18. harapan untuk kembali
"Berpisah mungkin jalan yang terbaik bagiku, tetapi apakah aku harus rela memberikan dia untuk orang lain?."
(Kimyerim)
.
.
.
.
Author pov
BRAK!
Suara gembrakan meja terdengar begitu sangat nyaring ditelinga.
"Apa kau sudah gila yerim!."
"Eomma ini sudah keputusanku, aku pernah berjanji pada jungkook untuk selalu bersamanya, aku hanya ingin menepatinya eomma."
Joohyun benar-benar sudah tak habis pikir dengan sikap yeri, ingatkah yeri sering disakiti oleh suaminya? Dengan bodohnya yeri memohon agar joohyun mencabut gugatan perceraianya. Dimana kepintaran yeri? Mengapa yeri menjadi bodoh sekali? Sesabar inikah yeri dalam menghadapi rumah tangga yang begitu rumitnya?
Joohyun marah, ia benar-benar tak mengerti dengan perkataan yeri.
"Kau sering disakiti oleh suami mu itu! Apakah kau tak merasa lelah?."
"Aku sudah dewasa eomma, aku bisa menjalani rumah tanggaku sendiri." Kata yeri dengan suara yang sedikit lantang, biar bagaimanapun yeri tak bisa Untuk mengingkari janji. Wanita itu sangat takut jika ia melanggar janji.
Biarpun ia yang sakit tetapi yang namanya berjanji itu tak boleh di ingkari.
"Tolong eomma. Aku ingin mencoba berbaikan dengan jungkook."
Joohyun menggelengkan kepalanya, mengapa yeri tak mengerti juga? Mengapa wanita selugu yeri harus seperti ini? Yeri itu masih sangat muda joohyun membantu yeri bercerai dengan jungkook itu agar wanita itu tak lagi merasakan sakit.
Diusia yang masih muda harusnya yeri sedang masa senang-senangnya, apalagi yeri belim memiliki anak itu pasti bisa membuat yeri bisa menjadi bebas untuk menjalani aktivitas sebagai wanita normal bersama sang suami. Dia bisa bahagia bersama suaminya di masa muda seperti Sekarang.
Joohyun hanya ingin membantu tak lebih, ia hanya merasa kasihan pada putrinya itu. Orang tua mana yang tak sedih melihat anaknya akan di madu? Semua orang tua pasti akan marah besar, begitupun dengan joohyun. Ia sangat marah pada jungkook, dan lebih marah lagi pada yeri karena bodoh dan tak memikirkan perasaanya.
Hati joohyun sangat sakit, ternyata menjadi orang tak punya itu sungguh tak enak. Ia merasa terus diinjak-ijak harga dirinya oleh keluarga yang kaya. Terutama keluarga jeon.
Joohyun memang membenci orang kaya. Karena dulu mantan suaminya adalah orang kaya sementara dia orang yang biasa saja. Sampai-sampai hari dimana Tiba, suami joohyun meninggalkannya karena ia belum bisa memiliki keturunan. usia pernikahan joohyun dan mantan suaminya pada saat itu masih berkisar 2 tahunan. Tetapi sang mantan suami joohyun menjelek-jelekan dia. Mengungkit-ungkit status joohyun yang sebagai orang tak punya, mandul, dan sebagainya.
Dan semenjak perceraianya dengan mantan suaminya joohyun juga sempat mendengar kabar bahwa mantan suami joohyun akan menikah lagi. Padahal mereka bercerai baru 4! Hari pada saat itu.
Dan disitulah joohyun menjadi benci terhadap orang kaya karena semua orang kaya itu sama saja tak mempunyai perasaan walaupun sedikitpun pikir joohyun.
"Eomma sangat kecewa padamu! Yerim!." Joohyun menggeram ia langsung ingin meninggalkan yeri. Tak kuat melihat yeri memohon-mohon seperti itu.
