Chapter 25: Chaos
Dunia semakin kacau seiring berjalannya waktu. Semua raut wajah penuh putus asa mulai perlahan-lahan terlihat jelas di depan mata.
"Apa ini akhir dari dunia ini?"
Pertanyaan itu semakin terniang-niang di telingaku, dan otakku tak pernah berhenti untuk berpikir cara supaya semua orang bisa hidup dengan selamat dari ancaman Akuma.
"Apa beban berat ini akan aku bawa hingga akhir cerita yang tak pernah aku ketahui kapan akhirnya akan terjadi?"
Semua masih menjadi sebuah misteri yang masih sulit untuk terungkap. Perlahan-lahan pasukan yang dia ciptakan bernama Freiheit mulai bergerak dan semakin menambah kekacauan yang terjadi di dunia ini.
Melindungi semua umat manusia dari kepunahan yang di akibatkan oleh Akuma sang iblis penghancur dunia, "Dan apalagi yang dia inginkan setelah semua orang telah tiada? Apakah ada kehidupan yang baru tercipta di tempat ini?"
Semua masih menjadi misteri yang tidak akan kita ketahui akan seperti apa dunia yang sudah membusuk ini.
***
Di ruang yang sedikit gelap dan tertutup ini hanya bersinarkan cahaya yang sedikit remang-remang para pasukan telah Bersiap-siap dengan segala peralatan yang akan mereka bawa.
"Persiapkan semua pasukan yang kita punya untuk menghadapi serangan para Freiheit dan yang terpenting lagi adalah Akuma."
"Aku sudah tidak sabar untuk melibas mereka semua," seru Naki dengan tatapan wajah senyum menyeringai.
"Kapten Akai, apa sekarang saatnya kita melaksanakan tugas kita?" ucap salah seorang wanita yang selalu membawa boneka kelincinya -- Yumi.
"Ya sekarang kita akan bergerak semua, tak akan ada yang bisa lolos dari perangkapku Akai ahli komando penyerangan. Aku aku bawa kembali kau dengan tanganku sendiri," ucap bocah lelaki berambut merah-- Zwielitch Akai.
"Ayo Kapten kita rebut kembali apa yang seharusnya menjadi hak kita. Aku sudah tidak sabar sekali!" ucap seorang wanita berambut pendek--Tatsumaki.
"Yosh, kerahkan semua kekuatan pasukan kita."
***
Sekarang keadaan makin tidak seimbang hanya ada Akira dan Takahiro berdiri menghadapi ketujuh pasukan Freiheit yang muncul di hadapan mereka dan tak lupa juga Yuuki sedang dalam jangkauan sandra mereka.
"Apa yang bisa aku lakukan? Ayo berpikirlah otakku," gerutu Akira saat itu.
"Kenapa hei bocah, apa kepalamu serasa mau pecah? Hahahaha."
"Sudahlah, jangan goda anak itu terus. Lakukan saja tugas kita, nanti Tuan pasti marah kepadamu."
"Hahahaha, kau ini tidak bisa ya menikmati permainan yang baru berlangsung ini. Nikmati saja dulu."
"Berhentilah mengobrol hal yang membuat kepalaku makin pusing, bodoh!" Taka berlarian dengan mengarahkan kepalan tangan kanan nya ke arah mereka berdua.
Dan yang lebih parah lagi, semua orang mulai bertindak di luar akal sehat mereka. Tubuh mereka perlahan berubah dan tidak normal lagi. Mereka semua lebih mirip seperti seorang monster, ya monster dengan kesadaran di bawah normal.
Seakan otak mereka di kendalikan oleh suatu hal yang tidak pernah di pikirkan oleh akal sehat manusia. Mereka lebih mirip seperti hewan ternak yang selalu mendengarkan perintah majikannya.
Nafas yang memburu itu samar-samar terdengar. Aura ingin membunuh yang sangat kuat, bahkan jika tak berhati-hati bisa saja nyawa ini melayang dengan sia-sia.
"Hawa nafsu untuk membunuhku mulai bangkit kembali, ayo nikmati penyiksaan ini dan buat aku puas dengan kesadisan!"
"Hahahaha bicara sadis kau paling nafsu ya Greed. Nikmati sajalah apa yang mau kau lakukan aku mau pulang ke markas, ayo semua biarkan saja Greed menghadapi mereka berdua. Percuma saja akan mengotori tanganku dengan bercak darah," ucap seorang pria dengan rambut merah menyala seperti warna api yang menyala-nyala.
"Terserah apa katamu ketua, aku hanya mengikuti perintah dari Tuan!"
"Dah, aku pergi dulu Greed! Semoga kau beruntung ya," ucap bocah lelaki dengan tatapan mata penuh nafsu dan semangat.
