38|| Ayah ☀
Ayah ... aku paham, bentuk sayangmu tidak dapat aku bandingkan dengan orang lain. Aku tahu, kamu mempunyai cara lain untuk menunjukkan kasih sayangmu.
Maafkan aku, bila selama ini aku meragukan kasih sayangmu.
Tapi aku mohon, jangan membuat kisahku menjadi rumit karena tidak ada izinmu.
-maaf aku banyak menuntut-
🌹🌹🌹
"Om ... tolong maafkan, Papa,"
Lintang membawa Mario ke dalam pelukannya. Lintang tidak menyangka anak pertamanya sering terluka karena perlakuan Martin, sahabat masa SMA-nya. Lintang ingin marah, tapi Lintang tahu Martin terluka.
Mario memeluk Lintang erat, menumpahkan segala kesedihan yang ia rasakan di dada bidang Lintang. Mario merasa bersalah dengan semua yang telah Martin lakukan kepada Fira. Mario bahkan rela jika dirinya menggantikan posisi Fira.
"Rio, baru tahu kalau Papa ... yang nabrak Fira, dua tahun lalu," Mario bergumam di sela-sela tangisnya, masih dipelukan Lintang.
Lintang mengelus punggung Mario, mengucapkan sederet kata yang sama sekali tidak Mario dengarkan.
"Om ... Maafin, Papa, Om," hanya kalimat-kalimat permohonan maaflah yang selalu dilontarkan oleh Mario.
"Seharusnya Fira gak usah kenal Mario, Om,"
Lintang tidak menyalahkan Mario yang dekat dengan putrinya, sama sekali tidak.
"Maafkan, Mario, yang selalu membuat Fira menangis,"
Lintang tidak tahu harus membalas apa setiap ucapan Mario. Baginya Mario adalah putra yang tegar, tapi mampu menangis hanya karena merasa bersalah. Lintang hanya mampu membalas pelukan Mario, menguatkan Mario dan membiarkan Mario dengan kesakitannya.
"Papa kamu terlalu sayang sama kamu, Mar. Jangan pernah salah artikan kasih sayang seorang ayah walaupun terkadang caranya salah. Kita, kaum adam, mempunyai banyak cara untuk menunjukkan rasa sayangnya. Sama seperti kamu yang selalu menjaga Fira dari jauh. Memberikan Fira waktu untuk mengerti kamu, tanpa harus kamu meninggalkan dia." ucap Lintang.
Mario mengangguk.
"Om, Papa terlalu jahat sama Fira, Om,"
"Papa kamu, sayang kamu, dia hanya ingin putra-nya bahagia dengan orang yang menurutnya pantas. Om tahu, usia kalian masih terlalu muda untuk merasakan hal seperti ini. Tapi, percayalah ... orangtua selalu menginginkan yang terbaik,"
"Ayah ...."
Lintang dan Mario sama-sama menoleh ke sumber suara. Mario yang melihat Fira berdiri di ujung anak tangga dengan wajah yang berlinang air mata memilih untuk melepas pelukannya dengan Lintang, lalu berpamitan.
"Om, saya pulang dulu,"
Fira berlari ke arah Mario yang sudah melangkah menjauhi Lintang.
Fira berdiri tepat di belakang punggung Mario. "Mar ...."
Mario menoleh ke belakang dan menghentikan langkahnya.
Fira menggigit bibir bawahnya, ia bingung harus berkata apa. Melihat mata Mario yang memerah dan masih terlihat air di ujung matanya mampu membuat Fira membisu dan tersadar. Mario sedang terluka.
"Terima kasih," ucap Fira pelan.
Mario mengangguk lalu memutar arah tubuhnya. Mario mengacak rambut Fira pelan lalu memutar bahu Fira agar menghadap sang Ayah.
"Peluk Ayah lu aja, jangan peluk gue," ucap Mario.
Fira mengangguk lalu berlari memeluk sang Ayah. Isak tangis Fira semakin terdengar begitu Mario kembali membalikkan tubuhnya dan melangkah ke luar rumah Fira.
