27|| Game Over ☀
Jika kamu ingin berhenti, maka jangan berbuat seakan-akan kamu akan memulainya lagi, percayalah sayang 'tak semudah itu hilang.
🌹🌹🌹
Fira menatap Vino dalam diam, tidak ada suara sedikitpun yang keluar dari mulut Fira sejak kemarin malam. Endang dan Lintang sudah berupaya semampu mereka untuk membuat Fira membuka suaranya, namun dia tetap diam.
Fira melangkah lebar mendekati Vino yang bersandar di kap mobil sedan berwarna silver-nya. Vino menampilkan senyum lebarnya, menyapa Fira dengan lembut. Namun, Fira memilih diam dan melengos masuk ke kursi penumpang di samping pengemudi.
Vino berlari kecil menghampiri Endang, Lintang dan Gina yang berdiri di teras rumah Fira, meminta izin.
Vino duduk di kursi pengemudi dengan sangat tenang, kepalanya menoleh ke arah paper bag bermotif batik yang berada di dalam pelukan Fira. Vino mengerutkan kening.
"Paper bag dipeluk, tas ditaruh gitu aja di bawah, kebalik neng," ucap Vino.
Fira menempelkan pelipisnya di jendela mendiamkan Vino. Fira melirik sekilas ke arah keluarganya yang masih menatap sendu mobil Vino. Fira kehilangan gairahnya untuk hari ini, mungkin hingga beberapa hari ke depan.
"Pakai sabuk pengamannya!" Vino berusaha memperingati Fira.
Tangan Fira bergerak memakaikan selt belt ke tubuhnya lalu kembali ke sisi semula. Vino mulai menyetir dengan tenang.
Pagi itu cuaca sangat buruk, baru saja mobil Vino keluar dari pekarangan rumah Fira, hujan sudah datang membasahi bumi. Fira menatap air yang membasahi jendela, jari Fira bergerak mengikuti air yang bergerak turun secara perlahan.
Vino benci keheningan dan Vino benci hujan. Bagi Vino keduanya sangat berpengaruh bagi sebagian orang yang memiliki masalah. Di saat hening mereka akan melamunkan masalah mereka dan harapan mereka. Dan disaat hujan mereka terkadang kembali menangis dalam diam mengingat masalahnya.
Vino menyetel musik berusaha memecahkan keheningan. Dan Vino berdecak kesal saat lagu Kau yang sembunyi by Hanin Dhiya mulai berputar. Vino hendak mengganti lagu tersebut tapi tangannya terhenti oleh Fira.
Vino mendesah. "Lagunya mellow banget, nanti kalau gue nangis 'kan enggak lucu," ucap Vino berusaha menghibur Fira.
Fira tetap diam dan memilih untuk kembali melihat air yang terus membasahi jendela mobil.
Fira menarik napas dalam berusaha memikirkan tindakan apa yang pantas untuk mengakhiri semuanya. Meminta penjelasan atau memberikan penjelasan, atau mungkin keduanya? Fira kembali merenung dan tanpa sadar kantuk menguasai dirinya sampai terlelap.
------------------------------------------------------
"Fir, gue enggak pernah memperkosa Nabila! Gue dijebak, Fir! Foto itu palsu! Kenapa lo enggak mau dengerin gue?!!" teriak Mario di taman luas nan sepi.
Fira meremas ujung bajunya, berusaha menahan air mata yang sudah ia bendung sejak tadi. Mario dengan menjambak rambutnya frustrasi dan terus melempar kerikil ke arah danau.
"KENAPA LO SUSAH NGERTI, FIR?! KENAPA?!" teriak Mario lagi.
Fira menggeleng pelan memperhatikan Mario dari kejauhan. Fira berjalan mendekati Mario namun ia mengurungkan niatnya saat gadis berwajah putih bersih dan polos lebih dulu mendekati Mario. Fira merasa hatinya hancur melihat bagaimana Mario menerima kehadiran gadis itu.
"Kenapa sedih?" gumam gadis itu.
Mario menoleh ke arah gadis tersebut. "Nabila?"
