21|| Malam yang Indah☀
Masalah ada untuk diselesaikan bukan untuk dilupakan. Oleh karena itu, melupakan masalah hanya bersifat sementara, cepat atau lambat kita akan kembali mengingat masalah tersebut dan menyelesaikan masalah itu dengan tepat.
☀☀☀
Fira menatap langit-langit kamarnya yang dipenuhi dengan hiasan bintang yang akan terlihat bersinar saat lampu dipadamkan. Ada hal yang mengganggu pikiran Fira saat ini, ia ingin sekali tidak melupakan masalah itu begitu saja. Tapi, Fira harus mencari kesempatan untuk menyelesaikannya.
Fira menghela napas panjang, lalu mengeluarkannya secara perlahan dari mulut, batinnya sangat lelah.
Handphone Fira bergetar menandakan pesan masuk. Fira menoleh ke nakas, handphone-nya ternyata menyala. Fira mengambil handphone dengan case bergambar tokoh kartun Jepang, Doraemon.
2 Panggilan tak terjawab.
Itulah yang terlihat di mata Fira saat ia menyalakan ponselnya. Fira membuka log panggilan, dan ternyata itu panggilan tak terjawab dari Mario.
Fira berusaha berpikir apa yang ingin Mario bicarakan sampai ia menelpon tengah malam seperti ini. Handphone Fira kembali bergetar, dan di sana tertulis panggilan masuk dari Mario, tanpa pikir panjang Fira mengangkat.
"Malam, Fir,"
Fira terdiam untuk beberapa saat, ia kembali teringat dengan ucapan Emily tadi sore, 'lupakan masalah lu sama Mario, biar hati lo tenang, tunggu waktu untuk menyelesaikan semuanya,'.
"Iya?"
Mario menghembuskan napasnya pelan, ia tidak menyangka Fira masih saja cuek.
"Kenapa belum tidur? Udah malem Fir," ucap Mario.
"Udah tadi," jawab Fira malas.
Fira mengulas senyum tipis. Hatinya bergetar merasakan apa yang dirasakan setiap remaja saat orang yang disukai menelpon.
"Belajar bohong sama siapa Fir? Dua tahun jauh dari gue, jadi pinter bohong lu, ya, sekarang,"
Mario terkekeh, Fira mendengarnya. Fira lagi-lagi tersenyum, hatinya menghangat mendengar suara Mario, suara yang selalu ia rindukan tanpa sengaja.
"Sotau banget sih, orang tadi udah tidur kok, makanya telepon lu enggak gua angkat tadi, lagian ngapain sih nelpon malem-malem gini, gabut banget, ya, lo, haha."
Pipi Fira merona merah, ia tidak menyangka ia berubah hanya karena percakapan tadi. Itu adalah kalimat panjang pertama Fira untuk Mario setelah sekian lama bungkam.
"Sejak kapan lu tidur lampunya nyala, Fir?" ucap seseorang di seberang sana seakan-akan menghapal segala kebiasaan Fira.
Fira terkejut saat menyadari yang bicara bukanlah Mario lagi, melainkan Dika.
"Heh! Lagi di mana lo? Kok malah suara Dika yang gua denger,"
"Kalo gue bilang gua lagi main, lu marah enggak sama gue, terus nyuruh gua pulang enggak?" ucap Mario meledek.
Fira yakin Mario saat ini sedang menyeringai puas. Fira menoleh ke arah jam dinding di depannya. Matanya terbuka lebar saat melihat jam.
"LO GILA!" Suara Fira meninggi, "Udah jam dua pagi, tapi masih main? Pulang sana!"
Deg.
Fira menjauhkan ponsel dari telinga, ia tidak ingin mendengar jawaban Mario saat ini. Detak jantung berpacu lebih cepat, setelah sekian lama Fira tidak merasakan ini kepada Mario. Akhirnya malam ini Fira merasakan lagi, dan lagi.
Fira memegang dadanya, ia merasakan debaran jantungnya. Fira merasa malu sekaligus bingung. Fira menggeleng pelan, lalu tangannya kini beralih menekan tombol merah yang ada di layar. Fira memutuskan sambungan telepon secara sepihak.
