3. detak hati

"Perlakuanmu membuat hatiku berdetak tak karuan."

(Kim yerim)
.
.
.
.
.
.
.
Author pov

Benar dugaan yeri Kalau suaminya tak akan pulang malam ini setelah perdebatan tadi. Jungkook sudah biasa Selalu saja tak pulang jika ia memiliki masalah dengan yeri.

Yeri tidak tahu kemana suaminya itu pergi, Jungkook tak pernah punya kawan semenjak menikah dengannya.

Sebenarnya yeri takut jika jungkook bertindak yang tidak -tidak diluar sana, semacam mabuk.

Selama ini yeri selalu bersikap positif kepada suaminya itu, memang sulit menumbuhkan sikap itu jika orang yang yeri yakini tidak sesuai dengan fikiran positifnya.

"Aishh, Kemana suamiku itu pergi." Guman yeri, sembari meletakkan obat Pereda nyeri diatas Meja.

Yeri terdiam memandang obat yang ada didepannya, Ia sangat kesakitan tadi untunglah ia masih memiliki obat tersebut didapur, untuk jaga-jaga jika sewaktu waktu Dirinya terkena goresan di dapur, walaupun hanya Sayatan pisau tetapi obat itu lumayan bisa untuk meredakan sakitnya.

Yeri menghela nafasnya, payudaranya kembali perih, padahal obat yang tadi ia pakai baru saja diletakkan beberapa detik yang lalu.

Apa obat ini sudah habis masa lakunya? Tanya yeri dalam hatinya

Memang ia membeli obat ini sudah sangat lama, hampir 1 tahun. Tetapi yeri tak tahu jika obat itu memiliki masa laku, setau yeri jika obat semacam salep tak ada masa lakunya.

Artinya obat itu berguna sampai kapanpun. Yah, yeri tak tahu jika semua jenis obat itu semua memiliki tanggal kadalwarsa.

"Aku lapar sekali, Aku belum makan dari pagi. Aku hanya minum saja, tetapi itu tak membuatku kenyang." Kata yeri dengan polosnya, wanita itu meletakan kepalanya dimeja makan dapur, walaupun rumah yeri kecil tetapi didalamnya memiliki meja makan. Yah walaupun sangat kecil tetapi yeri bersyukur karena dapat membeli dengan uang yang selama ini ia tabung.

Yeri bangkit ia putuskan untuk tidur saja, ia tak mau merasa kelaparan terus menerus jika ia masih belum tidur. Itu membuat yeri risih sendiri pada perutnya, mengapa di situasi sekarang Perutnya itu tak mengerti dengan keadaan dirinya.

Akhirnya yeri langsung tidur, tak memikirkan apapun lagi. Tak perduli lagi dimana suaminya itu. Jika memang suaminya masih ingat padanya maka jungkook akan kembali lagi kerumahnya.

********

"Minggu depan aku menikah." Jungkook yang sedang menyesap kopi pun langsung meletakkan kopinya diatas meja.

Ucapan park jimin membuatnya kaget, Satau jungkook jimin itu orang yang tak mudah untuk memutuskan hal-hal yang sejauh ini. Jimin itu masih suka mempermainkan banyak wanita. Jika memang Ya, jimin ingin menikah dengan siapa wanita yang akan beruntung itu.

"Aku tak percaya." Jawab jungkook dengan santainya.

Seperti biasanya, jika jungkook bertengkar dengan yeri. Maka jungkook akan langsung pergi dari rumah dan mampir di apartment jimin. Untuk apalagi, selain untuk meminta makan jungkook juga merasa tenang disini, karena ia sedikit bisa mengurangi masalahnya dirumah.

"Yah aku akan menikahi seulgi. Huh, aku sebenarnya belum terlalu siap untuk menikah. Apalagi jadi ayah diusia yang masih muda seperti ini."

"Seulgi hamil?." Jungkook memicingkan matanya, ia tak bermaksud untuk ingin tau urusan orang lain. Tapi perkataan jimin membuatnya penasaran seketika.

"Yah, ia hamil. Aku kalut saat itu. Aku mabuk dan aku bermain dengan nya tak menggunakan pengaman apapun." Jimin menghela nafasnya.

"Usianya masih 2 minggu, rentan sekali jika keguguran. Ah, aku tak tega jika anak itu tak ada sebelum lahir ke dunia. Aku ayahnya dan aku memang harus menikahi seulgi walaupun aku belum siap menjadi suami. Mau bagaimana lagi anak itu membutuhkan sosok ayah." Lanjut jimin sembari memijat pelipisnya. Jakun jimin bergerak gerak, bertanda jimin menelan salivanya. Karena ia tak habis pikir bahwa akan berakhir seperti ini.

