SPARK - Part 1 | Fired
Hari itu telah tiba. Hari di mana ada rasa ketakutan yang bercampur dengan rasa gugup. Bahkan rasa itu mengendap pada dirinya lantas ia menatap sekitarnya. Terlihat semua orang tengah sibuk menanti satu kejutan yang sama dengan dirinya pada sebuah layar komputer yang berisi olahan data perusahaan.
Ia gelisah. Akan tetapi selama bekerja sebagai Web Designer, tidak ada kesalahan yang membuat para konsumen mengeluh. Malahan setiap desain yang dibuat, pasti mendapat respon yang baik. Namun ia seperti takut saja jika mendapati kejutan itu.
Sebuah kejutan di mana perjuanganmu akan berakhir. Bukan kejutan yang membuat kalian merasa bahagia. Lebih kepada membuat kehidupanmu akan sengsara karena lepas dari perusahaan yang memfokuskan diri di bidang IT ini.
Lantas ia menghela napas. Hendak menuju ke sebuah bilik jika saja komputer di meja kerjanya tidak mengeluarkan suara nyaring yang memperlihatkan potret kado kejutan.
Itu yang ia maksud. Namun isinya terkesan horor dan membuat banyak orang merinding.
Ia mengarahkan mouse untuk menekan kado itu. Hingga kado tersebut terbuka dengan menampilkan sebuah nama.
Aileen Mercier!
Sontak maniknya membulat sempurna. Itu namanya, tetapi kenapa bisa menjadi pekerja yang membutuhkan pesangon?
Seketika pandangan bermakna menatap ke arahnya karena ruang kerja di perusahaan ini memang dimodifikasi secara terbuka.
Aileen menggeram kesal lalu memejamkannya matanya sebelum memberikan fokus pada seseorang yang tengah berada di sebuah ruangan yang terdapat di lantai khusus. Bahkan dari sini, ia dapat melihat bagaimana wajah menyebalkan itu tampak dengan tenang menatap sebuah komputer.
Ia sungguh kesal. Pria itu terus saja menyebalkan. Akan tetapi apa titik kesalahannya? Ia bahkan tidak mengerti kenapa bisa dipecat seenak jidat.
Pria itu! ingin sekali Aileen tenggelamkan di dasar samudra.
*****
Aileen mengambil langkah panjang. Membiarkan stiletto yang ia kenakan menghantam ubin cukup keras. Bahkan saat ia mendapati sapaan hangat dari beberapa pekerja yang tengah melintas, tetap saja ia melangkah---tanpa memberikan timbal balik.
Bahkan dari kejauhan. Aileen sebenarnya menangkap titik suara dari arah belakangnya. Namun karena kejutan ini, membuatnya mendadak menjadi pribadi acuh. Hingga suara itu mendadak hilang saat ia memasuki ruangan yang tengah diisi sebuah perundingan.
Mendadak Aileen menjadi bahan sorotan kendati membuat semua kekesalannya menghilang bak ditelan bumi. Bahkan ia serasa mati kutu saat orang-orang di ruangan ini menatapnya dengan pandangan aneh---seakan-akan ia termasuk makhluk bumi yang menganggu.
"Pembahasan mengenai proyek tadi aku serahkan pada Frans. Buktikan bahwa kalian memang patut dalam tim kali ini dan sekarang, kalian bisa keluar dari sini," pinta seorang pria saat maniknya menatap lekat Aileen yang masih berdiri di belakang pintu.
Sontak beberapa orang itu mengangguk paham sembari memberikan salam formal sebelum meninggalkan tempat ini. Bahkan orang-orang tersebut melakukan hal sama pada Aileen. Hingga di ruangan ini hanya tersisa mereka berdua saja.
"Apa yang ingin kau katakan?" tanya pria itu yang kembali pada aktivitas semulanya yang membuat Aileen mendengus sebal.
Ia menuntun tungkainya ke arah meja berbahan kaca itu kemudian menekan sebuah tombol berbentuk lingkaran di dekat berkas-berkas bertumpukan arkian membuat dinding yang menampilkan interaksi mereka tertutup dengan tirai otomatis.
