4. Family
Keywords : terkejut, mirip, argumen
~ ~ ~
"Bukan saya!"
Borgol telah melingkar pada lengannya, tetapi tubuh putrinya masih enggan dilepaskan dari gendongannya. Cairan bening dari mata dan hidungnya membasahi wajah pucat yang sudah tidak bernyawa. Darah segar mengotori kemeja dan celananya. Bapak itu berlutut di depan mobil polisi, yang terparkir dekat rumahnya.
"Kalau Abi tidak menghukum Rara, tidak akan ada kejadian seperti ini!" pekik istrinya yang hanya dapat duduk di kursi roda.
Percuma disesali, putri keduanya yang telah dibiarkan di luar rumah sendirian saat membawa istrinya ke klinik kandungan terdekat, tidak mungkin bernafas kembali. Sedangkan putri sulungnya, Jeje, masih dirawat di rumah sakit. Betapa terkejut hatinya, melihat seorang polwan sedang menyelidiki tubuh Rara di dekat rumah mereka yang sudah terbujur kaku tanpa tangan kanan.
"Maaf, Ibu Rahma, saya harus membawa suami Anda ke kantor."
Setelah mengumpulkan beberapa bukti mencurigakan, Ivana berjongkok merebut mayat Rara dari ayahnya. Paha mulus polwan seksi itu terlihat di balik rok mininya, ketika sedang berebut mayat anak tujuh tahun itu. Terseok-seok, ibu Rahma bangun dari kursi rodanya untuk ikut merebut Rara. Meski perasaan benci menyelimutinya, hatinya masih dapat cemburu.
"Biar ubi saja yang menjaga Rara dan Jeje. Abi pergilah ke penjara! Jangan pernah kembali lagi!" Akhirnya, mayat Rara diserahkan kepada ibunya.
"Ubi! Maafkan Abi ..., bukan Abi yang bersalah! Bu polisi, jangan tangkap saya, Bu! Saya harus menjaga istri dan anak-anak saya! Saya bisa jelaskan semuanya, Bu!" dalihnya terus-menerus selama Ivana menyeretnya masuk ke mobilnya.
"Simpan saja argumen Anda untuk dikatakan di kantor polisi, Pak Fitrah!"
~ ~ ~
"Mirip banget," gumam ibu Shan ketika memerhatikan kedua foto wajah Veirent dan Verencia yang diberikan oleh Dika. "Kayaknya yang tewas itu ciri-cirinya lebih mirip Verencia deh, bukan Veirent."
"Saya juga merasa begitu, Bu," tambah Dika. "Apalagi bukti kopi itu. Kalau memang benar mereka bertukar posisi, motifnya apa? Saya curiga, Veirent atau Verencia yang masih hidup itu mungkin pelakunya. Veirent hobi memasak, sementara Verencia mengaku ingin kuliah kedokteran, keduanya memiliki potensi mengiris daging."
"Tapi, dua tangan kanan dan dua kiri, pasti pelakunya orang yang sama. Masa sih remaja cewek 17 tahun sudah bisa menghabisi empat orang sekaligus dalam satu malam?"
"Mungkin saja, Bu, remaja zaman now. Pergaulan di social media bisa memacu kelainan jiwa, termasuk psikopat. Sekarang, Tian juga hilang, saya nggak yakin dia dalam bahaya. Bisa saja dia pulang atau jalan-jalan sama cowok barunya itu. Siapa tuh namanya? Hujan atau Hujat, lupa." Dika mencibir.
"Hush ...! Jangan negative thinking dulu sama Tian. Kalau ternyata memang Tian dalam bahaya, gimana? Mana HT-nya nggak dijawab lagi. Kok kamu bisa tenang-tenang saja sih, Dika? Nyesel gua sudah nyuruh Tian jalan sendirian. Apa gua perlu panggil Detektif Fenti?"
Terdengar dua mobil polisi yang datang berbarengan. Susah payah, Red menyeret bapak Fitrah yang tidak mau keluar dari mobil Ivana. Namun, dengan mudahnya, Ivana menggandeng tangan bapak Fitrah masuk ke kantor polisi. Red membanting pintu mobil, sembari mengumpat kesal.
~ Bersambung ~
DON'T FORGET
TO VOTE & COMMENT
AFTER READ
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top