12. I'm fine

   "Aku tahu, apa yang pantas untuk posisiku ini. Aku tahu, seharusnya aku tak menjadi pedamping hidupmu!"

                 (Kim yerim)
                            .
                            .
                            .
                            .
                            .
                            .
Author

Jungkook dan yeri melangkahkan kakinya menuju mension besar milik keluarga Jeon. Tangan yeri sudah dipenuhi dengan kringat dingin, berkali-kali yeri Menghembuskan nafasnya. Ia merasa tak berani memasuki rumah ini, apalagi Saat ia tahu bahwa semua keluarga jungkook sudah berkumpul di dalam sana.

Jungkook yang melihat ada ke-khawatiran pada istrinya itu ia segera mengenggam tangan yeri, menyakinkan wanitanya Bahwa semua pasti akan baik -baik saja. Karena jungkook tau didalam sana tak ada satu orang yang menyukai istrinya, kecuali Ibunya.

"Yeri, tak apa." Jungkook menatap yeri yang memejamkan mata. Jungkook merasa kasihan dengan yeri, wanita itu pasti sedang dalam keadaan tak baik hari ini, yeri paling tidak suka berkumpul dengan orang yang tak menyukainya, walaupun nanti sikap yeri akan biasa saja, tetapi tak dipungkiri nanti pasti yeri tak akan merasa nyaman didalam sana.

"Aku pulang saja jungkook." Yeri melepaskan tangan jungkook yang mengenggamnya. Dengan segera jungkook kembali mengenggam tangan itu, tahu jika yeri ingin pergi.

"Percaya padaku semua tak apa-apa." Bagaimana bisa yeri tak merasa takut jika ia disini hanyalah seorang penganggu bagi keluarga jungkook, apakah yeri akan tetap merasa tenang jika di dalam nanti ia selalu disindir? Yeri pasti akan rapuh dengan itu.

        Semoga benar kata jungkook. aku tak boleh khawatir percaya saja jika di dalam akan baik-baik saja

"Yeri?." Yeri kaget, ia lalu menganggukkan kepalanya, jungkook tersenyum tipis hampir tak terlihat di mata yeri, itu sendiri mampu membuat yeri merasa bahwa senyuman itu mungkin senyuman tulus untuk nya, walaupun hanya segaris bayangan.

Drt... Drt.. Drt

Baru saja jungkook dan yeri akan kembali melangkah, tetapi ponsel yang berada di Saku jungkook mampu membuat jungkook kaget karena getaran yang ditimbulkan oleh benda persegi tersebut. Dengan segera jungkook mengangkat panggilan itu.

"Yah." Jungkook melirik yeri yang tengah penasaran dengan siapa yang menelvon.

"Aku sudah didepan." Kata jungkook dengan datar.

"..."

"Yah." Jungkook memasukkan kembali benda canggih itu, ingatkan benda itu pemberian dari wanita licik yang merebut jungkook dengan cara yang tak berfaedah? Siapa lagi jika bukan Eunha, wanita yang sudah terobesesi ingin memiliki jungkook.

"Kajja, kita disuruh masuk. Disana sudah banyak yang menanti."

Ntah kenapa perkataan jungkook mampu membuat yeri takut, ini adalah keluarga jungkook, didalam sana semuanya keluarga jungkook. Dan mungkin ada sebagian orang lain, namun ntah kenapa yeri merasa Bimbang sendiri, ini kali pertama ia dan jungkook berkumpul dengan orang tua dan keluarga dari lelaki itu.

   Tetapi yeri sama sekali tak berani, ia tak pernah dianggap oleh sang pemilik rumah. Lantas apakah ia harus masuk juga? Jika nanti ia akan jadi bahan cemohan lagi, lebih baik yeri kembali lagi saja kerumah kreot yang sudah tua miliknya, setidaknya disana ia merasa lebih nyaman.

Cleak

Pintu dua yang saling terhubung, langsung terbuka dengan lebar. Yeri dan jungkook melangkah masuk. Ini seperti mereka seorang pengantin baru yang datang kerumah baru mereka. Namun sayang ini bukan lah khayalan seperti itu. Ini adalah dimana yeri yang baru pertama kali menginjakkan kaki kerumah ini, setelah sudah Satu tahun tak pernah kesini lagi.

