17) Gusion & Lesley

SPACE




Gwen menyesal karena semalam tidur terlalu malam. Terlebih hari ini mama dan papanya sedang tidak ada di rumah, dia jadi terlambat datang ke sekolah. Mau berangkat bersama Keira pun tidak bisa. Kata ibunya, cewek itu sudah berangkat lebih dulu. Pasti alasannya karena pengin 'nyontek' si Fanya lagi.

"Zacky! Tolong gue!" teriak Gwen pada Zacky yang kebetulan lewat di koridor belakang. Dia sangat bersyukur bisa bertemu dengan cowok itu sekarang. "Cepet ke sini, gue butuh bantuan lo."

Zacky yang niatnya ingin segera kembali ke kelas itu jelas kaget melihat Gwen yang masih berdiri di belakang pagar. Dia menengok ke kanan dan kiri, memastikan kalau di sini tidak ada siapa pun lagi selain mereka.

"Lo ngapain di sana?" tanyanya, Gwen berdecak.

"Gue kesiangan, ayo tolongin gue."

Zacky menatap datar Gwen yang masih panik. "Kan tinggal naik."

"Iya," jawab Gwen cepat lalu berdecak lagi. "Tapi gue bakal susah turunnya nanti."

"Emang gue peduli?"

Gwen sontak melotot. "Zacky! Gue jewer lo!"

Sontak Zacky mengulas senyum miring mendengar ancaman Gwen yang satu itu. Melihatnya yang kesal memang menjadi hiburan tersendiri baginya.

"Ya udah kalo gitu. Gue tinggal, ya." Zacky berpura-pura tidak peduli. Dia bahkan langsung beranjak sambil melambai-lambaikan tangan. Itu tentu langsung dicegah oleh Gwen dengan teriakannya.

"Zacky! Plis, deh," mohon Gwen yang kemudian membuat Zacky akhirnya mau untuk membantu cewek itu. Segera saja dia berjalan mendekati Gwen yang belum juga ambil ancang-ancang.

"Buruan naik."

Gwen memelototi Zacky. "Jangan lihat."

"Iya iya! Gue merem ni," jawab Zacky lalu berbalik badan. "Copot sepatu lo dulu, seragam gue kotor entar."

"Udah tau kali," balas Gwen sinis sebelum akhirnya naik ke atas pagar. Dengan gerakan tangkas, cewek itu memijak lalu duduk sejenak di atas palang tertinggi sembari sesekali melihat ke arah lain. Dia sebenarnya takut kalau semisal ada guru piket yang berkeliaran. Bisa mampus nanti kalau dia sampai ketahuan.

"Berat juga lo, ya," tukas Zacky setengah menggerutu begitu Gwen menjadikan bahunya sebagai pijakan. Anehnya, cewek yang biasanya langsung sewot itu malah diam saja sekarang.

"Thanks!"

Zacky menoleh ke Gwen yang baru saja turun. "Y."

"Oh, ya, Zack! Tunggu gue bentar!" Ketika Gwen baru saja selesai memasang sepatunya kembali, dia meneriaki Zacky yang sebenarnya sudah berjalan lebih dulu. Buru-buru cewek itu menyamai langkahnya menuju kelas.

"Zack," panggil Gwen sekali lagi ketika Zacky tidak merespons. "Aelah, respon dong. Lo punya kuping nggak, sih?"

Zacky memutar bola mata. "Ngapa?"

"Entar bantu gue push rank, ya."

"Ha?" Seketika Zacky terkejut bukan main. Dia tidak salah dengar, kan? "Sejak kapan lo main ML?"

"Baru-baru ini gue nyoba, buat refreshing aja, sih," ujar Gwen menjelaskan, tetapi itu malah disambut Zacky dengan tawa. Sontak saja cewek itu menoleh. "Ngapain ketawa? Nggak ada yang lucu!"

'Nggak ada yang lucu dia bilang?' Zacky makin terbahak mendengar itu. Pasalnya, sejak awal dia bermain bersama Zen dan Zidan, Gwen selalu saja menghinanya dan mengganggap game yang mereka mainkan itu haram.

