23|| Perhatian ☀
Perhatian sederhana dari orang-orang terdekat kita kadang tidak dapat kita rasakan dua kali.
☀☀☀
Dika membawa paper bag memasuki ruang kelas. Teman-temannya mulai melemparkan berbagai pertanyaan mengenai isi paper bag. Selama ini Dika sangat malas menenteng sesuatu di tangannya, oleh karena itu ia jarang sekali memainkan ponselnya sambil berjalan.
Dika menghampiri meja Fira dan Emily lalu meletakkan paper bag tadi ke atas meja. Fira dan Emily menatap kosong ke paper bag. Dika mengeluarkan kotak makan berwarna biru muda bergambar Doraemon.
Dika meletakkan kotak makan itu di depan Fira. "Untuk Zhaemon," ucap Dika.
Dika mengambil kotak makan berwarna hijau bergambar Kroppi lalu meletakkan kotak makan tersebut ke hadapan Emily. "Untuk Emkropi," ucap Dika.
Emily tersenyum memperhatikan kotak makan di hadapannya. "Kotak makan baru tapi tetap sama seperti dulu," gumamnya.
Dika mengangguk. "Iyaa,"
"Lo lain kali hati-hati," ucap seseorang di ambang pintu.
Dika menoleh dan ternyata itu adalah Mario dan Andre. Dika menarik tangan Andre agar berdiri di depan meja Emily. Mario melangkah mendekati meja Fira lalu menatap bingung paper bag di atas meja.
Dika mengambil kotak makan berwarna merah bergambar Mario Bross. "Untuk Mariobos," ucap Dika sembari meletakkan kotak makan di hadapan Mario.
Mario diam menatap kotak makan berwarna merah cerah, bibirnya tertarik membentuk senyuman. Teman-teman mereka hanya diam menebak-nebak apa yang terjadi. Momen langka jangan diganggu. Begitulah menurut mereka.
Dika meletakkan kotak makan berwarna merah dengan gambar Spiderman. "Untuk Andreman," ucap Dika sembari memberikan kotak makan kepada Andre.
Andre tersenyum.
"Dan ini," Dika mengangkat tinggi-tinggi kotak makan berwarna kuning dengan gambar Spongebob. "Untuk Dikabob," ucapnya senang.
Adam yang baru saja memasuki kelas langsung menatap meja Fira dan Emily yang dikelilingi oleh Andre, Dika dan Mario. Adam menghampiri Dika lalu mengambil kotak makan yang ada di tangan Dika.
"Anjir, Spongebob, hahaha ... Sudah SMA masih aja bawa bekal kayak bocah TK!" gelak tawa Adam begitu keras di balik punggung Dika.
Dika berputar lalu merebut kasar kotak makan di tangan Adam. "Kenapa? Lo iri enggak ada yang buatin bekal buat lo?! Iya?!" kesal Dika.
Adam terkekeh. "Makanan kantin lebih praktis, Sob! Enggak perlulah bawa bekal ke sekolah kayak anak TK."
Mario berdehem cukup keras sampai membuat Adam menoleh dan terdiam. "Enggak ledek gue?" tantang Mario.
Brak.
Siapapun yang mendengar gebrakan tiba-tiba langsung terlonjak kaget. Fira menggebrak meja sangat keras lalu berdiri menatap Adam.
"LEDEK GUE!" ucap Fira berupa perintah.
Adam menelan ludahnya.
Andre terkekeh sinis. "Ayo ledek kita. Enggak lihat kita juga bawa bekal?" ucap Andre lalu tersenyum sinis.
Emily ikut berdiri dan menatap Adam. "Lo ledek Dika, sama aja meledek kita. Ayo ngomong lagi! Sebut nama kita!" tantang Emily.
Fira merentangkan tangannya di hadapan Emily. Setelah Emily memundurkan badannya, Fira melangkah keluar dari mejanya, kini ia melangkah menghampiri Adam dan berdiri di hadapan Adam dengan membawa kotak makan Doraemonnya.
"SEE? Enggak hanya Dika yang bawa bekal," Fira menunjukkan kotak makannya.