  Yah, dulu jungkook selalu membawa yeri masuk kedalam rumah ini. Dan sampai jungkook memperkenalkan pada wonwoo dan jiwon pun jungkook membawa yeri kesini. Hingga dimana saatnya mereka sudah tak menginjakkan kakinya kesini lagi, karena Sudah merasa tak pantas untuk tinggal.

"Selamat datang putraku... Dan, emmm Pembantu dari putraku."

Mata yeri memejam, tuhan baru saja yeri berhadapan dengan mertuanya namun langsung di beri kata-kata yang membuat relung hatinya pedih. Apakah wonwoo tak memiliki belas kasihan untuknya? Walaupun hanya secuil.

"Jagalah bicara mu! Dia menantuku!." Jiwon menatap tajam suaminya. Ia jelas tau perasaan yeri yang sekarang ini.

Dengan inisiatif sendiri jiwon langsung menghampiri yeri dan membawa wanita mungil itu menuju sofa ruang tamunya. Yeri meringis, ternyata benar keluarga jungkook semua sudah berkumpul.

Ada paman dan bibi serta keponakan-keponakan jungkook yang Sudah duduk, disana juga ada eunha yang membuat yeri kembali merasa sakit. Ada ayah ibu eunha juga. Dan yang paling Menyakitkan adalah Kakek-nenek jungkook yang menatapnya tak suka.

     Oh baiklah yeri lupa jika mereka tak suka orang yang tak berpendidikan tinggi sepertinya.

Jiwon tersenyum ia menyuruh yeri duduk. Namun yeri hanya diam, karena ia tahu jiwon menyuruh yeri untuk duduk di sofa yang sudah ada nenek jeon yang masih menatap jijik padanya.

"Duduk sayang." Jiwon berucap lagi. Kini semua pandangan tertuju pada yeri dan jiwon. Yeri sangat risih dengan itu.

Lalu dengan sedikit Takut yeri mendudukan dirinya disebelah nenek-jeon. Yeri menghela nafas saat pandangan orang orang kini sudah berhenti menatapnya, tetapi kini mereka sedang melihat kearah nenek-jeon yang sudah bangkit dari samping yeri.

Yeri tahu ia tahu kalau nenek dari suaminya itu tak mau dekat dengannya.

"Tak apa." Ucap jiwon lembut. Setidaknya ada jiwon yang masih menyayanginya disini, jika salah satu diantara mereka tak ada yang baik mungkin yeri tak akan tegar berada di tengah-tengah mereka.

"Apa-apan ini jungkook! Pakaian apa yang kau pakai itu?." Tanya kakek jungkook dengan membentak itu sukses membuat jungkook langsung menatap  kesumber suara.

"Oh ini pakaianku." Astaga dengan sangat santai jungkook menjawab, apakah lelaki itu tak tahu jika muka kakeknya sedang memerah?

"Jungkook harusnya kau tahu bahwa kau ini keluarga siapa!.", kali ini adalah neneknya yang berkata, matanya melotot pada jungkook.

"Aku dari keluarga jeon orang kaya yang sangat raya. Membuat semua Orang merasa tersanjung dengan ke kayaan ini."

"Jaga bicaramu jungkook! Apakah pendidikanmu yang tinggi itu sudah menghilang? Setelah kau menikah dengan dia."

Jiwon mengelus punggung yeri, menutup telinga yeri agar tak mendengar suara api yang panas itu. Jiwon merasa geram dengan perkataan suaminya, suaminya benar-benar keterlaluan.

"Ada apa sekarang? Aku tak memiliki banyak waktu lagi!." Jungkook dengan sekali tarikan berucap, ia tak mau meladeni ayahnya. Sifat ayahnya itu penantang jika ia menantang juga pasti nanti tak akan kelar masalahnya. Apalagi saat ini ada sesuatu yang keluarganya ingin bicarakan padanya.

  Jungkook mengerti, karena disini ada Eunha dan keluarganya. Huh, pasti meminta pertanggung jawaban.

Sudah jungkook bilang bahwa ia tak ingin menikahi eunha jika bukti nya belum terungkap.

"Aku sebagai kakekmu merasa kecewa akan perbuatanmu!." Kakek-jeon Menghela nafas kasar, lalu lelaki tua itu menatap tajam jungkook yang nampak acuh dengan keberadaannya.

Setelah sekian lama tak bertemu, kakek-jeon merasa asing dengan sikap cucu nya ini. Apa semua karena Menantu yang tak dianggapnya? Apa jungkook bersikap tak perduli padanya itu karena Yeri yang sudah mencuci otaknya? Jika memang itu lah jawabanya, kakek-jeon tak segan-segan akan Mengucilkan yeri lebih dalam disini.

