FOURTEEN - THIS IS US

Suara Dafa dari earpiece yang terpasang di telinga Moza mengiringi langkah kakinya mendekati bangunan besar SMA Budi Bangsa.

Pakaian serba hitam yang digunakan para agent yang bertugas untuk menyusup ke bangunan sekolah membantu Moza dan yang lain untuk menyatu dengan kegelapan malam.

Mereka berjalan mendekati tembok bagian selatan SMA Budi Bangsa. Di balik tembok ini adalah letak kantin para murid sekolah berada. Dafa bilang hanya ada satu kamera pengawas di sana. Dan posisinya pun hanya akan menyorot para murid yang keluar masuk area kantin, tidak dengan aktifitas para murid ketika mereka melakukan transaksi yang berkaitan dengan urusan perut, atau barangkali transaksi barang haram. Mungkin.

Beruntung, pada bagian atas tembok tidak terdapat kawat berduri atau pecahan kaca yang biasanya sengaja di pasang untuk mencegah para pencuri masuk ke dalam area sekolah ataupun mencegah menjadi jalur para murid untuk berbolos-bolos ria.

Tangan Tio meraih bagian atas tembok. Kakinya menapak pada bongkahan batu besar yang tadi di ambilnya bersama Elang dari selokan di bawah mereka. Dengan satu lompatan, tubuh Tio terangkat ke atas kemudian kaki kananya cekatan meraih sisi atas tembok.

Posisi Tio tengah duduk dibatas tembok sekarang. Ia terlihat memantau bagian dalam kantin. Tiga puluh detik kemudian ia menoleh ke arah Moza, Elang dan Alexa. Tio mengganggukan kepalanya, memberi isyarat bahwa keadaan di kantin itu aman sekarang.

Tio lompat dari atas tembok kemudian mendarat di bagian tengah kantin. Alexa, Moza dan Elang mengikuti di belakangnya.

Didepan mereka berderet meja dengan kursi panjang di selipkan pada bagian kanan kiri meja. Stand-stand pedagang berjajar rapi pada bagian ujung kantin.

Tempat ini lebih mirip food court dalam pusat perbelanjaan dibanding kantin sekolahan anak SMA pada umumnya.

Dari tampilan kantinya saja, Moza akan mengakui tentang julukan SMA Budi Bangsa sebagai sekolah elit.

"Tokyo beserta agen lain telah memasuki area bangunan." Tio melapor pada Arthur dan Dafa.

"Lanjutkan operasi dan jangan sampai ada yang memancing kegaduhan!" Suara Arthur terdengar tegas.

"Copy that!" Balas Tio.

Alexa, Tio, Elang, dan Moza saling melirik.

"Alexa, kau mengurusi sisi barat bangunan, Tio bagian utara. Aku sendiri akan memulai dari sini. Dan Moza, kau bagian timur bangunan sekolah. " Elang memberikan arahan.

"Titik tengah adalah lapangan upacara. Itu batas maksimal kita dari masing-masing bagian. Pasang penyadap dan kamera di titik-titik rawan utamanya toilet. Setengah jam lagi kita bertemu di tempat ini." Lanjut Elang.

Para agen mengangguk paham. Mereka kemudian berjalan berpencar, menuju sisi bangunan yang di sebutkan Elang tadi, tak terkecuali Moza.

Gadis itu berjala mengendap, keluar dari area kantin. Untung saja cctv yang terpasang di SMA ini hanya kamera cctv biasa, bukan yang di lengkapi dengan sensor, di mana ada gerakan sedikit saja, maka kamera akan mengikuti arah gerakan.

Moza berjalan menyamping dengan menempelkan punggungnya ke tembok. Di atasnya terpasang kamera pengawas. Jika begini, ia aman dari pantauan cctv.

Setelah berhasil keluar dari area kantin, tujuan Moza kini adalah bangunan sekolah bagian timur.

Dari peta blue print yang tadi di tunjukan Dafa, bagian timur SMA Budi Bangsa mencakup parkiran untuk para siswa, ruang kelas murid kelas sepuluh yang terdiri dari tiga lantai beserta toilet pada setiap lantainya.

