33 || Melihat Keakraban Mereka ☀
Jika memang kamu memilihnya, aku akan berusaha merelakan secara perlahan.
🌹🌹🌹
Fira tertawa puas mendengar guyonan Dika dan kepolosan Emily sepanjang jalan menuju sekolah. Tadi pagi-pagi sekali Vino dan Dika sudah tiba di rumah Fira, mengajak Fira dan Emily untuk berangkat sekolah bersama. Tidak ada penolakan yang Fira lakukan karena bersama mereka ia akan lebih baik.
Fira tertawa setiap kali Dika mengeluarkan tebak-tebakan andalannya.
"Nih, ya, tebak nih, tebak." ucap Dika heboh seraya memutar tubuhnya ke samping dan menoleh ke arah Emily dan Fira yang duduk di kursi penumpang.
"Buru, Dik. Lama banget lo," kesal Emily.
"Putih-putih muterin masjid, apa hayo?" tanya Dika serius.
Fira, Emily dan Vino memutar otak untuk menjawab tebak-tebakan yang Dika berikan.
"Gue enggak ikutan jawab, ya, 'kan gue lagi nyetir, nanti kalau ada apa-apa gimana?" ucap Vino masih fokus menatap ke depan.
Emily memukul pelan lengan Vino dari samping. "Halah, ngeles aja lo, bilang aja lo nyerah," tebak Emily.
Vino hanya menampilkan senyum kudanya, lalu menoleh ke arah Emily. "Hehehe.... Tau aja sih,"
Fira menoleh ke samping, menatap kemacetan ibukota di hari Senin. Tiga hari berlalu begitu cepat, tidak ada yang berbeda dari Fira sebelumnya. Pagi bangun, sarapan, berangkat sekolah, ke kantin, lalu pulang kembali ke rumah.
Sedangkan di hari libur, Fira menghabiskan waktunya seharian di kamar. Menyibukkan diri dengan segala aktivitas yang dapat ia kerjakan. Vino, Dika, Andre dan Emily selalu datang ke rumah Fira secara bergantian.
Fira merasa senang bahwa orang-orang yang sempat ia jauhi masih peduli padanya, terutama Andre dan Dika. Emily yang biasanya hanya diam menonton di TV di kamar Fira, kemarin ia bercerita panjang lebar, berusaha membuat Fira tidak melamun.
Bagi Fira tidak ada bedanya jika dia ceria di pagi sampai sore hari, jika pada kenyataannya di malam hari ia terus mengingat Mario. Semua sama, Fira tidak rela.
"Yaelah, malah bengong. Buruan Fir, jawab, tahu gak?" tegur Dika dengan suara cukup kencang.
Fira mendadak menoleh ke depan, ke jok yang diduduki Dika. "Kelinci cari makan," jawabnya cepat.
Fira tidak ingin Dika mengetahui bahwa ia sempat mengingat Mario beberapa saat lalu.
"Salah,"
Fokus, Fira. Sekarang saatnya lu yang mengejar dia dan benar-benar melupakan masa lalu. Jangan pedulikan ucapan 'Cewek kodratnya menunggu'. Karena pada kenyataannya menunggu bukanlah pilihan yang baik.
Semoga dia mau diperjuangkan.
"Terus?" tanya Emily.
"Pak Haji lagi nyari sendalnya yang hilang!"
Fira mengangkat bahu tidak tertarik lagi dengan tebak-tebakan Dika. Emily tertawa pelan.
"Ampun dah, ada-ada aja,"
Dika belum menyadari Fira hari ini lebih murung dari biasanya.
"Bener 'kan gue? Pak Haji habis salat nyari sendalnya yang hilang keliling masjid," ucap Dika.
Vino tertawa hambar. "HAHAHA LUCU DIK, LUCU!"
Dika menunduk seolah-olah ia kecewa tapi beberapa detik kemudian ia mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar.
"Gue tahu Vin, gue lucu, enggak usah kencang-kencang kali ngomongnya," ucap Dika masih dengan senyum lebar.
Emily bertingkah seolah-olah ia sedang mual dan ingin muntah. "Huek, najis geli gue, Dik!"
Vino berdeham lalu melirik Fira yang sedang menyandarkan pelipis di kaca mobil. Emily yang melihat pantulan wajah Vino langsung menoleh ke kiri, ke arah Fira duduk.
"Fir,"
Fira tetap diam menatap gerbang sekolah yang terbuka. Vino memarkirkan mobil di tempat yang kosong. Fira mendengar suara kunci pintu yang terbuka langsung memilih keluar mengabaikan suara Dika dan Emily yang menyerukan namanya.
Fira berdiri di samping pintu mobil, setelah ia keluar, Fira melihat Nabila dan Mario yang baru saja tiba di sekolah. Fira membanting pintu mobil sehingga berhasil membuat yang di dalam mobil dan juga di sekitar parkiran terkejut.
Fira menahan napas sejenak lalu melangkah cepat meninggalkan area parkir SMA Taraka.
☀☀☀
Saat upacara bendera berlangsung, Fira meminta izin kepada guru penjaga di belakang barisan untuk ke kamar mandi. Dan tanpa Fira duga ternyata di dalam kamar mandi ada Nabila.