   Sungguh kakek-jeon merindukan jungkook yang dulu, dimana jungkook kecil masih bermanja-manja dan merengek jikalau sang kakek tak bisa menemani jungkook kecil bermain. Tetapi entah kenapa kakek-jeon merasa asing Dengan Cucunya itu, dulu ia sangat dekat dengan jungkook tetapi sekarang seperti tak mengenal satu sama lain.

"Cepat ceraikan istri tak berguna mu itu! Kau bisa menikahi eunha setelah kau sudah tak memiliki status dengan dia." Tunjuk kakek-jeon pada yeri, yeri hanya menundukkan kepalanya. Berharap apa yang ia dengarkan tadi tak melukai hatinya untuk sekian kalinya.

"Tapi aku tak ingin menceraikan yeri. Dan aku harus bagaimana?!." Jungkook mendongak menatap kakeknya, Ia seperti menantang kakeknya.

Itu membuat seluruh keluarga yang berkumpul mendekap mulutnya tak percaya, apa barusan jungkook melawan orang tua? Apakah jungkook tak Sadar jika ia sedang melawan siapa?

"Kau." Tiba -tiba wonwoo ingin melayangkan satu pukulan tajam untuk putranya, namun jiwon segera menghalanginya.

"Jangan Wonwoo, kau tahu jungkook putramu. Dia mungkin punya alasan tersendiri jika ia tak ingin menceraikan yeri. Sebaiknya kita bicarakan baik-baik, jangan gegabah." Jiwon mengelus lengan suaminya dengan tenang, walaupun jauh dilubuk hati jiwon masih merasa kesal dengan sifat suaminya ini.

    Wonwoo tenang tetapi tatapan lelaki paruh baya itu masih menatap elang putranya, jungkook malah tak ada takut-takutnya dengan tatapan itu, jungkook malah tersenyum menyeringai. Seperti tau atas apa kelemahan ayahnya. Yaitu jiwon, wonwoo Sangat tak bisa membantah perkataan jiwon.

"Duduklah bisa kita bicarakan lagi bersama-sama dengan tenang. Jangan tak sopan, ingat disini ada kelurga lainnya."

Kali ini nenek-jeon menghampiri jungkook, dan membawa jungkook untuk duduk disampingnya, ternyata cucu mungilnya yang dulu kini sudah dewasa dan benar-benar tampan. Walaupun memakai baju, yah. Seperti gembel, tetapi tak pernah luput dari karisma seorang jeon jungkook.

"Katakan apa alasanmu untuk mempertahankan dia?." Kali ini wonwoo yang bertanya pada jungkook. Karena kakek-jeon sendari tadi masih diam, ia memikirkan jungkook yang tadi berani melawannya.

"Karena aku mencintainya dan akan menjadikan yeri istriku selamanya."

Yeri menoleh, ia menatap jungkook yang juga tengah menatapnya. Darah yeri berdesir mendengar perkataan sekaligus senyuman jungkook untuknya. Ya tuhan, jika jungkook benar dengan perkataannya, yeri akan berusaha berjuang juga untuk mempertahankan rumah tangganya.

"Tenang jungkook pasti akan mempertahankan mu, sayang." Bisik jiwon di belakang telinga yeri. Yeri menganggukkan kepalanya, ia juga yakin bahwa jungkook akan tetap bersamanya.

"Tapi kau sudah bertindak secara tak hormat pada Eunha." Itu suara ayah Eunha, yang jungkook tak ketahui namanya. Oh yah bahkan jungkook baru tahu ayah dan ibu eunha. Karena jungkook belum terlalu mengenal eunha tetapi sudah mendapatkan masalah yang buruk untuknya.

Jika saja jungkook tak datang ke-pesta pernikahan jimin dengan wanita itu. Mungkin pernikahannya dengan yeri tak akan terancam pisah begitu saja.

"Aku tak perduli!." Jungkook menatap sinis eunha yang sedang berakting Seperti ingin menangis. Wonwoo merasa geram pada jungkook, apa putranya Punya banyak benteng pertahanan? Hingga ia tak bisa mempercayai begitu saja masalah itu? Wonwoo jadi Kesal sendiri. Lagi-lagi wonwoo merasa ingin menyingkirkan yeri agar jungkook dengan gampang ditaklukan olehnya nanti.

