17. dingin

"Maafkan sikap ku ini, aku sungguh tak benar-benar menjauhimu."
  
                 (Kim yerim)

                          .

                          .

                          .

                          .

Author pov

"Yerim, eomma pulang dulu. Eomma sudah tiga hari ini belum bertemu dengan adik-adik pantimu." Kata joohyun sembari melihat yeri yang tebaring sembari tersenyum menatapnya.

"Nanti sore aku sudah pulang, jadi eomma pulanglah dulu. Dan jika eomma ingin kesini lagi menjemputku aku akan menunggu." Balas yeri yang memang mengerti dengan maksud joohyun. Bukan hanya yeri saja yang membutuhkan kasih sayang joohyun, ada beberapa orang lagi yang mungkin masih menunggu kepulangan joohyun. Yeri menyadari bahwa dia bukan anak satu-satunya joohyun, jadi ia tak boleh egois. Ia juga harus bisa membagi joohyun dengan adik-adiknya.

"Baiklah, eomma akan membayar biaya rawatmu dulu." Joohyun mengusap kepala yeri, mencium keningnya dengan lembut.

Yeri menganggukkan kepalanya dengan senyuman lebarnya.

"Eomma terimakasih untuk segalanya." Joohyun menghela nafasnya mendengarkan perkataan yeri, putrinya ini memang sangat berbeda dengan wanita-wanita lain. Yeri sangat baik, hingga sudah sering tersakiti tetapi tak pernah merasa dendam pada orang yang menyakitinya. Joohyun merasa bingung apakah ia merasa takjub pada dirinya sendiri atau malah menyesal pada dirinya sendiri, mendidik yeri seperti ini apa yang harus joohyun rasakan Sekarang? Menyesal kah, atau senang? Seperti joohyun memilih kata pertama, yaitu menyesal karena telah mendidik yeri menjadi wanita baik seperti ini.

"Tak seharusnya kau berbicara seperti itu." Kata joohyun dengan lembut sembari membelai kepala yeri dengan sayang.

"Aku bukan anak kandungmu tetapi kau telah merawat dan mendidik ku hingga aku sebesar ini, eomma." Kata yeri dengan lirih. Joohyun menarik nafasnya menghembuskan perlahan dengan hati yang berdenyut sakit

"Kau anakku yerim. Aku tak mau kau berbicara seperti itu, aku ibu mu sekalipun kau bukan anak kandungku, aku akan tetap menganggapmu sebagai anakku sendiri, yerim." Ucap joohyun tersenyum haru pada yeri.

    Joohyun kembali memberikan kecupan pada kening yeri, ia tersenyum mebalas senyuman yeri yang selalu terbit walaupun keadaan tak memungkinkan yeri untuk tersenyum.

"Eomma pamit." Setelah itu joohyun pergi meninggalkan yeri yang sedang menatap kosong kearah Orden yang Tersibak karena tangan joohyun yang menariknya.

                         ******

Yeri sudah mengemasi semua barang-barangnya sendiri, sebelumnya joohyun sudah memperingati yeri agar menunggu joohyun saja yang Memberesinya, tetapi yeri menulikan perkataan joohyun, ia tak mau merepotkan ibu nya itu. Yeri merasa kasihan karena joohyun pasti merasa lelah karenanya. Walaupun joohyun tak pernah mengatakan itu, namun yeri sudah mengetahuinya terlebih dahulu tanpa harus joohyun yang mengatakannya. Karena yeri yakin kalau joohyun tak akan pernah mengaku lelah untuk menjaganya.

Sreak.

Yeri menoleh kebelakang, ia melihat jiwon melangkahkan kakinya menuju kehadapannya. Yeri canggung, ini adalah pertama kalinya yeri merasakan kecanggungan saat berada didekat jiwon, biasanya wanita muda itu terlihat santai dan biasa saja jika dekat dengan jiwon. Lantas sekarang? Mengapa berbeda.

"Selamat siang sayang." Jiwon tersenyum manis. Ibu dari jungkook itu langsung mengusap kepala yeri.

"Pagi." Jawab yeri mengurangi detak jantungnya yang tak bisa mengurangi pompanya, yeri tak tahu mengapa ia bisa seperti sekarang ini. Sangat tak nyaman, mengapa seperti ini? Tak seperti biasanya

"Yerim. Apa kau yakin akan pulang untuk hari ini? Apakah keadaanmu memang benar-benar baik?." Kata jiwon dengan nada yang menunjukkan kehawatirannya terhadap yeri. Yah, jiwon sangat khawatir jika yeri pulang maka kondisi yeri akan kembali Tak sehat lagi. Walaupun prediksi dokter mengatakan bahwa yeri baik-baik saja dan bisa dipulangkan hari ini, tetap saja jiwon masih ragu untuk mempercayainya.

