11|| Ancaman Rendi ☀

Terkadang melihat jarak antara seseorang yang kita sayangi dan orang yang mereka sukai adalah kesenangan tersendiri. Tapi, jauh dari yang kita ketahui, sebenarnya kita bahagia di atas kesedihan mereka.

☀☀☀

"Gua lihat kayaknya, hari ini ada yang pulang bareng sama adek kelas, nih, siapa, ya?" sindir Devan begitu melihat Rendi -kakak Devan- memasuki ruang tamu dengan kunci motor yang berputar-putar di jarinya.

Rendi mengabaikan ocehan Devan. Laki-laki itu memilih untuk melangkah ke dapur, menghilangkan dahaga yang sempat ia tahan. Rendi teringat senyuman Fira tadi, senyuman yang sudah jarang ia lihat.

Hatinya berdesir melihat senyuman Fira beberapa menit lalu. Dan saat itu Rendi sadar, jika perasaan sayang dan ingin melindungi Fira, perasaan yang sempat ia kira sudah hilang, masih ada. Rendi masih menyayangi dan ingin melindungi Fira apapun alasannya.

Rendi tiba-tiba teringat tentang masa lalu yang terjadi antara Fira, Mario, dan dirinya. Tidak dapat ia sangka jika Fira yang dulu pernah menyukai dirinya ternyata mengalihkan hatinya kepada Mario. Kenyataan pahit yang ia rasakan sebanyak dua kali, seseorang yang ia sayangi memilih Mario.

Rendi yang saat itu marah, akhirnya memutuskan untuk menyusun rencana agar Fira dan Mario saling menjauh satu sama lain. Tapi, kenyataan selalu berhasil menyadarkannya, jika apapun yang ia lakukan tidak dapat mengubah perasaan. Seperti sekarang, walaupun Fira dan Mario menjauh tapi perasaan mereka tetap sama, saling menyayangi dan melindungi.

Rendi mengetahui semuanya karena Vino yang selalu membicarakan Fira dengan Mario yang juga menjadi perbincangan banyak orang di sekolah. Banyak yang menduga jika Fira terlalu jahat dengan Mario. Murid lain mengira jika Fira tidak suka dengan Mario, sedangkan Mario terus mengejarnya. Dan, Rendi tahu, jika hati keduanya sebenarnya saling memiliki.

Tiba-tiba perasaan tidak rela itu kembali muncul kembali, rasa iri dan ingin memiliki kembali memasuki diri Rendi. Rendi mendadak tidak peduli jika apa yang ia lakukan dapat membuat semua berpikir ia jahat. Ini semua demi kebaikan dan keselamatan Fira.

Tidak peduli seberapa sakitnya perasaan Mario, Rendi akan berusaha menjauhkan  Fira dari Mario kembali. Sama seperti rencana sebelumnya yang belum sempat ia lakukan. Tapi kali ini, ia pastikan mereka tidak akan kembali dekat, seperti apa yang sedang ia dengar sekarang. Fira dan Dika sudah mulai dekat, itu tandanya tidak menutup kemungkinan Fira akan kembali dekat dengan Mario.

Oleh karena itu, Rendi akan berusaha membuatnya seperti semula.  Fira yang tidak peduli dan Mario yang mengejar.

"Woi! Air lo tumpah kemana-mana!"

Uhuk. Uhuk.

Rendi tersedak air yang sedang ia minum, kepalanya melihat ke lantai dan ternyata benar, air yang seharusnya ia minum ternyata malah jatuh ke lantai dan membasahi sedikit pakaian futsal yang masih ia kenakan.

Rendi meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja, matanya melirik Devan yang sedang bersandar di sofa ruang keluarga.

"Dev!" panggilnya.

Devan meletakkan ponsel yang ia genggam, lalu kepalanya kembali menoleh ke arah Rendi yang terlihat sangat cool jika memakai pakaian futsal.

"Apa?"

"Mario masih deketin Fira?" tanya Rendi seraya melangkah mendekat ke arah adiknya.