"Aku mohon eomma, kali ini saja beri jungkook kesempatan. Jika kesempatan ini dirusak oleh jungkook lagi, maka aku akan terima jika eomma ingin menceraikan aku dengan jungkook." Kata yeri kembali memohon, yeri sangat takut melihat gurat kemarahan dari joohyun. Ibunya itu pasti sedang menahan emosi, jika saja yeri wanita pengingkar janji, mungkin saja yeri tak akan memohon-mohon seperti ini, tetapi Dia adalah penepat janji, jadi ia tak mungkin tidak menepatinya.
Apalagi itu janjinya pada jungkook. Suaminya.
"Terserah padamu, eomma tak perduli. Terserah kau saja eomma sangat kecewa." Ucap joohyun memalingkan wajahnya.
Yeri menarik nafasnya dalam, ia menghembuskannya perlahan. Ia mendekati joohyun yang memalingkan wajahnya tak mau melihat yeri. Ada rasa sakit melihat orang pertama yang ia sayang seperti ini, joohyun adalah wanita pertama yang disayang oleh yeri. Yeri merasa bersyukur telah di didik dan dirawat sampai besar seperti ini oleh joohyun.
"Aku minta maaf eomma. Aku tahu aku salah, tetapi jangan pernah membenciku, aku menyayangimu." Kata yeri dengan memeluk pinggang joohyun dari samping.
Keheningan melanda mereka berdua. Mereka larut dalam fikirsn masing-masing. Joohyun sama sekali tak mengubah posisinya masih tetap tak mau menatap yeri, padahal yeri berharap joohyun membalas tatapan dan juga pelukannya.
"Kau sangat baik yeri.. Hiks." Hingga tak kuat menahannya, joohyun mengeluarkan isakan dari bibirnya. Mata yeri memejam merasakan balasan pelukan dari joohyun.
Bertubi-tubi joohyun mengecupi puncak kepala putrinya ini. Air mata terus mengalir dari matanya, ia merasa sangat tak percaya bahwa yeri bisa menjadi wanita yang kuat seperti ini.
"Eomma bukankah dirimu pernah mengajarkan aku bahwa jika aku pernah berjanji maka aku harus menepatinya. Aku sedang mencoba melakukanya eomma." Kata yeri mendongakan wajahnya menatap joohyun, tangan yeri terulur untuk menghapus air mata joohyun yang berlinang dipelupuk matanya.
"Tetapi, kau tahu? Berjanji itu boleh di ingkari jika kau merasa sakit yerim! Tidak semua janji bisa ditepati jika kau merasa tersakiti."
"Aku tak merasa sakit eomma. Eomma juga mengajarkan aku bagaimana menjadi wanita kuat dan sekarang aku kuat itu semua berkatmu eomma."
Joohyun memeluk yeri semakin erat. Apakah ini putrinya? Sangat membuat joohyun terharu, ia mengajarkan yeri berbagai macam agar menjadi wanita yang tangguh. Dan sekarang yeri sudah memperlajari semuanya, joohyun merasa terharu sekali, ia berhasil mendidik yeri walaupun akhirnya aga mengecewakan.
"Aku menyayangi putriku ini.. Hiks."
*******
"Yerim dingin dengan eomma. Apak kau tahu sebabnya jungkook!." Jiwon menatap tajam putranya yang menunduk.
Saat ini jiwon dan jungkook tengah berada di rumah yeri. Karena mereka saat ini ingin berbicara pada yeri, tetapi saat sudah berada dirumahnya, wanita itu tak ada. Dan itu membuat jungkook dan jiwon cemas karena tak mengetahui keberadaan yeri.
"Maafkan aku eomma." Kata jungkook dengan lirih.
Jiwon merasa tak tenang saat di rumah sakit yeri bersikap acuh padanya, itu manyakitkan. Ia tak pernah menyangka bahwa yeri bisa seperti itu padanya. Baru kali ini saja sikap yeri seperti itu.
"Karenaku yeri jadi seperti itu."
"Bagus kau mengakuinya. Sekarang katakan, katakan bagaimana caranya agar sikap yeri kembali pada semula! Dimana ia bersikap sewajarnya pada eomma!." Jiwon melototkan matanya saat jungkook mendongak untuk melihat jiwon. Baru beberapa detik jungkook melihat jiwon, ia kembali menunduk.
