4. Sekilas kebahagiaan
"Hari ini aku sempat cemburu sebelum akhirnya merasa sedikit bahagia karenanya."
(Kim yerim)
.
.
.
.
.
.
.
Author pov
"Kau ingin bekerja disini?."
"Yah nyonya." Yeri menunduk sembari memperhatikan Seorang wanita yang lebih tua darinya.
"Tapi ini hanya warung biasa nak, kami bisa mengurusnya sendiri tanpa harus memiliki seorang pegawai." Yeri menghela nafasnya, sudah tiga kali ia mendapatkan jawaban yang sama disetiap Warung yang ia datangi.
Sangat sulit mencari pekerjaan untuk seorang wanita.
"Tak apa aku bisa menjadi pencuci piring." Kata yeri bersikeras.
"Tapi aku bisa mencuci sendiri, nak."
"Aku mohon nyonya, aku tak memiliki uang. Bantu aku, sehari saja beri aku kesempatan bekerja disini." Yeri mendekapkan tangannya, memohon agar pemilik warung itu mengijinkannya untuk menjadi pelayan disini, jika tidak menjadi pencuci pun tak apa asalkan ia mendapatkan uang hari ini.
"Tak bisa nak, aku mohon maaf."
Tetapi yeri masih tetap memohon agar ia diterima. Ia sudah mati harapan, uangnya menipis dan ia belum juga menemukan pekerjaan hari ini.
"Ada apa ini?."
Yeri menoleh kesamping, ia melihat suara bariton di pinggirnya.
"Ah maafkan kami tuan, kami sudah menggangu ketenanganmu untuk makan disini." Ucap Sang pemilik warung.
"Yah tak apa. Tapi aku seperti mendengar ada yang meminta mohon untuk bekerja disini."
"Yah tuan wanita ini memaksa untuk bekerja disini, sementara Warung kami Tak menerima pegawai apapun."
Yeri menghela nafasnya, lagi-lagi ia menyerah, sudah dipastikan lelaki yang bertanya ini akan ikut membela sang pemilik warung.
Yeri membalik kan badannya untuk meninggalkan warung ini, ia harus mencari sumber uang lagi. Tak boleh menyerah kali ini.
"Hey noona tunggu."
Langkah yeri terhenti saat lelaki tadi memanggilnya, yeri menoleh memastikan apa benar lelaki tadi memanggilnya atau tidak.
"Kemarilah." Ternyata benar ia memanggil yeri. Yeri tak bergeming.
"Noona? Kemari." Kata lelaki itu lagi.
"Oh baiklah kau tak mau rupanya, hmm bagaimana kalau kita bicara sebentar. Aku ada penawaran menarik untukmu, siapa tau kau tertarik."
Yeri melihat lelaki itu sudah berada didekatnya, tangan yeri ditarik dan langsung menuju kursi mini yang disediakan diwarung ini
Pakaian lelaki yang dihadapannya ini sangat sangat khas seorang Pengusaha, tetapi mengapa orang ini ada ditempat seperti ini. Kebanyakan orang sepertinya lebih memilih makan di restoran berbintang dari pada Diwarung kecil seperti ini.
"Kenalkan namaku mark Lee, kau bisa memanggilku mark."
Aigo, mengapa tampan sekali tuan ini- batin yeri berbicara.
Tak bisa dibohongi bahwa lelaki dihadapannya ini sungguh sangat seperti seorang dewa yunani, sangat tampan. Ditambah pesona yang dimilikinya, sungguh menarik perhatian yeri.
Yeri menggelengkan kepalanya, ia tak boleh tertarik dengan orang ini, ia sudah bersuami dan itu sangat terlarang jika ia menyukai lelaki lain.
"Aku kim yerim. Hmm, jeon yerim maksudku." Kata yeri takut-takut.
"Margamu?."
"Kim, aku memiliki suami. Suamiku bermarga jeon."
Mark nampak mengeritkan alisnya, difikiranya wanita muda dihadapannya ini seperti belum menikah. Sangat muda sekali jika bersuami, tetapi yang dikatakan oleh yeri membuat mark sedikit kaget.