Awalnya Devan ingin memprotes pertanyaan kakaknya, karena sudah sejak lama Devan tidak mendengar pertanyaan tersebut. Kini ia kembali mendengarnya lagi. Entah apa motif Rendi menanyakan hal tersebut, Devan tidak tahu. Yang Devan ketahui Mario dan Rendi mempunyai sebuah perjanjian. Perjanjian yang sepertinya adalah alasan di balik permasalahan Fira dan Mario yang menjauh.

"Jawab, jangan bengong!" Rendi kesal bukan main saat pertanyaannya diabaikan.

Devan melirik sekilas sang Kakak yang sedang duduk di sampingnya seraya mengunyah makanan ringan dari dalam toples yang berada di pangkuannya.

"Kenapa lo kepo la---"

"Jawab aja, enggak usah nanya balik," Rendi memotong ucapan Devan dengan kalimat yang sangat ia tekankan.

Devan meneguk salivanya, ia merasa Kakaknya kembali seperti dulu. Saat Fira menjauh dari semua remaja di Perumahan Flamboyan, kecuali dengan teman wanitanya. Rendi yang terlihat begitu penasaran dan terus mengawasi hubungan Fira dan Mario. Apakah sebenarnya selama ini Rendi masih melakukan itu semua?

"Iya,"

Rendi tersenyum licik lalu kembali mengunyah keripik singkong. "Besok kalau lu liat mereka dekat sedikit aja ... kabarin gua, ya," tuturnya.

Devan terkejut mendengar permintaan Rendi. 'Devil come back?'

"Iya, Bang," jawab Devan patuh, ia mendadak tidak berani melawan Rendi.

Sudah sangat lama Devan tidak melihat senyum licik itu lagi, tapi mengapa sekarang Devan kembali melihatnya. Devan merasa iba kepada Fira, Fira seakan tidak ditakdirkan bahagia. Dan juga ia kasihan dengan Mario, lagi dan lagi, orang jahat selalu ingin mereka berjalan.

Baru beberapa hari terakhir ini Devan melihat senyum terukir di wajah Fira. Biasanya hanya ada wajah datar dan jutek yang muncul dari wajah Fira. Tapi, apakah nanti Fira akan kembali tersenyum jika Rendi berusaha keras  untuk membuat mereka menjauh?

Devan tidak ingin Fira kembali kehilangan senyumannya, tapi Devan tidak dapat berbuat banyak. Karena pada kenyataannya perebut kebahagiaan Fira adalah Kakaknya sendiri. Devan tidak ingin membela salah satu dari mereka dan berakhir sebagai pengkhianat. Devan tidak membenarkan Mario ataupun Fira tapi Devan juga tidak menyalahkan Rendi.

Ia tahu sifat Kakaknya sejak kecil, Rendi adalah orang yang sangat optimis. Dia akan berjuang sekuat tenaga dan dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dia inginkan. Hanya saja, Rendi menghalalkan berbagai cara untuk menjauhkan Fira dan Mario.

'Gua harus apa? Lawan Kakak bela teman? Atau diam aja lihat semuanya sampai akhir?'

'Jahat banget dong gua kalau biarin Fira terus sedih.'

'Tapi kalau melawan Kakak, yang ada gua gak bisa bantu Fira dan yang lainnya. Diam dulu deh.'

Devan seakan berperang dalam batinnya. Devan tidak tahu harus apa sekarang. Yang ia inginkan adalah kejadian dulu seharusnya tidak pernah terjadi.

☀☀☀

Rendi memasuki kamar yang didominasi warna abu-abu dan putih. Rendi berusaha mengingat dimana ia menyimpan album foto yang sudah berbulan-bulan lamanya tidak ia sentuh kembali.

Mata Rendi mengedar ke segala penjuru, memastikan kemungkinan dimana album tersebut berada. Rendi melangkah memasuki kamar lebih dalam lagi.

Rendi tersenyum saat melihat laci bagian bawah lemari pakaian miliknya. Rendi melangkah lebar ke depan lemari, dan berjongkok tepat di depan laci kecil.