Pria itu tersenyum tipis. Membiarkan maniknya memusatkan perhatian pada sosok perempuan yang tengah melipat angkuh kedua tangannya. Tepat dimana perempuan itu kini menggebrak meja berbahan kaca itu cukup keras, membuat senyum itu kian tampak.
"Katakan bahwa kau hanya bercanda soal kejutan tadi!" Aileen berujar datar. Akan tetapi hal tersebut malah membuat pria itu terkekeh.
"Tenang dulu, apa kau perlu minum? Kepalamu sepertinya ingin meledak setelah mendapati kejutan dariku," kekeh pria itu membuat Aileen semakin kesal saja. "Pesangonmu telah dikirim beberapa menit yang lalu, jadi menurutmu, apa aku bercanda?" Pria itu menaikkan sebelah alisnya.
Aileen ingin menangis disaat itu juga. Ia telah bekerja selama dua tahun dengan mulus, tapi pria yang memiliki kekuasaan ini memecatnya begitu saja.
"Tapi apa kesalahanku? Dalam bekerja aku--"
"Kau tidak mengetahui kesalahanmu? Hm, itu tidak seru," pangkasnya sembari menggigiti bibir bawahnya. Sontak hal itu membuat Aileen tidak mengerti. Apalagi saat pria itu malah menanyainya seperti itu.
Aileen memilin ujung blus yang ia kenakan. "Aku tidak mengerti! kau terlalu abu-abu dan bisakah kau menjelaskan letak kesalahanku, sir?"
Pria itu tidak mengeluarkan lisannya. Lebih kepada membiarkan tungkainya mendekati Aileen dengan jemari kanannya yang menjejal ke dalam saku.
"Biar kujelaskan secara gamblang," ucapnya yang membiarkan wajahnya cukup dekat dengan Aileen---saling membagi napas yang membuat Aileen memejamkan mata. Hingga ia merasakan napas hangat yang menjalar ke lehernya dan dengan detakan irama jantung yang tidak beraturan tatkala pria itu membisikkan satu susunan kalimat di telinganya. "Aku cemburu melihat istriku dekat dengan ketua tim Kinder."
What the---?
Ingin sekali Aileen memaki saat pria itu benar-benar mengundang emosinya.
Cemburu? yang benar saja!
"Kau tidak waras, Vhi!"
Vhi atau Victory Dickson hanya bisa menampilkan senyum polosnya yang membuat Aileen benar-benar ingin memutilasi pria itu.
"Tidak waras begini juga karena ulahmu! kau membuatku tidak waras, jadi untuk mengantisipasi agar aku tidak bertindak lebih, kau kupecat!" ucap Vhi santai.
"Kau melanggar perjanjian itu!" Aileen memicingkan matanya. Mengingat ikatan itu ada, tentunya memiliki beberapa persyaratan dari dirinya.
Yap! Menikah di usianya yang masih memimpikan banyak hal membuat ia mengajukan beberapa hal dan tanpa memikirkan apapun lagi, pria itu menerimanya, tapi sekarang?
Vhi hanya menghela napas kendati membiarkan bokongnya mendarat ke sofa kemudian menjatuhkan kepalanya kesandaran sofa. "Aku tentu tidak lupa, tapi aku sudah muak akan tingkahmu. Kau berbuat seenaknya saat berada di perusahaan, dan menghindari setiap sentuhan yang kuberikan. Kau memang tidak mengerti bagaimana tersiksanya aku saat pria itu dapat memegang pundak ataupun tanganmu, sementara aku?"
"Vhi, kau adalah atasanku, bahkan kekuasanmu lebih tinggi lagi. Aku tentu harus menghargaimu selayaknya pekerja lain. Kau mana tahu bagaimana gunjingan luar yang mengataiku wanita penggoda yang membuat atasannya terpincut. Kita harus profesional dan mengenai Erick, dia hanya ketua di tim kami dan apa yang kau tangkap tidak sesuai dengan realitanya." Aileen menjelaskan itu sembari mendekati eksistensi Vhi yang memejamkan mata.