Adam yang sempat diam kini kembali menyunggingkan senyum miring. "Ow ... ow ... ow ...." ucapnya sembari menepuk tangannya. "Ada anak TK nyasar di SMA ternyata,"
Fira membuang napas pelan. Mario melangkah mendekati Fira dan Adam. Mario berdiri di samping kiri Fira.
Andre, Dika dan Emily melangkah mendekati Mario dan Fira dengan membawa kotak makan mereka masing-masing. Mereka berdiri sejajar dengan Fira.
Setelah itu, siswa-siswi XI-IPA 1 yang juga membawa bekal ikut mendekat dan berdiri di belakang kelima orang tadi. Jika dijumlah, sekarang yang berdiri di hadapan Adam ada 14 orang. Hampir setengah kelas.
"Wah, apa nih? Enggak terima dibilang anak TK nyasar ke SMA?" Adam masih bertingkah seolah-olah membawa bekal ke sekolah adalah hal yang salah.
"Dengan membawa bekal kita dapat menghemat sepuluh ribu sampai dua puluh ribu rupiah per hari. Dan dengan membawa bekal kita bisa mengurangi sampah makanan sisa di kantin setiap harinya. Dengan membawa bekal, kita dapat menghargai masakan seseorang dan perhatian seseorang, yaitu Mama," ucap Zahra lantang.
Tiga belas orang lainnya mengangguk setuju.
"Saat Mama lo enggak ada nanti, lo akan merasakan rindu masakannya, perhatiannya, dan kasih sayangnya. Sekarang, hargai semua yang Mama lo lakuin untuk lo, jangan menyakiti hatinya dengan tidak memakan masakannya," ucap Dika lirih.
Fira melangkah maju selangkah lalu diikuti yang lainnya.
"GUA BAWA BEKAL KARENA GUA BERUSAHA MENGHARGAI USAHA BUNDA GUA YANG UDAH RELA BANGUN PAGI UNTUK BIKIN SARAPAN! JADI, JANGAN BILANG GUA ANAK TK HANYA KARENA GUA BAWA BEKAL! NYATANYA BEKAL DARI BUNDA LEBIH DARI APAPUN YANG LO MAKAN DALAM SATU HARI!" bentak Fira.
Emily menggeleng 'tak percaya mendengar bentakan Fira dan emosi Fira yang meledak hanya karena membawa bekal.
"Gua menghargai Mama gua yang udah buatin gua sarapan, tapi kalau gua enggak mau sarapan gimana? Harus dipaksa?" ucap Adam tersenyum miring.
Fira menggeleng tegas. "HATI LO BEKU! DENGAN LO ENGGAK MAKAN MASAKAN MAMA LO! LO UDAH NYAKITIN HATINYA DENGAN PERBUATAN HALUS LO!"
Mario menarik tangan Fira karena sekarang tubuh Fira kembali mencondong ke arah Adam. "Bubar!" perintah Mario.
Semua saling berbisik-bisik. Ada yang menganggap ini bukanlah masalah yang serius. Tapi ada yang merasa masalah sepele jika dibiarkan akan menjadi besar. Mereka memikirkan manfaat dari membawa bekal, sebagian dari mereka sependapat dengan Fira dkk. Tapi, sebagian lagi membenarkan ucapan Adam, udah gede kok bawa bekal.
Sembilan orang di belakang Fira melangkah mundur lalu menempati kursi mereka masing-masing. Desas-desus terdengar dimana-mana. Fira dan Mario tidak peduli.
Fira menatap kesal ke arah Adam. "Lo enggak suka bawa bekal? Jangan meledek orang yang membawa bekal!" ucapnya lalu menginjak keras kaki Adam.
Fira kembali duduk di kursinya dengan wajah kesal.
Adam sempat terkejut karena kakinya diinjak dengan penuh tenaga, namun ia berusaha menyembunyikan rasa sakit, terkejut dan ngilu di kaki.
"Bawa bekal adalah hal yang sehat, lo enggak suka, ya, diam aja," ucap Dika.
Dika melangkah ke arah meja Fira lalu mengambil paper bag di atas meja Fira dan membawanya ke meja Dika. Andre dan Emily kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.
Adam menatap remeh kotak makan di tangan Mario. "Mario Bross cocok untuk Mario yang Bossy,"
Mario tersenyum miring. "Yes, this is me," jawab Mario.