"Kau sudah menikah?." Tanya mark
Yeri menganggukan kepalanya.
"Bisa tolong katakan ada apa? Aku harus pergi sekarang."
Mark terkekeh sebentar, ia sempat lupa ingin menawarkan sesuatu pada wanita dihadapannya ini. Mark mengetuk ketukan jarinya dimeja.
"Jadi begini em, yerim-ssi."
Yeri tersenyum kaku.
"Yeri saja." Katanya tenang.
Mark kembali terkekeh. Lalu lelaki itu berdeham sebelum melanjutkan perkataannya.
"Aku mempunyai hotel-"
"Kau gila!."
Tunggu mengapa yeri tiba-tiba membentak mark disaat mark belum menyelesaikan ucapannya. Kini mereka berdua menjadi pusat perhatian di warung kecil ini, bahkan pemilik warung menepuk dahinya setelah melihat yeri meninggikkan suaranya.
"Aku tak mau! Aku bukan wanita penggoda." Kata yeri melotot
Mark melebarkan matanya, yeri salah tebakan rupanya. Mark tertawa, membuat seisi Warung bertambah semakin rameh dibuatnya. Bahkan ada yang memfoto sekaligus memvidio.
"Kau berfikir sangat jauh, aku bahkan belum menyelesaikan ucapan ku." Yeri terdiam, mark kemudian tertawa lagi.
"Sudah-sudah, duduklah."
Akhirnya yeri kembali duduk sebelumnya ia kaget dengan ucapan mark jadi ia refleks berdiri, yeri menoleh ke kiri dan ke kanan, ia masih menjadi pusat perhatian. Untung sang pemilik warung sangat baik sehingga ia tak diusir karena menbuat warungnya riuh.
"Cepat katakan!." Pelan tapi tajam, yeri bertanya pada mark.
Mark tentunya menahan tawa saat melihat yeri melotot padanya, tetapi ia mengabaikan nya.
"Aku mempunyai hotel, tak jauh dari sini. Aku membutuhkan seorang resepsionis di hotelku. Kebetulan sekali kau membutuhkan pekerjaan, jadi aku berisiniatif untuk menaw-"
Mark terhenti dari perkataannya, saat yeri sudah berada disampingnya dengan mata berbinar.
"Terimasih, aku mau." Belum sempat mark selesai bicara yeri sudah berterimakasih padanya, itu menmbuat bibir mark bekedut sebelah.
Menarik sekali wanita ini
"Kau, aku bahkan belum menyelesaikan ucapanku."
"Aku tak perduli, sekarang aku kapan bisa bekerja denganmu. Oh yah. Jangan pernah menanyakan Tentang ijazah sekolahku tuan." Kata yeri masih menatap mark tajam
Justru mark disini menjadi bingung dengan sikap yeri, disini seperti yeri yang menjadi majikannya bukan dia. Sangat menjengkelkan dan juga unik.
"Mengapa tidak."
Barulah yeri merubah wajahnya menjadi murung dan sedih, ntah kenapa itu membuat mark menjadi bingung sebingung bingungnya.
"Kenapa?."
"Aku hanya lulusan SMA itu pun swasta, aku tak memiliki ijazah Kuliah. Maafkan aku." Kata yeri lirih
Mark nampak menimbangkan perkataan yeri, Apakah gadis ini anak orang tak punya hingga harus menyedihkan seperti ini. Pakaian yang dipakai yeri membuat mark merasa kasihan, seperti tak pernah dicuci. Jika pakaian itu ada dirumahnya, itu tak cocok di panggil pakaian tetapi keset. Itulah pemikiran mark.
Tetapi yeri sangat cantik jika saja ia bisa menstyle pakaian. Kecantikan yang alami, tak ada polesan make up, sama sekalipun.
Mark tersnyum.
"Yah tak apa. Hmm mari ikut denganku, kita bisa ke hotel sekarang untuk mengambil seragammu."
Mata yeri berbinar mendengarkan kata itu 'seragammu' oh tuhan, yeri tak pernah menyangka akan mendengarkan kata seindah itu.
"Benarkan tuan?."