             Secara rumah sakit ini sangat murah, dan tak terjamin jika dokter yang menangani yeri itu benar-benar dengan apa adanya yaitu memeriksa yeri dengan benar, atau Malah sebaliknya.

"Bagaimana setelah pulang dari sini kau pindah kerumah sakit yang besar?." Ucap jiwon.

Yeri menggeleng cepat. Tujuan yeri sekarang adalah ingin pulang kerumahnya. Karena yeri tak betah berlama-lama ada disini, ia hanya terpaksa saja disini karena dirinya yang memang sudah tak kuat untuk menahan tubuhnya yang lemah. Tetapi sekarang yeri sudah kuat ia ingin segera pergi dari sini.

"Sayang, eomma sangat khawatir." Jiwon menghalus membujuk yeri agar mau mengikuti sarannya.

Namun yeri menggeleng untuk yang kedua kalinya. Sudah ditegaskan bahwa yeri tak ingin berlama-lama disini. Mengapa jiwon tak mengerti juga. Yeri sangat tak menyukai aroma yang menyeruak di rumah sakit.

"Aku sudah mendingan. Lagian rumah sakit itu sama saja, tidak ada yang beda." Ucap yeri tanpa keraguan. Wanita itu lantas langsung merapihkan kembali tas ranselnya, ia akan segera pulang tak mau disini apalagi ada jiwon
  
    Tidak. Bukan berarti yeri kini tengah mendiami jiwon. Yeri hanya merasa kurang enak saja hari ini pada jiwon. Entah kenapa yeri sangat tak mau bertemu dengan siapa-siapa kecuali dengan ibunya. Joohyun.

Dengan jungkook? Yeri tak mau, ia hanya ingin melihat sekilas saja jungkook. Tetapi jika untuk dipandang, yeri tak mau ia belum bisa menghilangkan rasa sakitnya saat jungkook dengan sengajanya memberikan bukti itu pada yeri.

"Yeri kau tak marah pada eomma kan." Semarahnya yeri pada seseorang, wanita itu tak pernah sama sekalipun berkata lurus seperti tadi. Itu semakin membuat jiwon takut, takut yeri membencinya. Hanya karena jiwon tak bisa berbuat apa-apa saat jungkook dan yeri tengah dilanda rasa yang berkecamuk. Walaupun, sebenarnya jiwon sangat ingin membantu dua orang itu untuk keluar dari masalahnya.

"Tidak aku tak apa. Mungkin aku sedang Tak ingin bertemu dengan siapa-siapa dulu, eomma." Entah mengapa perkataan yeri mampu membuat darah jiwon berdesir. Menantu tersayangnya ini tak mau ditemui olehnya? Baiklah, jiwon sangat tak menyangka perkataan itu keluar dari mulut yeri.

"Jika kau marah pada eomma katakan saja. Jangan berbicara seolah-olah kau membenciku yeri." Ucap jiwon menepuk lengan yeri yang terdiam sembari menatap kosong kearah depan.

"Permisi, aku akan pulang."

Jiwon tak pernah menyangka bahwa yeri benar-benar akan pergi langsung tanpa mengajaknya bersama. Padahal jiwon kesini hanya ingin menjemput yeri agar ikut pulang dengannya. Namun, ternyata secara tidak langsung yeri menolaknya.

"Diluar ada jungkook. Dia tak mau menemuimu." Kata jiwon yang membuat langkah yeri terhenti seketika.

Yeri terdiam, perkataan jiwon sangat menusuk. Untuk apa jungkook kemari jika lelaki itu tak mau menemuinya? Jika jungkook kesini hanya untuk bersantai di kursi tunggu rumah sakit. Lebih baik jungkook tak usah datang kerumah sakit ini lagi, ada bagusnya jika bersantai itu ditaman.

Tidak yeri tak mau membahas taman. Itu sama saja membuat luka lamanya kembali terungkit. Yeri meringis merasakan pergelangan tangannya yang tersengol. Lukanya belum mengering, dan mungkin sudah tiga hari ini yeri belum mengganti perbannya.

