29|| Fira berpura-pura ☀
Jujur adalah cara terbaik untuk menghilangkan satu beban kita.
🌹🌹🌹
Fira menengadah menatap langit-langit kamarnya. Tatapannya sendu, matanya terdapat lingkaran hitam, dan senyuman sudah berganti dengan garis datar yang menghiasi wajahnya.
"Lo yang pergi atau gue yang pergi?"
Mario mengangguk paham 'tak ingin menyanggah pilihan Fira. "Gue yang pergi, hukum gue sesuka lu, gue tahu, kesalahan yang gue buat sangat menyakiti hati lu,"
Fira berharap Mario menyanggah pilihan tersebut, tapi ternyata Mario menjawab pertanyaan itu. Fira tidak ingin ada jarak lagi. Fira tidak sanggup untuk pura-pura membenci lagi.
"Besok, semua akan berjalan sesuai yang lu mau, kita tidak saling mengenal," gumam Mario.
"Tap---"
"Selamat tinggal, Fir. Maaf sudah menyakiti hati lu begitu dalam, dan maaf gue telat sadarnya," potong Mario lalu melangkah keluar kamar Fira dengan kepala menunduk.
Fira melempar bantalnya ke sembarang arah. Fira kesal dan marah terhadap dirinya sendiri.
"Mar...." lirih Fira mempererat pelukannya pada boneka beruang putih yang Mario berikan beberapa tahun lalu.
Fira lagi-lagi menangis. Menangis dalam diam, pikiran dan batinnya tidak sejalan.
Fira menunduk mencium kepala boneka lalu kembali hanyut mengingat Mario.
Beberapa bulan lalu sebelum semuanya terlihat biasa saja.
Fira berdiri di belakang dinding pembatas, matanya menatap Mario yang terlihat serius memainkan bola basket di tangannya. Fira tahu Mario sedang banyak pikiran.
Hari itu sudah sore, Fira masih diam memperhatikan Mario. Langit mendung mengitari area sekolah, banyak murid yang sudah kembali ke rumah masing-masing. Lapangan sekolah semakin sepi saat hujan deras mengguyur bumi secara mendadak.
Mario masih di sana, duduk di bawah derasnya air hujan, dengan bola basket di pangkuannya.
"Sampai kapan lu berpura-pura, Kak?" tanya Vino di samping Fira.
Fira menggeleng. "Gue enggak tahu, biarkan dia mikir apa yang salah," ucap Fira.
Vino menatap Fira 'tak percaya. "Enggak kasihan sama dia? Tiap hari dia ngejar lu cuma karena ingin menjelaskan apa yang salah, tapi kenapa lu menghindar?"
"Dia selalu bohong, Vin," sarkas Fira cepat.
"Memangnya jawaban apa yang lu mau?"
"Sebuah kejujuran," jawab Fira.
Vino memegang bahu Fira lalu diremas pelan. "Hati lu juga butuh sebuah kejujuran, jangan terus berbohong dan berpura-pura, Kak. Allah tidak pernah berpura-pura dalam menyayangi umatnya,"
Fira mengangguk. "Gue tahu, tapi gue mau dia jujur, Vin,"
Vino melepas tangannya dari bahu Fira. "Yaudah, sekarang, beri dia kesempatan untuk kembali dekat sama lu. Lupain sejenak masalah ini, biarkan dia jujur dengan sendirinya," tegas Vino.
Rendi di belakang mereka hanya mampu mengulas senyum tipis lalu melangkah mendekati Kakak-Adik yang berdiri di depan kelasnya.
"Menurut gue, Fira enggak salah kok menjauhi Mario. Ya, karena memang Mario salah, ini hukuman untuknya karena terus memfitnah dan berbohong." ucap Rendi membuat Fira dan Vino menoleh ke belakang.
"Lo juga salah!" bentak Fira.
"Setidaknya gue mengakui kesalahan gue, enggak seperti Mario, pembohong." ucap Rendi.
Vino tidak mampu menyangkal ucapan Rendi. Semua yang Rendi katakan ada benarnya, tapi Vino tidak ingin Fira terus membohongi perasaannya.
"Kak, lu juga pembohong. Hati lu sayang sama Mario, tapi selalu dipaksa untuk membenci dia," ucap Vino.
Fira diam, ia memilih untuk mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang yang sangat membantu Fira.
"Dre, bisa ke sekolah?"
"...."
"Sekarang!"
"...."
"Tolong, Dre!"
"...."
"GPL!"
Fira mematikan sambungan teleponnya lalu melangkah meninggalkan Vino dan Rendi yang menatap Fira bingung.
"Andre?" tebak Rendi.
Vino mengangguk. "Iya lah, siapa lagi,"
Fira menangis semakin dalam mengingat ucapan Vino. Dirinya juga pembohong, ia sayang namun bertingkah seolah membenci.
"Mar, gue sayang sama lu," lirih Fira di sela-sela tangisnya.