"Jangan pernah marah dengan Papa-mu," ucap Lintang sebelum Mario menutup pintu.
Mario menganggukkan kepalanya sedikit sampai akhirnya ia benar-benar menutup pintu. Fira masih di posisi yang sama, memeluk Lintang.
"Kamu kenapa nangis?" tanya Lintang bingung.
Lintang sebenarnya tidak paham masalah yang terlibat antara Mario dan Fira sampai Martin tega membuat hati putri-nya murung sekian lama. Lintang pikir memberikan waktu untuk Fira, bukanlah hal yang salah. Tapi sekarang ia sadar, yang Fira butuhkan bukanlah waktu melainkan kehadiran. Kehadiran seseorang yang selalu Fira tunggu.
Fira melepas pelukannya dari tubuh Lintang, Fira mengulas senyum tipis sebelum akhirnya dia berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
☀☀☀
Zhafiraaa
Gmn keadaan papa l?
Mario menghela napas sebentar melihat pesan yang dikirim oleh Fira. Sepulangnya Mario dari rumah Fira, Mario memang langsung menemui Martin di kamarnya. Meminta beberapa penjelasan tentang masa lalu, sekarang dan nanti.
Mario rmdhn
Papa sehat,
Zhafiraaa
Kt ayh, Om Martin skt
Mario rmdhn
Demam biasa,
Zhafiraaa
Kt Vino jntngny kmbh
Mario rmdhn
Tdr, udh mlm.
Zhafiraaa
Maaf ya
Mario rmdhn
Gw yg slh
Zhafiraaa
Gue di depan rumah lo:')
Mario terkejut begitu membaca pesan terakhir dari Fira. Mario melirik sejenak ke arah Martin yang sudah tertidur pulas di atas ranjang. Mario berdiri dari sisi ranjang Papa-nya, berjalan ke arah jendela melihat ke bawah memastikan keberadaan Fira.
Mario mengulas senyum tipis melihat Fira berdiri di depan gerbang rumahnya. Fira tidak pernah main-main dengan ucapannya.
Mario berjalan secara perlahan hendak meninggalkan Martin yang masih memejamkan matanya, namun saat Mario ingin membuka pintu kamar Martin, Martib lebih dulu membuka suara.
"Jangan temui dia," ucap Martin parau.
Mario mengacak rambutnya frustasi. "Pa, Fira ada di depan, Mario harus ketemu dia," jawab Mario tanpa menoleh ke belakang.
"Biarkan dia,"
Mario menoleh ke belakang dan berjalan menghampiri sang Papa. "Pa, tolong mengerti Mario sekali aja, Mario ingin menemui Fira, Pa."
"Dan membiarkan Papa sendirian?"
Mario mendesah kemudian menunduk. "Sebentar, Pa,"
Martin membuka matanya perlahan dan memperhatikan raut wajah Mario. "Temani Papa, Mario,"
Mario terduduk di samping ranjang Martin. Tangannya menggenggam erat tangan kiri Martin. Mario mengecup lembut tangan Papa-nya.
"Pa, Mario say----"
"Kalau kamu sayang Papa, maka turuti perintah Papa,"
Mario menunduk menatap lantai yang ia duduki. "Iya, Pa," Mario menyerah.
Mario menekan tombol power pada ponselnya lalu mengirimkan pesan singkat kepada Fira melalui aplikasi LINE.
Mario rmdhn
Pulang, Fir.
Zhafiraaa
Oke
Mario tahu, Papa-nya akan menuntut lebih dari ini, mulai sekarang.
☀☀☀
Beberapa jam lalu, di kediaman Lintang Prandrea.
Mario memasuki rumah Lintang begitu Lintang membukakan pintu untuknya. Lintang menyambutnya dengan senyum yang sangat ramah bahkan tatapannya seperti seorang Ayah yang begitu menyayangi anaknya.
Mario langsung memeluk Lintang begitu erat, membiarkan Lintang terdiam untuk beberapa saat.
"Om, Mario kangen Mama," begitulah gumam Mario di dalam pelukan Lintang.
