10|| Perjuangan Sahabat ☀
Terkadang, kita harus mengorbankan perasaan kita demi sahabat.
☀☀☀
Andre berlari memasuki ruang kelas XI-IPA 1. Tujuannya saat ini adalah mengambil tempat pensil dengan motif Hello Kitty yang di dalamnya berisikan pensil buruan Dika. Andre tersenyum saat menyadari keadaan kelas nampak kosong.
Andre menghampiri tas Dika yang berada di atas meja, tangannya merogoh bagian dalam tas mencari-cari benda yang ia cari. Setelah menemukan benda tersebut, Andre langsung melangkah lebar keluar kelas.
Sepanjang koridor banyak sekali siswi yang menertawai dirinya, namun Andre menutup telinganya. Ia tidak peduli apa kata orang, yang terpenting adalah Fira tersenyum. Andre begitu merindukan senyuman Fira.
Begitu lama mereka menjaga jarak, sampai mereka saling merasa tidak mengenal satu sama lain. Andre meringis setiap kali mengingat seberapa dekat dan jauh mereka dulu. Mereka yang selalu menjadi sorotan para penghuni Perumahan Flamboyan.
"Dre, tempat pensil siapa yang lo bawa?" tanya Emily saat Andre baru saja menutup pintu lapangan indoor.
"Punya Dika," mata Andre mencari keberadaan Fira, Dika dan Mario, namun hasilnya nihil. Di lapangan indoor hanya ada Emily.
Andre melangkah pelan menghampiri Emily yang terduduk di salah satu kursi di tribun. Andre duduk di sebelah Emily. "Mereka ke mana?"
"Mereka keluar, kejar-kejaran tadi ..." Emily menghembuskan napas. "... Gua enggak boleh ikut," sambungnya memelas.
Andre mengangguk lalu merogoh saku celananya mencari benda pipih yang selalu ia bawa kemana saja. Andre mengetikkan sesuatu kepada Vio teman sekelasnya.
Andre Hirmawan
Lo dimana? Ke lapangan indoor skrg. Pntng!
Vio Kartanegara
Kantin, nanti, gua makan dulu.
Andre Hirmawan
Skrg!
Vio Kartanegara
SIAP!
Andre memasukkan kembali ponselnya ke saku baju. Andre menoleh ke arah Emily yang terlihat sibuk dengan ponselnya. Andre menghela napas sejenak, pikiran, hati dan mulutnya sedang perang dingin saat ini. Ingin rasanya Andre menjabarkan permasalahan yang ada antara Mario dan Fira. Namun, hati kecilnya mengatakan ia harus mengerti keadaan keduanya. Tapi, mulutnya sudah 'tak sanggup menahan semuanya.
Andre butuh berbagi.
"Em ...."
Emily menoleh. "Ya?"
Andre menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Tangannya bergerak memijat pelipisnya. "Gua bingung," tuturnya pelan.
Emily mengangkat alisnya sebelah. "Kenapa?"
"ANJIR! KALIAN BERDUAAN DI SINI?!"
Andre dan Emily lantas menoleh ke sumber suara. Ternyata Vio sudah datang dengan tangan yang penuh dengan makanan ringan dan juga minuman gelas. Andre menggeleng sesaat begitu melihat Vio yang terlihat begitu rakus.
Vio melangkah mendekat ke arah Andre dan Emily. "Em, sorry gua bawa minumannya satu. Soalnya gue kira cuma Andre yang ada di sini,"
Emily terkekeh. "Lo nitip dia, Dre?"
Andre menggeleng. "Enggak, eh iya, sih, mau nitip, tapi bukan nitip makanan," Andre mengambil tempat pensil Hello Kitty yang berada di belakang tubuhnya. "Gua mau nitip ini,"
Andre mengulurkan tempat pensil ke arah Vio. "Tolong kasih, Fira. Dia ada di gerbang, jangan sampe diambil sama Dika," ucap Andre.
