19. kejutan menyakitkan

               "Ini akhir dari cerita kita. Maafkan aku tak bisa bersamamu."

                  (Kim yerim)
                            .

                            .

                            .

                            .

Author pov

Hari ini adalah hari pernikahan jungkook dan Eunha. Dan hari ini juga adalah hari dimana Yeri merasa hatinya hancur berkeping-keping. Semenjak kemarin sore Eunha datang kerumahnya, dan membawa jungkook pergi bersamanya. Dan hari itu juga jungkook belum pulang kerumahnya lagi.

  Ia mengusir jungkook karena ia merasa sangat sakit. Niatnya yang ingin berbaikan dengan jungkook, luntur sudah karena suaminya itu telah meruntuhkan keyakinanya untuk memberi kesempatan pada jungkook. Yeri tak pernah berharap bahwa jungkook akan bersikap lembut lagi padanya, tetapi yang Yeri harapkan adalah. Bagaimana  agar jungkook bisa menganggapnya sebagai seorang istri yang patut untuk disayangi, bukan sebagai pembantu yang sering di perintah seenaknya.

   Yeri menunduk lesuh, ia menatap lantai rumahnya. Rasanya air mata Yeri sudah habis karena seharian menangis terus-menurus, menangisi jungkook yang tega padanya.

Entah kenapa hari ini Yeri sangat malas untuk beranjak dari kamarnya, seharian ini wanita itu belum membuka pintu kamarnya sama sekalipun.

Tidak makan, tidak minum. Bahkan tidak tidur semalaman, dia terlalu banyak berfikir tentang suaminya itu. Apalagi hari ini suaminya sedang berbahagia karena menikah dengan wanita yang berkelas, tidak sepertinya yang biasa saja cuma kelas rendahan.

Tok

Tok

Tok

"Yerim! Buka pintu kamarmu, Eomma ingin berbicara. Kau mengurung dirimu seharian disini, apa kau baik-baik saja didalam, nak?."

Yeri menatap pintu sendu, Joohyun pasti sangat khawatir melihat keadaanya yang sekarang. Joohyun tahu perihal pernikahan Jungkook Dan Eunha yang dilaksanakan hari ini. Mengetahui itu, joohyun tergesa-gesa untuk menemui Yeri. Dan saat Joohyun sudah berada dirumah putrinya itu, pintu rumah yeri tak terkunci. Hingga memudahkan joohyun untuk masuk. Tetapi joohyun sempat kaget saat pintu kamar yerim tertutup sangat rapat. Dan pastinya terkunci dari dalam

Bertapa hancurnya perasaan yeri sekarang ini. Orang yang ia puja-puja, ia korbankan, dan ia pertahankan. Ternyata akan memiliki wanita lain. Jungkook tak tahu sebesar apa perasaan yeri padanya. Yang mungkin jungkook tahu, kalau yeri mencintainya dan tak mau kehilangannya. Tanpa sadar bahwa yeri hampir gila saat hari ini datang, hari dimana jungkook akan terbagi.

       Mata yeri bengkak, ia sangat lelah. Ia tak bisa menurunkan kakinya begitu saja, ia malas untuk bangkit dari ranjangnya. Yang ia lakukan adalah meringkuk dengan tangan yang memegangi dadanya. Tak menangis tetapi yeri cukup sesak merasakan kehancurnya hari ini.

"Yerim buka!."

Suara bariton terdengar begitu nyaring di telinga yerim. Yeri tak begitu jelas mendengarnya, ia tahu itu adalah suara seorang pria. Tetapi siapa? Yeri merasa tak asing mendengarnya.

"Ini aku mark, dan ibumu. Ibumu ingin bicara yeri. Jangan mengurung diri dikamar. Tolong buka yeri!."