Fira ingin melangkah keluar tapi keadaan mendesak ia harus segera masuk dan mengeluarkan apa yang sudah ia tahan sejak tadi. Dengan sangat terpaksa ia harus melangkah masuk ke salah satu bilik kosong, mengabaikan Nabila yang sedang berdiri di hadapan cermin besar.
"Jadi, sekarang lu melepas Mario buat gue?" ucap Nabila di depan bilik yang Fira masuki.
"Oh ya, gue dengar-dengar banyak shipper Mario-Fira di SMA Taraka. Gimana ya, kalau mereka tahu bahwa Fira yang mereka puji karena sifatnya yang sangat mandiri, cuek dan begitu tegas ternyata pernah dijadikan bahan taruhan sama Mario, orang yang dikagumi satu sekolah." ucap Nabila dengan nada menantang.
"Gue heran, kenapa ada aja ya orang yang shipper lo sama Mario, padahal jelas-jelas lo itu enggak pantas untuk Mario. Lo terlalu murahan makanya sampai dijadikan bahan tar--"
Brak!
Fira membuka pintu kamar mandi lalu membantingnya kuat-kuat hingga menciptakan suara benturan yang cukup keras.
"Lo yang murahan! Lo membayar fotografer untuk memaksa Mario ikut dalam sesi foto murahan lo itu! Lo yang murahan, Nab! Lo menghalalkan berbagai macam cara untuk menjauhkan gue sama Mario! Dan tentang taruhan, Mario hanya melindungi gue, and i know it." ucap Fira dengan napas tersenggal-senggal.
Nabila bertepuk tangan sembari berjalan mengitari Fira yang sedang mengatur napasnya. "Kita lihat, sejauh mana lu tahu tentang gue?" ucap Nabila berhenti di depan Fira dan mengangkat dagu Fira dengan telunjuknya.
Fira menepis kasar tangan Nabila dari dagunya. Dan saat itu juga sepasang mata sedang memperhatikan semuanya dari ambang pintu.
Mario dengan wajah datarnya berdiri di sana.
"Ke ruang BP sekarang!" ucap Mario.
Fira menunduk, tidak sanggup melihat Nabila yang sedang bergelayut manja di lengan Mario sembari terus berbohong.
"Mar, lihat deh, masa tangan aku ditepis sama Kak Fira sampai merah gini, padahal aku cuma bilang, kalau shipper MaFir pindah ke shipper RiNa, gimana? Eh dia marah gitu, Mar," ucap Nabila yang tentu saja berbohong.
Fira menunduk mulai merapalkan do'a dalam hati berharap Mario tidak percaya. Jelas Mario akan tahu apa yang sebenarnya terjadi, Mario sangat mengenali Fira yang memegang prinsip, 'My Attitude is based on how you treat me'.
Tapi sayang, harapan Fira sirna begitu saja saat mendengar kalimat Mario yang tertuju untuk Fira.
"Lain kali jangan main kasar, kalau enggak terima ya, diam saja!" ucapnya dingin.
Fira menegakkan tubuhnya serta mengangkat kepalanya. Mario telah berubah.
"Lo-----"
"Cepat ke ruang BP, kalian dalam masalah," ucap Mario seraya menarik tangan Nabila keluar dari area kamar mandi.
Fira meninju tembok di samping tubuhnya cukup keras sampai menciptakan goresan luka di punggung tangannya. Fira tidak merasa sakit di bagian tangan, yang sakit saat ini adalah hatinya.
"FIRA KELUAR!" teriak Mario dari luar tepat saat Fira ingin mengumpat.
Fira mau tidak mau menurut.
☀☀☀
Sesampainya di ruangan Budi Pekerti (BP), Fira dan Nabila dipersilahkan duduk di kursi yang menghadap langsung ke arah Ms. Yuli. Tidak ada yang memberikan penjelasan mengenai tindakan mereka yang tidak mengikuti upacara dan terlibat percekcokan di kamar mandi. Dan ternyata dentuman keras dari pintu yang dibanting Fira terdengar nyaring sampai ke lapangan.
Nabila menunduk dan memilin ujung roknya berusaha menyembunyikan ketakutannya. Berbeda dengan Fira, Fira justru duduk tegap dan mengusap punggung tangannya di atas meja Ms. Yuli.
"Kamu habis berkelahi?"
Fira mengangkat bahu.
"Fira jawab!"
"Iya." jawab Fira.
Ms. Yuli menggeleng pelan.
"Zhafira yang Ibu kenal jelas tidak akan melakukan sebuah kekerasan kepada seseorang, Fira lebih memilih diam jika ada yang mengusik dirinya." Ms. Yuli berganti menatap Nabila.
"Kamu mengatakan apa kepada Fira sampai Fira membanting pintu kamar mandi begitu keras? Bahkan punggung dari jari-jarinya menjadi terluka seperti ini,"
Nabila tertawa hambar dan mulai berani menatap Ms. Yuli. "Ibu bela Fira hanya karena Fira mempunyai catatan baik di SMA Taraka, Bu ingat, yang baik tidak selalu baik dan yang jahat tidak selalu jahat, Bu," sambar Nabila.