"Ah iya, kau dan yeri lama menikah. Tetapi mengapa yeri belum hamil juga?."

Jungkook langsung memusatkan pandangan kepada jimin, jimin hanya menunjukkan deretan giginya saja. Jimin Benar-benar nyari mati.

"Aku belum ingin memiliki anak jika ekonomiku saja kurang." Kata jungkook yang kini menyandarkan badanya pada sofa milik jimin.

"Ck, aku kan sudah Memberi pekerjaan, tetapi kau malah menolaknya. Sebenarnya yang salah itu siapa? Yeri atau kau disini?." Ucap jimin yang membuat jungkook bungkam.

Jungkook hampir tak bisa menjawab perkataan jimin, jika saja ia tak memutuskan untuk pergi dari apartment sahabatnya ini.

"Ingat kook, kau tau istrimu sangat cantik. Ia mudah saja mendapatkan laki laki lain jika sifatmu masih seperti ini... Kerja lah, yeri membutuhkan uangmu, kau suaminya harusnya kau yang bekerja untuknya bukannya sebaliknya. Itu hanya akan membuat margamu yang seorang pria akan kalah dengan yeri yang wanita." Jimin berdiri, meninggalkan jungkook yang ingin melangkah keluar dari apartment nya.

Jungkook terdiam. Jujur, Jimin semua ucapanya membuat jungkook merasa bersalah kepada istrinya. Tetapi ia belum mau menjadi kuli diperkerjaan lain, ia hanya ingin menjadi pengusaha seperti dulu walaupun itu sangat tak mungkin, tetapi jungkook hanya ingin bekerja disitu. Tak apa menjadi bawahan yang terpenting ia bekerja di perusahaan.

"Aish Lama-lama kepalaku meledak jika terus-terusan memikirkan itu semua."

Ucap jungkook, lalu ia melangkah kan kakinya meninggalkan apartment jimin. Jungkook melangkah dengan lebar, ia memasuki lif lantai bawah. Ia ingin segera pulang, Lelah rasanya.

Jungkook terdiam di lif pandangannya tak teralihkan sama sekalipun, ia tak perduli bahwa di pinggirnya sudah ada seorang wanita cantik yang tengah memandangnya.

Jungkook tak perduli.

"Eum, Kau menyewa apartemen disini juga, tuan?." Seorang wanita tadi mencoba mengajak bicara jungkook, tetapi jungkook masa bodo saja. Ia seperti benar-benar mengabaikan sekitarnya, ia hanya melihat kearah depan dengan tatapan kosong.

"Ouh tak apa tak dijawab rupanya, untung kau tampan tuan." Guman wanita tadi

Pandangan wanita itu tak henti-hentinya melihat kearah jungkook, itu semua membuat jungkook refleks menoleh ke sang wanita asing tersebut. Mata wanita itu membulat saat ia ketahuan sedang menatap jungkook, wanita itu memalingkan wajahnya.

"Maaf, maaf." Ucapnya.

Jungkook hanya diam sembari mengangkat satu alisnya, Ia tak begitu mendengar suara sang wanita karena dia tengah tak fokus Pada apapun.

Ting!

Pintu lif terbuka, dengan langkah lebar jungkook melenggang pergi meninggalkan wanita itu.

Setiap jungkook berpapasan dengan Para wanita ia langsung mendapatkan tatapan kelaparan dari wanita-wanita itu. Sebagian juga ada yang menatapnya Seperti nampak aneh, karena pakaian jungkook yang tak seperti pakaian. Lusuh dan kusam, wajar saja itu menjadi pusat perhatian yang paling utama dari semua orang.

"Tunggu tolong tunggu!." Jungkook berhenti, ia sudah berada di luar apartment, wanita yang tadi bersamanya di lif itu berteriak sembari mengejarnya. Jungkook geram sendiri.

"Mengapa kau mengikuti ku noona?." Tanya jungkook memincing.

Yang ditanya justru hanya bersikap biasa saja.

"Ahh, aku ingin bilang padamu. Tolong bisa kah kau mengantarku?."

"Tak bisa, aku harus pulang. Istriku menunggu kepulanganku, permisi." Jungkook berniat untuk melangkah kembali. Tetapi lagi, lagi wanita itu mencegahnya.

"Aku eunha. Kau siapa?." Tanya wanita bernama eunha itu.