Air mata yeri meluruh begitu saja. Bahkan mark sang majikan nya di tempat ia berkerja sudah tahu bahwa ia sedang kesakitan hari ini. Apa seburuk itu yeri? Kenapa tak ada yang bisa menjaga rahasia? Padahal yeri ingin merahasiakan hancurnya hubungan jungkook dengannya. Tetapi kenapa ada yang membocorkannya.

Itu mampu membuat yeri malu. Karena ia merasa gagal dalam menjalani rumah tangganya bersama jungkook.

"Sayang, eomma ingin berbicara. Yerim buka pintunya, Eomma mohon." Teriak joohyun sembari terus mengetuk-ketuk pintu kamar pintu putrinya itu.

"Apa sekarang aku dobrak saja Ahjumma?." Mark bertanya pada joohyun. Karena mark juga merasa kasihan pada joohyun yang sudah menangis melihat yeri tak kunjung membuka pintu kamarnya.

  Mark dan joohyun takut saat membuka pintu yeri dalam keadaan yang tak memungkinkan.

"Silahkan mark-ah, itu jalan yang terbaik." Joohyun mundur kebelakang sembari mengusap air matanya yang meluruh semakin deras.

Mark menganggukkan kepalanya, ia berancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar yeri. Ia menarik nafasnya dalam mengumpulkan tenaga agar pintu kamar itu bisa terbuka.

    Brak!

Pintu terbuka begitu lebar. Joohyun dan mark buru-buru memasukinya. Mereka khawatir dengan yeri yang berada didalan tanpa berkata-kata apapun.

Tubuh joohyun melemas saat melihat yeri menatap kosong kearahnya, dengan mata yang sembab dikelilingi lingkar hitam disekitar matanya. Joohyun segera menarik yeri kedalam pelukannya.

  Yerim tak bertenaga ia lemas, ia tak kuat menompang tubuhnya lagi. Hingga ia tak bisa untuk mempertahankan keseimbangannya, ia terlelap karena tak kuat untuk membuka mata terlalu lama.

Joohyun merasa yeri semakin lemas saja. Wanita tua itu langsung melihat kearah putrinya yang berada di pelukannya.

"Kenapa ini. Mark."

Mark langsung melihat kearah joohyun.

"Ahjumma, yeri pingsan."

                          ****

Ruangan yang sudah didekor sebaik mungkin menjadi pusat perhatian para wartawan yang berada di sini. Masing-masing pihak keluarga merasa senang setelah melihat anak mereka sudah terpikat dalam satu ikatan.

   Harapan mereka terwujud dengan mudah, walaupun pernikahan ini bukanlah pernikahan sepasang ingsan yang saling mencintai. Tetapi tetap saja mereka merasa bahagia karena bisa menyatukkan anak mereka.

"Cepat beri kami cucu." Kata nyonya jung ketika melihat eunha datang untuk memeluknya. Tuan jung mengelus puncak kepala eunha dengan sayang, tak menyangka jika putri kecilnya sudah memiliki suami.

"Jungkook, kumohon jaga eunha untukku." Tuan jung menatap jungkook yang berdiri dihadapanya, dan berada dibelakang eunha.

Lelaki itu hanya berdeham saja, tak berniat membalas lebih pada tuan jung. Entah kenapa hati jungkook tak tenang hari ini, ia terus-terusan memikirkan yeri, sedang apa istrinya itu? Apakah yeri baik-baik saja? Jungkook kelabakan sendiri memikirkannya.

"Kau akan kemana jungkook?." Eunha terkejut saat jungkook berjalan Menjauhinya, tak tahu akan kemana laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu akan pergi.

"Aku akan menemui yeri." Jungkook mengabaikan Eunha yang teriak-teriak dan menghebohkan semua yang ada disini.

Biarlah jungkook dibilang tak baik oleh semua orang, karena membuat keributan diacara yang seharusnya menjadi kesenangannya. Tetapi jungkook tak perduli sekarang yang ia inginkan adalah bertemu dengan yeri.