Ms. Yuli mengangguk-anggukkan kepalanya. "Sekarang coba kalian jelaskan masalah kalian,"
Fira mendadak berdiri dan membungkuk hormat. "Hanya kesalahpahaman antara senior dan junior bu, jika ingin menghukum saya, saya akan terima hukuman apapun yang ibu berikan,"
Nabila ikut bangkit berdiri dan sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Ms. Yuli. "Nah, udah Bu, hukum aja si Fira, emang dia yang salah kok, Bu,"
Ms. Yuli berdiri dan tersenyum, tangannya terulur menepuk bahu keduanya secara bersamaan.
"Ibu harap, hukuman kali ini mampu membuat kalian berpikir apa yang sebenarnya salah, dan semoga kejadian ini tidal terulang kembali," ucap Ms. Yuli.
Nabila menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Enggak, Bu, saya enggak mau, saya enggak mau dihukum bareng dia,"
Fira mengangguk lalu tersenyum. "Baik Bu, akan kami lakukan,"
☀☀☀
Di dalam ruang musik yang cukup luas, terdapat dua remaja putri yang sedang menjalankan hukumannya. Hukuman untuk membersihkan ruangan musik yang sebenarnya sudah terjaga kebersihannya. Hanya saja debu-debu tipis masih berada di beberapa tempat tertentu.
Nabila dengan kebawelannya terus mengoceh selama dia duduk di salah satu kursi. Sedangkan Fira sibuk membersihkan debu di rak-rak yang berisikan berbagai macam penghargaan. Mengabaikan ocehan Nabila dan tatapan Mario di luar sana.
"Lo bersihinnya cepetan dong, enggak betah nih, gue di sini, enggak ada AC-nya, kedap udara, kedap suara, males gue. Buru gih, selesain! Mario udah nunggu gue tuh di luar," oceh Nabila.
Musnah kek makhluk kayak lo.
"Kalo mau cepat ya, ikut kerja, kalau enggak mau yaudah duduk diam di sana jangan ngoceh terus kayak knalpot bajaj yang berisiknya minta ampun." kesal Fira.
"Apa lo bilang? Gue kayak knalpot bajaj? Lo kali tuh! Sok-sok'an jarang ngomong padahal mah aslinya banyak omong!"
"Berisik!"
"Ya! Ya! Ya!" jawab Nabila seraya mengibaskan rambutnya.
Mario di luar sana hanya diam memperhatikan semuanya dan membiarkan semua berjalan sebagai mana mestinya. Setidaknya masih ada banyak waktu untuk dia bisa melihat Fira.
Mario memutar-mutar kunci di tangan kanannya. Kunci itu adalah kunci ruang musik. Ms. Yuli yang mempercayakan kunci tersebut kepada Mario dan Mario ditugaskan mengawasi mereka. Mario tersenyum melihat seberapa manis Fira di dalam sana dengan keringat yang membasahi sebagaian wajah dan lehernya.
Dengan sangat diam-diam, Mario mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan ke Fira dari sela-sela jendela nako yang ada disana. Mario membidik satu kali, dan mendapatkan hasil yang sangat ia sukai.
"Sabar, sedikit lagi selesai," gumam Mario seraya memperhatikan foto Fira yang baru saja ia abadikan.
Mario melangkah ke arah pintu dan memasukkan kunci yang ada di tangannya. Nabila yang melihat pintu terbuka langsung berlari ke arah pintu.
Mario menahan tangan Nabila yang ingin keluar dari ruang musik. Nabila pikir ia akan disuruh membantu Fira. Tapi ternyata bukan.
"Ke kelas, hukuman kamu, aku yang kerjain," ucap Mario.
Fira meremas gagang kemoceng di tangannya saat mendengar suara lembut Mario kepada Nabila.
"Awwww, makasih Mario, kamu baik banget deh, tahu aja aku enggak suka bersih-bersih," ucap Nabila.
Mario memaksa untuk menerbitkan satu senyuman kepada Nabila. "Iya dong, udah sana kamu ke kelas," ucap Mario.
Nabila mengangguk lalu melenggang pergi menuju kelasnya seperti apa yang diminta Mario.
Mario memasuki ruang musik semakin dalam dan mendekati Fira. "Duduk." ketus Fira.
Fira semakin menggenggam kuat gagang kemoceng di tangannya. Sama Nabila lembut, sama gue ketus.
Fira diam mengabaikan Mario. Mario ikut diam dan akhirnya memilih untuk membersihkan bagian lain.
Sunyi, senyap, dan sepi, begitulah keadaan ruang musik saat ini. Di dalam sana terdapat Fira dan Mario yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Mereka melakukan aktivitas tersebut dengan mulut terkunci rapat, debaran yang begitu cepat, serta pikiran yang berkecamuk.
Mar, gue kangen.
Tahan, Mar, sedikit lagi semuanya selesai,
☀☀☀
Kangen MaFir hiks😢
7 Desember 2017
11 Februari 2018
-Fan-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top