20|| Kebersamaan ☀

Jagalah selalu hubungan persahabatan kalian. Jangan biarkan selisih paham memisahkan kalian.

☀☀☀

Sepulang sekolah, Emily dan Fira melangkahkan kakinya menuju ruang tari. Mereka bersyukur karena hari ini pulang cepat hanya karena alasan klasik, guru rapat. Siswa-siswi yang bertemu Fira di koridor menyapa Fira dengan senyum hangat. Mereka seolah-olah tidak merasa takut dengan segala sifat dan sikap yang dimiliki oleh Fira.

"Em, jangan lelet," ucap Fira mempercepat langkahnya.

Emily terus melangkah dengan mata yang terpokus ke ponsel. "Lagi ngabarin anak-anak seni tari untuk kumpul," ucap Emily.

Fira mengabaikan Emily dengan berjalan lebih cepat lagi.

Emily mendengus saat melihat tubuh Fira semakin jauh. "Kuda!" teriaknya.

Fira berhenti lalu menoleh ke belakang. "Siput!" balasnya lalu kembali melangkah.

Emily menggeleng pelan dan berlari mengejar Fira. Mereka memasuki ruang tari yang di keliling oleh kaca menyerupai dinding.

"Selamat siang," sapa Fira.

Ruang tari sudah diisi oleh 12 orang. Delapan di antaranya adalah teman satu angkatan Fira.

"Siang, kak,"

"Siang, Fir,"

Fira meletakkan tasnya di sudut ruangan lalu melangkah ke tengah. Fira duduk melipat kakinya.

"Tunggu lengkap," Fira menoleh ke arah Emily. "Suruh cepat!"

Emily mengangguk lalu kembali fokus ke ponsel.

Extasiokrein (46)

Emily Claudya
Cepat!
Ibu negara telah sampai

Kalila Intani
Buru oi buru
Jangan ngaret

Eltari Prasti
Iya kak:)

Emily Claudya
Yang kemarin gak sempt hadir diharapkan kehadirannya hari ini

Zhafiraa
10 minutes😌

Zikrani
Buset Fir, sabar Fir, gua piket dulu,

Kayla Adiaa
Udah ada siapa aja?

Critina Putri
Ada siapa aja?

Adelia Pra
Gue, Merli, Nur, Azizah, Kak Zahwa, Kak Fira, Kak Emily, Kak Karin, Kak Intan, Kak Inayah, Kak Lila, Kak Lili, Kak Nirta, Kak Tata:)

Zhafiraaa
8 minutes😏

Inayah
Gc Woi! Ibu neraga siap melatih
Eh negara

Anara Tista
Kakak gak bisa hadir hari ini, latihan hari ini di pandu oleh ibu negara dan wakilnya serta murid kelas 11 dan 12 lainnya:)
Selamat latihan:)💙

Inayah
Siap kak!

Fira terkekeh membaca pesan teman-temannya dan juga pelatihnya. 'Ibu Negara' adalah panggilannya saat ia di ruang tari. Sedangkan saat di lapangan basket Fira dipanggil 'Bu Waketu'. Fira membiarkan orang-orang memberikan sebutan untuknya.

Fira menoleh ke arah teman-temannya. "Kelas sebelas di tengah, dua belas kiri, sepuluh kanan," ucapnya.

Semua yang sudah duduk menghadap Fira langsung berdiri berkelompok sesuai angkatan mereka.

Lima menit kemudian ruang tari mulai dipadati oleh 35 siswi. Fira tersenyum, tak sulit untuk membuat mereka sampai lebih cepat ke ruang tari. Walaupun masih saja ada yang terlambat.

Emily, Inayah dan Tata berdiri dan duduk berjajar di samping Fira menghadap para siswi extrakurikuler tari.

Emily menepuk tangannya sekali agar suara bising tidak lagi terdengar. "Assalamualaikum, selamat siang semuanya," ucapnya.

"Wa'alaikumsalam,"

"Siang,"

"Berhubung minggu lalu kita sudah melakukan perkenalan. Jadi, minggu ini kita sudah mulai latihan! Sebelumnya saya ingin menanyakan sesuatu. Apakah ada peserta baru?" ucap Fira.

Tiga siswi di kelompok kanan mengangkat tangannya seraya menyebut kata 'saya'.

Fira melirik Emily sekilas lalu Emily kembali berdiri dan menghampir tiga adik kelasnya tersebut sambil membawa satu buku besar sebagai buku absen dan buku kas.

Fira membiarkan Emily melaksanakan tugasnya sebagai sekretaris. "Sebelumnya saya mohon maaf jika pemberitahuannya secara mendadak. Karena kita juga dipulangkan secara mendadak. Oleh karena itu latihan kali ini saya percepat jadwalnya," ucap Fira penuh karisma.