Jungkook tak menanggapinya, ia hanya melirik tangan eunha yang menjulur padanya. Jungkook terpaku, saat melihat senyuman milik eunha itu. Jungkook terdiam sebelum ia juga berfikir terlebih dahulu apakah harus Memperkenalkan dirinya juga?

Akhirnya jungkook membalas tangan eunha dan menjabatnya.
"Jeon jungkook."

Eunha tersenyum. Dan lagi-lagi jungkook dibuat kagum oleh senyuman itu. Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Eum maaf padahal kita baru kenal jungkook-ssi, tetapi aku tiba-tiba mengajakmu kesuatu tempat. Hm, itu tak sopan sekali kan." Kata eunha melihat reaksi jungkook.

Cukup lama jungkook diam.

"Yah tak apa, aku harus pulang noona-" ucapan jungkook terhenti saat dengan tiba -tiba eunha mencegatnya.

"Eunha saja, mengapa kau seformal itu padaku?."

"Yah maksudku eunha-ssi, yah aku harus pulang."

"Oh baiklah dimana rumahmu? Aku akan mengatarmu kerumah, mumpung aku membawa mobil disana. Mari ikut."

Tangan jungkook sudah ditarik oleh eunha, laki-laki itu tak berontak. Ia hanya diam sembari menuruti kemauan sang wanita. Jungkook menyukai senyuman eunha yang tak kalah manis dari senyuman yeri. Tetapi itu tak membuat jungkook berpindah hati, ia malah berusaha untuk tak termakan oleh senyuman eunha itu.

Mobil melaju dengan kecepatan normal, jungkook diam kembali. Ia tak tertarik membuka percakapan dengan orang asing.

"Kau memiliki seorang istri?." Kata eunha bertanya

"Yah." Jawab jungkook cepat.

"Eum, tapi kau terlihat masih sangat muda, jika dikira-kira umurku yang lebih tua." Kata eunha sambil masih fokus menyetir.

"Yah." Lagi-lagi jungkook tak perduli, ia hanya menjawab untuk menghormati eunha saja. Tak lebih.

Shit, sudah beristri rupanya. Padahal Aku ingin sekali ia menjadi milikku. batin eunha mengumpat.

*********

Yeri sudah pulas dalam tidurnya, ia mengerjap saat suara mobil memasuki halaman rumahnya. Ia mengeritkan alisnya.

Suara mobil siapa itu, tak mungkin itu jiwon. Karena jiwon selalu tak mengunjunginya malam malam seperti ini.

Dengan segera yeri keluar untuk melihat mobil itu.

Cleak

Yeri membuka pintu, jelas yang pertama yeri lihat adalah suaminya yang tengah berdua dengan wanita lain di luar mobil. Seperti tengah berbincang.

Bahkan jungkook ikut membalas senyuman wanita itu. Yeri masih memperhatikan mereka berdua, hingga mereka kompak menoleh kearah yeri. Wanita itu tersenyum dan membungkuk saat melihat yeri.

Yeri terdiam, ia hanya mengangguki semua itu. Yeri Membalikkan badanya masuk kedalam kembali.

Biarlah, ia tak mau berburuk sangka terlebih dahulu. Jungkook itu tampan pantas saja ia banyak kenalan wanita yang cantik dan menawan seperti tadi. Jika difikir-fikir yeri hanya butiran abu tak ada lebih dari semua wanita cantik yang harusnya jungkook jadikan istri.

Seperti Sudah kosong yeri terbaring lemah diatas ranjang.

Semoga jungkook ku tak memiliki hubungan khusus dengan wanita itu.

Akhirnya yeri kembali tidur, ia mendengar pintu kamarnya tertutup. Yeri tau itu jungkook, ia kira jungkook tak akan pulang. Tetapi kenyataannya ia pulang dengan wanita cantik. Yang mebuat hati yeri tercabik-cabik.

Ranjang bergetar menandakkan seseorang berbaring ditempatnya. Nampaknya jungkook sedang membuang nafasnya, laki-laki itu melihat kearah yeri yang membelakanginya.

Lalu jungkook bingung  terlalu gengsi untuk berucap kepada istrinya. Akhirnya jungkook tak perduli, dan berakhir tertidur dengan Mulut sedikit terbuka.

Yeri belum tidur, ia menangis sembari menahan isakkannya agar tak didengar oleh jungkook. Ia sangat hancur Sekarang, suaminya benar-benar tak perduli padanya. Itu semua membuat yeri sakit hati karena diabaikan oleh jungkook.

******

Jungkook sudah terbangun ia melihat sisi ranjang yang kosong.