Rendi membuka laci kecil yang tepat berada di bagian paling bawah lemari. Di sana terdapat banyak berkas-berkas penting milik Rendi. Rendi terus mencari keberadaan album foto tersebut, ia yakin terakhir kali ia menyimpan album tersebut di laci ini.

"Lo cari ini?" tanya Devan dari ambang pintu kamar Rendi.

Rendi bangkit lalu menoleh ke sumber suara, mata Rendi melebar saat menyadari apa yang sedang di pegang oleh Devan. Dengan sangat keras Rendi menendang laci tadi sampai menghasilkan bunyi yang sangat nyaring.

"Dapat dari mana lo?" sinis Rendi.

Devan tersenyum lalu mengarahkan album tersebut ke belakang tubuhnya, Rendi sempat geram melihat tingkah sang Adik. "Balikin!"

Devan tersenyum lebih lebar. "Zhafira Renata Putri, gadis baik, polos, petakilan, cuek, heboh, cerewet, usil, dan sangat gue suka,"

Rendi terkejut saat Devan mengucapkan kalimat yang sempat ia tulis di balik foto Fira. Rendi ingat kapan dan di foto mana Rendi menuliskan kalimat tersebut.

"Lancang banget lo buka-buka privasi orang!" bentak Rendi kepada Devan.

"Zhafira Renata Putri, lo lembut tapi sayang hati lo sekeras batu. Saat lo menyukai satu laki-laki lo akan sangat fokus dengan dia. Sampai tanpa sadar lu sudah membangunkan macan yang tertidur," Devan kembali melontarkan kalimat yang berada di salah satu foto yang berada di album.

Tangan Rendi terkepal kuat di samping tubuhnya, Rendi siap melemparkan tinju kapan saja kepada Devan. Tidak peduli jika Devan adalah adik kandungnya sendiri.

"BALIKIN, Dev!" wajah kesal Rendi begitu kentara ketika ia sudah teriak. Merah dan matanya sangat tajam. Devan sempat merasa takut, namun dia bisa mengendalikan rasa takut itu. Devan mundur satu langkah saat Rendi melangkah maju.


"Kalau gua enggak bisa tersenyum, lo juga enggak akan bisa tersenyum, Fir," Devan kembali mengucapkan kalimat yang sempat ia baca.

Dugh!

Kemarahan Rendi memuncak saat Devan dengan sengaja menjatuhkan album foto yang ia sembunyikan di balik punggungnya ia jatuhkan ke lantai satu dari sela-sela pembatas besi lantai dua.

"Lo jangan gegabah dalam mengambil keputusan! Sekali lo melangkah maju untuk bantu Mario dan Fira! Lo berhadapan dengan gua! Kakak lo sendiri! Yang jelas sangat tahu titik kelemahan lo. Camkan itu baik-baik," ancam Rendi kepada Devan lalu melangkah cepat memasuki kamarnya dan menutupnya sangat keras.

Dugh!

Devan terlonjak saat pintu tersebut tertutup. Devan menoleh ke lantai satu tepat ke arah album foto yang tergeletak begitu saja di lantai. Devan bergerak hendak menuruni anak tangga, namun bentakan Rendi mampu membuat langkahnya terhenti dan tubuhnya melemas detik itu juga.


"DIAM DI TEMPAT! ATAU KUCING PERSIA LO MATI DI TANGAN GUA,"

Devan terduduk di anak tangga paling atas, Devan tidak berani menoleh ke arah Rendi. Devan yakin kucing persia pemberian Mila sekarang berada di gendongan Rendi.

Mila adalah wanita yang mengisi kekosongan hati Devan, wanita itu merupakan sahabat terbaik Devan dan Devan menaruh hati kepada Mila. Sayang, Mila sudah tidak ada di dunia ini, Mila meninggal saat kecelakaan mobil dua tahun lalu.

Hanya tersisa kucing persia dan kucing anggora saja yang masih Devan miliki untuk selalu mengenang sahabatnya tersebut. Dengan kucing-kucing tersebut, Devan merasa Mila berada di sisinya ikut bermain dengan mereka. Dan Devan tidak akan rela jika kucing tersebut di bunuh oleh Rendi.