"Yah tentu yerim-ssi, kajja."
Yeri mengangguk, ia tersenyum sembari mengikuti langkah mark dari belakang. Betapa senangnya yeri hari ini.
Tadi pagi mendapatkan kecupan dari suami tercintanya, dan sekarang ia mendapatkan pekerjaan yang mungkin akan menetap sebulan ini.
*****
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu terdengar sangat keras, Membuat sang pemilik rumah yang dari tadi melamun sekarang Harus membuyarkan lamunannya itu.
"Siapa yang bertamu siang ini." Guman nya.
Jungkook berjalan kearah pintu dengan memijat pelipisnya, ia meraih knop pintu saat sudah dekat dengan pintu.
Cleak.
Jungkook terkejut melihat orang yang berada dihadapannya.
"Hay jungkook-ssi. Masih ingat aku?."
Jungkook terdiam sembari tak melepas pandangannya pada sosok wanita dihadapanya. Bagaimana bisa wanita itu kembali kerumahnya lagi.
Jungkook mengangkat kedua alisnya.
"Ada apa?." Tanya jungkook Heran
Orang itu malah tersenyum, membuat jungkook harus Kehilangan kendali lagi untuk tak menyukai senyuman itu.
Eunha mengangkat plastik yang dibawanya.
"Mengunjungimu, hm. Aku membawa makanan untumu dan istrimu."
Eunha memberikan sejinjing plastik hitam itu pada jungkook. Awalnya jungkook diam saja, ia ingin menolak tetapi tak enak. Jadi ia putuskan untuk mengambilnya.
"Boleh aku masuk."
Jungkook membuka lebar pintunya menandakan ia mengizinkan eunha masuk kedalam
Yang pertama kali eunha lihat dan menatap semua yang berada dirumah jungkook dan yeri adalah suasanya, suasananya tak menyehatkan. Sangat kumuh, tetapi sangat rapih. Eunha jadi berfikir jika Istri jungkook itu rajin dalam mengurusi rumahnya.
"Rumahmu terlihat rapih kook." Kata euha, wanita itu mendudukan pantatnya ke kursi kecil yang berada di dekatnya. Ia melihat jungkook menatapnya.
"Terimakasih untuk ini." Jungkook mengangkat Plastik yang tadi diberikan oleh eunha.
"Yah sama sama kook. Hmm, kemana istrimu?." Tanya eunha tiba-tiba.
Jungkook terdiam, ia tak mungkin mengatakan yeri bekerja sementara dirinya dirumah, itu akan mempermalukan dirinya sendiri.
"Dia sedang kerja." Lebih baik jujur, dari pada berbohong.
"Oh yah. Wow, istrimu pekerja keras rupanya." Lagi lagi eunha tersenyum dan itu membuat jungkook geram sendiri, rasanya ia ingin meninggalkan ruangan ini tapi tak mungkin jika ia meninggalkan tamu disini, sangat tak sopan sekali.
"Aku tak memiliki jamuan. Tak apa?." Tanya jungkook.
Eunha jelas mengerti, maksud jungkook. Eunha menganggukan kepalanya, dan itu membuat jungkook bernafas lega.
Sebenarnya jungkook tak menyediakan makanan untuk eunha itu agar wanita itu segera pergi, jungkook tak nyaman dekat dengan eunha, ia takut yeri tiba-tiba pulang dan salah paham nantinya.
"Ada yang ingin kau sampaikan lagi?." Akhirnya jungkook membuka pembicaraan lagi.
Eunha terdiam, eunha cukup peka dengan ini. Jungkook seperti tak nyaman padanya, ia tau itu.
"Duduklah kau berdiri saja? Tak lelah."
Jungkook terdiam, sebelum ia duduk dengan santai.
Mengapa mukanya datar sekali, padahal aku datang kesini hanya untuk melihat senyumannya seperti malam itu- batin eunha berkata.
"Aku kesini hanya ingin berkunjung, dan mengobrol dengan istrimu. Tapi istrimu tak ada, jadi aku tak tahu tujuanku kesini untuk apalagi." Kata eunha pura pura mengeluh.