Jungkook memang sangat takut dengan kemarahan ibunya.
"Kau ini rumit sekali jungkook! Dulu saja kau berjanji akan selalu bersama yeri tak akan menghianati wanita itu! Tetapi sekarang? Apakah semua janjimu itu membuahkan hasil?." Tanya jiwon dengan suara yang keras. Jungkook menghembuskan nafasnya pelan, ia benar-benar sedang lelah sekarang. Mengapa ibunya menjadikan dia semakin lelah? Jungkook tau, ia tahu yeri kecewa padanya hingga sikap yeri berdampak pada jiwon. Tetapi jungkook juga tak tahu bagaimana caranya agar ia bisa memperbaiki hubungannya dengan yeri.
Menikahlah dengan eunha tanpa menceraikanku
Ucapan itu yang selalu tergiang-giang ditelinga jungkook. Yeri memang wanita yang sangat baik. Jungkook harusnya bersyukur memiliki istri sebaik yeri, tetapi jungkook benar-benar buta. Ia tak pernah melihat kebaikan yeri sedikitpun.
"Eomma meminta pertanggung jawabanmu! Eomma tak mau tahu, pokoknya yeri tak boleh bersikap seperti tadi lagi pada eomma. Apapun caranya kau harus bisa mengubahnya!." Jiwon menatap tajam jungkook.
Terdengar suara helaan nafas kasar dari jungkook. Ibunya ini memang benar-benar tak mau dibenci oleh menantunya. Jungkook harus bagaimana?
Caranya berbicara dengan yeri harus bagaimana? Jungkook pening memikirkannya.
"Kau dengar tidak jungkook!." Kata joohyun dengan suara yang kembali mengeras
"Nde, eomma." Hanya itulah yang bisa jungkook katakan, ia sejujurnya tak yakin akan mengubah yeri tak dingin pada jiwon lagi. Tetapi ia sudah berkali-kali mengecewakan ibunya, ia tak mau mengecewakannya lagi. Ada baiknya jungkook mencoba terlebih dahulu berbicara dengan yeri. Siapa tahu yeri bisa menurutinya.
Walaupun kemungkinan sedikit.
Jiwon tanpa berkata-kata lagi langsung meninggalkan jungkook yang menatap kosong lantai. Jiwon memasuki mobilnya tanpa berniat pamit pada jungkook. Terlalu benci jiwon pada sikap putranya itu.
Kebanyakan bergonta-ganti sikap jadi hasilnya seperti ini. Tak menentu dan pastinya akan menyakitkan.
Padahal jiwon tak pernah mendidik jungkook sebagai lelaki yang seperti ini. Namun kenapa jungkook bisa bersikap seperti ini? Benar-benar mengecewakan.
Jungkook sendirian saat ini, ia sempat tersadar saat jiwon sudah pergi dari rumah kecil milik yeri. Selama setahun lebih dirinya tinggal disini bersama yeri.
Mata jungkook berkabut, ia lelaki tetapi, jika ia mengingat luka yang dalam maka air mata lelakinya itu pasti bisa merebes keluar.
Jungkook menelan salivanya, ia tak boleh menangis. Dia yang sudah menyakiti tak seharusnya ia menangis, bila yang tersakiti saja tak menangis, lantas mengapa ia yang menyakiti harus menangis? Itu terdengar sangat aneh bukan?
"Wah-wah calon suamiku sudah menyambutku ternyata." Jungkook menoleh ia melihat seorang wanita modis tengah melangkah kearahnya yang sedang berdiri diambang pintu.
Eunha, yah wanita itu datang berkunjung menemuinya. Jungkook tak percaya jika eunha berani menemuinya.
"Mengapa kau ada disini?." Jungkook bertanya pada eunha dengan jari telunjuk yang mengarah pada eunha.
"Kau lupa lusa kita akan menikah?." Tanya eunha dengan suara yang di imut-imutkan.