Moza berjalan menyelinap di antara pohon palem yang tertanam di parkiran khusus mobil. Karena parkiran ini hanya di awasi tiga kamera cctv yang tidak bisa menampilkan audio, Moza perlu memasang penyadap suara.

Ia kemudian menyembunyikan penyadap ke dalam bungkus rokok yang berserakan di bawah kursi panjang yang terletak di bagian pojok parkiran.

Moza berharap agar para tukang bersih-bersih sekolah tidak membuang tumpukan bungkus rokok yang telah menggungung di area tersebut.

Selanjutnya, di tengah-tengah parkiran terdapat semacam trotoar yang pada bagian atasnya di tanami pohon palem. Diantara pohon palem tersebut, tertanam tanaman bersemak dengan daunnya yang menutupi ranting di dalamnya. Moza memasangkan sebuah penyadap dan dua kamera kecil pada ranting tanaman bersemak yang letaknya saling berlawanan.

Mungkin saja kan, para bandar akan bertransaksi narkoba di area ini dengan cara bersembunyi di sela-sela mobil atau malah masuk ke dalam mobil yang sama untuk tujuan jual-beli barang haram karena kebetulan cctv tidak bisa menyorot ke area ini akibat tertutup pohon-pohon yang menjulang.

Selesai dengan area parkiran, Moza melangkahkan kakinya hati-hati menuju bangunan kelas yang pada hari biasa di gunakanya murid kelas sepuluh untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Di tengah perjalanan, suara Tio sedikit mengejutkan Moza yang tengah berjalan mengendap di samping bangunan kelas lantai satu. Moza berhenti sebentar untuk mendengarkan percakapan.

"Tokyo masuk! Menemukan alat hisab di selokan belakang gudang. Ganti!"

Ucapan Tio barusan menjadi bahan bakar para agen untuk membakar semangat mereka.

Alat hisab itu adalah bukti bahwa memang ada tindakan di luar batas yang di lakukan para murid sekolah SMA Budi Bangsa yang tidak di ketahui atau malah pura-pura tidak diketahui oleh pihak sekolah sendiri.

"Yang lain?" Tanya Arthur.

"Beberapa bungkusan kosong dengan bekas serbuk putih di dalamnya, terselip diantara jendela gudang." ungkap Tio kembali.

"Sabu?" Suara Elang ikut mengisi percakapan.

Lebih dari satu menit tapi Tio tak kunjung mengeluarkan suaranya. Kemungkinan besar ia sedang memastikan isi di dalam bungkusan tersebut. Atau mencari bukti lain yang lebih konkrit.

"Dari baunya, kemungkinan besar iya."

"Kau menghirupnya Tio?!" Suara Elang terdengar tidak santai.

"Mau bagaimana lagi, bungkusan ini benar-benar hanya menyisakan debu. Lagipula cuma sekedar mencium aromanya, tidak menghirupnya, tak akan membuatku nge-fly kan?"

Kata 'tidak menghirup' yang di ucapkan Tio barusan lebih berkesan ke nada membentak dari pada menegaskan.

"Iya iya, sensi amat." Elang menjawab malas malasan.

"Baik, sudah cukup." Arthur segera berbicara sebelum ada perdebatan nantinya.

"Tugas kita kali ini terfokuskan untuk memasang alat penyadap. Jika terdapat penemuan yang berkaitan dengan operasi misi, cukup laporkan! Jangan ada yang mengambil tindakan lebih sebelum misi benar-benar di mulai!"

"Aye-aye captain!"

Para agen menjawab serempak.












Ps: FYI2

Maaf kalau kata-katanya tambah ambyarrr gini yaaak! Sekarang udah mulai kembali beraktifitas saya guys! Konsentrasi terpecah belah kek perabotan jadinya hehe

#OPOSIHTHOR2

SEKIAN, SILAHKAN DI VOMENTTTTTT ;)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top