"Kok gue deg-degan ya, kenapa juga gua peduli sama dia, tuh 'kan, gua pasti gagal move on deh," gumam Fira pelan.
Fira duduk di tepi ranjang, ia menatap pintu kaca yang tidak tertutup gorden.
Ponsel yang masih berada di genggaman Fira bergetar, dengan tangan gemetar Fira membuka pesan yang baru saja ia terima.
Mario
Makasih karena lo masih peduli sama gue, hehe☺
Sorry tadi panggilan kita gua speaker. Soalnya yang punya ide buat nelpon lu bukan gue sepeenuhnya tapi Dika sama Andre yang maksa buat gua nelpon lu, btw gue seneng lu mau ngomong lagi sama gue, mau bawel lagi sama gue, ternyata sekarang lo udah kembali ke Fira yang gue kenal. Dan lo masih sama kaya dulu, cuek, jutek tapi perhatian sama orang yg lo sayang.
Btw Fir, gue lagi di depan gerbang rumah lo dari tadi.
Fira tertegun membaca pesan Mario, "Lo juga masih sama,".
Zhafiraa
Lain kl jgn mncng gue buat ngmng pnjng. Nybln!😡
Dengan cepat Mario membalas pesan Fira.
Mario
Cie gugup ya? Mknya blsnya gitu😂
Btw, gue lbh gugup drpd lo
Zhafiraa
Gak! B aja.
O aza y mz
Mario
Lo bljr bhng dimana sih Fir? Gue jga mau nih bljr bohong, biar jago kyk lo😉
Zhafiraa
Nyebelin.
Fira dan Mario tak henti-hentinya mengulas senyum saat mengirim dan menerima pesan satu sama lain.
Perasaan mereka masih sama, bahkan lebih dari yang dulu.
Mario
Kapan kita balik kaya dulu?
Fira diam. Fira tidak paham dengan pertanyaan Mario.
Zhafiraa
Maksud?
Mario
Kapan kita deket lagi kaya dulu?
Fira menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia benar-benar tidak mengerti arah pertanyaan Mario.
Zhafiraa
Miras gue,
Di sana Mario tak kalah bingung dengan Fira setelah membaca pesan dari Fira. Miras? Minuman keras?
Mario
Lo skrg ska miras?
Fira membelalakkan matanya tak percaya. Mario menyimpulkan hal yang salah.
Zhafiraa
Miras=mikir keras
Alih-alih membalas, Dika sudah lebih dulu merebut ponsel Mario dari genggaman tangan Mario.
Mario
Gila!
Disaat seperti ini, lo lebih bego dari pada Emily. Anjirrrrr.. ga abis fikir gue sama lo Fir , pertanyaan gitu aja kok bingung sih. Mario itu mau kalian deket lagi kaya dulu,nah dia nanya kapan itu. Itu dia kode dia ngajak lo balik kaya dulu. Dohh gua gregetan, ZHAFIRA RENATA PUTRI MAU KAN DEKET LAGI SAMA MARIO?
^tertanda Dika si penyayang kecebong, cacing, ayam dan segala macam hewan kecil^
Fira mengangkat tubuhnya untuk berdiri, ia berjalan membuka pintu kaca di hadapannya. Fira melangkahkan kakinya ke balkon kamar.
Fira menatap gerbang rumahnya, lebih tepatnya ke bangku yang terbuat dari semen yang berada di depan rumahnya. Tempat yang setiap hari Fira duduki bersama Emily dulu.
Fira melihat tiga orang laki-laki sedang duduk bersandar ke sandaran kursi, sembari menatap ke layar ponsel yang sedang di pegang oleh laki-laki yang duduk di tengah.
Zhafiraa
Gua keluar.
Fira memutar tubuhnya kembali memasuki kamarnya, ia mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Fira berjalan keluar kamarnya, menuruni anak tangga secara perlahan agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.
Sesampainya Fira di ruang tamu, Fira melihat TV menyala, menandakan ada seseorang di sana. Fira meletakkan jaketnya di ujung pegangan tangga, ia menghampiri sang ayah yang sedang menonton TV.
"Belum tidur, Yah?" tanya Fira pelan.