Jungkook mengucek kedua matanya, ia melihat kearah jam yang menggantung di atas pintu kamarnya, ia lalu menggeleng. Jam 7 pagi. Dan jelas yeri sudah bangun terlebih dahulu.

"Huahh. Dimana dia." Jungkook melangkah keluar kamar, ia menuju dapur mencari keberadaan yeri.

Walaupun jungkook terlihat sangat tak perduli dengan yeri, tetapi aslinya ia sangat perdulu sekali. Ia selalu mencari yeri jika sehabis bangun tidur, ntah alasanya apa tetapi itu sudah sering dilakukan jungkook dipagi hari mencari sang istri.

Jungkook sampai didapur, pertama yang ia lihat adalah sebuah nasi dan beberapa lauk sederhana yang berada diatasnya. Jungkook terdiam, yeri memasak sarapan untuknya.

Yeri juga membuat kopi untuknya. Jungkook berfikir apakah wanita itu sedang banyak uang hingga membuatkan ini semua.

Jungkook melihat yeri yang tengah mencuci pakaian. Punggung mungil itu membuat jungkook tak tahan sendiri, jungkook ingin memeluk sang istri seperti dulu. Menciumnya dipagi hari, menggodanya, dan sering membuat pipi yeri memerah akibat rayuannya.

Jungkook merindukan itu semua, tetapi sekarang sudah berbeda ia dan istrinya sudah tak seperti itu lagi. Rasanya terlalu gengsi jika jungkook memulai seperti dulu lagi, walaupun memang benar bahwa jungkook lah yang seharunya memulai nya dari awal agar hubungannya dengan yeri tak terus-terusan seperti ini.

"Kook-ah makanlah, aku sudah membuatkannya." Yeri nampak terlihat cuek padanya.

Jungkook jadi mengeritkan alisnya, tak biasanya yeri berbicara tanpa menatapnya. Tetapi sekarang yeri belum melihat kearahnya sama sekalipun.

"Aku pamit, aku akan kerja." Yeri lalu masuk kedalam kamarnya setelah mengucapkan itu, ia mengambil beberapa keperluan yang hampir ia bawa setiap hari

Yeri keluar kamar, ia tersentak kaget saat jungkook berdiri tepat di hadapannya.

"Ada apa?."

"Hah, tak ada."

"Kau?." Tanya jungkook Pada yeri. Yah yeri sangat aneh saat ini.

"Ouh maaf aku hmm aku sedang mens jadi maaf mood ku sedang tak baik. Minggir aku ingin segera pergi aku akan terlambat nanti."

Sepertinya yeri benar-benar berbeda dengan jungkook. Ada apa sebenarnya alasanya yeri tak masuk akal, sehingga membuat jungkook terheran heran sendiri.

"Bisa tolong minggir."

Jungkook masih menatap lekat yeri.

"Berusaha menghindar?."

"Tidak jungkook, aku hanya dalam mood yang tak baik. Sebaiknya kau menyingkir aku tak banyak waktu untuk menjelaskan ini semua, kau tau aku harus mencari uang untuk kita berdua."

Ntah kenapa perkataan yeri membuat relung hati jungkook sakit seketika, ucapan yeri sangat memohok sekali. Ia seperti baru menyadari kemalangan istrinya ini.

Jungkook ingin memeluk tubuh ini, tubuh istrinya. Kasih sayang yeri kepadanya sungguh sangat jungkook rindukan itu.

Yeri kembali berjalan kearah keluar saat jungkook sudah menyingkir, tetapi langkah yeri harus terhuyung kembali saat sebuah tarikan mencengkam ditangannya.

Cup.

Yeri membelalakan matanya, jungkook menciumnya untuk sekian lama yeri tak merasakannya, walaupun hanya dipipi tetapi itu mampu membuat yeri kaget seketika.

"Semangat kerja istriku, terimakasih untuk semuanya."

Cup.

******

Sesuai target aku kalau vote udah nyampe 20 aku up, dan itu udah nyampe jadi aku putusin up sekarang.

Terimaksih yang sudah mendukung aku buat nyemagatin cerita ini😉😙😌

Tanpa bantuan dan dukungan aku gak akan semangat buat nulisnya.

Apalagi nulis itu butuh fikiran kan, jadi kalian jangan cuma baca doang. Tapi kasih bintang juga dong,, 😊 oke.

Kali ini aku up lagi kalo vote nyampe 30.

Hmm gimana part ini?

jangan lupa Comment yah😚😚

See you dichapter selanjutnya:*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top