Jungkook melepas toxedo hitamnya. Ia lalu menghampiri jiwon saat melihat wanita tua itu melangkah kearahnya.

"Eomma boleh kah aku meminjam mobilmu sebentar aku ingin bertemu yeri." Tanya jungkook To the point, lelaki itu sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan istri pertamanya itu.

   Jungkook takut yeri kenapa-napa.

"Eomma ikut. Eomma ingin melihat keadaan yeri juga." Jungkook langsung menganggukkan kepalanya.

Mereka melangkah keluar dari rumah besar itu.  Walaupun pestanya belum selesai tetapi mereka tak mementingkannya. Bahkan didalam sana sudah terdengar keributan, entah kenapa. Mungkin itu adalah wonwoo yang mengumpati kasar jungkook dan jiwon yang pergi tanpa izin darinya.

Jungkook dan jiwon langsung memasuki mobil dengan tergesa-gesa, karena bodyguard wonwoo mengejar mereka berdua. Jungkook memegang kendali mengemudi, lelaki itu langsung menjalankan mobilnya saat mereka sudah berada di dalam Mobil.

                            ****

"Bagaimana keadaan putri saya dokter kim?." Tanya joohyun saat melihat dokter bernametag kim itu keluar dari ruangan yeri.

Joohyun langsung berharap bahwa yeri tak kenapa-napa. Ia khawatir gangguan psikis yeri terganggu lagi, dan nanti akan membuat yeri menjadi nekad melakukan hal yang membuat luka dirinya sendiri.

"Yerim tak kenapa-napa, dia hanya merasa tertekan. Hmm boleh saya tanya Nyonya Bae?." Tanya dokter kim dengan suara yang sedikit membuat joohyun was-was kalau dokter kim akan menayakan hal seseuatu yang membuatnya sedih.

"Apakah yeri sering mendapatkan tindakan kekerasan? Seperti nya ia sedikit terganggu kejiwaanya."

Mata joohyun melebar setelah mendengar suara dokter kim. Mark yang berada disamping joohyun pun langsung melihat wanita tua itu. Mark menatap dokter yang sedang mengeritkan dahinya.

"Bukan maksudku yeri bukan mengalami gangguan jiwa yang berlebihan. Ia hanya merasa tertekan saja sehingga psikisnya terganggu." Dokter kim melanjutkan Perkataanya.

"Tetapi putri saya tak apa kan?." Kata joohyun dengan penuh harapan.

"Yah yeri baik -baik saja. Ia sedang beristirahat nyonya Bae, silahkan jika anda ingin melihatnya tetapi jangan menganggunya dulu, ia masih butuh istirahat." Kata dokter kim dengan senyuman manisnya.

Joohyun menganggukkan kepalanya, ia mengucapkan terimakasih pada dokter kim karena sudah membantunya menyelamatkan yeri dengan tepat waktu.

"Ah nyonya Bae." Joohyun langsung berhenti saat dokter kim memanggilnya lagi. Tangan joohyun memegang hadle pintu dengan Erat.

"Yeri hamil, tolong beritahu yeri agar berhati-hati dalam melakukan apapun."

Dan itu langsung membuat joohyun dan mark tegang. Joohyun meneteskan air matanya mendengar perkataan dokter kim mampu membuat joohyun lemas.

Mark menompang tubuh joohyun saat wanita itu tak berdaya, ingin jatuh. Dengan sigap mark memegangi joohyun yang sudah terisak.

"Mengapa seperti ini, mark... Hiks." Kata joohyun diakhiri dengan isakan

Mark hanya diam ia pun tak tahu harus berkata apa, yang ia lakukan adalah memeluk joohyun agar joohyun bisa tenang.