"Baik-baik, apapun itu asalkan kau menikahi Eunha, jungkook. Aku tak mau melihat putriku bersedih terus-terusan karena bayangan akan perbuatamu padanya." Ibu eunha berkata sangat lembut, membuat jungkook berani menatap ibu dari wanita Itu.

"Yah jungkook saya akan melakukan apapun yang kau mau, asalkan kau menikahi Putriku." Tambah ayah eunha membuat jungkook Mengangguk-anggukan kepalanya berfikir apa yang harus ia jawab.

Jungkook melirik yeri yang masih menunduk tenang, jungkook tahu yeri sedang menahan tangisnya.

Biar bagaimanapun seorang istri tak mau membagi suaminya. Begitupun dengan yeri. Ia tak mau jungkook terbagi

"Kita akan memberikanmu perusahaan, hingga kau bisa memimpin disana." Seperti sebuah sogokkan ayah dari eunha mengucapkan kata itu dengan senyuman.

Ntah itu hanya rayuan atau niat asli sang ayah dari eunha untuk memberikan jungkook perusahaan. Jungkook tak tertarik, karena ia tahu itu hanyalah Rayuan agar dirinya mau menikahi Eunha.

"Bagaimana?." Kali ini ibu eunha yang berkata.

"Bisakah kau cepat jawab nak?." Jungkook menyatukan kedua alisnya, Seokjin. Pamannya bahkan menyuruhnya untuk menjawab sekarang? Apakah paman nya sama seperti yang lainnya menginginkan jungkook menikahi Eunha? Yang artinya menyuruh jungkook menyakiti istrinya?

"Jungkook tawaran itu sangat menggiurkan, setidaknya kau coba dulu Untuk menjadi pemimpin diperusahan ayah eunha." Kini kakek-jeon mulai berbicara, jungkook memejamkan matanya.

Ini yang akan ia ambil, jika memang jungkook itu lelaki yang tak adil maka Jungkook siap di panggil bajingan oleh siapapun. Tetapi inilah dia, dia sudah memutuskannya sekarang.

"Baiklah, aku akan menikahi Eunha."

Semua nya langsung sumringah mendengar kata jungkook. Jungkook melirik yeri, ada rasa sakit melihat istrinya menunduk terus menerus. Bahkan jiwon menatapnya tajam. Yah jungkook pasti telah mengecewakan dua wanita yang hebat selama ini.

Lalu jungkook harus apalagi? Ia tak bisa membantah. Ia terlalu bosan berurusan dengan masalah yang seperti ini.

"Aku akan menikahi Eunha sampai bukti itu keluar dan menyatakan kalau aku benar-benar telah meniduri eunha." Ucap jungkook Memberikan syarat pada ayah dan ibu eunha. Ia tak bisa jika Menikahi eunha belum terbukti, bagaimana jika wanita itu menipunya?

  Yah dan jika jungkook tahu kalau memang wanita itu menipunya. Mungkin akan terjadi kejutan yang meriyah dirumah ini.

"Dan satu lagi."

Mereka masih diam menunggu perkataan jungkook meluncur, mereka tersenyum gembira. Yang paling menonjol disini adalah senyuman Eunha dan wonwoo yang tengah mengode bahwa mungkin recana mereka berjalan dengan baik.

  Sayangnya tak ada yang menyadari tentang perlakuan mereka saat ini.

"Apa yang kau maksud untuk satu lagi jungkook?." Wonwoo memicingkan matanya, berjaga-jaga jika permintaan jungkook akan membuatnya stres setengah mati.

"Aku tak akan menceraikan yeri. Dan jika eunha ingin menjadi istriku, tak apa! Tapi dia mau tidak menjadi istri keduaku?."

"Apa kau gila mengatakan itu?." Kakek jeon bangkit dari duduknya. Keluarga jeon itu memiliki satu amalan dari keluarga jeon sebelum-sebelumnya. Bahwa keluarga jeon tak boleh menduakan atau berpoligami, jika diantara mereka ada yang melanggar maka Yang tertualah yang harus menghukumnya.

    Misalnya jungkook menikahi eunha tetapi jungkook tak menyeraikan yeri. Itu jungkook akan mendapatkan hukuman dari kakeknya Sendiri karena keluarga jeon yang tertua cuma ada kakek jeon saja.