Lintang sempat terkejut mendengar ucapan Mario, ia dapat memastikan nada sedih dari suara Mario. Mario yang ia anggap tegar, cuek, tidak peduli, kini menangis di dalam pelukannya.
"Kamu kenapa?" tanya Lintang pelan-pelan.
Mario melepas pelukannya dari tubuh Lintang.
"Papa sudah keterlaluan, Om. Sudah tiga tahun lamanya, tapi Papa belum berubah, Papa masih setia menyiksa Mario secara halus,"
Lintang merangkul bahu Mario menuntunnya untuk duduk di sofa.
"Cerita sini sama, Om."
Mario mengangguk. "Terima kasih karena Om selalu ada untuk Mario, Om bagaikan Ayah untuk Mario," Mario menunduk memainkan jari-jarinya.
Mario memang terkadang terlihat seperti anak kecil ketika ia merasa sedih, Lintang tidak heran dengan sikap Mario. Karena sudah sejak lama Mario menemui Lintang hanya karena satu alasan, Mario rindu Papa.
Terkadang Mario menangis sembari memeluk bingkai foto Mama-nya sembari bercerita sesuatu kepada Lintang. Tentu saja itu semua dilakukan tanpa adanya Fira.
Mario yang sebenarnya sangatlah lemah.
"Papa, masih mengira Mama masih menyayangi, Om. Papa membalasnya kesakitan hatinya ke Fira, Om,"
Lintang mengembuskan napas perlahan, mengusap bahu Mario berulang kali.
"Mario sayang Fira, dan Papa sayang Mama. Kita sama-sama menyayangi satu wanita, begitu Papa berpikir Mama masih menyayangi Om, Papa ingin menjauhkan Fira dari Mario dengan berbagai macam cara."
"Berbagai macam cara?" ulang Lintang yang mulai bingung.
"Papa, membayar orang untuk menciptakan segala kesalahpahaman antara Fira dan Mario agar Fira sakit hati karena Mario dan meninggalkan Mario. Setelah itu, Papa merasa puas karena Mario dan Fira menjadi jauh, tapi---" Mario menghentikan sejenak ucapannya.
Menarik napas lalu membuangnya perlahan.
"Saat Papa tahu Mario masih mengejar Fira, Papa diam-diam mengawasi dan kembali berusaha menciptakan jarak antara Fira dan Mario,"
Mario menunduk dan bahunya bergetar, kedua tangannya menyentuh lutut kakinya sendiri. "Mario capek, Om,"
"Fira terlalu mirip sama Mama, Mario sayang Fira layaknya Mario menyayangi Mama,"
Lintang mengusap sudut matanya yang ternyata mengeluarkan air mata, Lintang terharu beberapa detik begitu mendengar segala penuturan Mario.
"Mario harus menjauhi Fira, semua demi kebaikan Fira, Om. Tolong maafkan, Papa, ya, Om?"
Lintang mengusap air matanya yang lagi-lagi membasahi sudut matanya. Lintang mulai memikirkan hal-hal apa saja yang mungkin akan Martin lakukan untuk membuat putri-nya bersedih?
Jika jarak yang Mario ciptakan adalah perintah Martin, maka Lintang paham perasaan Mario dan Fira. Mereka akan sama-sama merasa sakit hati yang teramat luar biasa. Dulu beberapa tahun lalu, Mario, Andre, Dika, Fira dan Emily adalah sekelompok remaja yang begitu bahagia. Sampai akhirnya semua berubah, tepat saat Fira merasakan kesakitan yang begitu dalam di hatinya.
Saat Fira merasa tidak dibutuhkan dalam keluarga. Lintang pernah merasakan saat anak pertamanya berjuang demi mendapatkan kepercayaan dirinya kembali. Lintang pernah melihat seberapa Fira berusaha tegar menghadapi segala cobaan yang ia alami di usianya yang terbilang sangat muda untuk merasakan dijauhi keluarga.