Hati Fira kian memanas mendengar Mario menyebut nama gadis tersebut. Pantas Mario membiarkan gadis itu duduk di sebelahnya, ternyata dia Nabila. Nama gadis yang berada di foto yang dikirim Rendi beberapa hari lalu.
Foto saat Mario dan Nabila terlihat tidur bersama di ranjang putih bersih di dalam kamar bernuansa abu-abu yang sangat Fira hafal itu adalah kamar Mario. Mereka terlihat tidak memakai busana di foto tersebut. Entah apa yang terjadi di antara keduanya, tapi yang pasti Fira kecewa.
"Fira belum mau mendengar penjelasan kamu?" tanya Nabila dengan suara sedikit bergetar.
Fira semakin meremas kuat ujung baju yang ia pakai, mundur satu langkah dan berbalik badan bersandar di pohon beringin yang sangat besar. "Bahkan kalian terlihat sangat dekat, Mar," gumam Fira.
"Dia enggak mau dengerin penjelasan aku, Nab. Padahal itu hanya foto dokumentasi,"
Pandangan Fira mulai kabur, air mata tanpa izin keluar dari pelupuk mata Fira. Mereka bahkan sangat sadar jika di foto, dan yang lebih parahnya lagi, itu foto dokumentasi. Dokumentasi apa yang mengharuskan pelajar SMA kelas sepuluh yang berpose layaknya sepasang suami istri?
Fira menggeleng kuat dan memilih untuk meninggalkan area taman dengan tangis yang tak mampu ia tahan. Namun, saat ia berlari menyebrang jalan, tanpa sadar ada motor melaju dengan kecepatan kencang dari arah kiri.
Bugh!
Fira dan pengemudi motor tersebut terjatuh di tempat yang berbeda. Darah mengalir deras di sekujur tubuh pengemudi, sedangkan Fira harus menerima banyak luka di sekujur tubuhnya.
"Kak Fira! Hei! Kak bangun, Kak!" Vino mengguncangkan bahu Fira cukup kencang.
Fira mengerang menegakkan tubuhnya yang condong ke depan, dahinya menempel dengan dash board. Fira menoleh ke arah Vino yang menunjukkan kekhawatirannya.
"Lo kenapa? Pusing? Demam? Badan lo panas banget, Kak!" ucap Vino seraya mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Fira memegang dahinya dengan punggung tangan, mengecek sendiri suhu tubuhnya. Dan benar kata Vino, tubuhnya sangat panas dan kepalanya sangat pusing. Fira menoleh ke jendela, ternyata mereka sudah sampai di parkiran sekolah dan hujan sudah berhenti.
"Sis, lo udah sampe sekolah?"
"...."
"Bisa tolong ke parkiran, gak?"
"...."
"Iya tolong banget ya, makasih,"
"..."
"Iya-iya, udah cepet ke sini, penting nih!"
Vino mematikan sambungan teleponnya lalu menoleh ke arah Fira. Vino mengecilkan AC mobil dan ia bergerak sedikit memutar tubuhnya ke belakang. Vino mengambil jaket di jok belakang lalu memberikannya kepada Fira.
"Dipakai, Kak!" perintah Vino.
Fira memang merasa sangat kedinginan, bahkan tanpa sadar bibirnya pucat pasi, buku-buku tangannya memutih dan Fira menggigil kedinginan.
Tuk! Tuk!
Jendela samping Vino diketuk oleh seseorang dari luar, Vino membuka jendela tanpa ingin keluar. Fira melirik sekilas kepada seseorang yang mengetuk jendela, ternyata Sista, kakak kelasnya.
"Lho, Fira, kamu kenapa? Itu bibir kamu pucet banget. Kamu sakit, Fir?" tanyanya khawatir.
Vino mengisyaratkan Sista untuk diam. "Jangan bawel Sis, ini gue mau bawa dia ke rumah sakit. Sumpah gue baru tahu dia sakit."
Sista menjitak kepala Vino pelan. "Sepupu sakit bukannya di suruh istirahat malah dipaksain ke sekolah!"
