40|| Terungkapnya Fakta ☀

Ketika kita memakai hati kita, maka kita harus sudah siap terluka apapun alasannya.

☀☀☀

"Permainan ini sudah dilakukan sejak satu tahun silam, tanpa Mario dan Fira sadari. Kedua-nya saling berpura-pura," gumam Vino yang mampu membuat mereka membungkam mulutnya rapat-rapat.

Emily yang mempunyai pemikiran yang tidak seluas teman-temannya menatap bingung ke arah Vino. "Berpura-pura gimana?"

Dika mengusap wajahnya kasar. "Lo sadar gak, sih, selama ini Fira sama Mario itu sebenarnya ingin bersama? Tapi sayang, Fira bertingkah seolah-olah membenci, dan Mario bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa mengenai orang tua mereka," jelas Dika.

Andre menganggukan kepalanya. "Selama ini, kalau kalian sadar, sebenarnya Fira selalu menoleh ke belakang setiap kali Mario berada di balik tubuhnya. Dan, kalian sadar, gak? Saat Fira dan Rendi pulang bersama, sebenarnya itu hanya ingin sebuah pembuktian? Gue yakin seratus persen kalau Fira tahu Mario saat itu merasakan sakit,"

Rendi terkekeh. "Gue juga pura-pura aja, sih, pas minta ID LINE si Fira, karena gue sempet kode ke Fira kalau Mario lagi melihat ke arah kita," ucapnya.

Emily semakin bingung dengan ucapan orang-orang di hadapannya.

"Tolong jelasin yang benar. Setahu gua, Fira benci sama Mario karena dia kecewa. Terus kenapa kalian selalu bilang pura-pura mulu dari tadi?" tanya Emily bingung.

Fira tersenyum seraya menepuk bahu Emily. Fira sedikit memutar tubuhnya ke samping, ke arah Ana, Shinta, dan Emily. "Dengar ya ...," Fira menarik napas terlebih dahulu sebelum menjelaskan semuanya. "Selama ini gue gak benci sama Mario, gue emang kesal, marah, tapi gue gak bisa benci sama dia, karena apa? Gue masih sayang sama Mario. Dan, benar kata Dika, Mario berusaha melupakan masalah orangtua kita, dan dia sibuk berusaha menjelaskan apa yang salah ke gue. Dan gue? Gue selalu membutuhkan waktu untuk menyadari ini semua bukan kesalahan Mario," ucap Fira.

Fira melirik sedikit ke arah Rendi dan Mario secara bergantian lalu kembali menghadap ke temannya. "Saat gue pulang bareng Rendi, tepat saat gue turun dari motor, Rendi bilang kalau ada Mario di balik pohon. Rendi seolah memang sengaja kalau dia ingin manas-manasin Mario, gue tahu itu makanya gue diem, tapi gue menghindar kok pas Rendi ngusap kepala gue ... terus masalah ID LINE, si Rendi emang gak punya LINE gue, dan itu sengaja juga, sih, menurut gue," Fira tersenyum menoleh ke arah Mario.

"Lo tahu kalau Mario sakit hati?" tanya Emily.

Fira mengangguk. "Gue tahu, pas gue masuk gerbang, gue duduk di teras atas, Em. Gue denger semua percakapan kalian, dan saat itu gue paham, Mario gak pura-pura sama perasaannya," ucap Fira.

"Lo tahu dari mana kalau Rendi sengaja manas-manasin gue?" tanya Mario sedikit meninggikan suaranya.

Rendi tertawa sembari menepuk bahu Mario. "Santai, Bro. Pas sampai rumah, gue langsung chat Fira kalau tadi gue hanya pura-pura, supaya hati lo panas," ucapnya sembari memberikan senyum yang sangat manis menurut Fira.

Mario menganggukan kepalanya mengerti. Devan menepuk bahu Rendi sebentar lalu menatapnya penuh selidik.

"Terus kalau lo cuma ingin manas-manasin Mario doang, kenapa lo nyuruh gue ngawasin mereka seolah-olah lo itu ingin jadi penghalang hubungan mereka. Dan masalah album, kenapa lo sampai semarah itu saat gue buka?"