Yeri melanjutkan langkahnya tanpa menoleh kebelakang dimana jiwon berada. Yeri tau jiwon tengah menatap punggungnya, tetapi yeri tak perduli. Sekarang yeri hanya ingin sendiri ia tak mau bertemu siapapun hari ini.

    Sepeninggalnya yeri dari ruang rawatnya, jiwon meneteskan air matanya. Menahan dadanya yang sesak, setelah mengetahui sifat dingin yeri untuk yang pertama kalinya padanya.

"Ada apa sayang mengapa kau begitu." Lirih jiwon diselai segukkannya.

                          ****

Benar yang dikatakan jiwon, jungkook berada diluar. Yeri tanpak biasa saja saat jungkook langsung bangkit menatapnya dengan khawatir.

Yeri tak marah pada jungkook. Dia hanya sedang merasa kecewa saja pada suaminya itu, ia kira jungkook memang nyata dengan perkataannya, yaitu tak melakukan apapun dengan eunha. Namun setelah melihat kenyataannya? Apakah yeri tak pantas untuk kecewa pada jungkook?

Jelas saja yeri merasakannya, ia tak kuat terus-menerus seperti ini dengan jungkook. Yeri kira jungkook itu adalah lelaki yang tak pernah menghianati cintanya namun salah, ternyata jungkook sama saja dengan lelaki lainnya.

Yang hanya bisa menyakiti perempuan!

     Jungkook mengangkat tangannya ingin menyentuh kepala yeri. Namun yeri segera menghindarinya, biarkan yeri ingin bersikap acuh sehari saja pada jungkook.

Jungkook memang berjanji tak akan menemui yeri lagi, namun ia sangat ingin menarik kata-katanya. Melihat yeri berada dihadapannya mampu membuat badan jungkook ingin segera menubruk kedalam pelukan hangat yeri. Tetapi ia tak sanggup melakukannya, apalagi saat melihat yeri yang menghindar pada saat ia ingin menyetuhnya.

Maafkan aku yeri, aku sempat berjanji bahwa kemarin adalah hari dimana aku terakhir kali melihatmu, sebelum kita dipertemukan lagi dalam keadaan sudah tak menjadi pasangan suami istri

Jungkook menghembuskan nafasnya kasar. Jungkook menggelengkan kepalanya tanda ia sudah frustasi dengan ini semua.

Jika saja jungkook tak memilih ikut bersama eunha ke pesta jimin dan seulgi pada saat itu, mungkin saja sikap yeri tak akan seperti ini.

"Pertama kalinya kau menghindariku.", kata jungkook dengan nafas tak beraturan. Ia benar-benar merasa malu berhadapan dengan yeri saat ini.

Yeri diam saja.

"Aku sangat tahu kau sakit hati melihat ku melakukan itu dengan eunha. Namun asal kau tahu yeri, aku tak sadarkan diri pada saat itu.",

Ingatkah bahwa mereka kini masih berada di kooridor rumah sakit. Walaupun sepi namun tetap saja ini bukanlah tempat privasi yang bisa digunakan berbicara apapun.

"Bukannya kau berjanji tak akan meninggalkanku?." Tanya jungkook menatap yeri yang sama sekali enggan menapnya. Itu mengapa membuat jungkook sakit merasakan yeri mengacuhkannya.

"Kau tahu aku tak pernah menyangka akan seperti ini. Ibumu bahkan memaksa kita untuk bercerai, ayahku juga. Apakah memang kita ditakdirkan untuk tak berjodoh yeri?." Tanya jungkook sekali lagi, dan tak sama sekali di lihat oleh yeri. Yeri hanya diam, wanita itu memang mendengarnya namun bibirnya tak mau mengucap kata sedikitpun.

"Jika kau ingat kau bahkan pernah mengijinkanku untuk menikahi eunha tanpa harus menceraikanm-"

"Nikahi saja eunha. Tanpa berpisah dengan ku. Aku sudah diajarkan untuk teguh dalam janjiku. Jadi tak ada alasan aku untuk mundur sekarang." Setelah mengucapkan itu yeri melengos setelah lima detik bertatap mata dengan jungkook.

Tanpa perkataan lagi, yeri langsung meninggalkan jungkook yang tak percaya jika itu adalah suara yeri.

Wanita yang selama ini selalu halus padanya, bisa berkata tajam sepeti silet. Jungkook bungkam. Ini pertama kalinya sikap yeri sangat menyesakkan seperti tadi, jungkook tak menyangka jika itu adalah yeri.