Saat itu Akira maupun Takahiro sedang berpikir untuk mengalahkan para pasukan yang di bentuk oleh Akuma demi mengambil alih dunia yang perlahan mulai runtuh. Aura kehidupan para manusia secara perlahan di serap yang tertinggal hanyalah sebuah harapan kosong, tatapan mata yang tanpa kata-kata dan sangat kosong.
"Inilah yang aku inginkan, tatapan tanpa adanya cahaya harapan. Sungguh rapuh sekali kalian, kalian tak pantas untuk menikmati hidup lebih lama lagi. Kami akan mengubah dunia ini secara perlahan," ucap Greed.
Sementara itu di tempat lainnya Sachiko hanya terdiam dan merenung dari balik jendela menatap langit yang mulai kelam, angin pun mulai bertiup pelan dan semakin lama angin mulai berhembus dengan cepat.
"Sepertinya langit mendung lagi, apa ada pertanda hal buruk yang bakal terjadi."
Sachiko hanya berdiam diri tak melakukan apa-apa, bahkan di hari libur seperti ini ataupun sekedar keluar untuk berjalan pusat perbelanjaan bersama teman-teman satu sekolahnya.
"Apakah Akira dan Takahiro dalam keadaan baik-baik saja kah?" ucap Sachiko di dalam hati, dengan muka resah dan gelisah.
***
-Akira POV-
Para pasukan Freiheit mulai melakukan aksi sadis mereka, membuat ketakutan di dalam jiwa manusia menjadi rapuh tanpa harapan. Sementara aku harus berjuang melawan mereka semua bersama Takahiro di tempat ini. Menyelamatkan semua jiwa yang harus aku lindungi.
"TAK AKAN AKU BIARKAN SEMUA INI TERJADIIIII!" teriak Akira.
Bugh
"Berisik. Dasar bocah bodoh! Sebaiknya kau bungkam dan nikmati akhir dunia ini," ucap Greed yang memukul perut Akira dengan hantaman keras.
"Akiraaaaa!"
Pandanganku mulai kabur, seakan penglihatanku menjadi samar-samar dan kakiku tak kuat untuk menopang tubuhku. Gemetar rasanya dan terasa nyeri di seluruh badan ini.
"Jadi segini saja kemampuanmu? Aku sedikit kecewa."
Greed mengayunkan tangan kirinya tepat menghantam wajahku dengan keras. Membuat darahku bercucuran jatuh, pandanganku mulai kabur seketika. Apa yang kulihat tidak begitu jelas dan semua yang kulihat tak ada jauh bedanya dari sebuah bayangan.
"Kenapa? Kau mulai kehilangan kesadaranmu? Sebaiknya kau mati disini, serangga kecil," ucap Greed yang memunggungi diriku dan aku merasakan sebuah hantaman keras tepat di punggungku.
"Sial! Ayo kumohon bergeraklah wahai tubuhku," rintihku dalam hati saat itu.
Tubuhku terbujur kaku tanpa bergerak sedikitpun, mungkin sel-sel dalam tubuhku mulai tidak merespon apa yang aku pikirkan, kaku dan tak bisa bergerak.
"Hahahaha jadi seperti ini saja kemampuanmu, mengecewakan sekali. Percuma kau memiliki kekuatan Akuma Hantā, kau tak lebih dari serangga kecil yang tak berdaya. Apa kau punya kata-kata terakhir sebelum kuhabisi nyawamu?" Greed mendekat ke arah tubuhku yang tergeletak, dengan sadisnya dia mulai menginjak kepalaku dengan kaki kanannya, hingga membuat kepalaku mengeluarkan darah segar berwarna merah pekat.
Errgghh
Merintih kesakitan itu yang bisa terdengar dari mulutku dan tubuhku yang mulai gemetar menahan sensai rasa sakit yang mendalam.
"Wah kita ternyata terlambat ya! Bagaimana ini Kapten, kedua tanganku mulai gatal nih, apa aku boleh menghajar orang yang tampak terlihat bodoh itu?"
"Silahkan saja Naki, habisi saja sepuasnya. Aku juga tak bisa menahan diri lebih lama lagi."
Hanya suara itu yang aku dengar dan aku mendengar kalau salah satu orang bernama Naki, aku sangat mengenal nama itu. Apa dia orang yang waktu itu atau Jangan-jangan....
Dia adalah salah satu dari mereka para Freiheit.
-To be continued-
______________________________________
Obrolan pojok bawah :
Author : Yosha!!! Akhirnya chapter 25 selesai juga. Maaf sudah lama tidak update, sekali gomen ne :'v
Silahkan nikmati cerita selanjutnya, jangan lupa vote dan komentarnya, aku sangat menunggu kehadiran kalian di cerita ini. Terimakasih dukungannya selama ini ^^
-Terimakasih ~ Sankyuu-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top