"Album apa?" sela Emily.

Rendi mengangguk dan menoleh ke arah Devan yang duduk di sampingnya. "Selama ini gue emang mau mereka berjauhan, tapi gue tahu mereka udah jauh karena sesuatu aja itu udah buat gue senang. Dan, alasan gue untuk ngawasin si Mario sama Fira itu karena si kunyuk satu ini, nih," tunjuk Rendi ke arah Vino. "Dia mau tahu perkembangan si Mario, Fira."

Devan menatap 'tak percaya ke arah Vino dan Rendi. Mereka melakukan berbagai macam rencana dan aksi yang benar-benar tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Devan. 'Tak hanya Devan yang bingung, tapi semuanya, tentu saja kecuali Rendi dan Vino.

"Oh iya, masalah album, itu menurut gue sangatlah privasi dan lo tahu sendiri, gue gak suka privasi gue diganggu. Kalau masalah gue ngancem mau bunuh hewan itu cuman bercanda kali, lo-nya aja yang terlalu dibawa serius. Ya kali, gue bunuh kucing kesayangan Adik gue, terus bunuh burung-burung yang gue cari sama Papa. Ada-ada aja lo ah, sejak kapak emang gue sejahat itu?" ucap Rendi tersenyum sinis.

Devan menggaruk tengkuknya beberapa saat. "Gue tahu selama ini lo baik, tapi ekspresi lo itu benar-benar mirip sama pedofil, Bang."

Rendi hanya tertawa lebar sampai membuat matanya terlihat mengecil. "Gue udah bilang, 'kan? Diperjanjian gue sama Mario, siapapun yang kalah harus merelakan Fira kepada yang menang? Tapi ternyata Fira gak gampang gue deketin, jadi sekarang ... secara resmi gue bilang kalau perjanjian itu dibatalkan," ucap Rendi yang mampu membuat Emily semakin bingung.

"Perjanjian apa?" tanya Emily.

Fira menoleh ke arah Emily dan tersenyum. "Lo inget tentang taruhan antara Mario sama Rendi beberapa tahun lalu? Nah, gue sebagai bahan taruhan mereka,"

Andai saja saat itu Ana dan Emily sedang meminum air, sudah dapat dipastikan mereka akan tersedak. Fakta lainnya mulai terungkap, fakta yang belum pernah mereka duga sebelumnya.

"Kak?" Shinta mengintrupsi.

"Iya?"

Shinta melihat Mario untuk beberapa detik. "Dari mana kalian tahu kalau pelaku sebenarnya adalah Om Martin? Setahu aku, Om Martin itu baik banget sama Kak Fira,"

Fira tersenyum tipis. "Om Martin baik sama gue karena mau mengambil perhatian Bunda," jawab Fira.

Vino tertawa sembari membuat coretan kembali di atas kertas tadi. "Pertama ... surat yang Mario terima selalu gue kasih kode buka kurung M tutup kurung. Itu adalah cara gue nunjukin kalau pelakunya adalah Om Martin, dan kalau kalian tanya dari mana gue tahu ...," Vino melirik sebentar ke arah Mario. "... Gue pernah ditawarin kerja sama dengan Om Martin," lanjutnya.

Fira bersandar ke bahu Emily untuk beberapa saat. "Pembahasan ini terlalu melelahkan, langsung ke rencana aja deh," ucapnya.

Vino dan Dika menggeleng secara bersamaan. "Enggak bisa, semua harus dijelaskan terlebih dahulu biar gak ada salah paham," ucap Vino.

Mario yang sejak tadi diam akhirnya membuka mulutnya untuk menanggapi obrolan yang sangat membingungkan. "Sekarang, kita harus apa? Ikutin alurnya?"

Vino mengangguk. "Ya! Kita harus ikuti alurnya sampai Papa lu, gak sadar kalau ia sedang dipermainkan oleh kita." Vino terkekeh. "Mafir Zone adalah nama permainan ini," lanjutnya.

Andre menggerakkan jarinya seperti mengetuk-ngetuk lututnya. "Ana sama Shinta kenapa diajak?" tanyanya.

