurnya. Dan seketika tertidur lelap

***

Dan di pagi harinya jam 8 pagi.

"Ehemyemyemyem." Suara tidur Celia yang mulutnya ileran, sambil memeluk guling. Dan tidurnya sangat berantakan sekali.

"Hey Aldridge. Dia belum bangun juga?" Keluh Vexxor.

"Tidurnya luar biasa nyenyak ya?" Komentar Rynka.

"Haa... Jujur saja aku baru tahu kebiasaan tidur Celia seperti ini." Aldridge tercengang dan membuka mulutnya lebar-lebar.

***

Mendengar mereka bicara satu sama lain. Celia terbangun.

"HUAAAAAA !!" Celia langsung kaget di depannya berdiri 3 orang setelah bangun tidur. "Si-Siap boss!"

"Ehh?"

Mereka bertiga menatap Celia dengan heran.

"Ahh maaf-maaf. " Ujar Celia. "Kupikir aku ada di Viria."

Dan mereka bertiga diam membisu.

***

Setelahnya, Aldridge, Rynka, Vexxor dan Celia menuju tempat Fesvaux.

"Aku ingin berangkat ke ibukota Quistra sekarang." Ucap Aldridge.

"Hee? Sudah mau pergi ya?" jawab Fesvaux yang sedang sibuk mengurusi berkas-berkas di ruangan strategi.

Celia hormat. "Izin! Aku izin pamit kembali ke Viria."

"Hei-Hei tak usah seformal itu lah, turunkan tanganmu." Balas Fesvaux. "Kau boleh kembali sekarang."

"Aldridge, Rynka, Vexxor. Aku duluan ya! Semoga kita bertemu lagi lain waktu. Bye-Bye!" Lalu Celia pergi meninggalkan tempat itu dan kembali ke Viria. Kota tempat markas Guild Eternal Glory berada, yang berada di ujung barat Valencia.

"Nah untuk kalian bertiga. Ambil Pass ini, Jadi kalian tak perlu membayar uang untuk melewati Bordergate Valencia-Quistra." Fesvaux memberikan sebuah surat seperti paspor.

"Dengan ini, kita gak harus melewati jalur seperti Sleeping Forest lagi ya?" Aldridge menerimanya dengan sukacita.

"Haa? Kalian kesini lewat Sleeping Forest?" tanya Fesvaux dengan membentak.

"I-Iya" jawab Aldridge gugup.

"Bagus! Kalian adalah petualang sejati. Tapi Kere, Tentu saja, kalian hanya anak-anak pemula." Ejek Fesvaux.

"Apa?!"Aldridge geram.

"D-Dia benar!?" celetuk Vexxor.

Fesvaux memetikkan jari "Cerdas! Kau akui dirimu pemula. Jadi pergi sana!"

***

Aldridge,Rynka dan Vexxor berjalan keluar.

Fesvaux bersuara kencang memberitahu mereka. ketika mereka sudah mau berjalan keluar. "Ohh iya, Pass tersebut bisa digunakan ke Bordergate Valencia – Greenhill juga."

"Aku mengerti, Thank You Fesvaux!" jawab Aldridge dengan mengangkat tangan kanannya.

Sesampainya di Tembok luar Lumina.Mereka menaikki Caravan lagi untuk menuju Bordergate. Dan selagi duduk di perjalanan Vexxor menunjukkan barang-barang yang dibelinya kemarin.

"Padahal aku ingin menunjukkannya kemarin, tapi selalu terjadi sesuatu yang kurang baik." Vexxor mengeluarkan sesuatu dari karung besar itu. "Kulihat pedangmu patah kemarin kan? kebetulan sekali ya... Aku membelikan Steel Sword untukmu!"

"Wah... Kau benar-benar deh." Aldridge senang menerima pedang barunya tersebut. "Pengertian sekali!"

"Ehem, Sebetulnya kalau pedangmu tidak patah aku ingin kamu menjualnya saja, tapi... Pedang Baru! YAY !!"

"YAY!"

"Dan Rynka... Aku belikan sesuatu juga buatmu" kata Vexxor.

"Benarkah?" Rynka senang mendengarnya.

"Kau ingin bisa bertarungkan? Jadi kubelikan Pentungan Morning Star."

"Wah... Thank you Vex!" Rynka senang dengan hadiah itu.

"Lalu kau belikan apa untuk dirimu?" tanya Aldridge.

"Ini..." Vexxor menunjukkan seluruh karungnya berisi batu-batu seperti batu bara tapi berwarna merah dan menyala juga mengkilap seperti kristal bernama Firestone.

"Hee... Untuk apa?" tanya Aldridge.

"Karena kita mau ke area beriklim dingin kan? Maka benda ini bisa laku dijual disana." jawab Vexxor.

"Tunggu, kau beli sebanyak ini itu berarti...?" ujar Rynka. "Uangnya habis dong?"

"Betul, Hampir seluruh uangku habis untuk ini." Jawab Vexxor dengan senyuman.

"Vexxor!" Aldridge dan Rynka memarahinya.

"Tenang-tenang sampai disana bakal kujual lagi. Ini namanya bisnis... bisnis. Beli murah disini, Jual mahal disana. Kita menerima untung besar setelahnya." Jawabnya santai. "Gitu loh..."

"Tapi jangan dihabisin semua juga kali..." komentar Aldridge.

"Vexxor kok kamu tahu kita mau ke Quistra yang bersalju?" tanya Rynka. "Memangnya Aku pernah bilang?"

"Logika saja, aku melihat map tapi tak membelinya... Habis liat-liat langsung cabut! Biar irit.. Lalu kulihat perjalanan selanjutnya jelas-jelas ke Quistra, karena kita tak mungkin ke Arcales atau kembali ke Greenhill lagi kan?" Kata Vexxor. "Mau kemanapun tujuannya? Pasti harus lewat Quistra dulu."

"Masuk akal sih..." Kata Aldridge.

"Kau jenius ya!" Puji Rynka.

"Aku benar kan? Siapa dulu... Vexxor gitu loh!"

***

Di Border Gate, Pass dari Fesvaux ditunjukkan ke Gate Guardian disana dan tinggal masuk tanpa membayar.

Dan inilah diaa... Quistra.

***


Celia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top