Vio yang diberi tempat pensil Hello Kitty oleh Andre hanya dapat bergedik jijik. "Gila kali gua bawa gituan!" ucapnya menolak permintaan Andre.
"Buru ambil, pegel tangan gua!"
Vio mengalah. Vio memberikan minuman yang ia pegang kepada Emily, 'tak lupa makanan ringannya. Dan Emily hanya menganggukkan kepalanya menerima apa yang Vio berikan. Emily meletakkan roti dan beberapa snack di atas pangkuannya.
"Cepat, ya!" Andre mengingatkan Vio, saat dilihatnya Vio sedang sibuk memasukkan tempat pensil tersebut ke baju koko yang sedang ia kenakan.
Vio mengangguk. "Sabar! Gua ngumpetin dulu. Kalau ketauan cewek gua, nanti gua dibilang banci," tuturnya sebal.
Andre terkekeh. "Pakai helm kalau malu," ucap Andre kepada Vio.
Vio langsung menoleh cepat ke arah Andre. "Lo pikir gue mau balapan!" tuturnya kencang.
Andre mengangkat bahunya acuh, lalu bangkit berdiri dan menarik tangan Emily yang tidak memegang minuman. Ketika Emily berdiri, dua bungkus snack berjatuhan mengenai kaki Andre dan juga Emily. Vio terkekeh melihat kecanggungan keduanya, dan memilih untuk meninggalkan mereka berdua.
Andre menunduk mengambil roti dan juga snack yang jatuh tanpa melepaskan genggamannya dengan tangan Emily. Andre tersenyum begitu melihat wajah kaget Emily.
"Cuma jatoh, kok, enggak usah tegang gitu," tutur Andre lembut.
Emily mengangguk ragu lalu menyeruput cappucino yang ada di tangannya. Emily tambah terkejut begitu ia menyadari jika es tersebut bukan miliknya, melainkan milik Andre. Andre hanya terkekeh pelan melihat Emily.
"Udah minum aja, lagipula gue enggak pesan itu, kok," ucap Andre seraya tersenyum.
"Serius? Nanti gue ganti, deh," Emily merasa tidak enak karena sudah meminum, minuman Andre.
"Enggak apa-apa, Em," jawab Andre.
"Serius, nih?" tanya Emily lagi.
Andre mengangguk lalu tersenyum. "Iya, udah habisin aja," ucapnya.
Andre mengukurkan sebungkus roti dan juga snack kepada Emily. "Ini juga buat lu, belum makan, 'kan, lu?" tanya Andre begitu perhatian.
Emily merasa kupu-kupu di perutnya sudah membawanya terbang tinggi melintasi awan. Emily tidak menyangka jika Andre masih peduli dengannya, setelah beberapa bulan tidak saling berbicara panjang.
"Makasih," ucap Emily sembari melepaskan genggaman tangan Andre dan mengambil dua bungkus makanan ringan tersebut.
"Sama-sama," jawab Andre.
Andre yang awalnya ingin mengajak Emily ke suatu tempat, menjadi tidak tega karena melihat Emily yang sepertinya ingin menikmati makanan dan minumannya. Sampai akhirnya Andre dan Emily memutuskan untuk kembali duduk di kursi tribun.
Andre menunggu sampai Emily menyelesaikan kegiatan memakan rotinya. Andre takut-takut untuk bercerita dengan Emily. Karena biar bagaimanapun kisah di balik hubungan Mario dan Fira yang renggang itu bukanlah sebuah hal yang pantas untuk dibeberkan/disebarluaskan.
"Lo kenapa?" tanya Emily yang menyadari kegelisahan yang terpancar dari dalam diri Andre.
Andre sedikit membungkuk dan menopang dagu dengan kedua tangannya yang bertumpu pada kakinya. Andre bingung harus mulai darimana, karena ini menyangkut masalah sahabat terbaiknya selama ini. Andre tidak tahu, pilihannya untuk berbagi dengan Emily tepat atau tidak.