"Mau ngomong apa lagi? Mau bilang gua iri sama kalian? Enggak terima dibilang anak TK? Mau marah?"
Mario terkekeh lalu memutar tubuhnya mendekati mejanya. Adam dikacangin.
☀☀☀
Fira mengecek layar ponselnya berulang kali. Ia sedang menunggu balasan dari Vino. Sekarang, jam istirahat sedang berlangsung di SMA Taraka.
Fira gelisah, tubuhnya bergerak ke kanan dan ke kiri. Emily yang sedang menyantap bekal yang disiapkan Endang, merasa risih dengan tingkah Fira.
"Lo kenapa, sih?" tanya Emily lalu menyuap kembali sendok berisi nasi goreng.
Fira menoleh ke Emily lalu mulutnya bergerak mengucapkan kata 'tembus'. Seharusnya tanpa dijelaskan pun Emily tahu apa yang Fira maksud. Tapi namanya juga Emily, dia tidak paham dengan kode.
"Maksudnya?" Emily mengernyit.
"Dapet,"
Fira menunduk kembali menatap layar ponsel sampai akhirnya satu balasan dari Vino muncul. Tapi ternyata, tidak sesuai harapan.
Vino Ald
Gue lagi di perpus ada tugas,
Minta tlng Emily coba,
Zhafiraa
Trkhr kali gue mnta tlg sma dia, yg dbli malah roti mknan bukan roti kempit😢
Vino Ald
Yaudah sih, sebut merk aja ke Emily
Lo ngmng sm gua frontl bgt sih-_-
Zhafiraa
Emily ribet klo di mntain tlg:' drrt!
Vino Ald
Bw dr rumah makanya.
Zhafiraa
Lupa😭
Wajah Fira memerah karena kesal, ia sebenarnya sangat ingin meminta bantuan Emily tapi Emily sangat sulit untuk mencerna ucapan Fira. Pernah sekali Fira meminta tolong Emily untuk membelikannya 'roti kempit' dan tanpa bertanya Emily langsung ke kantin. Sampai akhirnya Emily salah menangkap maksud Fira.
Dan pernah juga Fira menyebutkan merk, tapi karena tidak ada di kantin, Emily tidak jadi membelinya. Sampai akhirnya Emily bolak-balik ke kantin untuk membeli barang yang disebutkan Fira. Emily tidak bisa diandalkan.
"Lo dapet?" tanya Emily.
Fira mengangguk.
"Gua beliin, deh," ucap Emily lalu menutup kotak makannya yang masih tersisa setengah.
Fira mengangguk. Emily melangkah keluar namun saat di depan pintu ia dihadang oleh Mario dan Andre.
"Mau ke mana?" tanya Andre.
Emily melirik ke arah Fira. "Mau ke kantin, beli pembalut, Fira tembus,"
Fira melotot mendengar Emily begitu lancarnya mengatakan hal sebenarnya kepada Andre dan Mario. Walaupun Fira berani memberitahu Vino, tapi tetap saja ia tidak ingin memberitahu mereka.
Mario melirik ke arah Fira lalu menggeser tubuh Emily dengan mendorong sedikit bahu Emily ke kanan. Andre terkekeh melihat wajah polos Emily yang begitu lancar mengatakan hal yang bersifat rahasia bagi setiap wanita.
Mario melangkah masuk lalu mendekati mejanya. Mario mengambil jaket yang ia sampirkan di kursi lalu membawanya menuju meja Fira.
Mario membungkukkan badan di samping Fira, lalu tangannya mengarah seperti merangkul bagian pinggul Fira. Padahal, Mario melingkarkan jaketnya di pinggul Fira.
"Eh??!"
Fira terkejut saat ada sesuatu yang melingkar di pinggangnya. Fira menoleh ke arah kanan, matanya langsung bertemu dengan netra hijau cerah. Mario berada tiga centi di depannya.
Mario menegakkan tubuh, tidak ingin berlama-lama memandang Fira.
"Berdiri!"
Fira menggeleng.