"Tidak perlu berkata atau melakukan apa pun lagi agar kau bisa tetap disini. Aku sudah memutuskannya secara matang-matang dan kau bisa membereskan semua barang-barangmu!"
Sial. Vhi terlalu keras kepala jika sudah begini. Bahkan celah untuk membela diri pada hari ini bukanlah waktu yang tepat.
"Jadi kau benar-benar memecatku?" tanya Aileen kembali memastikan yang membuat Vhi mengangguk sembari memejamkan matanya.
Aileen mendengus sebal. "Baik, aku pergi," putusnya datar. Ia menepuk roknya lalu berdiri. Ingin sekali rasanya ia memutilasi pria itu jika ia tidak mengingat statusnya dikemudian hari jika ia benar-benar melakukannya.
"Love, bisakah kau memijit kepalaku sebentar saja?"
Namun nyatanya Vhi memang sangat suka membuat Aileen yang telah beberapa bulan ini menjadi istrinya sangat kesal. Aileen tentu mendengar suara bariton suaminya itu, tapi ia mencoba acuh dan berlalu begitu saja.
Tidak ada gunanya untuk berlama-lama sekalipun.
*****
"Apa kau benar-benar akan pergi?" seorang gadis bermanik bulat menanyainya sesaat barang-barang yang berada di atas mejanya ia rapikan ke dalam kotak.
Aileen menghela napas, sebelum menjawab pertanyaan rekannya itu. "Hm, seperti yang kau lihat,"
Gadis itu mengangguk sembari membantu. "Apa kau dan suamimu sedang bertengkar? Kau seperti mutiara untuk Next Out tapi kenapa dia malah melepaskanmu? Aku jadi kesal saja karena sir bukanlah tipikal atasan yang akan melepaskan pekerja begitu saja. Butuh riset terlebih dahulu sebelum dia benar-benar memutuskannya,"
"Tidak ada pertengkaran, aku hanya ingin melepaskan diri karena ada hal yang ingin kutekuni dan sepertinya kau begitu memahami kinerja suamiku," ucap Aileen santai. "Owh, aku harus pergi--"
"Aileen!" seorang pria berteriak di belakang. Ia menoleh lantas mendapati keberadaan pria yang menjadi titik kecemburuan Vhi kepadanya. Pria itu adalah Erick Kinder.
Ia hanya tersenyum simpul saat pria itu mendekat ke arahnya.
"Kau benar-benar pergi, yah? Aku kira kejutan tadi hanya sebuah candaan," Erick berujar sembari mengatur pernapasannya. Mungkin pria itu baru saja melakukan lari maraton sebelum menemuinya disini.
Aileen hanya mengangguk. "Aku ingin mencari hal baru," dustanya untuk kesekian kalinya. Lagipula mana mungkin Aileen mengatakan pada pria itu bahwa ialah yang menjadi alasan dirinya dipecat. Tidak masuk akal sekali.
"Huft, padahal kau yang terbaik, kau begitu sempurna di tim, jadi aku begitu menyayangkan saat mengetahui pekerja yang mendapatkan pesangon untuk bulan ini adalah kau," Erick berkata dengan nada sedih. Itu yang dapat ditangkap oleh maniknya, walau secara tidak sengaja maniknya kini memotret visual suaminya yang tengah melipat kedua tangannya dengan salah satunya memegang cangkir. Sorot mata tajam itu membuat bulu kuduk meremang.
Mendadak aura atmosfer kian memanas, bahkan menjalar pada dirinya. Apalagi tatapan itu seperti menusuk dan membuatnya mati kutu.
Ouh, Vhi memang pria aneh dari sekian banyaknya populasi pria yang pernah Aileen temui di dunia ini.
=== TO BE COUNTINUE ===
Huft, akhirnya part ini kelar juga. Semoga gak ngebosanin, hehehe. Jangan lupa vote dan komennya yah👌
Sampai jumpa di part selanjutnya💜
Borahae💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top