"Bagus, masih sayang juga lo sama nyawa kucing ini," ucap Rendi tersenyum menyeringai lalu melangkah mendekat ke arah Devan.

Rendi melempar kucing persia berbulu abu-abu di gendongannya ke arah Devan. Dengan sigap Devan menangkap kucing tersebut.

"Lo bongkar rahasia gua ke mereka, kucing lo mati di tangan gua. Semuanya. Ingat itu? Semuanya. Habis 'tak tersisa," ancam Rendi lalu melangkah turun.

"LO BAKAL CELAKA KALAU LO BUNUH KUCING! KUCING ADALAH HEWAN SUCI INGAT ITU, BANG!"

"KUCING LO ENGGAK BISA, YA, SIAP-SIAP AJA KOLEKSI BURUNG LO YANG MATI!" teriak Rendi dari bawah, ia mengambil album foto yang sempat Devan lempar.

Rendi tersenyum puas saat Devan terdiam hanya karena ancaman bohongannya. Rendi hanya berpura-pura mengancam, mana mungkin Rendi tega membunuh kucing pemberian seseorang yang di sayang oleh adiknya. Dan, mana mungkin dia tega membunuh koleksi burung Devan, yang sudah jelas Rendi dan Dandi -- Ayah Rendi -- ikut membantu Devan mencari berbagai macam burung tersebut.

Ingin rasanya merutuki kebodohan Devan, namun untuk saat ini ia biarkan saja. Emosi Rendi naik saat mengetahui Devan dengan lancang membuka album foto miliknya. Album yang di mana terdapat banyak kenangan di dalamnya.

Devan tertegun begitu menyadari sifat lembut Rendi menghilang begitu saja hanya karena Mario dan Fira kembali terlihat dekat. Devan melihat Rendi keluar dari rumah sembari membawa album foto. Setelah itu ia mendengar suara derum motor Rendi melesat pergi, Devan buru-buru berlari ke kamarnya yang berada di samping kamar Rendi.

Devan duduk di tepi kasur lalu meletakkan Meo di karpet kamarnya. "Diam ya Meo,"

"Meong," sahut kucing persia tersebut seakan ia mengerti bahasa manusia.

Devan meraih ponselnya yang berada di atas nakas lalu mengetikkan sebuah pesan di grup kelas.

KELUARGA BAHAGIA IPA2 (30)

Devano Alvian Derkani
WOI!
Disini ada yang suka kucing gak?

Deandra Trasta
Kenapa Dev? Lo mau jual kucing?

Emily Claudyaa
Dev lo jual kucing lo?

Andika Pratama
Wanjay, sini gua bayarin @Devano Alvian Derkani

Devano Alvian Derkani
Gua mau nitip. Bkn jual.

Zhafiraaa
Sn

Andre Hirmawan
Anjir Fir. Lo ngetik aapaan?

Emily Claudyaa
Bahaha, sngkt pdt dn jls

Mario Rmdhn
Kcg ap?

Devano Alvian Derkani
Jangan singkat" woi
Pusing gua bacanya

Mario Rmdhn
KUCING APA?

Andre Hirmawan
Santai dong @Mario Rmdhn

Mario Rmdhn
Hm

Zhafiraaa
Cpc @Devano Alvian Derkani

Devano Alvian Derkani
Ok @Zhafiraaa

Mario Rmdhn
Ekhem.

Kinara Danti
132ur
Rame
Dev, sini kucingnyaa buat gue

Devano Alvian Derkani
G u bau! HAHA

Zhafiraaa
PC DEC!
V

Zahranita
Bahaha, caps jebol buketu?

Devan pun menutup obrolan grup saat Fira mulai spam line dengannya. Tangan Devan bergerak membuka roomchat dengan Fira.

Zhafiraaa
P
P
P
P
P
P
P
P
P
Sini kcngnya
P
Bd ah.

Devano Alvian Derkani
Serius mau ngerawat gak?
Mau yang anggora apa persia?