"Allahu Akbar! Gue udah bilang, gue baru tahu dia sakit. Udah lo jangan bawel. Sekarang gue nitip surat punya gue sama Kak Fira," ucap Vino menyerahkan dua amplop putih kepada Sista.
"Ini siapa yang tulis?" tanya Sista bingung. Fira juga ingin membuka suaranya menanyakan siapa yang menulis surat izin tersebut.
"Gue yang nulis tadi, pas baru sampai di sekolah. Kebetulan ada persediaan amplop di tas gue, udah sana cepetan ke kelas XI-IPA 1. Gue mau buru-buru ke rumah sakit." ucap Vino sangat cepat.
Sista mengangguk-anggukkan kepalanya. "Hati-hati, cepat sembuh, ya, Fira!"
Fira mengangguk lalu teringat dengan paper bag di pelukannya. "Kak," parau Fira.
Sista yang hendak berbalik badan kembali mencondongkan tubuhnya. "Iya, dek?" ucapnya.
Fira menyodorkan paper bag batiknya ke arah Vino lalu memberi kode kepada Vino agar menyerahkan kepada Sista.
"Tolong kasih Mario, ya, Kak," ucap Fira lalu detik berikutnya Fira bersandar ke jok dan mulai memejamkan matanya.
"Oh, oke." Sista terkejut saat melihat bibir Fira bergetar. "Vin, buruan Vin. Fira udah pucet banget." paniknya.
Vino mengangguk lalu menaikkan kaca mobilnya. Vino mulai mengendari mobilnya keluar parkiran dan tepat saat itu ia melihat Mario baru datang ke sekolah bersama Nabila yang duduk di belakang Mario.
Vino bernapas lega saat mengetahui Fira masih memejamkan matanya.
Aku lihat kamu, Mar. Kejadian semalam seolah hanya ilusi semata yang aku ciptakan karena ingin diperhatikan dan dikhawatirkan olehmu, saat aku tahu dia hadir kembali.
☀☀☀
Mario menuruni motornya setelah melihat Nabila melenggang masuk ke area sekolah. Mario menatap Sista yang berdiri di belakang motornya.
"Ngapain?" tanya Mario ketus.
Sista memberikan paper bag titipan Fira kepada Mario. Mario mengernyit memperhatikan motif paper bag yang sepertinya sangat ia ingat.
"Ini titipan dari Fira," ucap Sista.
Benar ternyata, itu adalah paper bag yang disediakan Endang untuk butik kesayangannya. Mario mengangguk lalu meraih paper bag tersebut. Tangannya membuka paper bag itu dan matanya terbuka lebar saat dilihatnya jas hujan dan juga jaketnya ada di sana.
"Mana Fira?" tanya Mario dengan wajah sangat kesal.
Sista yang ditatapan seperti itu oleh Mario mendadak takut, Sista pernah dengar bahwa Mario adalah tipe orang yang emosional.
Detak jantung kian bergerak cepat saat mata Mario terus memandang lurus ke arah Sista.
"Di--dia otw ke rumah sakit sama Vino," cicit Sista.
Paper bag di tangan Mario dicengkram kuat olehnya. Sista yang melihat itu semua memilih untuk berlari meninggalkan Mario.
Mario menunduk menatap jas hujan, tangannya terulur untuk mengeluarkan dari dalam sana. Mario terkejut saat menemukan secarik kertas di dalam sana. Perhatiannya tertuju ke kertas tersebut dan mulai membaca dan memahami setiap goresan tersebut.
Hai, Mar, makasih ya untuk jaket dan jas hujannya. Kalau aja tidak ada itu semua, gue pasti udah kehujanan kala itu. Btw, sorry baru gue pulangin sekarang. Gue lupa, hehe.
Oh ya, Mar, mulai hari ini, tolong berhenti untuk mengharapkan apa yang pernah terjadi dulu. Dan gue juga berharap kalau lu berhenti berusaha menjelaskan semuanya sama gue. Gue udah tahu semua, makanya gue memilih menghindari lo.
Dan, sekarang udah gak ada alasan lagi untuk kita kembali dekat. Nabila, sudah kembali. Silahkan kejar wanita yang lo sayang, gue yakin kok hati lu tau siapa yang harus dipilih.