"Kemarin aja sok-sokan ngehujat, sekarang malah—aduh, du! Sakit woi!" Zacky refleks memegangi lengannya yang dicubit oleh Gwen.

"Makanya jangan ngeledek!" seru Gwen kesal, sedangkan Zacky akhirnya menyetujui saja karena dia juga berniat untuk meningkatkan level akun game-nya yang lain.

"Oke, iya, oke," balasnya kemudian. Dia lalu teringat Zidan yang sebenarnya punya rencana sama sepertinya. "Entar gue ajak Zen sama Zidan juga kalo gitu."

Gwen sontak membeku. 'Ngapain pake ngajak mereka segala?'



☘️☘️☘️



"Lo nggak ke kantin dulu?" tanya Zacky pada Gwen yang sedang duduk di atas meja.

"Nggak, lagi nggak laper soalnya," jawab Gwen tanpa memalingkan pandangannya dari ponsel. Seperti yang Zacky janjikan tadi pagi, setelah ini mereka akan main game bersama Zen—yang entah pergi ke mana—dan Zidan—yang masih makan mi goreng di belakang kelas.

"Mama lo rilis koleksi baju baru, ya?" tanya Zacky lagi yang membuat Gwen sontak terpaku. Dia lantas menoleh kaku pada Zacky yang sedang asyik memutar-mutar bolpoin dengan jemarinya.

"Kok tau?"

Zacky mengangguk. "Kemarin pas di kafenya Zen, gue nggak sengaja lihat lo di majalah."

"Menurut lo gimana?"

Bodoh. Gwen langsung merutuk dirinya sendiri ketika mulutnya spontan menanyakan hal itu. Namun, jujur, sebenarnya dia juga penasaran dengan pendapat Zacky. Terlebih cowok itu, kan, jarang sekali membahas tentang style-nya. Apakah dia akan mendapatkan pujian setelah ini?

"Apanya?"

Gwen langsung mengumpat dalam hati. 'Ini cowok pura-pura bego atau gimana, ya?'

"Ya ..., yang lo bilang tadi," balas Gwen setengah kesal, tetapi juga salah tingkah.

"Cantik, sih."

Gwen mengerjap. "Eh?"

"Bajunya."

Baru saja senyum Gwen merekah, Zacky tiba-tiba saja mematahkan alasannya untuk melakukan itu. Dia refleks mengalihkan pandangan. Fix, pengin menghilang saja rasanya!

"Yok mulai! Udah fullteam ni!"

Baru saja kecanggungan menyelimuti Zacky dan Gwen, Zen yang baru saja membanting pintu tahu-tahu datang bersama seseorang.

"Eh? Sora?" Gwen kaget, sedangkan Zen yang merasa ditanyai pun mengangguk.

"Iya, gue ajak Sora."

"Dia punya ML?" tanya Zacky, Zen mengangguk lagi. Namun, itu malah dihadiahi oleh Sora dengan tatapan datar.

"Lebih tepatnya, dipaksa install."




☘️☘️☘️




"Zen! Jangan nyampah kill mulu, woi!"

Zidan yang tadinya serius menatap layar langsung melayangkan tatapan sinis ke cowok yang duduk di samping Gwen. Betapa tidak? Hero-nya hampir saja mendapatkan satu kill, tetapi malah dicuri oleh Layla—hero yang di-pick oleh Zen.

"Tau tu." Zacky ikut bersungut.

"Pake Layla bukannya push turret, malah dateng kill dateng kill," gerutu Zidan yang makin menjadi-jadi saja. "Gue yang ngelawan sampe sekarat, lo tinggal klik ulti. Kok kesel, ya."

Zen terkekeh. "Ya maap."

Tidak ada satu pun yang menggubris kata-kata itu. Zacky, Zidan, Sora, serta Gwen tampaknya tidak peduli dan lebih memilih fokus pada permainan. Ya, seharusnya memang begitu, sih. Secara sekarang mereka sedang bermain mode ranked. Bisa gawat nanti kalau mereka kalah setelah menyerang habis-habisan. Masing-masing player harus rela kehilangan satu bintang jika itu sampai terjadi.