Mario kembali membungkuk lalu mendekatkan bibirnya ke dekat telinga Fira. Saat itulah pekikan tertahan dari beberapa siswi mulai terdengar, bahkan seseorang yang berada di dekat pintupun berhenti memperhatikan apa yang sedang Mario lakukan.
"Berdiri. Jalan ke kamar mandi. Gua ikutin," bisik Mario di telinga Fira.
Fira diam menimang ucapan Mario. Fira tahu, Mario memberikan interuksi kepadanya karena Mario tahu apa yang sedang Fira alami. Fira menggeleng lalu mendorong tubuh Mario agar menjauh.
Andre dan Dika membuang muka seraya bersiul. Emily cekikan di dekat pintu.
"Du-du-du-du-du," ucap Devan seraya melewati Mario dan Fira.
Mario menatap Andre dan Dika lalu memberikan kode dari lirikan mata. Andre dan Dika yang sedang berpura-pura tidak melihat walaupun sebenarnya melirik hanya bersiul semakin keras.
Mario memutar tubuhnya ke samping, menghadap beberapa siswa dan siswi yang masih tinggal di kelas. "Balik badan!"
"Ngomong sama siapa, Mar?"
"Kita,"
"Ngapain balik badan?"
"Anjir gua iri banget sama Fira. Mario tipenya yang cuek, judes kayak Fira coy,"
Mario mengembuskan napas lalu menoleh ke arah Dika dan Andre. "Tutup mata lo berdua!" perintah Mario lagi.
Semua bertanya-tanya mengapa Mario memerintah mereka tanpa alasan. Bahkan Fira yang sedang dilanda kecemasan harus memikirkan apa yang akan Mario lakukan.
"Guys! Please, tutup mata kalian dan balik badan jangan lihat ke depan!" ucap Mario santai namun tidak ingin dibantah.
"Oke-oke!"
"Balik badan coy! Siapa tahu dia mau buka seragamnya," celetuk Helen.
Keyzia yang kesal mendengarnya langsung melempakan penghapus tepat mengenai kepala Helen. "Mesum aja lo!" kesalnya.
"BALIK BADAN!"
Semua murid langsung membalik tubuh mereka dan memejamkan mata mereka. Tapi tidak dengan Mario, Andre, Dika dan Emily. Fira ikut memejamkan matanya walaupun tubuhnya menghadap papan tulis.
Mario melangkah mendekati Andre dan Dika lalu menepuk bahu keduanya. "Yang di luar suruh bubar," ucapnya pelan.
Tanpa bertanya sedikitpun, Andre dan Dika langsung melangkah keluar dari kelas lalu menyuruh siapapun yang mengintip harus pergi meninggalkan kelas XI-IPA 1. Tidak peduli jika makanan, minuman serta surat-surat di tangan mereka belum sampai ke meja Mario.
Dika dengan tegas menyuruh mereka bubar. Karena Dika memang seseorang yang menguntungkan bagi mereka, maka mereka --semua yang mengintip-- pergi meninggalkan area kelas XI-IPA 1.
Mario tersenyum melihat kumpulan wanita yang tidak sedikit itu telah pergi. Mario mendekati Emily lalu membisikkan sesuatu ke telinga Emily.
"Tutup mata lo!"
Emily yang terkejut langsung menutup matanya.
"WOI UDAH BELOM?"
"BELOM!"
"WOI NGITUNGNYA SAMPAI BERAPA, NIH?"
"WOI GELAP WOI!"
"UDAH BELOM?"
"HITUNG DONG! YANG NGITUNG SIAPA SIH?!"
Mario terkekeh. "Bukan main petak umpet, njir,"
Mario melangkah mendekati Fira lalu menarik tangan Fira setelah ia memastikan tidak ada satupun temannya yang menoleh ke depan. Fira terkejut saat tangannya di tarik seseorang, matanya terbuka dan langsung melihat tubuh tegap Mario di sampingnya.
"Ayo ke kamar mandi, mereka enggak lihat. Itu lo juga enggak keliatan, ketutupan sama jaket gue,"
Fira tersenyum malu-malu lalu mengikuti Mario yang menuntunnya keluar kelas dan melangkah ke arah toilet di lantai dua.
☀☀☀
Love you guys💙
14 Oktober 2017
10 Februari 2018
-Fan-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top