"Karena mereka bisa membantu kita, mereka bukan murid sekolah kita, dan kebetulan Ana sekolah di SMA Bakti Nusa, terus Shinta dekat sama Om Martin," jawab Vino.

Jawaban yang masuk akal.

"Kenapa Om Martin memperkosa Tante Endang?" tanya Rendi.

Vino memukul sedikit lengan Rendi. "Mulut!" ucapnya sebal.

"Santai," jawab Mario.

Rendi menaikkan alisnya meminta jawaban.

Mario mengembuskan napas bersiap ingin menjawab tapi Fira lebih dulu menjawabnya. "Kisah cinta orang tua," jawab Fira.

Fira diam sejenak menunggu reaksi Mario, Mario hanya diam seolah membiarkan Fira untuk melanjutkan kalimatnya. Fira membuang muka beberapa detik lalu menegakkan tubuhnya.

"Om Martin mengira almarhumah Tante Olin masih mencintai Ayah gue, Ayah gue ...." Fira menggantungkan ucapannya seolah lidahnya kelu untuk berbicara.

"Mama gue memang masih cinta sama Om Lintang sampai kita menduduki bangku SD, tapi setelah gue masuk SMP, Mama gue bilang ke gue, kalau beliau mencintai Papa gue sepenuhnya tepat saat beberapa jam sebelum Mama meninggal. Setelah Mama gue meninggal, Papa gue selalu nemuin balasan surat dari Om Lintang. Mungkin semenjak itulah dia ingin gue sama Fira gak seharusnya dekat," jelas Mario yang sangat disimak oleh teman-temannya.

Fira menarik napas lalu membuangnya. Masa lalu yang berusaha ia kubur dalam-dalam kembali harus terbuka lagi. Seolah takdir menyuruh Fira untuk tidak melupakan semuanya.

"Ayah gue merespon semua surat Tante Olin, dari sanalah, Om Martin ngira kalau Ayah gue salah," jawab Fira.

Vino merentangkan tangannya ke depan seolah menyuruh Fira dan Mario untuk tidak melanjutkan cerita mereka.

"Tunggu-tunggu, kalau lu tahu tentang ini, kenapa lo minta penjelasan sama gue dan kenapa Mario nyuruh gue buat jelasin ke lo?" ucap Vino.

Mario dan Fira saling melirik satu sama lain.

"Kalau masalah Om Martin yang bersalah, gue selama ini hanya berpendapat aja, gue gak punya bukti apa-apa untuk mengatakan Om Martin bersalah atas kasus gue sama Mario, dan selama ini gue sama Mario sama-sama mengubur tentang masa lalu kita yang satu itu. Dan menurut gue berpura-pura gak tahu itu adalah cara yang terbaik," ucap Fira lalu menunduk seolah ia bersalah.

Mario tersenyum. "Sebenernya gue cuma mau lo jelasin mengenai kata you're mine, dan tentang surat yang lo ganti. Gue gak nyangka lo malah ngasih tahu pelaku sebenarnya," Mario terkekeh beberapa saat.

Shinta bergerak maju sehingga kakinya bersentuhan dengan Andre. "Jadi, selama ini kalian menyimpan rahasia itu seorang diri?"

Mario dan Fira mengangguk.

"Durasi, woi!" ucap Dika tiba-tiba dengan suara yang tidak pelan. Ia berhasil mengejutkan orang-orang di sekelilingnya.

"Oke, karena hari sudah semakin malam, gue bakal jelasin tentang Mafir Zone," ucap Vino ingin mengakhiri penjelasan yang sangat memakan waktu.

"Mafir Zone hanyalah sebutan untuk area Mario dan Fira. Jadi, mulai saat ini, kita harus berada di antara Mario dan Fira di manapun mereka berada. Harus ada beberapa dari kita yang terlihat di sana. Gak peduli di area sekolah, area rumah, atau di tempat lain," Vino menjelaskan maksud dari Mafir Islands itu sendiri.

"Kita semua harus berusaha berpura-pura--"

"Berpura-pura untuk?"