Lintang menunduk mencium kening putrinya yang sudah terlelap sejak tadi. Air matanya terus membasahi pipi dan tanpa sadar air mata Lintang jatuh tepat di atas mata Fira yang terpejam.
Yang membuat Lintang terkejut berikutnya adalah saat Firaikut meneteskan air matanya dan membuka matanya. Lintang langsung berbalik badan dan menghapus jejak air matanya. Sekiranya sudah tidak ada lagi air mata di pipinya, Lintang langsung duduk di sisi ranjang Fira.
"Ayah, kenapa nangis?" tanya Fira lembut.
Lintang tersenyum lalu mengelus rambut Fira yang tergerai. "Kamu sendiri kenapa nangis?"
"Yah ... Om Martin sayang banget, ya, sama Tante Olin?"
Lintang mengangguk. "Iya, Tante Olin itu cinta pertamanya Om Martin," jawab Lintang.
Fira bangkit duduk dan bersandar di kepala ranjang. "Kalau Ayah tahu, Tante Olin adalah cinta pertama Om Martin, kenapa Ayah membuat Tante Olin mencintai Ayah?" Fira mengucapkannya sembari menangis.
Lintang menarik tubuh Fira ke dalam pelukannya. Lintang tidak mampu mengucapkan apa-apa untuk menjelaskan semuanya kepada Fira. Lintang ingin Fira mengeluarkan unek-uneknya terlebih dahulu.
"Fira sama Mario, gak bisa dekat kayak dulu, ya, Yah?" pertanyaan Fira mampu membuat Lintang menggeleng-gelengkan kepalanya.
Endang melihat suami dan putrinya duduk saling memeluk satu sama lain dari balik pintu kamar Fira. Hatinya tersentuh melihat Fira yang terlihat begitu sedih.
"Ayah, Fira gak cocok ya, jadi teman Mario?'
Fira terus menangis dalam pelukan Lintang, sampai tanpa sadar tangannya memukul dada bidang Lintang. "Yah! Kenapa Ayah harus dekat sama Tante Olin, sih! Fira juga mau punya teman yang sayang sama Fira, Yah!" Fira mengucapkannya penuh kesal.
Lintang mengelus rambut Fira lembut, hatinya bagaikan teriris oleh ratusan posau hanya karena mendengar kekesalan Fira kepada dirinya.
"Ayah, jahat! Fira salah apa sama Ayah sampai Fira mendapatkan hukuman seperti ini?! Ayah yang salah! Bukan FIRA! Kenapa Fira yang menanggung kesalahan AYAH!!" Fira semakin meninggikan suara tangisnya.
Untuk pertama kalinya Fira menangis di pelukan sang Ayah. Fira mendorong tubuh Lintang lalu memundurkan tubuhnya sedikit.
"Fira gak suka sama Ayah! Karna Ayah, Fira jadi jauh dari sahabat-sahabat Fira yang sayang sama Fira!"
Lintang mengusap wajahnya kasar. "Maafin Ayah, Fira ...."
"Ayah, Fira mohon keluar, Yah,"
Endang yang sudah tidak sanggup melihat Fira yang menumpahkan kekesalannya kepada Lintang lantas memilih untuk masuk ke dalam kamar Fira.
"Udah Ayah keluar aja dulu," ucap Endang berusaha menenangkan suasana.
Lintang mengangguk lalu melangkah keluar kamar Fira. Selepas kepergian Lintang, Fira langsung melompat dari kasur memeluk Endang masih dengan tangisan yang begitu memilukan.
"Teman Fira menjauhi Fira semua, Bun!"
Selanjutnya hanya terdengar isak tangis mereka berdua. Isak tangis yang terdengar begitu memilukan dan menyakitkan. Fira merasa sakit karena sang Ayah ia harus dijauhi oleh sahabatnya, Endang merasa sakit karena mengetahui Fira sangat terluka karena masa lalu Martin, Lintang dan Oli, masalah yang bahkan sudah ia lupakan.
Tentang rumitnya masa remaja.
☀☀☀
Maaf atas keterlambatan updatenya😉
18 Desember 2017
15 Februari 2018
-Fan-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top