"Tergantung, jika kalian menginginkan aku menikahi eunha maka kalian harus menyetujui jika aku tak menyeraikan yeri!." Tutup jungkook lelaki muda itu bangkit menhampiri yeri yang masih nyaman menunduk, ia langsung menarik tangan yeri.

Jelas yeri terkejut dengan tindakkan suaminya itu. Jungkook langsung menarik tangan yeri tak memperdulikan jika semua keluarganya meneriaki dirinya untuk berhenti.

"Kami setuju jungkook!"

Jungkook mendengar suara itu, suara ayah eunha. Yah, jungkook terdiam tangannya masih setia mengenggam tangan yeri

"Bagus." Setelah itu jungkook kembali melangkah kan kakinya menuju pintu keluar rumah tanpa sekata apapun.

Kakek jeon langsung menggeram Marah wonwoo pun sama ia mencak-mencak setelah mendengarkan perkataan konyol jungkook. Jungkook sudah besar ia sudah berani melawan sekarang, Rasanya wonwoo ingin sekali memukuli putra brengseknya itu.

"Sudahlah appa, mungkin jungkook sudah memikirkan yang terbaik untuknya dan keluarganya nanti." Jiwon berharap agar mertuanya itu akan mendengarkan penjelasanya

Wonwoo melotot ia menatap eunha dengan tajam, bukti bahwa rencananya gagal untuk memisahkan yeri. Namun wonwoo dan eunha masih memiliki satu rencana lagi untuk menghancurkan rumah tangga jungkook dan yeri. Yaitu satu orang rekan liciknya, siapalagi kalau bukan siwon.

"Tapi kau tak apa Eun menikah dengan jungkook walau kau jadi istri kedua?." Tanya nenek-jeon dengan lembut, nampaknya sang nenek begitu tergoda dengan eunha ini. Yah siapa yang tak tergoda, eunha anak orang kaya dan akan sama drajatnya dengan mereka. Beda jauh dengan yeri yang bahkan tak ada apa-apanya dibandingkan mereka.

Eunha tersenyum maklum, senyuman palsu tentunya.
"Iya aku sedia. Walaupun aku masih merasa ragu untuk menjadi istri kedua, karena aku takut dianggap tak baik oleh orang lain. Karena telah merebut suami orang." Kata eunha berakting sedih.

Sehingga keluarga jeon percaya dengan eunha.

"Maafkan anakku itu nak, sungguh aku menyesal telah salah mendidiknya." Kali ini wonwoo yang berpura-pura bersedih. Huh, memang pasangan yang sangat cocok untuk menjadi pemeran antagonis di stasiun televisi.

"Yasudah kalau kau setuju kita bisa bicarakan lagi nanti. Kita akan bicarakan kapan pernikahannya dilaksanakan." Final kakek jeon sembari berdiri, menjabat tangan ayah eunha yang masih datar dengan wajahnya. Sepertinya merasa marah atas tak sopannya kelurga jeon pada keluarganya.

      Eunha melirik wonwoo ia mengangkat tangannya dan menunjukkan jempol kanannya pada wonwoo. Wonwoo terdiam lalu membalas perlakuan eunha dengan senyuman miringnya.

                    ********

"Terimakasih jungkook. Kau bisa pulang duluan aku ingin disini bersama Eomma." Yeri tersenyum ia dan jungkook kini berada di panti asuhan, dimana tempat tinggal yeri saat belum menikah dengan jungkook.

  Yeri memutuskan untuk mampir kesini terlebih dahulu, saat pulang dari rumah besar keluarga-jeon hati yeri merasa tak enak dan tak bisa diajak berkompromi jika berada di dekat jungkook. Jadi untuk sementara waktu yeri lebih baik di panti untuk menghilangkan sesak dan sakitnya.

"Yeri kau tak marahkan dengan ku? Mengapa tiba-tiba seperti ini, hmm?." Jungkook bertanya jelas ia khawatir dengan yeri yang nampak menatap kosong. Sumpah demi apapun jungkook sangat sakit melihat ini.

"Ini keputusanku yeri, maafkan aku jika aku salah memutuskannya. Kau jangan Marah aku berjanji jika aku menikah dengan eunha aku tak akan melupakanmu."

"kau pulang saja sekarang jungkook, aku merindukan adik-adikku." Kata yeri tulus

"Yah tapi asal kau harus kembali pulang."