"Dia hanya ada malam hari." Jungkook berbica, membuat eunha mengeritkan alisnya.
"Memang dia Bekerja seperti apa?."
Jungkook menatap eunha tajam.
Ah ia tau jungkook nampak tak suka ia mempertanyakan istrinya itu. Baiklah euha jangan memancing ketidak sukaannya jika kau tak ingin gagal untuk mendekatinya.
"Maaf."
Jungkook ingin menjawab perkataan eunha, tetapi ia urungkan saat ia melihat yeri memasuki rumahnya dengan seorang yang asing.
"Aku pulang." Yeri belum menyadari kehadiran eunha, tetapi ia melihat mobil di depan rumahnya tadi.
Yeri melihat jungkook yang nampak bertanya padanya, yeri menoleh kebelakang. Rupanya jungkook tengah mempertanyakan mark yang ada dibelakangnya.
Yeri terdiam saat ia melirik eunha ada disini juga.
Jadi itu mobil wanita ini, guman yeri.
"Hmm mari tuan masuk. Maaf rumahku kecil jika anda tak nyaman maa-"
"Tak apa aku nyaman dengan ini." Cegat mark agar membuat yeri tak merasa kurang enak padanya.
"Yeri ikut denganku."
Jungkook berjalan kearah dapur membuat yeri was-was akan terjadi sesuatu padanya. Yeri terdiam sebelum nya mempersilahkan mark duduk dengan eunha, ia melangkah kearah dapur menyusul jungkook
*******
"Jelaskan." Ucap jungkook to the point.
Yeri menghela nafsanya lalu membuangnya.
"Aku bekerja di hotelnya. tadi aku bertemu dengannya diwarung, dan dia langsung menawarkan pekerjaan padaku."
"Cuih, ku kira dia suami baru mu."
Yeri terkejut dengan perkataan jungkook. Tak disangka jungkook setega ini mengatakan itu padanya.
"Bagaiman bisa kau berfikir seperti itu kook-ah."
"Yah siapa tau kau selingkuh karena bosan denganku."
Yeri memandang jungkook, ia tak menyangka pemikiran jungkook sejauh ini, sangat bukan jungkook nya.
"Dengarkan aku. Aku hanya memiliki satu orang yang aku kagumi yaitu kau kook-ah, jangan pernah kau berfikir aku berselingkuh darimu, Karena jelas aku tak mampu. Kau tau kook dicintai olehmu aku merasa tak percaya. Aku orang biasa dan kau kaya saat itu."
"Sudah diam jangan banyak bicara. Aku tak ingin bedebat ada waktunya kita berdebat."
Yeri tahu, jungkook pasti akan menyiksanya abis-abisan nanti malam. Ia harus menguatkan fisik dari sekarang juga ia tak mau sampai terkapar lemah jika jungkook memukulnya nanti.
*****
Malam pun tiba, yeri terdiam merenungi nasibnya yang sebentar lagi akan dimulai. Jungkook sedang mandi, mungkin setelah jungkook selesai mandi ia akan menyiksa yeri.
Harusnya yeri menolak tawaran mark saat Mengajaknya untuk mengatarkan kerumah, ia tahu jungkook akan marah. Yeri tau sifat posessiv jungkook saat yeri berdekatan dengan pria lain
Yah walaupun jungkook tak se posessive dulu. Tetapi tetap saja Jungkook masih aga mengekang yeri untuk tak berdekatan dengan pria lain
"Bahkan tadi dia tenang berdua dengan wanita tadi." Kata yeri berbicara sendiri.
"Dia hanya temanku. Tidak seperti dirimu."
Yeri terjelonjak kaget, sejak kapan jungkook berdiri di depannya. Untung saja Jantungnya tak meloncat keluar.
Jungkook terkekeh melihat ekspresi istrinya yang sangat menggemaskan ini.
"Bisa kita mulai sekarang?." Tanya jungkook tersenyum menyeringai.
"Yah baiklah." Yeri pasrah ia menutup matanya, sebelum jungkook melayangkan penyiksaan teramat menyakitkan nantinya.