"Kenapa lu enggak sadar sama semua perhatian yang gue kasih sih, Mar,"
"Gue emang cuek sama lo, tapi itu semua untuk mancing lo jujur sama gue, Mar,"
Fira terus meracau berusaha menumpahkan segala emosinya.
"Kak," panggil Endang pelan dari ambang pintu.
Fira menoleh masih dengan derai air mata. "Bun, aku gagal, Bun," lirih Fira menatap sedih sang bunda.
Endang terpaku melihat anaknya menangis dan terluka sampai seperti ini. Endang menahan air matanya agar tidak keluar, Endang paham betul seberapa sakitnya Fira.
"Bunda, Mario pergi, karena kesalahan Fira, Bun,"
Endang dibuat bengong oleh kalimat Fira. Fira-nya telah kembali, putri sulung yang selalu menceritakan apa yang ia rasa dan ia alami telah kembali. Tidak ada yang dapat Endang lakukan selain memeluk dan mendengarkan.
"Bunda, Fira jahat banget, ya, Bun? Mario pergi, Bun, Mario menyerah," tangis Fira semakin kencang di dalam pelukan sang bunda.
Endang mengelus kepala Fira, melihat Fira sesedih ini membuatnya hati ikut teriris.
"Syutt, Kakak gak jahat, Kakak 'kan selalu bilang, kalau kakak butuh waktu karena terlanjur kecewa,"
Fira menggeleng di dalam dekapan Endang. "Bunda, Fira jahat, Mario juga jahat. Kita sama-sama jahat dan egois, Bun, hanya saja di waktu yang berbeda, bun,"
"Coba sekarang Kakak jelasin ke Bunda, sebenarnya kamu dan Mario ada apa?"
Fira mengangguk lalu menegakkan dirinya terlepas dari pelukan Endang. Tangan Fira bergerak menghapus sisa air matanya.
"Dulu, beberapa tahun lalu ...."
Fira mendapat pesan singkat dari Mario, dan di dalam pesan itu ia mengatasnamakan Degi. Fira mengernyit bingung membaca isi pesan tersebut, yang sangat jelas mampu mengundang emosi Fira.
From : Mario
Gimana rasanya tidur sama Mario satu malam? Apa enak? Gimana ya, kalau orang tua dari putri yg baik hati ini, mengetahui semuanya. Pasti kecewaaa.......
So, tunggu kabar aja ya:)
-Degi-
Semua berawal dari pesan singkat tersebut, sampai akhirnya muncul permasalahan yang lain. Mulai dari orang tua Fira yang mendapatkan pesan bahwa Fira pernah tidur bersama Mario. Lalu, saat Fira menerima foto Mario dan Nabila yang tidur di ranjang yang sama dan terlihat tidak memakai busana. Bahkan sampai, Fira dibenci oleh sebagian orang karena gosip yang tidak benar adanya.
Fira mengalami masa terburuknya di tahun 2014. Masa dimana tidak ada satu orangpun yang berada di dekatnya selain Emily, semua membenci Fira. Fira sempat merasa putus asa, namun nasihat Emily mampu mengobarkan semangat Fira untuk kembali bangkit.
Fira perlahan-lahan mencari tahu kebenaran yang mampu menjawab semuanya. Siapa Degi? Siapa Nabila? Dan mengapa Mario menghilang di saat Fira butuh keterangan Mario?
Endang diam menyaksikan putrinya bercerita dengan tangis yang begitu memilukan. Kejadian beberapa tahun lalu ternyata masih sangat membekas di hati Fira. Endang menarik Fira ke dalam rengkuhannya.
"Maaf karena Bunda dan Ayah sempat enggak percaya dengan ucapan kamu, maaf jika kami sempat ingin memasukkan kamu ke pesantren, ma--"
"Bunda dan Ayah enggak salah kok, kalian hanya terlalu terbawa emosi," gumam Fira.
"Jadi, karena itu kamu menjauhi Mario, karena masalah di masa lalu?"
Fira menggeleng. "Fira benci setiap kali Mario berbohong,"
"Fira ... mungkin dia berbohong karena ia tidak ingin kamu semakin benci jika mengetahui kebenarannya,"
"Bun, berbohong bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan masalah," jawab Fira.
Endang memegang kedua bahu Fira, mereka duduk berhadapan.
"Fira, dia hanya ingin berlindung, dia tidak ingin kamu benci. Oke, kamu bilang kamu enggak benci dia, tapi itu tetap bisa menimbulkan rasa benci saat Mario berkata yang jujur. Bunda tidak membenarkan cara Mario tapi tidak membenarkan cara kamu juga, seharusnya kalian membicarakan ini secara baik-baik saling terbuka dan jujur,"
Fira membenarkan ucapan Endang dalam hati.
"Bun, Fira mau dia cerita sama Fira, bun. Apa masalah dia sampai dia harus menerima taruhan Rendi yang menjadikan uang, aku dan Nabila sebagai bahan taruhannya?" lirih Fira.