Jungkook tak marah pada eunha. Entah kenapa, tetapi melihat bukti yang tersodor padanya itu, ia tak seharusnya marah maupun membenci eunha. Wanita itu adalah korban, dan ia juga tak pantas menyalahkan eunha sepenuhnya. Jadi ia akan berusaha untuk bersikap biasa saja pada eunha.
"Paman wonwoo menyuruhku untuk mencoba gaun pengantin yang sudah ada di rumah besarnya." Kata eunha. Eunha sama sekalipun tak menginjakkan kakinya pada lantai rumah yeri.
Mungkin wanita itu terlalu jijik untuk mendaratkan kakinya pada rumah kecil yeri ini.
"Bisakah nanti saja."
"Kapan jungkook-ah? Kita akan menikah lusa dan kita hanya mencoba baju saja."
Pernikahan jungkook dan eunha memang sangat meriah. Keluarga Jeon dan keluarga jung sangat niat sekali untuk melaksanakan pernikahan itu.
Tanpa diketahui bahwa jungkook sama sekali tak berniat, jika saja di dalam butkti ia, terbukti tak meniduri eunha jungkook pasti tak mau untuk menikahi wanita itu.
Namun realita tak sebaik ekspetasi, semuanya terkuak dan jungkook salah, ia benar-benar tak bisa berbuat apa-apa.
Ingin menolak tetapi ia takut jika sel penjara menunggu. Tidak menolak jungkook malah merasa gelisah, gelisah akan perasaan yeri istri pertamanya.
"Baiklah, tetapi aku harus menunggu yeri. Aku harus izin padanya." Kata jungkook mencoba berbicara lembut pada eunha.
Jungkook juga sebenarnya tak yakin dengan bukti itu. Ia tak merasa telah meniduri eunha, yang ia rasa ia seperti dijebak. Tetapi oleh siapa? Jungkook ingin sekali mencari tahunya, tetapi ia sangat lemah. Ia tak mampu untuk mencari tahu nya.
"Ck. Tidak bisakah kau telvon saja." Kata eunha di awali dengan decakan yang keluar dari mulutnya
Jungkook menggeleng. Yeri tak memiliki benda canggih itu, ia sendiri lah yang punya. Itupun pemberian dari eunha, jika eunha tak memberinya mungkin saja jungkook sama dengan yeri. Tak memiliki benda kotak itu.
"Tak bisa yeri tak memiliki handpone." Jawab jungkook dengan suara beratnya.
Eunha membulatkan mulutnya. Dia memang sengaja ingin berbicara seperti itu pada jungkook. Tetapi respon jungkook sangat membuat ia senang, senang karena Yeri tak memiliki apa yang seharusnya semua orang miliki.
Eunha menyukai penderitaan yang ada di hidup yeri.
Entah kenapa eunha seperti itu, ia hanya merasa membenci yeri. Hanya gara-gara yeri terlihat lemah di matanya. Eunha tahu bahwa yeri sering di sakiti oleh jungkook. Tetapi yeri diam saja tak melawan sama sekalipun, eunha membenci yeri karena yeri itu lemah. Sementara eunha tak menyukai kelemahan.
"Baiklah terserahmu saja." Kata eunha ia pun menyeringai saat melihat jungkook terlihat frustasi.
Tangan lelaki itu sudah menarik-narik helaian rambutnya sendiri. Jungkook pun berucap lirih dengan mata terpejam.
Eunha ingin tertawa mendengarkan itu.
Dimana kau yerim...
****
Sudah dua jam jungkook dan Eunha menunggu Yeri, tetapi wanita itu belum terlihat batang hidungnya sama sekalipun.
Eunha sudah merengek pada jungkook. Wanita itu memaksa jungkook agar ikut bersamanya, ia lelah menunggu Yeri yang entah kemana.
Jungkook menghembuskan nafasnya, saat ia melihat Seseorang wanita tengah melangkahkan kakinya menuju rumahnya.
Eunha menoleh kearah belakangnya, ia melihat yeri datang dengan tas ransel di tangan kanannya.
Yeri sempat terkejut saat dipelataran rumahnya terdapat sebuah mobil berwarna hitam pekat, yeri berfikir itu adalah mobil miliki jiwon. Tetapi mobilnya jiwon berwarna silver, lantas siapa pemilik mobil hitam pekat tersebut?