Zhafiraaa
Iy
Prsia

Devano Alvian Derkani
Jangan dicuekin ya kucingnya, harus di sayang di jaga.
Nanti kalau udh waktunya, bakal gua ambil

Zhafiraaa
L g prcy sm w?

Devano Alvian Derkani
Percaya kok
Otw rumah lu bawa kucing unyu

Devan menutup aplikasi line, semoga ini adalah keputusan yang tepat. Menitipkan kucing kesayangannya agar aman dari ancaman Rendi. Setidaknya kucing ini akan aman jika bersama Fira, karena Devan yakin Rendi tidak akan melukai hewan yang berada di tangan Fira.

Devan meraih kunci mobil yang berada di laci nakas, lalu menyambar Meo yang sedang tertidur pulas di karpet. Devan melangkah turun dan mengambil kandang khusus kucing yang berada di bawah tangga.

Devan memasukkan kucing tersebut ke dalam kandang dan membawanya keluar. "Baik-baik, ya, sama Fira," gumam Devan pelan.

☀☀☀

"Dijaga ya, Fir,"

Fira mengangguk, ia sudah mulas mendengar ucapan Devan yang seharusnya tak perlu ia dengar. Jika ia sudah menawarkan diri untuk merawat kucing tersebut, sudah dipastikan Fira akan menyayangi kucing itu.

"Pulang!" Fira mengusir Devan yang masih duduk manis di kursi tamu yang berasa di teras rumah Fira.

"Sebentar, mau sayang-sayangan dulu sama Meo."

"Gila."

"Meo sayang, jaga diri baik-baik ya, Fira pasti bisa rawat diri kamu dengan baik, kamu jangan nakal, ya, di sini, nanti kalau semuanya sudah aman, aku jemput kamu lagi di sini." ucap Devan seraya mengelus kepala Meo.

Fira menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak waras,"

Devan memasukkan kembali Meo ke dalam kandang, kemudian ia melambaikan tangannya ke arah kucing tersebut. "Dadah, Meo sayang."

"Fix, gila."

"Dah, Fir, gua balik, ya," Devan bangkit berdiri lalu melangkah keluar gerbang rumah Fira, Devan sempat menoleh sebentar ke arah kucing persia yang kandangnya sedang dijinjing oleh Fira.

Selepas perginya Devan, Fira langsung mengeluarkan Meo dari kandangnya dan meletakkan Meo di teras rumahnya. Fira memotret Meo dan membagikannya di akun Instagram miliknya.

Zhafiraaa

Liked by Emilyclau, Andrehirmawan, and 2.364 others.

Zhafiraaa ma beloved🐱❤

Emilyclau heh woi! Captnya😂😂 @Zhafiraaa

Andrehirmawan mancay capt-nya😂 kalah lo sama kucing mar @Mario.ptr

Mario.ptr 😢

Zhafiraaa HAHA! Ad ap dgn capt? @Emilyclau @Andrehirmawan // ? @Mario.ptr

Devano.alvian JAGA YANG BENER!😡

Zahranita wanjay kucingnya @Devano.alvian kan ya Fir?

Zhafiraaa brsk! @Devano.alvian // yoi @Zahranita

Rendi.alvino kucing Devan kok ada di kamu, dek? @Zhafiraaa // kabur lo ya? @Devano.alvian

Zhafiraaa dia ntp kak @Rendi.alvino

Fira menutup aplikasi Instagramnya lalu tersenyum senang melihat respon Mario. Mario masih seperti dulu. Cemburu dengan hal apapun. Fira beruntung bisa berada di dekat Mario. Ingin rasanya Fira melangkah kembali, namun hatinya menolak.

Fira tahu, terkadang apa yang ia pikirkan tidak dapat ia lakukan.

☀☀☀

Jangan benci Rendi yaa:)

Sekali lagi terima kasih sudah membaca karyaku☺ dengan kalian vote dan komen itu udah membuat aku semangat 😘 big thanks for you❤

Salam manis dari aku💙

25 Oktober 2017.
25 Januari 2018
-Fan-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top