Seperti yang kalian ketahui, selain menjadi wakil ketua tim basket putri, Fira merupakan ketua dari extrakurikuler tari di SMA Taraka. Fira lebih memilih untuk menjadi ketua tari daripada menjadi ketua basket. Alasannya ringan, tidak ingin menyandang jabatan yang sama dengan Mario.

"Iya, Kak," sahut mereka.

"Fir, itu yang belum dateng gimana?" tanya Kayla.

Fira menoleh. "Kita tunggu lima menit, jika tidak datang juga maka latihan saya mulai tanpa mereka," ucapnya.

Inayah selaku senior Fira merasa sangat bangga Fira yang terpilih menjadi ketua. Selain, karena Fira yang memiliki jiwa kepemimpinan, Fira juga merupakan panutan bagi mereka semua. Gerakan tari yang selalu indah, dan juga jiwa penari yang begitu menonjol.

"Untuk kakak-kakak kelas dua belas, kalian diperbolehkan tidak mengikuti kegiatan ini, karena kalian harus lebih fokus dengan segala kegiatan belajar kalian," ucap Fira tersenyum tipis ke arah kelompok kelas dua belas.

Kakak kelasnya hanya mengangguk dan tersenyum menjawab ucapan Fira.

Sifat Fira yang seperti ini di anggap lebih mengerikan daripada sifat Fira di luar ruangan ini, cuek.

Fira bisa saja berkata sangat pedas dan juga menyakiti bila seandainya ada yang memancing emosi Fira. Tapi saat ia bersikap cuek maka ia tidak akan pernah pedulu dengan sekelilingnya dan memilih diam. Itu sebabnya mereka lebih senang berada di dekat Fira saat Fira menjadi pribadi yang cuek.

Tok. Tok. Tok.

Pintu ruang tari di ketuk dari luar. Inayah mengambil inisiatif untuk membuka pintu ruangan. "Ada apa?" ucap Inayah.

"Oh, ya, ada,"

"Oke,"

Inayah menoleh ke belakang menghadap anggota tari. "FIRA DICARIIN MARIO!" teriaknya.

Fira memutar bola matanya kesal. Ia bangkit berdiri dan melangkah menuju pintu. Seketika ruang tari penuh dengan bisikan-bisikan tentang Mafir.

☀☀☀

Mario mengusap wajahnya pelan, lalu menoleh ke samping. "Dika, Andre, izin sama lo?" tanyanya to the point.

Fira mengangguk.

"Kemana?" tanya Mario.

Fira menggedikkan bahunya.

"Enggak bilang?" tanya Mario lagi.

Fira menggeleng.

Mario mengangguk. "Oke," ucapnya lalu melangkah meninggalkan Fira yang berdiri di depan ruang tari.

Fira mengulas senyum tipis saat melihat Mario berbalik arah. Alis Fira terangkat satu.

"Ada yang ketinggalan," ucap Mario lalu tersenyum.

Fira mengangkat kepalanya menghadap Mario. "Apa?" tanyanya.

"Pulang jangan sampai sore, hati-hati, ya," ucap Mario lalu mengacak pelan rambut Fira kemudian kembali melangkah menjauhi Fira.

Fira mematung di tempatnya berdiri. Jantungnya memompa begitu cepat. Hangat menjalar ke seluruh tubuhnya. Nyatanya tidak semua laki-laki mengantarkan pulang kepada sang wanita untuk mencuri perhatian si wanita.

"IBU NEGARA! JANGAN KELAMAAN DI LUAR!" teriak Emily dari dalam ruang tari.

Fira terkekeh lalu kembali masuk ke ruang tari.

☀☀☀

Fira mendaratkan tubuhnya ke atas ranjang. Di sampingnya sudah ada Emily yang tertidur pulas. Emily kelelahan setelah mengajarkan satu gerakan dasar tari Saman kepada peserta tari yang baru.

"Em, geser," ucap Fira sembari menggeser tubuh Emily dengan lengannya.

Emily bergerak menggeser sedikit tubuhnya. Tidak, bukan menggeser melainkan mengangkat tubuh lalu ia bergerak seolah-olah ia menggeser sedikit tubuhnya padahal tidak lalu kembali menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang.

"Parah, ish. Geser woi!" kesal Fira.

Emily membuka matanya sedikit. "Berisik!" ucapnya dengan suara khas bangun tidur.

Bayangkan saja, sudah empat puluh lima menit mereka sampai di rumah Fira. Emily langsung merebahkan tubuhnya dan terpejam di ranjang Fira. Sedangkan Fira, ia sudah selesai membersihkan diri.