Mata yeri tajam ia melihat wanita yang membelakanginya, sedang berdiri sembari menaruh kedua tangannya didepan Dada.
Yeri terkejut ternyata saat wanita itu berbalik, ia adalah eunha wanita yang yeri benci. Karena telah merebut jungkook darinya.
Padahal sepenuhnya yeri tidak bermaksud untuk membenci eunha. Tetapi melihat foto bukti yang terpangpang di depan yeri, entah kenapa hati yeri berdenyut sakit melihat eunha berdiri dengan jungkook yang berada didepannya.
Jungkook melihatnya, dan detik itu juga jungkook berlari menghampiri yeri. Yeri berhenti dari jalannya, membiarkan jungkook mendekatinya.
"Yerim, kau dari mana saja? Aku menunggumu." Tanya jungkook saat menghampiri yeri dengan tergesa-gesa. Fikiran jungkook melambung jauh, ia fikir yeri kenapa-napa. Hingga wanita itu tak pulang kerumah, tetapi ia salah ternyata yeri baik-baik saja.
Mungkin yeri ingin menghindari jungkook.
"Kau diam saja, ada apa?."
"Kau datang kesini bersama eunha? Apa kau ingin meminta restu atas pernikahan kalian?." Yeri mencoba untuk tak tersulut emosi. Ia menatap jungkook dengan mata bergetar menahan tangisnya.
Eunha menyeringai dari jauh, ia tentu mendengar yeri mengucapkan kata apa. Ia menajamkan indera pendengarnya.
"Kau ini bicara apa?." Kata jungkook meraih tangan yeri untuk di genggam.
"Jungkook aku lelah, apa kau lupa kalau aku baru pulang dari rumah sakit?." Tanya yeri dengan memicingkan matanya.
Jungkook menghembuskan nafasnya kasar. Tangannya mengusap rambutnya kebelakang, ia bingung harus apa.
Yeri tak mendapat respon dari jungkook. Wanita itu langsung saja kembali melangkahkan kakinya memasuki rumah.
Tanpa mendengarkan jungkook yang sudah meneriaki namanya. Hingga saat sudah tujuh kali melangkah yeri mundur kembali, jungkook menarik pergelangan tangannya.
"Eomma merasa cemas karena sikapmu itu. Yeri demi apapun, tolong jangan membenci eomma. Biar bagaimanapun dia itu adalah mertuamu, disini aku yang salah. Tak seharusnya kau bersikap seperti itu padanya."
Yeri mengeritkan kedua alisnya, tak paham dengan perkataan jungkook. Yeri menghempaskan tangan jungkook yang mengenggamnya.
"Aku tak pernah menyamakan ibumu dengan mu. Aku masih seperti dulu menghormatinya sebagai mertua. Biar bagaimanapun dia itu berjasa bagiku. Dia yang membantuku setiap aku memiliki masalah denganmu."
Diseberang sana eunha memutar bola matanya malas. Lemah itulah yang eunha ucapkan didalam hatinya.
"Tetapi tadi kau bersikap acuh pada eomma. Apa kau tak sadar? Kau dingin saat dirumah sakit!." Bentak jungkook. Ia menahan memang menahan emosinya, tetapi ia sekarang sudah tak bisa mengontrol emosinya lagi. Ia merasa tak dihargai sebagai suami oleh yeri.
"Aku tahu, tetapi aku tak berniat seperti itu jungkook!." Yeri tak kalah tajam dari jungkook. Wanita itu membalas tatapan tajam jungkook dengan dada yang naik turun.
Jungkook sudah tak bisa membendungnya, ia marah melihat yeri seperti itu.
Plak!
"Dasar wanita tak punya Etika, beraninya menatapku seperti itu!." Jungkook menatap tajam yeri.
Jungkook sudah dikuasi oleh amarah. Ia tak ingat bahwa ia sudah berjanji akan berbaikan dengan yeri. Ini semua karena emosi hingga jungkook tak tahan seperti ini
"Pergi jangan pernah injakan kakimu disini lagi! Pergiii!." Yeri berteriak dengan suara yang keras. Sehingga jungkook dan eunha berjenggit karena kaget.