Mark tahu perasaan joohyun, dan ia juga tahu perasaan yeri nantinya akan bagaimana saat tahu berita ini. Mata mark memejam, ternyata takdir yeri sangat tak baik masalah setiap hari datang secara bertahap-tahapan. Itu pasti yang membuat yeri menjadi tertekan seperti sekarang ini. Untung saja yeri wanita yang kuat hingga bisa mengatasi nya sendiri tanpa bantuan orang lain, mark sangat salut dengan wanita tangguh seperti yeri.

                         ***

Jungkook dan jiwon langsung turun saat mobil yang mereka tumpangi sudah berada di pelataran rumah yeri. Jungkook tak sabar ia langsung berlari menuju pintu rumah yeri.

Sangat sepi terlihat seperti tak ada orang didalamnya. Jungkook langsung mengetuk pintu rumah yeri berkali-kali.

Jiwon mengelus pundak jungkook, menenangkan putranya itu.

"Mencari siapa?." Jiwon dan jungkook langsung menoleh kearah sumber suara yang berada disamping mereka.

"Apa yeri-" Belum sempat jiwon mengatakan tetapi orang yang berjenis kelamin perempuan itu langsung mencegahnya.

"Jungkook kau tahu jika istrimu sekarang berada di rumah sakit? Dia pingsan tadi pagi." Jiwon dan jungkook langsung membelalakan matanya.

  Perempuan yang memberitahu mereka langsung mengangkat satu alisnya. Padahalkan jungkook suami yeri kenapa jungkook terlihat kaget mendengarnya berbicara seperti itu? Pikir perempuan yang berstatus sebagai tetangga yeri.

"Terimakasih atas pemberitahuannya." Jungkook membungkukan badanya, ia lalu berlari tanpa berniat mengajak jiwon. Ia kalut sekarang yang ia khawatirkan sekarang benar-benar terjadi kenyataan ternyata benar yeri sedang kenapa-napa.

Huek

Huek

Jungkook memuntahkan isi perutnya. Sebenarnya jungkook sejak tadi merasa tubuhnya lemas, dan merasa perutnya diaduk-aduk. Ia memuntahkan isi perutnya, tetapi anehnya hanya cairan putih saja yang keluar

Jiwon langsung menghampiri jungkook dengan gelisah.
"Kau kenapa kook-ah, apa yang terjadi?."

"Aku pusing, dan merasa mual eomma." Kata jungkook terus terang tanpa melihat jiwon. Lelaki itu memijat tengkuknya sendiri, ia merasa Ada yang aneh dengan dirinya. Tadi pagi ia merasa baik-baik saja. Tetapi saat siang menjelang entah kenapa ia bisa seperti ini.

"Astaga, apa kita harus kerumah sakit?." Tanya jiwon yang khawatir melihat anaknya seperti ini. Jungkook menggeleng, ia harus bertemu dengan yeri sekarang juga.

"Aku harus bertemu yeri dulu. Setelah memastikan yeri baik-baik saja aku akan periksa disana eomma." Kata jungkook menenangkan jiwon yang tanpak sangat gelisah.

Jiwon tak membolehkan jungkook menyetir, ia tak tega melihat jungkook yang pucat seperti ini.

Apa yang sebenarnya terjadi padamu itu kook-ah

                        *******

Joohyun sudah meminta izin pada mark dan yeri untuk membeli makanan diluar rumah sakit. Yeri sudah sadar tetapi yeri belum berbicara sama sekalipun, itu membuat joohyun merasa khawatir, tetapi untung saja mark memberikan Ketenangan untuknya, hingga joohyun tak merasa khawatir lagi.

  Joohyun yang sudah menenteng dua plastik hitam berukuran sedang itu, langsung kembali menuju kembali kerumah sakit. Joohyun tak tega melihat yeri memakan makanan dari rumah sakit,  itu pasti rasanya akan sangat buruk. Dan joohyun tak akan membiarkan yeri merasakannya walaupun sekecap pun.

Langkah joohyun terhenti saat melihat dua orang keluar dari pintu mobil berwarna silver. Mata joohyun melebar saat tahu siapa mereka.