"GESER!" teriak Fira lebih keras.

Emily memiringkan tubuhnya ke kiri lalu meraih bantal di samping bantalnya dan ia gunakan sebagai penutup kepalanya.

"Allahu Akbar. Emily, gua juga mau tidur siang sebentar!" omel Fira kesal.

Emily diam, ia semakin dalam memasuki dunia mimpinya. Dengan malas Fira turun dari ranjang lalu mengambil bantal dan guling yang terletak di sofa kecil. Fira naik ke atas ranjang dan mulai merebahkan dirinya di samping Emily.

Emily bergerak menoleh ke belakang tubuhnya saat mendengar napas teratur Fira. "Anjir pelor, nempel molor," ucapnya tidak percaya.

Emily memutar tubuhnya menghadap Fira lalu mengulas senyum lebar di wajahnya. "Gua kangen tidur bareng lu, Fir," ucapnya.

Fira tersenyum tipis. "Yaudah, tidur sana," ucap Fira masih dengan mata terpejam.

Emily yang terkejut lantas melempar bantal ke arah wajah Fira. "Sialan, gua pikir lo udah tidur," ucap Emily.

Fira terkekeh dan mengambil bantal yang menutupi wajahnya lalu ia memeluk bantal tersebut di depan gulingnya yang juga ia peluk. "Ini mau bobo," ucap Fira dengan suara sangat halus dan pelan.

Emily tersenyum saat melihat Fira benar-benar sudah tenggelam dalam mimpinya.

Emily begitu merindukan kebersamaan mereka seperti ini. Sudah sangat lama Emily tidak merasakan sedekat ini dengan Fira. Emily mengulas senyum senang di wajahnya lalu mengelus kepala Fira yang masih basah karena habis mandi.

"Tetap jadi Fira yang gua kenal," ucap Emily lirih.

Fira menggeser tubuhnya,ia terusik. Matanya kembali terbuka dan melihat ke arah Emily yang sedang menangis menatap dirinya. Fira terkejut lalu memperhatikan wajah Emily dari dekat.

Fira mengelus pipi Emily lembut. Emily merindukan sapuan tangan Fira di pipinya. Fira selalu bisa menenangkan hatinya.

"Em, lu kenapa?" tanya Fira pelan.

Emily memeluk Fira dari samping dan kepalanya bersandar di bahu Fira. Tangis Emily pecah di lekukan leher Fira.

"Fir, jangan pergi lagi," ucap Emily di sela sela isak tangis.

Fira mengendurkan tangan Emily lalu bangkit duduk dengan tubuh yang bersandar ke tumpukan bantal. "Gua di sini," ucap Fira.

Emily duduk menghadap Fira. "Lo di sini ..." Fira menunjuk dada Fira. "Tapi hati lo enggak di sini, Fir," ucapnya masih dengan derai air mata yang membasahi pipi.

Fira mengulas senyum tipis. Senyuman yang sangat Emily rindukan. "Hati emang bukan di sini," Fira mengarahkan tangan Emily ke perut bagian atas. "Tapi di sini, gue lupa di kanan atau kiri tapi yang pasti bukan di dada," ucap Fira.

Emily memukul ringan lengan Fira. "Lo ih, enggak jadi nangis nih, gua," ucap Emily dengan senyum.

Air mata masih keluar dari mata Emily namun isak tangisnya sudah mereda.

"Fir, jangan jauh-jauh lagi, ya, Fir," ucap Emily berusaha fokus dengan pembicaraan awal.

Fira mengangguk lalu memeluk tubuh Emily erat. "Maaf," ucap Fira serak.

Keduanya menangis dengan posisi saling memeluk.

Pintu terbuka, Emily dan Fira masih tetap saling berpelukan. Fira mendengar suara pintu tertutup lalu setelahnya kasur Fira berguncang dan pelukan itu semakin hangat. Ana dan Shinta datang langsung memeluk mereka.

"Kak Fira, gue kangen banget sama lo, Kak," ucap Shinta serak.

Ana tak sanggup mengeluarkan kata-kata, hatinya begitu tersentuh merasakan kebersamaan ini. Kebersamaan yang telah lama menghilang.

Mereka menangis tersedu-sedu. Bibir mereka bergetar, tatapan mereka teduh tersirat kerinduan mendalam.

"Maafin gue," ucap Fira lirih.

Ana menggeleng berkali-kali dan semakin mempererat pelukannya. "Lo butuh waktu, gua tahu itu, Fir," sahutnya.

Fira beruntung. Fira memiliki sahabat yang sangat mengerti dirinya. Tidak peduli seberapa salahnya Fira mengabaikan mereka, tapi mereka tetap mendukungnya.