"Anggap aja kita berpura-pura untuk menarik para orang yang terlibat dengan Om Martin keluar dari persembunyiannya,"

Semua mengangguk paham dengan penjelasan yang diberikan oleh Vino. Vino kembali melanjutkan menjelaskan tata cara melakukan permainan ini.

"Syaratnya kita harus berpura-pura. Tujuan Mafir Zone adalah ...." Vino mulai menggerakkan penanya di atas kertas. Ia kembali membuat poin-poin penting.

1. Membuat Nabila, Inayah, dan Ellen merasa terpojok dengan kehadiran MZ TEAM.
2. Membuat orang yang terlibat keluar, mereka berada di sekeliling kita, memperhatikan kita. Entah berapa orang.
3. Kita harus membuat Om Martin percaya bahwa Mario dan Fira sudah jauh.
4. Berusaha membuat Nabila, Inayah, Ellen jujur.
5. Memberikan Om Martin hukuman yang setimpa dengan apa yang sudah ia lakukan.
6. Menyudahi segala kesalahpahaman.

Vino menegakkan tubuhnya lalu menatap secara keseluruhan. Menyelidiki mereka satu per-satu. "Paham?" semua yang mendengar akhirnya mengangguk.

Yang harus kita lakukan :

1. Mafir harus terlihat sudah berjauhan, tidak saling peduli, tidak saling mengenal, tidak saling ingin tahu.
2. Semua harus terlihat sedih karena Mafir sudah tidak dekat seperti dulu.
3. Membuat drama :
- Andre dan Inayah
- Vino dan Emily
- Dika dan Fira
- Mario dan Nabila

"Kenapa gue sama Nabila? Fira sama Dika?" sarkas Mario dengan suara cukup kencang.

"Seperti yang gue tulis, ini drama. Andre bertugas untuk membuat Inayah keluar dari ruang lingkup Om Martin. Gue, Dika, hanya berusaha untuk membuat semuanya seolah natural. Anggap saja, Emily jadian sama gue karena dia tahu Andre jadian sama Inayah. Dan Dika, alasannya sama, tapi di sini tugasnya Dika adalah menjaga Fira dari ancaman-ancaman Om Martin sewaktu-waktu. Jadi seolah-olah Fira benar-benar move on dari lo makanya jadian sama Dika," jelas Vino.

Semua membutuhkan waktu untuk mencerna maksud dari drama buatan Vino.

"Kenapa harus Dika? Kenapa gak dibuat si Fira galau aja? Tetap sendiri." Mario mengucapkannya penuh emosi.

Vino berusaha tenang. "Kalau Dika sama Inayah, Tata gue jamin seratus persen akan marah sama Dika. Lo juga harus hargai perasaan Tata. Terus, kalau Fira dibuat tetap sendiri, gak move on dari lo, udah gue duga kalau Om Martin bakal terus teror Fira agar Fira melupakan lo, Mar," ucap Vino.

Mario menghela napas, yang Vino ucapkan ada benarnya. Biar bagaimanapun ada Tata di hati Dika, dan dia harus menghargai perasaan Tata -- siswi XI-IPS 2---.

"Oke gue lanjut, tugas Mario di sini hanya mengikuti perintah Om Martin, lo boleh cuek sama Nabila sesuai kemauan lo. Lo harus menuruti dan mengikuti perintah Om Martin,"

Fira hampir saja ingin membantah sebelum mendengar penjelasan Vino berikutnya.

"Semua tergantung kalian dalam mendalami peran kalian, kalau kalian bisa menjaga hati kalian gue yakin gak ada yang sakit hati nantinya. Tapi kalau sampai kalian bermain dengan perasaan maka kalian harus siap terluka. Ini resiko bagi kalian yang saling menyukai,"

Fira mengangguk. "Mulai sekarang, kita harus berpura-pura tidak terluka."

Semua begitu abu-abu.
Kita tidak dapat melihat hasil apa yang akan kita dapat nantinya. Tapi, satu yang kita yakini.
Kebenaran akan selalu membawa perdamaian.

☀☀☀

Huaaa😢😢 gimana menurut kalian bab ini? Untuk pertama kalinya aku buat satu bab yang isinya cukup banyak percakapan:')


20 Desember 2017
16 Februari 2018
-Fan-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top