Yeri menganggukkan kepalanya, jungkook pasti sangat merasa bersalah pada yeri. Namun harus bagaimana lagi ia tidak bisa berbuat apa-apa tadi, ia hanya bisa menerima sampai bukti itu sudah terbukti, jika memang jungkook sudah benar-benar menperkosa eunha maka jungkook akan mempertahankan eunha, dan jika sebaliknya. Maka jungkook secepatnya akan langsung menceraikan eunha.

   Jungkook tau diantara mereka nanti pasti ada yang merasa sakit hati, namun jungkook juga harus bisa berbagi waktu untuk mereka. Agar nanti tak ada yang tersakiti.

"Yeri." Jungkook menoleh, ia melihat sosok wanita tinggi dan cantik tengah melangkahkan kakinya menuju dirinya dan yeri.

   Jungkook melihat tatapan orang itu, masih sama. Masih menatapnya tak suka, apakah joohyun masih tak bisa menerima jungkook ?.

"Masuklah." Kata joohyun menarik yeri, joohyun menatap tajam jungkook.

Sehingga Jungkook merasa sedang dikuliti oleh wanita paruh baya itu.

"Eomma aku titip yeri jaga dia." Demi apapun jungkook menahan kegugupannya, ia menghela nafas saat melihat joohyun mengabaikannya. Keberadaannya tak dianggap sama sekalipun.

"Sudah sana pulang. Tanpa kau menyuruhnya pun aku sudah akan menjaganya!." Ternyata joohyun mendengarkannya. Jungkook menganggukkan kepalanya dengan senyum, senyuman getir yang ia miliki. Bahkan yeri diam saja, biasanya wanita itu akan membela jungkook jika joohyun seperti itu. Tapi sekarang? Tidak yeri benar-benar kecewa padanya.

Jungkook pasrah ia yang salah disini. Ia pantas untuk dibenci oleh yeri karena ulahnya yang kebanyakan tingkah ini.

"Aku pulang." Jungkook mendekati yeri ingin mencium keningnya. Namun joohyun dengan segera menggeser yeri kesampingnya, dengan alasan ada seseuatu dibelakang kepala yeri hingga yeri pun meminta jiwon untuk mengambilnya.

  Jungkook menggeram, tak dianggap itu sakit ternyata! Dengan gontai jungkook meninggalkan joohyun dan yeri yang masih Tak sadar jika dirinya sudah tak ada di samping mereka.

Yeri langsung menghela nafasnya, ia juga sebenarnya tau jika joohyun pura-pura dengan alasan itu. Namun yeri patut bersyukur karena joohyun lah yang membuatnya Bisa mendiami jungkook seperti tadi.

"Katakan pada Eomma masalah apa yang kau hadapi? Katakan." Joohyun tau jika putrinya datang kemari pasti ada masalah yang sedang dihadapi oleh rumah tangganya. Walaupun yeri tak pernah menceritakkan secara detail tetapi tetap saja joohyun tau kalau anak angkatnya itu sedang dalam masalah.

"Eomma." Yeri memeluk joohyun dengan uraian air mata. Yeri menangis sesegukkan, ia membutuhkan sosok joohyun untuknya. Ia sangat membutuhkan seseorang untuk bersandar, joohyun ibunya ia lah keluarga satu-satunya yang yeri punya. Yeri sangat bersyukur karena tuhan masih memberikan orang tua untuknya.

"Sayang ada apa katakan pada eomma. Biar eomma nanti yang akan mengurusnya."

"Eomma jika aku punya salah padamu maafkan aku. Ini mungkin karma karena aku yang berdosa padamu..hiks." Yeri memeluk joohyun semakin erat.

Joohyun mengelus kepala putrinya dengan sayang, masalah seperti apa yang kali ini putrinya sembunyikan? Joohyun sangat merasa penasaran.

"Tidak kau tak punya salah apa-apa yeri. Katakan pada eomma adapa sebenarnya."

Joohyun berusaha mati-matian untuk membujuk yeri agar mau menyeritakan nya. Namun yeri sama saja, ia belum bicara sama sekalipun. Joohyun jadi geram ia tak bisa di bohongi putrinya terus terusan, biar bagaimanapun joohyun harus mengetahuinya. Yah, dengan cara apapun joohyun harus mencari tahunya sendiri.

Tenang sayang eomma akan membantumu.

                     *******

Hayo gimana? 😄😄

Upnya sore minggu aja, gak usah malming yah 😂

Mumpung lagi bahagia jadi upload😙😂😂😘😍

Jangan lupa votte and coment yah 😊😍😘😚😗😙😉

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top