"Sedih enggak, lihat Fira sedih?" tanya Andre dengan suara pelan.
Emily tertegun saat mendengar pertanyaan Andre. "Kenapa, Dre?"
"Jawab gue, Em," Andre semakin menundukkan kepalanya. "Lo sedih enggak, lihat Fira sedih?"
Emily mengangguk. "Iya, gua sedih kalau lihat Fira sedih," jawabnya tanpa ragu.
Andre mengusap wajahnya. "Gua juga,"
"Lo sedih kalau Fira sedih? Lo suka sama Fira?" ucap Emily salah tangkap.
Andre menggeleng pelan. "Bukan, maksud gue, gua sedih kalau lihat Mario sedih,"
Emily bernapas lega, ternyata pikirannya salah. Emily kira Andre memiliki perasaan kepada Fira.
"Mario rapuh, Em ... Gua enggak sanggup lihat dia serapuh ini," Andre teringat bagaimana diamnya Mario kemarin ketika menatap langit bertabur bintang.
"Mario kenapa?"
"Mario rapuh, hancur, hatinya terluka, sejak hari di mana Fira bilang kalau dia benci sama Mario," lirih Andre membuat Emily bingung.
Sejak kapan Fira membenci Mario? Lagi. Emily merasa jika dirinya tidak berguna sebagai sahabat. Dan, lagi. Emily merasa jika ia benar-benar tidak dapat memahami segala perasaan Fira. Jadi, sebenarnya siapa Emily bagi Fira dan sebaliknya, mengapa hal sebesar ini tidak pernah Emily ketahui?
Batin Emily berteriak kesakitan, namun ia sadar itu sama sekali tidak berguna.
"Em, kenapa Fira jahat banget sama Mario? Mario udah berusaha sekeras mungkin untuk jelasin semuanya sama Fira, tapi kenapa Fira egois, Em!"
Emily hampir saja menjatuhkan air matanya saat sahabatnya dibilang egois. "Fira enggak mungkin egois, Fira enggak mungkin egois, Dre," ucap Emily berulang sembari menggelengkan kepalanya.
Entah mengapa mendengar sahabatnya dikatakan egois, celah di hati Emily seolah menolak perkataan tersebut. Emily memang tidak memahami tentang perasaan Fira saat ini. Tapi perubahan sikap seseorang pasti selalu didasari oleh sebuah alasan.
Dan alasan tersebutlah yang tidak Emily ketahui.
"Em, pernah enggak lo mikir, Mario di sini berjuang untuk merebut hati Fira lagi, tapi perjuangan dia seolah sia-sia. Karena apa? Karena Fira selalu menghindar dari Mario!" kesal Andre. "Dan lu tahu, menghindar itu adalah sebuah tindakan yang egois, Em, kalau memang dia tidak mau didekati Mario. Kenapa dia enggak bilang jujur? Kenapa dia memilih diam dan menghindar?" sambungnya.
Emily terdiam berusaha mencerna perkataan Andre, Emily tidak dapat membela salah satu dari mereka karena ia tidak tahu tentang keduanya. Emily berusaha memikirkan titik terang dari sikap Mario dan Fira selama ini. Emily membenarkan jika selama ini, setelah mereka menjaga jarak satu sama lain, Mario terlihat berusaha mendekati Fira sedangkan Fira hanya diam dan menghindar.
"Itu semua, karena Fira membenci Mario, Em," ucap Andre karena Emily hanya diam tidak menjawab.
Emily menatap bola mata Andre yang berada di depannya. "Dre, lo tahu darimana kalau Fira membenci Mario? Lo tahu darimana?!" ucap Emily sedikit menekankan 3 kata terakhir. "Fira nangis setiap malam, Dre. Dia selalu keluar kamar kalau malam, cuma untuk melihat bintang dan menangis, dan lu tahu apa yang dia tangisin? Mario, Dre, Mario yang dia tangisin," ucap Emily seraya menahan emosi.