Tidak peduli jika baju mereka basah karena air mata, bahkan mereka sangat berharap waktu berhenti.

Hati mereka sangat tersentuh.

"Kak, tetap jadi Kak Fira yang gua kenal, gua mohon, Kak. Jangan menghindar lagi dari kita," lirih Shinta.

Fira menganggukkan kepalanya berkali-kali lalu menggeleng-geleng. "Iya, enggak akan pernah lagi," lirih Fira.

Tangis mereka pecah. Air mata menggambarkan segalanya yang terjadi di antara mereka.

Fira bergerak sedikit mengendurkan pelukannya di tubuh Emily. Lalu tangannya merengkuh ketiga sahabatnya. Tangan semakin melebar berusaha menyentuh mereka semua.

"Makasih, makasih, makasih," Fira menggumamkan kata 'makasih' berulang kali.

"Makasih, Kakak udah kembali," lirih Shinta menatap mata Fira.

"Makasih, Fir, udah izinin gue selalu di dekat lu," ucap Emily setelah sekian lama terdiam dengan isak tangisnya.

Ana melepas pelukannya, begitupun mereka bertiga. Ana mendekat ke arah Fira. Tangan mungil Ana menangkup wajah Fira yang masih dibanjiri air mata. Bibir Fira bergetar, matanya memerah. Ana pun sama.

"Fir, kita ... udah lama dekat ... kita ... tempat lo pulang ... berhenti menahan rasa sakit itu ... berhenti menjauhi kita ... gua, Shinta, Emily ... sayang sama lu," ucap Ana terputus-putus karena tangisan.

Fira mengangguk. "Makasih ... kalian selalu ada di sisi gua ... walaupun dari jauh ... walaupun gua jahat udah jauhin kalian ... makasih ...."

Ana memeluk erat tubuh Fira. Emily dan Shinta terus menangis dengan tangan mereka yang menutupi bibir agar suara mereka mereda.

Ana melepas pelukan Fira lalu beringsek mendekat ke arah Emily. Ana memeluk Emily yang sangat tersentuh dan senang.

Shinta mendekati Fira. "Kak," ucapnya.

Fira menoleh lalu memeluk tubuh Shinta yang lebih kecil darinya. "Shin ... maafin gue ... maafin segala kebodohan gue ... saking gue mau lupain masa lalu gue ... gue sampai menjauhi kalian ...." Fira lebih dulu membuka suara.

Shinta menggeleng. "Makasih, Kakak udah kembali ... gua sayang lu kak ... lu itu Kakak gua ... orang yang paling ngerti gua ... gua mohon jangan jauh lagi ...." Shinta mempererat pelukannya.

Fira mengangguk. "Pasti, Shin! Pasti!"

Shinta mundur lalu memeluk Ana. Kini Emily yang mendekat kepada Fira.

"HHUUUAAAAAA!!!" teriaknya lalu langsung menerjang tubuh Fira.

Tidak ada kata-kata yang terucap oleh mereka selama beberapa menit. Mereka begitu menikmati suasana ini, suasana dimana Fira telah menyadari ia salah. Isak tangis terdengar begitu nyaring dari mereka berdua.

Ingin rasanya Ana dan Shinta kembali merengkuh tubuh mereka. Namun, mereka urungkan. Jika mereka melakukan itu maka acara tangis-tangisan ini tidak akan pernah selesai.

Emily melepas pelukannya lalu menangkup wajah Fira. Emily menarik napas dalam. "Fir, lo punya gue, gue selalu ada di samping lo, saat lo butuh gue, cukup lu tolehkan kepala lo ke samping, di sana ada gue, Fir," lirih Emily.

Fira mengangguk.

Emily menahan diri untuk tidak berhambur ke pelukan Fira lagi. "Fir, ingat, sahabat terbaik tidak akan meninggalkan sahabatnya yang lain ... gua sayang lu, Fir. Sahabat, keluarga, segalanya deh lo itu," ucap Emily lalu tersenyum.

Fira mengangguk lalu tersenyum tangannya terbentang ke arah tiga sahabatnya. "Gua sayang kalian, love you my lovely kukang, my sweety benalu, dan my lovely onyet," ucapnya.

Mereka bertiga berhambur ke pelukan Fira tidak ada lagi tangis haru, kini tersisa tangis kebahagiaan dan senyum bahagia.

"Love you baby bagong," ucap mereka bertiga secara bersamaan.

Fira tersenyum.

Indahnya persahabatan.

☀☀☀

Terima kasih untuk vote dan comment kalian selama ini💙 love you all😍😘


6 November 2017
9 Februari 2018
-Fan-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top