Jungkook menahan sesak didadanya saat melihat yeri pergi jauh tanpa senyuman dan kata-kata halusnya. Rasanya berbeda, jungkook baru merasakan aura tajam milik istrinya itu.

Pertama kalinya yeri menyakiti hatiku karena perkataannya

                     ******

"Aku sudah memberikan semua yang kau inginkan!."

"Ck.. Ck, belum semua tinggal apartemen saja yang belum."

Jeon wonwoo menggeram setelah mendengar perkataan santai siwon. Yah, saat ini wonwoo eunha dan siwon tengah membicarakan serta memberikan seuatu yang mahal untuk siwon.

Tetapi apartment masih belum diberikan oleh wonwoo untuk siwon lebih tepatnya wonwoo sudah kehabisan dana untuk membelinya.

"Kita janji akan memberikannya secepat mungkin, tetapi kau harus janji tolong jaga rahasia ini. Jangan sampai terbongkar sedikitpun." Ucap eunha yang sudah tahu bahwa wonwoo akan siap saja melayangkan tinjuan pada wajah tampan siwon.

"Kalian itu mengapa tak bisa cepat sih! Aku lama menunggu. Aku tak punya tempat untuk tinggal!." Ucap siwon dengan senyum menyeringai. Membuat wonwoo menggeram kembali.

"Lantas kenapa kau tak membeli nya sendiri!."

"Yah terserah saja. Jika kau ingin semuanya rapih aku akan menurutinya, jika tidak yasudah terpaksa."

Wonwoo menatap tajam siwon. Banyak permainan yang siwon buat sekarang. Wonwoo adalah permainan yang sangat membuatnya senang. Jika siwon bisa ia ingin sekali selalu menggoda wonwoo hingga lelaki itu naik darah.

Naik darah terus menerus itu sangat bagus. Karena secara tidak langsung siwon membunuh wonwoo secara perlahan karena darah tinggi itu.

"Sialan keparat!." Wonwoo menendang meja yang kebetulan ada dihadapannya. Membuat beberapa berkas yang sudah ditandatangi siwon berserakan dilantai.

Eunha menahan wonwoo yang ingin menyerang siwon. Siwon terlewat sangat tenang, beda sekali dengan wonwoo yang selalu mengumpat kasar.

   Jika saja bisa wonwoo tak perlu memberikan semua kemauan siwon, karena perceraian yeri dan jungkook sudah akan tercapai, dan semua buktipun sudah di rangkai seasli mungkin dan itu tak akan mambuat semua curiga.

Tetapi siwon tetaplah siwon yang memiliki otak yang hampir seratus persen licik. Lelaki itu akan melakukan apapun asalkan ia bisa mendapatkan semuanya.

  Jika didunia tak ada yang namanya polisi mungkin saja eunha dan wonwoo tak akan takut mendapatkan ancaman dari siwon yang akan membongkar rahasianya. Tetapi semua itu hanyalah angan-angan saja, eunha dan wonwoo manusia. Selicik apapun mereka tetap saja mereka takut dipenjara. Apalagi selama bertahun-tahun.

  Jika saja ide eunha yang menyuruh wonwoo untuk menyetujui siwon agar ikut bergabung bersama mereka tak disetujui oleh wonwoo. Mungkin saja wonwoo dan eunha tak akan kelabakan seperti ini, namun semuanya sudah terlanjur. Tak bisa di putar kembali lagi.

   Dan biar bagaimana pun eunha dan wonwoo harus bisa menerima resiko atas apa yang ia rencakan saat ini. Walaupun siwon berjanji akan tutup mulut jika wonwoo sudah memenuhi keinginanya, tetapi apakah bisa siwon benar-benar menjaganya dengan rapat? Jika iya maka wonwoo dan eunha tak akan pernah merasa rugi jika rahasianya tak tersebar sedikitpun.

                          ****

Gimana? Lanjut? 😊

     Niatnya book ini aku  aku ingin jadiin sebagai e-book. Tapi aku masih ragu.

Aku sudah mempersiapkan banyak banget cerita-cerita jungri. Hampir lima Yang udah aku Bikin prolognya. Aku janji setelah cerita ini selesai akan ku apload cerita jungri lainnya. 😊

Segitu saja yah.

Maaf sedikit aku cape ngetik soalnya. 😢

Tetapi jangan lupa.

Votte and coment yah. 😘❤♥seeyou

Man is not heartless

Udah up! Dont forget Read and Support oke!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top