"Dan, nebeng lagi. Anter gue ke top lane," pinta Zacky pada Zidan. Namun, alih-alih lawan bicaranya yang merespons, justru Zen-lah yang berseru.

"Gue juga mau!"

"Lo udah di tengah, tinggal jalan," balas Zacky tidak peduli, sedangkan Zen refleks menendang meja karena kesal. "Push aja, Nana. Ga usah takut."

Sora yang merasa diajak bicara pun mengangguk. "Iya, ini lagi push."

Di sisi lain, Gwen yang mendengar percakapan itu entah kenapa malah jengkel sendiri. Jarinya bahkan ikut menekan-nekan layar lebih keras, padahal dia tahu betul kalau hero-nya baru saja mati. Dalam hati, dia terus mengulang pertanyaan yang sama. Kenapa Zen ngajak Sora juga, sih?!

"Mati lo bazeng, mati!" Zidan tiba-tiba berseru, itu jelas membuat Gwen kembali ke realitas.

"Wih, Sora diem-diem nge-lord."

Gwen sontak berdecih. Lagi-lagi Sora yang dipuji.

"Dia pake build-nya Layla njir, beda sepatu doang," celetuk Zen yang tadi sempat melihat build yang digunakan oleh Sora.

Zacky mengangguk-angguk. "Jangan mati dulu, Ra, damage-nya Nana udah sakit soalnya."

Satu lagi. Kenapa Sora terus, sih?

Baru saja Gwen ingin mengumpat, dia yang sudah kesal makin dibuat kesal saat Zen lagi-lagi 'nyampah'. "Lo aja yang mati, Zen! Ulti lo ngeselin sumpah."

Zen tertawa. "Ya maap, gue cuma—EH ANJIR! GUE KENA STUN-NYA SELENA! WOI TOLONG!"

Baru saja Zen merasa bahagia karena telah berhasil membuat orang dongkol, cowok itu akhirnya kena karma. Hero-nya mati, sedangkan Zacky yang juga panik cepat-cepat menekan ikon smart commando untuk memberikan isyarat agar timnya mundur.

"Gwen mundur, Gwen. Musuh ada di semak-semak ternyata," ujar Zacky yang sudah paham betul kalau lawan pasti akan mengincar Gwen.

Gwen menolak? Tentu saja. Menurutnya, ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan performa terbaiknya.

"Gue masih punya ulti, sans. Lo langsung serang aja, gue di belakang lo," balas Gwen yang kemudian mengimbangi gerakan hero-nya Zacky—Gusion. Seperkian detik kemudian, ternyata ada satu musuh yang kabur. Tanpa berpikir dua kali, Gwen pun dengan cepat menekan skill ultimate milik Lesley.

"GG!" seru Zidan dan Zen bersamaan ketika melihat Zacky dan Gwen berhasil membunuh empat lawan sekaligus—tentu saja Zacky-lah yang mendapatkan triple kill. "Makin serasi aja ni Gusion sama Lesley."

"Kuping lo mau gue jewer, ya?" Gwen refleks melotot. Namun, sejujurnya, dalam hati dia senang dipasang-pasangkan seperti itu. "Kalo mau, sini! Biar samaan sama kupingnya Miya!"

Zen sontak tertawa. "Ampun Bang Jago~"

"Zen!"

Baru saja Gwen ingin menghajar Zen, base tim lawan ternyata sudah hancur. Secara tidak langsung, perlawanan Zacky barusan adalah salah satu taktik pengalihan. Super minion dari timnya-lah yang membawa kemenangan untuk mereka.

"Gue haus, gue mau ke kantin dulu," kata Gwen setelah keluar dari battle field. Tenggorokannya benar-benar kering. Dia butuh minum sekarang.

"Nggak usah, gue ada." Zacky yang mengerti sedari tadi langsung sigap mengambil botol air mineral yang masih tersegel. Dia lantas melemparkannya. Dan, untunglah, Gwen bisa menangkap benda itu dengan baik.

"Lo gimana terus?" tanya Gwen.

"Gue nggak haus. Buat lo aja."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top