"Nah, kalau kamu ingin Mario bertukar cerita dengan kamu, kamu harus mencoba jadi temannya, yang mampu menampung segala bebannya," jawab Endang.
"Bun, awalnya Fira ingin seperti itu, tapi saat Fira lihat dia dekat dengan Nabila, Fira langsung mengambil keputusan untuk mendesak Mario agar jujur,"
"Dan akhirnya?"
"Mario jujur bahwa selama ini ia berbohong, dan dia ... memilih pergi,"
"Memaksakan kehendak seseorang bukanlah hal yang bagus. Fir--"
"Fira tahu, bun, Fira tahu. Sekarang Fira menyesal sudah mendesak dia untuk jujur, dia sudah pergi, bun," lirih Fira.
🔭🔭🔭
Beberapa tahun lalu.
Setelah Fira mendapat pesan nyasar dari nomor Mario, Fira dilanda kebingungan dan ketakutan teramat sangat. Fira takut jika sampai akhirnya pesan itu juga sampai ke ayah dan bundanya yang sangat jelas akan langsung menyimpulkan orang itu benar, apalagi ini dari nomor Mario sendiri.
Dan pikiran Fira menjadi kenyataan, Endang dan Lintang mendapatkan pesan serupa, pesan yang mengatakan putri sulung mereka pernah tidur bareng dengan Mario. Berbagai cacian, omelan, serta bentakan Fira dapatkan saat itu.
Fira hanya mampu menangis dan berusaha mengatakan yang sejujurnya, tapi sayang, orang tuanya sudah murka.
"Em, tolong cari Mario, gue butuh Mario," gumam Fira di dalam pelukan Emily.
Emily hanya menggelengkan kepalanya. "Mario menghilang tiga hari lalu, Fir. Andre, Dika, Ilham, Devan, Keylo, dan yang lain lagi nyari Mario,"
Fira semakin menangis mendengar kabar yang sangat menyakitkan untuknya. Jika tidak ada Mario, siapa yang akan membantunya menjelaskan perihal berita tersebut?
Fira melangkah keluar kamar, Fira ingin mencoba membuat orang tua percaya, dan ini adalah percobaan yang ke sepuluh kali.
"Bun, yah, Gin, Fira ingin bicara,"
Mereka yang duduk di ruang tamu menoleh secara bersamaan ke arah Fira, di belakang Fira ada Emily yang menatap takut.
"Kamu mau bicara apalagi? Ingin melakukan pembelaan yang jelas-jelas telah kamu lakukan? Iya?" sarkas Lintang.
Fira menggeleng. "Yah, Fira dan Mario hanya sekedar teman dekat, Ayah. Fira tahu tata krama, tahu larangan agama, Fira tahu, yah. Fira gak mungkin melakukan sesuatu yang di luar batas, Fir---"
"SAMPAI KAPAN KAMU BERBOHONG FIRA?! MENGAPA KAMU SUSAH SEKALI MENGAKUI KESALAHAN KAMU?!"
"Yah, Fira mohon dengar Fira," lirih Fira berusaha menahan air matanya.
Fira tidak suka dibentak.
"KAMU MAU BICARA APALAGI FIRA?! SUDAH TIGA ORANG YANG MEMBENARKAN ITU SEMUA! ANDRE, DIKA, EMILY JELAS MEREKA AKAN MENUTUPI ITU SEMUA KARENA TIDAK INGIN KAMU KENAPA-KENAPA! TAPI YANG LAIN, AKAN DENGAN SENANG HATI BERKATA JUJUR, FIR!"
Fira menunduk takut mendengar volume suara Lintang yang begitu keras.
"Yah, kenapa Ayah enggak mau mendengarkan penjelasan Fira? Fira dan Mario hanya teman, Ayah, tidak lebih, Fira ju---"
"FIRA!!!!" Endang berteriak kencang, ia marah karena Fira terus menjawab.
"Kenapa kalian enggak mau mendengarkan Fira? Fira enggak salah," gumam Fira lalu berlutut menghadap mereka.
Emily berlari ke arah Fira, menyuruh Fira untuk bangkit. Fira tidak salah, tidak sepantasnya ia berlutut demi menenangkan kemarahan orang tuanya. Tapi, Fira tetap di posisinya, Fira bahkan mengusir Emily dari rumahnya.
"Yah, Bun, apa Fira harus berlutut seperti ini, agar kalian percaya dengan Fira?"
"Kamu berlutut sekalipun, Bunda tetap tidak percaya. Beri bunda satu bukti yang mengatakan Fira tidak salah,"
Fira diam.
Bukti seperti apa yang dapat ia berikan untuk kedua orang tuanya, jika Mario saja dinyatakan menghilang. Fira menyerah, membiarkan keadaan membawanya ke arah lebih baik atau lebih buruk.
Setidaknya ia masih mampu berharap agar dapat menemukan titik terangnya.
🔭🔭🔭
)
3 Desember 2017
11 Februari 2018
-Fan-
Happy weekend:)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top