Emily terpaksa memberitahukan Andre mengenai apa yang selalu ia lihat selama ini dari balkon kamarnya. Dan Emily sangat tidak suka jika mendengar ucapan-ucapan yang seolah mengatakan perlakuan Fira itu salah. Walaupun Emily tidak tahu masalah apa di antara mereka, tapi Emily yakin, Fira tidak ingin menghindar dari Mario.
Andre tertegun saat mendengar perkataan Emily. "Em, jelasin ke gua. Seberapa sakitnya Fira karena Mario?" mata Andre memancarkan sebuah perasaan yang dapat disebut senang.
"Seberapa terlukanya Mario karena Fira?" bukannya menjawab, Emily justru kembali bertanya.
"Gue enggak tahu," jawab Andre.
"Nah, yang punya perasaan itu mereka, bukan kita. Jadi, biarkan aja mereka menyelesaikan masalah mereka. Enggak usah banding-bandingkan siapa yang lebih sakit atau siapa yang lebih terluka, karena kita tidak merasakan seberapa sakit dan terlukanya hati mereka masing-masing, bahkan mereka berduapun tidak akan tahu, siapa di antara mereka yang paling terluka dan sakit. Tugas kita sebagai sahabat bukan untuk menyalahkan yang salah ataupun yang membenarkan yang benar, tapi berusaha menetralkan apa yang salah dan yang benar," tutur Emily panjang lebar dan di balas tatapan bingung oleh Andre.
"Menetralkan yang salah dan yang benar?" gumam Andre bingung.
"Iya, kita coba buka pandangan mereka, bukan menyudutkan yang salah atau menyemangati yang benar. Tapi kita harus coba membuat mereka saling mengerti perasaan mereka masing-masing, kalau mereka enggak mau dengerin kita, yaudah, yang penting kita udah pernah mencoba bicara. Mereka pasti akan memikirkan ucapan kita kalau mereka sudah berada di titik jenuhnya," ucap Emily menjelaskan.
Andre lagi-lagi dibuat bengong oleh perkataan Emily. "Kok, lu bisa mikir gitu?"
"Mikir apa?"
"Itu yang tadi,"
"Hehe, enggak tahu,"
Andre menepuk jidatnya. "Hadeuh... sama aja ternyata," gumamnya. Sama lemotnya. Tambah Andre dalam hati.
"Oiya, Em," ucap Andre begitu teringat sesuatu.
"Iya?"
Andre menatap Emily serius. "Lu benci enggak sama gue?" tanyanya.
"Hah? Benci gimana maksud lu?" kaget Emily.
"Ya, lu benci gue, enggak? 'Kan gue jauhin lu juga, karena enggak enak sama Mario," tutur Andre menyesal.
"Enggak," jawab Emily.
"Kenapa?" tanya Andre.
"Semua yang kita lakuin itu untuk menghargai Mario dan Fira, 'kan? Mereka menjauh, kita juga, karena apa? Karena kita enggak mau mereka harus menjauh dari kita hanya karena kita dekat dengan sahabat orang yang dia jauhi. Contohnya Dika, dia enggak mau Mario menjauh dari dia, dia juga enggak mau Fira menjauh dari dia, makanya dia berusaha enggak terlalu dekat sama keduanya dan juga enggak terlalu jauh," jelas Emily.
"Iya, gue takut Mario marah sama gue karena gue dekat sama lu, yang merupakan temennya Fira,"
"Gue juga, gue takut Fira marah karena gue deket sama sahabatnya Mario,"
Emily dan Andre akhirnya paham, jika persahabatan itu harus dapat saling menghargai dan mengerti satu sama lain. Jika di dalam persahabatan ada yang salahpaham, maka jangan membuatnya semakin rumit lagi. Setidaknya itulah yang dapat mereka simpulkan.
☀☀☀
Lebih sakit Andre-Emily-Dika atau Mario-Fira?
Thanks for reading guys❤
24 Oktober 2017
23 Januari 2018
-Fan-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top