Jungkook melihat yeri berlari dengan air mata yang terurai. Ada rasa bersalah melihat yeri seperti itu.
Ia menampar yeri, dan itu pasti akan membuat hubungan yeri dengannya semakin renggang. Kenapa jungkook tak bisa mengontrol emosinya sama sekali.
Jungkook langsung mengejar yeri, ia melewati eunha hanya untuk yeri. Ia langsung menahan pintu kamar nya dan istrinya.
Yeri meraung-raung mendengar jungkook memohon maaf padanya. Hanya kata maaf lah yang yeri dengar. setelah ia memaafkan, jungkook akan berubah seperti biasanya lagi.
Dan sekarang yeri tak akan mau melihat jungkook. Terlalu sakit ia melihat suaminya itu.
"Pergi! aku tak mau melihatmu!, Jungkook aku awalnya ingin memperbaiki semuanya denganmu. Tetapi apa? Itu sudah kau rusak jungkook!."
Jungkook mengendurkan tangannya pada pintu kamar yeri. Ia langsung melihat pintu yang tertutup rapat. Apakah ia telah menghilangkan niat yeri itu?
"Aku kalut yeri. Buka aku mohon padamu." Kata jungkook dengan tangan yang mengetuk-ketuk pintu.
Eunha mendekati jungkook ia tak tega melihat calon suaminya itu seperti itu. Ia ikut geram terhadap yeri. Wanita tak tahu diuntung.
Jungkook menampar yeri eunha tersenyum sangat senang. Ia tak pernah menyangka bahwa kejadian itu bisa langsung ia saksikan didepan mata.
"Pergiiii!." Teriak yeri dengan isakkan yang keluar dari bibir mungilnya.
Jungkook menundukkan kepalanya, air matanya menetes dan jatuh kelantai. Matanya sudah berkabut karena air mata.
"Maafkan aku, aku kalut yeri."
"Sudahlah jungkook kita pergi saja. Yeri mengusirmu, sebaiknya kita pergi saja. Niatmu hanya untuk meminta izin padanya tetapi malah seperti ini. Benar-benar tak tahu tata kerama." Kata eunha.
Yeri mendengarnya, ia sesegukkan. Mendengar suara eunha 'meminta izin' membuat yeri berhenti terisak. Ia yakin jika jungkook dan eunha meminta izin padanya untuk menikah.
Yeri tak perduli, ia sudah terlanjur hancur. Benar kata joohyun janji boleh diingkari jika kita sudah merasa tersakiti. Tetapi kali ini apakah yeri akan mengingkarinya?
"Kajja." Eunha menarik tangan jungkook, jungkook hanya diam saja pasrah dirinya ditarik untuk keluar dari rumah yeri.
Jungkook menatap rumah kecil yeri. Apakah ini adalah hari terahir dirinya menginjakkan kakinya kedalam rumah itu? Jungkook menggelengkan kepalanya.
Maafkan aku yeri
Dan setelah itu eunha langsung menjalankan mobilnya. Saat ia sudah berhasil membawa jungkook.
Sendari tadi eunha ingin melakukan ini, tetapi ia baru bisa sekarang.
Yeri mendengar suara mobil yang berjalan. Ia semakin terisak saat mobil itu perlahan menjauh dari pelataran rumahnya.
Bahkan jungkook memilih pergi bersama wanita itu. Apakah jungkook tak merasa kasihan padaku?
Yeri menggeleng ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia merasa sangat hancur sekali.
Jungkook benar-benar tega padanya. Setelah menyakiti yeri, lelaki itu pergi bersama wanita lain.
Untung saja yeri itu wanita yang sabar, diam saja walaupun jungkook sering menyakitinya.
********
Kangen cerita ini?
2812 kata yay:)
Terimakasih jangan lupa votte and coment, dan spam next untuk lanjut.
Oke
Seeyou😘😘😘😘😘👌🙏❤✋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top