Lintang yang mendengar suara putrinya kini menoleh ke sumber suara. "Ayah kebangun tadi denger suara anak-anak berisik di luar, saat ayah liat keluar eh ternyata ada anaknya si Martin sama temennya."
Fira duduk di sofa samping Lintang. "Anaknya Om Martin?"
Lintang mengangguk sembari menekan-nekan tombol remote, ia mencari sesuatu yang enak ditonton.
"Mario?" tanya Fira lagi.
Lintang mengangguk lagi. "Iya si Mario yang jangkung, kamu keluar, gih, suruh mereka pulang. Pusing Ayah dengar mereka menggerutu sendiri di luar,"
Lintang mematikan TV, lalu berdiri dan melangkah menaiki anak tangga, Fira diam tak bergerak mendengar ucapannya Lintang tadi.
Sebelum Lintang benar-benar menaiki anak tangga, Lintang kembali menoleh ke arah Fira memastikan anaknya mendengarnya ucapannya tadi.
"Kok malah diem, sih?! Udah sana keluar, suruh mereka pulang, Ayah mau ke kamar aja, siapa tau nanti bisa tidur lagi, nanti kalo udah buru-buru masuk. Enggak bagus anak perempuan keluar malem-malem,"
Fira manyun. "Kalau tau anak perempuan enggak bagus keluar malem-malem, kenapa enggak, Ayah aja, sih yang nyuruh mereka pulang," gerutu Fira. Ia berdiri lalu berjalan menghampiri ayahnya yang masih diam di ujung tangga.
Lintang mengambil jaket yang tersampir di pegangan tangga. "Nih, jaket kamu," Lintang menyerahkan jaket Fira kepada Fira "Kamu tadi emang mau keluar 'kan? Yaudah keluar sana, Ayah mau istirahat lagi,"
Selanjutnya, Lintang melangkah menaiki anak tangga dan memasuki kamar yang berada di seberang kamar Fira. Fira hanya diam sampai benar-benar melihat Lintang memasuki kamarnya.
Fira melangkahkan kakinya menuju pintu, ia membuka kunci. Namun, sebelum ia benar-benar keluar Fira memakai jaketnya terlebih dahulu, lalu ia membuka pintunya.
Fira berjalan mendekati gerbang hitam yang melindungi rumahnya. Andre, Dika dan Mario menoleh ke arah gerbang saat gerbang di belakangnya terbuka.
"Udah hampir pagi, bukannya pulang, malah nangkring di depan rumah orang. Kalian mau gantiin satpam komplek, atau mau gantiin anjing kesayangan pak John yang suka dia bawa-bawa pas keliling," ucap Fira kesal.
Dika tertawa terbahak-bahak, Andre yang mendengarnya hanya tersenyum. "Gila! Omongannya mirip banget sama bokapnya," ucap Andre.
Fira mengernyit bingung, ia berjalan keluar dan menghampiri ketiganya, "Maksudnya?"
Dika masih saja tertawa sampai memegang perutnya, Mario melirik Fira yang terlihat bingung. "Tadi pas sesudah gua nelpon lu, bokap lu keluar terus ngomongnya kaya lu tadi,"
Fira tertawa pelan. "Ikatan Ayah dan anak memang kuat," ucapnya disela-sela tawanya.
Fira tidak menyangka bahwa mereka sudah sejak tadi di sini, dan ternyata ayahnya sudah menegurnya.
"Ngapain keluar? Bukannya tidur lu," tutur Mario berhasil membuat tawa Dika dan Fira berhenti.
Dika menoyor kepala Mario cukup kencang. "Lo sendiri ngapain keluar? Bukannya tidur lo!" Dika mengikuti cara bicara Mario tadi.
Andre terkekeh. "Ngaca, Yo, kalo ngomong,"
Fira yang mendengarnya hanya menahan tawanya, sesekali ia membuang muka.
"Anying! Jadi gua yang salah," Mario mengusap wajahnya.
Dika menepuk bahu Fira pelan. "Udah malem Fir, kenapa belum tidur?"
Alis Fira kini menyatu di tengah, ia memandang Dika sebal, Fira teringat dengan ucapan Mario tadi di telepon. "Omongan lo sama kaya Mario!"
Andre tertawa, Fira menatap heran ketiga orang di hadapannya ini.