Selamat tinggal, Putra.
Your (ex)Putri.
Mario meremas kasar surat tersebut. Ia sangat tahu, Fira kembali kecewa dengannya. Untuk kesekian kalinya, Mario menyalahkan segala apa yang pernah terjadi di masa lalu.
Mario menghempaskan paper bag di tangannya ke tanah.
"Aaaarghhhh!!!" Mario menjambak rambutnya kuat-kuat.
Dika yang baru saja datang dikejutkan dengan penampilan acak-acakan Mario.
"Lo kenapa?" tanya Dika hati-hati.
Mario diam menatap kesal ke arah Dika. "Lo ngomong apa aja sama Fira kemarin, huh? Bukannya gua udah bilang sama lo? Jangan pernah ikut campur urusan gue? Apa itu semua kurang jelas, huh? Biar gua yang selesaikan semua masalah ini. Tanpa campur tangan siapapun!" emosi Mario terlalu menggebu-gebu.
Semua murid yang baru saja datang memilih untuk berhamburan memasuki area gedung sekolah dari pada harus melihat kemarahan Mario yang tidak ada tandingannya.
Dika menggeleng pelan. "Lo kenapa? Ada apa? Kenapa sampai ngomong kayak gitu?" balas Dika santai.
"Fira nyuruh gue berhen--"
Andre datang langsung menepuk pelan bahu Mario. "Sabar, cari tahu penyebabnya, jangan langsung ambil kesimpulan kalau ini ulah Dika. Gimana kalau ini semua karena kesalahan lo?" ucapnya tenang.
Mario menatap garang keduanya. "Fira memilih mengakhiri semuanya karena dia udah dapetin apa yang dia mau dari lo 'kan, Dik? Sebuah penjelasan. Lo udah jelasin semuanya 'kan, Dik, sama dia. Jujur lo?"
"Penjelasan apa?" jawab Dika bingung.
"Bangsat!"
Bugh.
Mario mendaratkan tinjuannya ke pipi kanan Dika. 'Tak sampai disitu, Mario terus melayangkan pukulan demi pukulan kepada Dika. Dika pasrah menerima perlakuan Mario, tidak peduli jika wajahnya babak belur karena ulah sahabatnya sendiri.
"Lo bukan sahabat gua, Dik! Lo membuat masalah ini semakin belibet!"
Dika sangat mengerti Mario sedang dikuasai oleh emosinya.
Andre berusaha menahan tubuh Mario agar berhenti memukuli Dika yang sudah tergeletak pasrah di tomblok yang basah.
Seragam Dika 'tak lagi bersih, wajahnya sudah 'tak mulus seperti seharusnya. "Lo bakal nyesel udah ngelakuin ini sama gue," ucap Dika berusaha berdiri.
Tubuh Dika kembali terhuyung ke belakang saat Mario dengan beringas menendang perut Dika keras.
"Lo yang udah buat Fira semakin jauh untuk gua gapai!" bentak Mario.
"Uhukk.. uhukk.." Dika terbatuk lalu mencoba untuk bangkit.
Mario sudah berada di kurungan Andre. Keringat membasahi wajah mereka, Dika tersenyum meledek kepada Mario lalu menepuk pelan pipi Mario.
"Dengar baik-baik, Mar. Lo terlalu serakah jika lo ingin mendapatkan dua hati sekaligus, lo harus siap kehilangan salah satunya setiap kali lo bertindak egois. Dan sekarang, lo harus kehilangan Fira. Berhenti mengejar dan mengharapkan dia, dia layak bahagia. Tapi bukan sama lo," ucapan Dika bagaikan pisau yang mampu menyayat hati.
Mario melemas mendengar penuturan Dika dan Andre melepaskan kurungannya. Andre membisikkan sebuah kata dan itu itu mampu membuat dunia Mario seolah berhenti.
"Game over,"
☀☀☀
Hueee Mario, kenapa kamu jadi seperti ini Mar?😢😢
27 November 2017
10 Februari 2018.
-Fan-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top