Plak
Jungkook menampar yeri di pipi sebelah kanannya, membuat yeri memejam sangat erat. Merasa perih menjalar disaraf sarafnya.
Plak
Bagian pipi sebelah kiri membuat yeri hampir mengeluh kesakitan.
Brug
Tendangan pada Perutnya membuat yeri merancau, ia sangat sakit tetapi menahannya
Hingga serangan tiba -tiba ia dapatkan pada bibirnya. Jungkook menciumnya dengan membabi buta.
Yeri kaget ia membuka matanya, tak melawan tetapi ia merasa ada yang aneh dengan jungkook. Ia tak pernah dicium sebagai hukuman, ini pertama kalinya bagi yeri mendapatkan hukuman ciuman dari suaminya.
Cup
Jungkook melumatnya, memaksa memasukkan lidanya kedalam rongga mulut yeri, awalnya yeri tak mengerti tapi ia dipaksa untuk membuka mulutnya, dengan perlahan yeri membukanya. Baru sendikit tetapi lidah jungkook sudah gencang mencecapnya.
Yeri tak bisa mengimbanginya, ia meringis saat jungkook membelit lidah yeri dengan lidahnya.
Tangan jungkook sudah meremas payudara yeri.
Jungkook menghentikan ciuman pada bibir yeri, kini ia tengah mencium leher yeri dengan hisapan hisapan kuatnya.
"Hmmaaahh, jungkookhh kauu.. "
"Aku ingin kau dibawahku yeri." Kata jungkook memelan dan mendesan ditelinga yeri.
"Ini hukuman untumu, semoga kau bisa mengimbangi permainan kita ini. Aku ingin 7 ronde, tanpa berciuman."
Dan setelah itu jungkook kembali melumat bibir yeri untuk terakhir kalinya sebelum yeri terlentang di bawah tindihan jungkook.
Kamar yang hanya bermodalkan kipas angin, membuat hawa dari mereka bertambah menjadi lebih panas, sangat panas. Hingga mereka bertelanjang bulat di atas kasur empuk yang menjadi saksi bercinta mereka saat ini.
Jungkook dan yeri bergulat sangat hebat, ini keempat kalinya jungkook menyetubuhi yeri setelah 9 bulan menahannya. Dan tentu ia merasa senang karena jatah biologisnya tercapai sekarang.
Senyuman menyeringai tak pernah lepas dari bibir manis jungkook, saat ia bergerak dengan yeri pun tak bisa untuk tak menunjukkan smirknya, dibelakang ceruk kepala yeri.
Ucapan jungkook nyata, jungkook tak melakukannya dengan ciuman itu membuat yeri merasa jijik dengan suara-suara yang keluar dari mulutnya.
Jungkook benar-benar menghukumnya.
Bukan menghukun kesakitan seperti biasanya, tetapi hukuman kesakitan yang sebentar, dan merasa nikmat setelahnya.
"Kau milikku aku tak akan mau membagi dirimu dengan orang lain yeri...... Aghh"
"Ahhhhh."
Mereka sampai pada puncaknya. Yeri terengah-engah karena lelah.
Jungkook juga masih berada diatas yeri belum mengeluarkan kelaminnya dari tubuh yeri. sebelumnya ia melihat yeri yang terengah dan melamun.
Hingga satu ide muncul, dan membuat jungkook kembali menyeringai.
Jungkook kembali mengerakkan pinggulnya hingga membuat yeri memekik kaget dan sakit karena belum siap.
******
Aduh maaf yah aku bikinnya yang gak hot, soalnya kan ini puasa jadi aku harus bisa jaga-jagan gitu biar kalian gak dosa.
Wkwkwkk maaf ya, bener2 bikin batal puasa akutuh😄😄
Oke gimaana part ini?
Semoga suka yah:)
Ntar malem lebaran, minta maaf loh yah jika aku punya salah sama kalian.😊 Maaf sekali🙇
Sebelum lanjut ke part selanjutny, kalian tekan bintang dulu yah gays. Biar aku semangat nulis kedepannya😊😍😘
Oke jangan cuma baca loh yah😪
Seeyou next chapter gays😍😊😉😘😚😗😙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top