11. The Doll
"Bagaimana sekarang?" David duduk di sisi ranjang. Tangannya mengusap jejak merah di sudut bibir Dessy. Ia melukai telapak tangan untuk memberikan darahnya. Darah vampir bisa meningkatan imunitas.
"Kembalikan Dishy!" Ia menangis kencang. "Devon membuang anakku, dia harus mati!"
David menatap bingung ke arah pelayan wanita yang berdiri tak jauh dari tempat tidur. "Apa yang terjadi selama aku pergi? Kenapa Devon berani sekali menyentuh boneka Dessy?"
David mendengus kesal karena nihil jawaban. Jarang pulang ternyata berpotensi menjadikan pelayan suka membangkang. Devon tiba-tiba muncul. "Lapor, Pangeran. Boneka tersebut memikili energi kehidupan, terdapat roh jahat di dalamnya yang berusaha menyerap energi Tuan Putri."
"Dishy tidak jahat. Kau pembohong!"
David tidak tega melihatnya menangis. Boneka beruang selalu melekat pada dekapan Dessy sejak lahir. Mereka terikat, membuat David meraup wajahnya frustrasi. "Devon, bagaimana kau bisa tahu? Kau tidak punya kemampuan melihat roh."
Devon tidak berani membantah. Ia hanya menebak berdasarkan gerak-gerik Dessy belakangan ini. "Maaf, Tuan. Saya akan mengembalikan boneka itu sekarang."
Tak lama kemudian, pria yang menyembunyikan boneka milik Dessy berjalan mendekat. Tangannya meraih beruang kecil dari balik jas.
Dessy berhenti menangis, lantas menerima boneka tersebut dengan hati-hati. "Aku sangat ingin memeluknya!"
"Kondisimu belum sepenuhnya pulih. Istirahatlah dan jangan lagi membuat seisi Istana khawatir."
Dessy masih betah mengomel, "Waktu itu aku hanya memberi makan sedikit. Sudah berhari-hari, dia pasti kelaparan. Devon, kau mau anakku mati ya?"
Mengajak mainan berbicara memang hal normal bagi Dessy. David bisa maklum. Namun ia mendengar sesuatu yang aneh. Kalau telinganya tidak salah dengar, beruang itu memanggil-manggil dengan sebutan "Ibu". David tertegun tatkala adiknya lemas tak sadarkan diri.
"Oryza ...."
Sepasang mata silver yang tadi menutup sontak terbuka. Seolah jiwanya baru saja terpanggil. Irisnya berubah cokelat terang. Dessy, bukan, jelas itu bukan Dessy. Dia tidak akan meringsut ketakutan seperti ini.
"Siapa kau? Keluar dari tubuh Tuan Putri!"
Pergerakan bola mata Oryza tidak teratur. Gigi-giginya bergemeletuk seperti anak kecil yang bernyali ciut. "Aku mau pulang, aku tidak tahu caranya keluar. Aku mau pulang, aku tidak tahu caranya keluar ...," ucapnya berulang-ulang dalam posisi meringkuk.
David mencoba bertanya dengan telepati. "Devon, apa kau mendengarku?"
Devon menangkap sinyal hijau. "Tuan, saya dengar," balasnya dalam benak.
"Baguslah. Katakan isi kepalamu."
"Tebakan saya benar, Tuan. Ini pasti roh jahat. Beberapa hari yang lalu, penjaga taman menyarankan buah roh untuk mengusir roh yang bergantung pada Tuan Putri. Tidak disangka, Anda pulang membawa tanaman yang dimaksud. Bagaimana dengan memaksanya menelan satu gigitan?"
David menyisir poni panjangnya ke belakang. "Heh, manusia ini."
"Tentu saja dia adikku, jangan membuatnya takut." David pun beranjak menjauhi roh tersebut. Darahnya banyak terkuras. Jika emosi vampir meluap, akan sulit melawan menggunakan kekuatan yang tersisa.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh aneh. Sumbernya berasal dari perut Dessy. Anak itu menunduk sambil memegang perutnya yang keroncongan.
David tersenyum. "Belum saatnya makan. Tidurlah, pelayan akan membangunkanmu ketika makanan sudah siap."
Oryza pura-pura menuruti perkataan David. Ia lalu menarik selimut ke seluruh tubuh. David mengecup kening Dessy sebelum melangkah cepat diikuti pelayan pribadinya.
"Siapkan portal ke dunia manusia." David memberi titah kepada pria yang berjaga di pintu khusus. Di dalam ruangan itu berisi banyak portal yang belum diaktifkan. Mereka membawa siapa pun yang masuk ke tujuan tertentu.
Devon merasa tengkuknya dipukul keras. Entah rencana seperti apa yang tuannya pikirkan. "Tuan, perputaran waktu di dunia vampir lebih cepat dibandingkan dunia manusia. Jaraknya mencapai belasan hari. Saya khawatir roh Putri Kecil tersesat sebelum Anda kembali."
"Jangan khawatir. Dessy sedang tidur, yang terbangun sekarang adalah orang lain bernama Oryza. Dia belum pernah memakai tubuh orang lain, aku malah tanpa sengaja menyebut namanya."
"Portal sudah siap." Pria bertelinga runcing membungkuk hormat. Cahaya biru spiral sedang berputar, bersiap melahap apa pun yang menyentuhnya.
David mengangguk. Ia menoleh Devon masih menunjukkan gurat cemas pada kedua alisnya. "Kalau dia sampai memakan buah itu, secara tak langsung juga membunuh adikku dan wanita kesayanganku."
Penjaga ruang portal berusaha tidak mendengar seperti orang tuli. Kalimat David seakan memberi celah bagi siapa pun yang mendengarnya untuk berkhianat. Ikatan darah terhadap anggota keluarga hampir serupa dengan kontrak darah. Apabila Dessy meregang nyawa, setengah jiwa David turut hilang bersamanya.
Meski di dalam tubuh Devon mengalir darah manusia, ia tetap segan kepada kaum vampir kalangan atas. Terlebih lagi kepada pria yang sudah menolongnya. "Saya mengerti, Tuan. Saya akan menjaga Putri walaupun harus mempertaruhkan nyawa saya."
"Bagus. Setelah ini katakan pada penjaga taman untuk menanam bunga roh yang kubawa. Di masa depan, pastikan batangnya bertunas."
"Baik, Tuan."
David tersenyum tipis sambil tangannya terulur menyentuh titik spiral. Dapat ia lihat dengan mata tertutup, cahaya tadi semakin silau. Kemudian dirinya sudah berdiri di depan beringin tua, dengan telapak tangan menggerayangi kulit batang.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top