Dengan tergesa-gesa joohyun menghampiri mereka. Ia tak mau jika mereka bertemu dengan yeri, cukup hari ini luka yang mereka torehkan untuk yeri. Luka yang sekarang saja belum mengering, dan jangan sampai mereka menambahnya lagi.

"Mau apa kalian kemari?." Tanya joohyun saat ia sudah berada di depan mereka. Jungkook dan jiwon merasa kaget saat joohyun menghadangnya.

"Eomma. Aku ingin melihat keadaan yeri." Kata jungkook memohon kepada joohyun, karena sudah di pastikan joohyun tak akan mengijinkannya bertemu dengan yeri.

"Jangan harap! Kau tak boleh bertemu dengan putriku!." Joohyun menatap tajam jungkook.

Jiwon yang melihat putranya di tatap seperti itu pun langsung maju, ia yang akan bicara dengan joohyun.

"Nyonya bae, saya mohon. Biar bagaimanapun jungkook dan yeri masih terikat dalam satu hubungan." Jiwon mencoba untuk menghalus.

Tetapi joohyun tak luluh ia malah menyeringai.

Joohyun membuka tas yang berada di tangannya, ia lalu mengambil kertas putih yang di masukan kedalam amplop berwarna coklat.

"Ini, ambil dan cepat tanda tangani. Mulai sekarang kau dan yeri sudah tak memilki hubungan apapun. Yeri sudah menandatanganinya." Jungkook membelelalakan matanya, begitupun jiwon yang merasa kaget mendengar dan melihat amplop itu

"Ini apa eomma?." Tanya jungkook dengan suara yang bergetar.

"Baca dan segera tanda tangani. Itu adalah keputusan dari yeri, ia ingin berpisah denganmu!." Kata joohyun tajam. Ia tersenyum menyeringai melihat jungkook menengang dengan perkataannya.

"Dan kalian pergi dari sini! Aku tak mau melihat muka kalian berdua!." Joohyun masih tersenyum menyeringai ia lalu membalikan badanya meninggalkan jungkook dan jiwon yang terpatung mendengarnya.

"Apa? Ini eomma." Jungkook melemas ia takut saat nanti amplop itu terbuka sesuatu yang mengejutkan akan membuatnya tak kuat 

Jiwon langsung mengambil amplop yang masih berada ditangan jungkook. Mengambilnya dan langsung melihat nya.

  Setelah melihat didalam amplop itu, jiwon melemas ia merasa air matanya meluruh. Apa yang ia takutkan ternyata memang benar-benar terjadi, ia tak bisa menerima kenyataan ini, yeri benar-benar tak bisa bersama putranya. Hati jiwon sesak memikirkannya.

"Ada apa eomma." Jungkook khawatir melihat jiwon yang meneteskan air matanya.

Sret

Jungkook mengambil kertas putih itu dengan sekali tarikan.

PERCERAIAN JEON JUNGKOOK DAN JEON YERIM

Deg.

Jungkook menegang saat melihat surat itu. Surat yang menandakan hubungannya dan yeri sudah terputus. Bahkan jungkook bisa melihat bagaimana rapihnya yeri menandatangi surat itu diatas materai.

Jungkook memejamkan matanya. Ia menangis didalam hati ia tak kuat membendungnya.

"TIDAKKKK!!."

                          *****

Gimana seneng gak?

Apa sad?

😢😢😢

Aku minta maaf jika ceritanya bertele-tele. Karena aku juga belum terlalu lihai buat bikin cerita yang kaya gini 😢🙇

Tapi aku minta dukungan kalian. Biar aku semangat buat lanjutin cerita ini😊

  

(Ekspresi jungkook saat membaca surat perceraian)😂

Maaf kalo typo bertebaran dimana-mana oke😚👌

Terimakasih, Seeyou 👋

Don't forget votte and koment

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top