Dika mengambil selembar kertas yang berada di belakangnya, saat Dika ingin memberikannya kepada Fira, tiba-tiba saja terdengar suara gerbang di buka tapi kali ini berasal dari arah berlawanan dari rumah Fira.
Emily dengan wajah khas bangun tidur keluar dari sela-sela gerbang yang sudah ia buka sedikit.
Rambut yang di gulung ke atas, mata terpejam, dan memakai piyama bermotif bunga-bunga. Emily berjalan menyeberangi jalan, dan menghampiri keempat temannya yang sedang asik menertawakan dirinya.
Fira menghampiri Emily yang berjalan tidak lurus, ia berjalan sesekali berbelok-belok. Emily seperti orang mabok.
Dengan sangat tidak berperasaan, Fira menampar Emily sampai berbunyi. Suara tamparan yang tidak terlalu keras berhasil mengundang gelak tawa tiga laki-laki di belakangnya dan Emily membuka matanya dengan sempurna.
"AH NYEBELIN! ENGGAJ USAH DI TAMPAR JUGA WOI! GUA UDAH BANGUN INI, TAPI GUA NGANTUK ELAH! LAGIAN LO NGAPAIN IH PAGI-PAGI GINI KELUAR RUMAH!"
Fira menutup telinganya rapat-rapat, walaupun suara Emily tidak terlalu keras, tetap saja akan terdengar kencang karena jarak antara Fira dan Emily sangat dekat.
"Lo pada mau jadi satpam komplek, ya?!" kesal Emily.
Fira, Dika, Andre dan Mario kembali tertawa saat mendengar ucapan Emily.
Emily memandangnya bingung, mengapa malam ini menjadi sangat aneh.
"Kok pada ketawa, sih?" tanya Emily kepada Fira.
Fira yang ditanya hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Entah, gue ngakak aja,"
Fira berjalan menghampiri tiga laki-laki yang berdiri dekat gerbang dan di susul dengan Emily.
Mereka berhenti tertawa. "Lu tahu enggak, Em?" Dika memecahkan keheningan.
Emily menggeleng. "Enggak tahu 'kan belum di kasih tau,"
"Omongan lo sama persis sama omongan Om Lintang dan Fira,"
"Ikatan Ayah tiri dan sahabat yang sangat kuat," sahut Emily.
Emily duduk di dekat Fira menghadap jalanan yang sepi. "Sekarang jam berapa, sih? Kalian kok malah di sini, emang kalian enggak tidur?"
Fira menggeleng pelan. "Gue enggak bisa tidur,"
"Gue juga," sahut Mario.
Andre meletakkan ponselnya ke saku celananya. "Sekarang jam setengah tiga, hampir jam tiga,"
Mario dan Fira membelalakkan matanya. "Yang bener?!" tanya mereka secara bersamaan.
Andre mengangguk. "Dik, balik yuk! Kayanya gua mulai ngantuk nih,"
Emily menatap Andre, "Gue baru keluar," ucap Emily melas.
Andre beralih menatap Emily. "Lanjutin gih tidurnya, lagi pula hari ini kita sekolah,"
Bugh!
Dika menepuk jidatnya sangat keras. "Sekarang Kamis?"
Fira, Andre, Mario dan emily mengangguk.
"Pelajaran Biologi jam pertama, jangan sampai kita telat gara-gara enggak tidur," ucap Dika.
Emily, Fira dan Mario terkejut mendengar penjelasan Dika. Dika benar, pelajaran Biologi tidak boleh sampai terlambat.
Fira bangkit berdiri dan membersihkan celananya yang terkena debu, Emily dan Mario pun ikut bangkit dan melakukan hal yang sama seperti Fira. "Balik woi!" seru Emily.
Mereka mengangguk lalu mulai berlari ke arah rumah mereka masing-masing.
Saat mereka sedang kumpul berlima hanya satu kata yang dapat mendeskripsikannya untuk saat ini; canggung.
☀☀☀
Kalau kalian mikirnya, "Mana ada anak keluar sampai jam segitu?" Aku akan jawab "Ada,".
Mungkin kalian belum pernah menemukannya:)
7 November 2017
9 Februari 2018
-Fan-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top